PATOFISIOLOGI
Sejalan dengan pertambahan umur, kelenjar prostat akan mengalami
hiperplasia, jika prostat membesar akan meluas keatas ( bladder ), didalam
mempersempit saluran uretra prostatica dan menyumbat aliran urine.
ETIOLOGI
# Sebab yabg pasti belum diketahui
# Faktor yang berperan :
➢ Sifat Jaringan : Berasal dari sinus urogenital yang
berpotensi proliferasi
➢ Hormonal ( pubertas BPH θ )
Kastrasi
➢ Usia ( balans hormonal berubah )
Beberapa hypothesa :
1. Dihidrotestosteron (DHT)
5 alpha reduktase meningkat DHT meningkat + androgen reseptor
PENGKAJIAN
Riwayat Keperawatan
# Suspect BPH umur ??
# Pola urinari ; frekuensi, nocturia, disuria.
Pemeriksaan fisik
# Perhatian khusus pada abdomen ; Defisiensi nutrisi, edema, pruritus, echymosis
menunjukkan renal insufisiensi dari obstruksi yang lama.
Pemeriksaan laborat
# Urinalisis ( test glukosa, protein, bekuan darah dan PH )
Jika infeksi : pH urine alkalin, spesimen terhadap sel darah putih, SDM atau
PUS.
# RFT evaluasi fungsi renal
# Serum acid phosphatase prostat malignancy
Pemeriksaan uroflowmetri
Berperan penting dalam diagnosa dan evaluasi klien dengan obstruksi leher buli-
buli
Q max : > 15 ml / detik non obstruksi
10 - 15 ml / detik border line
< 10 ml / detik obstruktif
DIAGNOSIS
1. Potensial injury dan potensial infeksi s.d obstruksi perkemihan
# Nyeri s.d obstruksi urinary
# Dysfungsi sexual s.d obstrusi perkemihan
# Kecemasan s.d obstruksi urinary
PERENCANAAN
Tujuan: klien tidak akan mengalami berbagai komplikasi dari pengobatan retensi
Urine.
Intervensi:
# Non Pembedahan
1. Memperkecil gejala obstruksi hal-hal yang menyebabkan pelepasan
cairan prostat.
➢ Prostatic massage
➢ Frekuensi coitus meningkat
➢ Masturbasi
# Pembedahan
Indikasi pembedahan BPH
Retensi urine akut
Retensi urine kronis
Residual urine > 100 ml
BPH dengan penyulit
Terapi medikamentosa tak berhasil
Flow metri obstruktif
# Kontra indikasi
IMA
CVA akut
# Tujuan :
Mengurangi gejala yang disertai dengan obstruksi leher buli-buli
Memperbaiki kualitas hidup
1). TUR – P 90 - 95 %
Dilakukan bila pembesaran pada lobus medial
Keuntungan :
Lebih aman pada klien yang mengalami resiko tinggi
pembedahan
Tak perlu insisi pembedahan
Hospitalisasi dan penyebuhan pendek
Kerugian :
Jaringan prostat dapat tumbuh kembali
Kemungkinan trauma urethra strictura urethra
3) Perianal prostatectomy
# Pembesaran prostat disertai batu buli-buli
# Mengobati abces prostat yang tak respon terhadap terapi conservatif
# Memperbaiki komplikasi : laserasi kapsul prostat
4) Suprapubic atau tranvesical prostatectomy
b. OPEN PROSTATECTOMY
Resiko post operative bleeding pada 24 jam pertama oleh karena
bladder spsme atau pergerakan
Monitor out put urine tiap 2 jam dan tanda vital tiap 4 jam
Arterial bleeding urine kemerahan (saos) + clotting
Venous bleeding urine seprti anggur traction kateter
Vetropubic prostatectomy
Observasi : drainage purulent, demam, nyeri meningkat
deep wound infection, pelvic abcess
Suprapubic prostatectomy
= Perlu CBI via suprapubic klien diinstruksikan tetap tidur
sampai CBI dihentikan
= Kateter uretra diangkat hari 3 – 4 post op
= Setelah kateter diangkat, kateter supra pubic di clamp dan
klien disuruh miksi dan dicek residual urine, jika residual urine
± 75 ml, kateter diangkat
EVALUASI
KASUS
Tn. X. usia 56 tahun , datang ke poli urologi dengan keluhan sering kencing,
disuria, kesulitan memulai kencing,. Pada saat akhir kencing menetes, terasa ada
sisa. Tekanan darah 150/130 mm Hg. Hasil uroflow metri 13 ml/detik.
a. Apakah tn X mengalami BPH, ? Urolithiasis ?
b. Keluhan / gejala apa yang mendukung ?
c. Pemeriksaan apa yang diperlukan ?
d. Masalah keperawatan apa yang lazim terjadi ?
e. Bagaimana mekanisme terjadinya masalah tersebut ?
f. Intervensi apa yang dilakukan sesuai masalah diatas ?
PENYULIT BPH
BPH YANG TIDAK DIRAWAT PADA SEBAGIAN KLIEN LAMA-LAMA AKAN
DAPAT BERAKIBAT :
1. MENURUNNYA KUALITAS HIDUP
2. INFEKSI SALURAN KENCING
3. TERBENTUKNYA BATU BULI-BULI
4. HEMORROID
5. RETENSIO URINE
6. GANGGUAN FUNGSI GINJAL
7. HIDRONEFROID
8. HEMATURIA
Watchful Waiting
Indikasi : BPH dengan IPPS Ringan
Baseline data normal
Flowmetri non obstruksi
Follow – up : Tiap 3 – 6 bulan
PEMBEDAHAN BPH
# TUR PROSTAT : 90 - 95 %
# OPEN PROSTATECTOMY : 5 - 10 %
BPH YANG BESAR ( 50 - 100 GRAM ) Tidak habis direseksi dalam
1 jam.
Disertai BBB Besar
(>2,5cm), multiple.
Fasilitas TUR tak ada
MORTALITAS PEMBEDAHAN BPH
0 - 1 %
KAUSA : Infark Miokatd
Septikemia dengan Syok
Perdarahan Massive
Kepuasan Klien : 66 – 95 %
PROSES MIKSI
FASE PENGISIAN
Pves : < 20 cm H2 o
Pup : 60 – 100 cm H2o
FASE EKSPULSI :
ISI BLADER 200 – 300 ml
Mulai terangsang ingin kencing
Reseptor Strecth
Syaraf Otonom PS S2 - 4
BPH P up meningkat
Hipertropi
BLADER NEOPLASMA
FAKTOR RESIKO
➢ Paparan dari sigaret rokok ( mayor)
➢ Radiasi pelvis, penggunaan siclophosphamide, Kronik sistitis, batu buli-buli
PENGKAJIAN
Tanyakan klien tentang perubahan dalam urinase, catat adanya perubahan
warna, frekuensi dan jumlah urine
Hematuri disertai nyeri merupakan tanda pertama kanker blader, biasanya
intermittent yang mana sering menyebabkan hambatan dalam mencari
pelayanan diagnostik.
Akibat perkembangan penyakit klien mengalami iritable blader dengan disuria.
Akhirnya gross hematuria, obstruksi atau vistula mendorong klien mencari
pengobatan.
PENGKAJIAN DIAGNOSTIK
Urinalisis menunjukkan adanya darah dalam urine.
Sistoscopy dikerjakan untuk melihat tumor secara langsung dan untuk biopsi.
Sitologi.
IVP mengevaluasi kandung kemi , uriter dan ginjal.
NURSING INTERVENSI
1. Resiko tinggi injury berhubungan dengan radiasi terapi dan kemoterapi .
Kriteria:
Klien tidak berkembang dengan masalah yang berhubungan dengan terapi
radiasi dan kemoterapi yang ditandai dengan tidakadanya sistitis hemoragik
Intervensi :
➢ Pemberian anti spasmodik
➢ Peningkatan asupan cairan klien
➢ Pemberian antiseptik traktus urinarius untuk sistitis.
➢ Klien dengan proctitis memerlukan diet rendah serat dan agen untuk
menurunkan motilitas usus
Kriteria:
Klien mengerti tentang pemeriksaan diagnostik, pembedahan dan perawatan
diversi urine ditandai dengan pernyataan klien dan kemampuan demonstrasi
terhadap perawatannya.
Intervensi :
➢ Persiapan preop klien yang mengalami diversi urine.
➢ Pendidikan mengenai diversi urine.
➢ Mendorong penerimaan terhadap fakta dan hasil eliminasi urine melalui
kulit rektum atau stoma khusus.
➢ Persiapan fisk dan emosi secara umum.
➢ Perlu perhatian salauran cerna : non residu diet untuk beberapa hari,
sterilisasi usus, enema atau katartic.
➢ Seleksi klien sebelum pemasangan stoma
➢ Sarankan klien untuk mencegah kontak urine dengan kulit, untuk
mencegah iritasi kulit akibat diversi urine.
➢ Bersikan stoma dengan sabun, air lalu dikeringkan pada setiap
penggantian kantong urine.
Kriteria:
Klien akan terdiagnosis dini untuk mengeliminasi dysuria.
Intervensi :
➢ pemasangan indwelling kateter.
➢ CBI untuk mrncegah blood clot
➢ Intervensi pada TUR – P (intek cairan, analgesik dan antispasmodik
seperlunya)
Kreteria :
Klien akan mempunyai konsep diri, body image dan self esteem yang normal
setelah Diversi urine.
Intervensi :
➢ Konseling preoperasi : perubahan anatomi fisiologi dan kemungkinan
afeknya
Pada klien
➢ Konseling cara mempertahankan gaya hidup
➢ Bantu klien mencari stoma dan menerimanya sebagai bagian hidupnya
5. INJURI, HIGH RISK bd. Komplikasi post op ( perdarahan, paralitik illeus,
iskemic
stoma, bloking kateter urethral
Kriteria :
Klien tak akan mengalami komplikasi post op ditandai tanda vital normal,
suara bising usus aktif dalam 3 – 4 jam post operasi, stoma merah muda,
produksi urine 30 - 60 ml / jam.
Intervensi :
➢ Monetor rurin tanda vital
➢ Inspeksi insisi
➢ Hubungan nefrostomi tube pada bed side drainage
➢ Jaga sistem drainage tertutup
➢ Jaga patensi tube drainage untuk mencegah obstruksi
Intervensi postop diversi secara umum
➢ Ukur output urine setiao jam / 24 jam pertama, selanjutnya setiap
8 jam
➢ Check kebocoran ostomy back dan kulit terhadap iritasi tiap 4 jam,
kemudian 8 jam
➢ Inspeksi stoma tiap jam / 24 jam post op
➢ Catat ukuran stoma, bentuk dan warna. Warna sianotic stoma,
insufisiensi supply darah
Kriteria :
Klien tidak akan berkembang pada gangguan integritas kulit, atau iritasi
periotomal yang ditandai kulit intact dan bersih
Intervensi :
Check pH urin
Check kantong urine terhadap kebocoran dan apakan kulit sensitif terhadap
bahan tersebut
Ganti kantong selama tidak bocor ( terlalu sering diganti menyebabkan iritasi )
Selama kantong diganti biarkan kontak dengan udara sebanyak mungkit
Berikan nystatin pada sekitar stoma