Anda di halaman 1dari 9

Pengembangan Instrumen Penilaian Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa

Pada Pembelajaran Fisika Berbasis Project Based Learning

Aldi Setia Utama1, Undang Rosidin2, Agus Suyatna3


1
Physics Education, Indonesia
2,3
Master Program of Physics Education, Indonesia
*e-mail: aldisetiautama004@gmail.com

Received: Accepted: Published:

Abstract: Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan instrumen penilaian


keterampilan berpikir kreatif siswa pada pembelajaran fisika berbasis project based learning.
Penelitiam ini bertujuan untuk terwujudnya produk instrumen penilaian keterampilan berpikir
kreatif siswa yang valid. Hasil yang diharapkan adalah sebuah instrumen penilaian
keterampilan berpikir kreatif berbasis project based learning. Metode yang digunakan pada
penelitian ini adalah desain penelitian dan pengembangan (Research and Development).
Desain penelitian pengembangan ini berdasarkan adaptasi langkah-langkah model
pengembangan dari Borg and Gall. Hasil penelitian pengembangan dan hasil penilaian oleh
ketiga validator yang mencakupi aspek kontruksi, substansi, dan bahasa. Skor rata-rata hasil
validasi dari ketiga validator pada aspek konstruksi adalah 83% yang termasuk kriteria sangat
valid. Skor rata-rata hasil validasi dari ketiga validator pada aspek substansi adalah 86% yang
termasuk kriteria sangat valid sedangkan untuk aspek bahasa/budaya adalah 85% yang
termasuk kriteria sangat valid. Insturmen penilaian keterampilan berpikir kreatif memenuhi
syarat dengan kualitas sangat layak dan sangat baik untuk diuji coba disekolah untuk membantu
para guru-guru untuk menilai keterampilan berpikir kratif siswa.
Keywords: Instrumen Penilaian; Keterampilan Berpikir Kreatif; Project Based Learning;
Pembelajaran Fisika;

PENDAHULUAN
Undang-Undang Nomor 20 Tahun masyarakat. Sebagai mana ditetapkan dalam
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, undang-undang nomor 20 tahun 2003
menyatakan bahwa “Pendidikan adalah tentang sistem pendidikan nasional
usaha sadar dan terencana untuk ditegaskan bahwa “Tujuan pendidikan
mewujudkan suasana belajar dan proses nasional adalah untuk mencerdaskan
pembelajaran agar peserta didik secara aktif kehidupan bangsa dan mengembangkan
mengembangkan potensi dirinya untuk manusia indonesia seutuhnya, yaitu manusia
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, yang beriman dan bertakwa terhadap tuhan
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, yang maha esa, dan berbudi pekerti luhur,
akhlak mulia, serta keterampila yang memiliki pengetahuan dan keterampilan,
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian
negara’ [1]. yang mantap dan mandiri serta rasa
Melalui pendidikan setiap peserta tanggung jawab kemasyarakatan dan
didik disediakan berbagai kesempatan kebangsaan. Dalam suatu pembelajaran
belajar untuk meningkatkan pengetahuan, penilaian merupakan salah satu tahapan
keterampilan, dan sikap untuk dapat yang sangat penting [2]. Penilaian perlu
menyesuaikan diri dengan kehidupan diadakan untuk mengetahui bagaimana hasil
dari proses pembelajaran yang dilakukan sekelasnya sekaligus mengembangkan
[3]. Berdasarkan lampiran Permendikbud keterampilan kreatifnya.
Nomor 66 tahun 2013 tentang standar Pembelajaran inovatif yang relevan dengan
penilaian pendidikan, dikatakan bahwa keterlibatan dan peran aktif siswa dalam
penilaian pendidikan merupakan proses mengembangkan keterampilan kreatif
pengumpulan dan pengolahan informasi adalah model pembelajaran yang berpusat
untuk mengukur pencapaian hasil belajar pada siswa (student centered) antara lain
peserta didik yang meliputi pengentahuan, pembelajaran berbasis proyek (Project
keterampilan, dan sikap [4]. Based Learning). Project based learning
Penilaian hasil belajar siswa disebut (pembelajaran berbasis proyek) merupakan
sebagai asesmen. Asesmen merupakan model pembelajaran yang menggunakan
proses pengumpulam dan informasi untuk masalah sebagai langkah awal dalam
mengukur pencapaian hasil belajar siswa. megumpulkan dan mengintegrasikan
Asesmen juga merupakan proses untuk pengetahuan baru berdasarkan pengalaman
mendapatkan informasi tentang dalam beraktivitas secara nyata. Project
keberhasilan belajar peserta didik dalam Based Learning dapat memberikan
mencapai standar kompetensi yang pemahaman pada siswa lebih mendalam
ditentukan [5]. Asesmen harus dilakukan dalam segi analisis teori maupun praktek,
secara berkelanjutan dan menyeluruh. sehingga siswa terlatih untuk dapat
Sebagai mana tertuang dalam Permendikbud menemukan konsep yang dipelajari secara
nomor 104 tahun 2014 tentang penilaian menyeluruh (holistik), bermakna, autentik,
hasil belajar oleh pendidik bahwa penilaian dan aktif sebagaimana yang diinginkan
hasil belajar peserta didik mencakup dalam kurikulum 2013. Oleh karena itu perlu
kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial, kiranya menyusun instrumen penilaian
kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan berpikir kreatif berbasis
keterampilan yang dilakukan secara project based learning, sehingga instrumen
terencana dan sistematis, selama dan setelah yang digunakan layak digunakan untuk
proses pembelajaran [6]. mengukur keterampilan berpikir kreatif [11].
Asesmen yang baik sangat penting dalam Berdasarkan hasil observasi yang
dunia pendidikan, karena dengan adanya dilakukan dilakukan di SMAN di Kota
asesmen, maka dapat diketahui tingkat Metro terhadap 3 orang guru mata pelajaran
keberhasilan kegiatan pendidikan dan mutu fisika pada bulan Maret 2019 didapatkan
suatu pendidikan [7]. 70% guru tidak melakukan penilaian secara
Keterampilan berpikir kreatif adalah objektif untuk mengukur kognitif siswa. Hal
keterampilan berpikir untuk menghasilkan ini terjadi karena guru belum melakukan
ide-ide baru, ide-ide yang berguna, serta ide- penilaian kognitif secara menyeluruh pada
ide alternatif yang dapat digunakan untuk saat siswa melakukan kegiatan praktikum.
memecahkan masalah [8],[9]. Keterampilan Guru lebih memilih untuk menggunakan tes
berpikir kreatif bukan sekedar bakat yang tertulis sedangkan untuk mengukur
dimiliki oleh orang-orang tertentu, akan keterampilan berpikir kreatif siswa pada saat
tetapi keterampilan yang dapat dilatih dan praktikum tidak dilakukan. Oleh karena itu,
dikembangkan [10]. Atas dasar hal ini, guru mata pelajaran fisika harus melakukan
mengembangkan kemampuan berpikir penilaian secara objektif untuk mengukur
kreatif pada siswa bukanlah hal yang seluru aspek sehingga penilaian yang
mustahil melainkan hal yang sangat rasional dilakukan tidak subjektif.
[8]. Agar tercipta kemampuan berpikir Guru yang melakukan penilaian
kreatif siswa maka diperlukan inovasi dalam secara subjektif adalah ciri-ciri guru yang
pembelajaran yang memungkinkan siswa kurang maksimalkan sistem penilaian
dapat berkerja sama dengan teman seluruh aspek kompetensi siswa. Segi
penilaian didapatkan 20% guru sudah
menggunakan instrumen penilaian psikomotor. Agar siswa dapat memiliki
keterampilan untuk menilai hasil belajar kemampuan kreatif, guru harus
siswa. Akan tetapi dari hasil observasi yang membiasakan melatih dengan menggunakan
telah dilakukan, instrumen penilaian tersebut startegi yang tepat dalam proses
hanya untuk mengukur aspek kognitif secara pembelajaran, salah satunya dengan
umum dan belum ada instrumen yang pembelajaran berpusat pada siswa yang
digunakan untuk mengukur aspek sesuai dengan kurikulum 2013. Model
keterampilan berpikir kreatif siswa. pembelajaran berbasis proyek (project based
Dari hasil observasi yang telah learning) yang dipandang mampu untuk
dijabarkan diatas, terdapat beberapa mengeluarkan potensi kreatifitas siswa
kesenjangan yang sampai saat ini belum dalam proses pembelajaran.
adanya solusi untuk mengatasi masalah Pembelajaran berbasis proyek dan
tersebut, khususnya yang berkaitan dengan pembelajaran berbasis masalah adalah
sifat keobjektifan dan kesesuaian intrumen model pembelajaran yang ideal untuk
penilaian keterampilan berpikir kreatif memenuhi tujuan pendidikan abad ke-21,
siswa. Dari hasil analisis angket yang telah karena melibatkan prinsip 4C yaitu critical
dilakukan pada guru fisika di SMAN di Kota thinking, communication, collaboration dan
Metro terlihat belum ada guru fisika yang creativity (berpikir kritis, komunikasi,
pernah membuat istrumen penilaian yang kolaborasi dan kreativitas). Hasil penelitian
sesuai dengan kurikulum 2013 untuk menilai tentang pembelajaran berbasis proyek dan
keterampilan berpikir kreatif siswa. Hal ini pembelajaran berbasis masalah
dikarenakan guru fisika di SMAN diKota menunjukkan bahwa pembelajaran tersebut
Metro merasa kesulitan dalam membuatn memberikan keuntungan bagi siswa untuk
intrumen penilaian keterampilan berpikir belajar secara faktual dibandingkan
kreatif siswa yang sesuai dengan kurikulum pembelajaran di kelas yang lebih tradisional
2013. Hasil analisis angket siswa di SMAN [12].
di Kota Metro menunjukkan 100 % siswa Memperhatikan kenyataan disekolah
kelas XII di SMAN di Kota Metro setuju dan sebagai salah satu upaya untuk
apabila dikembangkan instrumen penilaian memberikan solusi atas masalah yang
keterampilan berpikir kreatif siswa. Selain dijabarkan diatas, hal yang perlu dilakukan
itu, 100% siswa setuju apabila guru adalah mengembangkan intrumen penilaian
menerapkan instrumen penilaian untuk hasil belajar siswa di SMA pada mata
menilai keterampilan berpikir kreatif siswa pelajaran fisika, khususnya pada aspek
pada proses pembelajaran di kelas. keterampilan (psikomotor) dan untuk
Untuk mengidetifikasi kemampuan mengukur ketermpilan berpikir kreatif
keterampilan berpikir kreatif siswa, harus siswa. Berdasarkan latar belakang masalah
menggunakan intrumen penilaian yang tersebut, perlu dilakukan penelitian
tepat. Oleh karena itu, yang harus dilakukan pengembangan yang berjudul
guru adalah menyusun dan menerapkan “Pengembangan Instrumen Penilaian
intrumen penilaian yang sesuai selama keterampilan berpikir kreatif siswa pada
pembelajaran fisika. Dengan pembelajaran pembelajaran fisika berbasis project based
aktif dikelas, siswa akan terlibat dalam learning,”
kegiatan yang dapat melatih aspek

METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan keterampilan berpikir kreatif ditingkat
adalah desain penelitian dan pengembangan Sekolah Menengah Atas (SMA).
(Research and Development). Diharapkan instrumen penilaian yang
Pengembangan yang dimaksud adalah dihasilkan dapat digunakan sebagai
pembuatan instrumen penilaian penilaian keterampilan berpikir kreatif dan
dapat menilai hasil pembelajaran secara produk; (7) revisi produk; (8) ujicoba
objektif melalui penerapan pendekatan pemakaian; Model ini dipilih karena
project based learning. langkah-langkah pengembangannya sesuai
Penelitian pengembangan sering dengan rancangan penelitian menghasilkan
dikenal dengan Research and Development perangkat penilaian yang bermanfaat.
(R&D) adalah metode penelitian yang Teknik pengambilan sampel sebagai
digunakan untuk menghasilkan produk subjek uji coba dilakukan dengan purposive
tertentu, dan menguji keefektifan produk sampling, sekolah dipilih berdasarkan
tersebut [13]. pertimbangan peneliti mengenai kualitas
Desain penelitian pengembangan ini sekolah. Kualitas sekolah yang dimaksud
berdasarkan adaptasi langkah-langkah adalah sekolah yang memiliki akreditasi
model pengembangan dari Borg and Gall. mulai dari yang tertinggi hingga terendah.
Langkah-langkah penelitian pengembangan Instrumen yang digunakan dalam
yang dapat digunakan untuk penelitian penelitian ini adalah angket analisis
dalam bidang pendidikan seperti yang kebutuhan, angket uji kesesuaian
dikemukakan oleh Borg and Gall dalam konstruksi, substansi, dan bahasa serta
Sugiyono (2014: 298) adalah sebagai angket untuk menguji kevalidan,
berikut: (1) potensi dan masalah; (2) reliabelitas, kepraktisan dan
pengumpulan data; (3) desain produk; (4) mendeskripsikan profil keterampilan kreatif
validasi desain; (5) revisi desain; (6) uji coba siswa yang dikembangkan.

HASIL DAN PEMBAHASAAN


Penelitian dan pengembangan menghasilkan produk berupa instrumen penilaian
keterampilan berpikir kreatif berbasis project based learning. Rancangan awal dari produk
meliputi cover insturmen penilaian yang dibuat semenarik mungkin, menggambarkan isi
instrumen penilaian dan menampilkan identitas instrumen penilaian untuk menumbuhkan
keterampilan berpikir kreatif siswa.

Desain Produk Instrumen Penilaian

Gambar1. Cover Instrumen penilaian


Gambar 2. Kisi-kisi insturmen penilaian

Gambar. 3 Rubrik Instrumen Penilaian


Gambar. 4 Bentuk Lembar Instrumen Penilaian

Hasil Validasi Produk Instrumen

Instrumen penilaian sebelum diujicobakan kepada siswa, dilakukan validasi oleh ahli
materi dan desain untuk mengetahui kelayakan dari produk pengembangan dalam penelitian
ini. Dari hasil penilaian ahli ini, kemudian dilakukan perhitungan tingkat validitas instrumen
penilaian sebagai mana dalam Tabel 1.
Berikut hasil secara rinci terkait validasi pada validator kontruksi instrumen penilaian,
validator subtansi dan validator bahasa. Data hasil validator desain instrumen penilaian
keterampilan berpikir kreatif berbasis project based learning tersebut dapat dilihat pada Tabel
1.

No Aspek Persentase Skor Validator rata- kriteria


validator 1 validator 2 validator 3 rata
1 Kontruksi 83% 86% 81% 83% Sangat
Valid
2 Subtansi 80% 86% 91% 86% Sangat
Valid
3 bahasa/budaya 92% 92% 75% 86% Sangat
Valid
Tabel 1. Hasil uji validasi ahli

Angket uji validasi memuat 9 butir aspek mengenai kontruksi. Skor total rata-rata dari
ketiga validator mengenai pemenuhan aspek kontruksi dari instrumen yang telah dikembagkan
adalah 83% yang berarti sangat valid. Angket uji validasi memuat 11 butir aspek mengenai
subtansi. Skor total rata-rata dari ketiga validator mengenai pemenuhan aspek subtansi dari
instrumen yang telah dikembangkan adalah 86%yang berarti sangat valid. Angket uji validasi
memuat 3 butir aspek mengenai bahasa/budaya. Skor total rata-rata dari ketiga validator
mengenai pemenuhan aspek bahasa/budaya dari instrumen yang telah dikembangkan adalah
86% yang berarti sangat valid.
Adapun diagram kelayakan instrumen yang berkaitan dengan uji kontruksi, substansi, dan
bahasa/budaya berdasarkan ketiga validator dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Grafik hasil validasi ahli

Instrumen penilaian yang dikembangkan telah divalidasi dari segi kontruksi, substansi
dan bahasa oleh tiga validator. Skor total rata-rata dari kelima validator mengenai pemenuhan
aspek kontruksi dari instrumen yang dikembangkan adalah 83%, maka kelayakan instrumen
masuk kriteria sangat valid, hal tersebut sejalan dengan pendapat Wusqo, Taufiq, dan
Handayani, 2016 bahwa kevalidan desain produk asesmen oleh ahli dinilai dari beberapa aspek
yang salah satunya adalah aspek kontruksi [14]. Syarat sebagai instrumen yang baik yaiutu
valid secara koten dan valid secara konstruk [15]. Atas dasar tersebut instrumen dapat
diteruskan untuk dapat diproduksi dengan sedikit perbaikan pada bagian item pernyataan.
Peneliti memperbaiki skala yang digunakan pada pedoman penskoran dan rekapitulasi nilai
akhir, rubrik, tata tulis, serta format shape seperti yang disarankan. Secara keseluruhan
perangkat penilaian keterampilan berpikir kreatif hasil pengembangan sudah layak dari segi
konstruksi.

Skor total rata-rata dari ketiga validator mengenai pemenuhan aspek substansi dari
instrumen yang telah dikembangkan adalah 86% yang berarti sangat valid. Instrumen dikatakan
layak untuk digunakan dapat dilihat dari segi materi, konstruksi, dan bahasa. Validitas suatu
pernyataan juga dapat dilihat dari kesesuaian antara pernyataan dengan indikator pernyataan
[16]. Hal itu berarti instrumen penilaian keterampilan berpikir kreatif hasil pengembangan
sudah layak dari segi substansi instrumen dapat diteruskan untuk dapat diproduksi dengan
sedikit perbaikan.

Skor total rata-rata dari ketiga validator mengenai pemenuhan aspek bahas dari
perangkat yang telah dikembangkan adalah 86% yang berarti sangat valid. Hal itu berarti
perangkat penilaian keterampilan berpikir kreatif hasil pengembangan sudah layak dari segi
bahasa. Hal ini didasarkan pada alasan bahwa perangkat penilaian keterampilan berpikir kreatif
hasil pengembangan sudah memenuhi kriteria aspek bahasa yaitu bahasa pernyataan
komunikatif dan sesuai dengan jenjang pendidikan responden, pernyataan menggunakan
bahasa Indonesia baku, dan bahasa yang digunakan mudah dipahami. Ketiga validator tidak
memberikan saran perbaikan secara spesifik mengenai aspek bahasa/budaya.
Hasil persentase skor rata-rata kelayakan instrumen adalah 85% yang berarti sangat
valid. Penilaian tersebut didasarkan pada alasan bahwa instrumen sudah memenuhi kelayakan
dari segi kontruksi, substansi, dan bahasa/budaya. Alasan tersebut sejalan dengan ketentuan
yang terdapat pada Salinan Lampiran Permendikbud No. 66 Tahun 2013 tentang Standar
Penilaian Pendidikan bahwa Instrumen penilaian harus memenuhi persyaratan substansi yang
merepresentasikan kompetensi yang dinilai, konstruksi yang memenuhi persyaratan teknis
sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan, dan penggunaan bahasa yang baik dan benar
serta komunikatif sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik. Kevalidan desain produk
asesmen oleh ahli dapat dinilai dari beberapa aspek yaitu: bahasa, materi, dan konstruksi [17].

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan pada hasil penelitian pengembangan dan hasil penilaian oleh ketiga
validator, dapat disimpulkan bahwa insturmen penilaian keterampilan berpikir kreatif
memenuhi syarat dengan kualitas sangat layak dan sangat baik untuk diuji coba disekolah untuk
membantu para guru-guru untuk menilai keterampilan berpikir kratif siswa. Berdasarkan
penelitiam yang telah dilakukan, maka disarakan hal-hal sebagai berikut: melakukan uji coba
dibeberapa sekolah mendapatkan hasil yang lebih maksimal, mengembangkan instrumen
penilaian keterampilan yang lainnya dan melanjutkan pengebangan sampai pada tahap
penyebaran produk secara luas.

REFERENSI

[1] Depdiknas. 2003. Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Depdiknas. Jakarta.
[2] Jihad, A. dan A. Haris. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Multi Pressindo.
Yogyakarta.
[3] Irsyad, M. dan S. Sukaesih. 2015. Pengembangan Asesmen Autentik pada Materi
Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa. Unnes Science Education Journal, 4 (2): 898-904.
[4] Permendikbud. 2013.a. Permendikbud Nomor 66 tahun 2013 tentang Standar
Penilaian Pendidikan. Kemendikbud.Jakarta
[5] Maulana, D. 2013. Penilaian Otentik (Authentic Assessment). Lembaga
Penjaminan Mutu Pendidikan. Lampung.
[6] Permendikbud .2014. Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014 tentang Penilaian
Hasil Belajar.Kemendikbud.Jakarta.
[7] Arikunto, S. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.
[8] Abidin, Y. 2016. Revitalisasi Penilaian Pembelajaran dalam KonteksPendidikan
Multiliterasi Abad Ke-21. PT Refika Aditama. Bandung.
[9] DeeHan, R. L. 2011. Teaching Creative Science Thinking. Science Education
Journal, 334: 1499-1500.
[10] Nggermanto, A. 2015. Kecerdasan Quantum: Melejitkan IQ, EQ, dan SQ.
Penerbit Nuansa Cendekia. Bandung.
[11] Irmayati, 2017. Pengembangan Instrumen Penilaian Keterampilan Kreatif dalam
Pembelajaran Tematik Terpadu dengan Pendekatan Project Based Learning.
Universitas Lampung. Lampung.
[12] Zubaidah, Siti. 2016. Keterampilan Abad ke-21: Keterampilan yang diajarkan
Melalui Pembelajaran Universitas Negeri Malang.tersedia [online]:
https://www.researchgate.net/publication/318013627 (diakses pada 3 maret
2019).
[13] Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
[14] Wusqo, I.U., Taufiq, M., & Handayani, R. (2016). Pengembangan Asesmen
Alternatif Praktikum Kimia Dasar Melalui Chemistry Fair Project (CFP) Berbasis
Konservasi Dengan Memanfaatkan Daily Chemical. Jurnal Penelitian
Pendidikan, 33(2). 145-154.
[15] Wijayanti, E., & Mundilarto. (2015). Pengembangan Instrumen Asesmen Diri dan
Teman Sejawat Kompetensi Bidang Studi Pada Mahasiswa. Jurnal Penelitian
dan Evaluasi Pendidikan. 19 (2), 129-144.
[16],[17] Hidayata, S.R, Setyadin, A.H, Hermawan, Kaniawati. I. (2017). Pengembangan
Instrumen Tes Keterampilan Pemecahan Masalah pada Materi Getaran,
Gelombang, dan Bunyi. Jurnal Penelitian & Pengembangan Pendidikan Fisika.
3(2).157-166.

Anda mungkin juga menyukai