Anda di halaman 1dari 2

A.

Diagnosis
1. Arteriovenous malformations (AVM)
Diagnosis AVM berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik. Namun,
pemeriksaan fisik seringkali belum cukup untuk mengkarakteristikkan lesi-lesi
secara tepat sehingga membutuhkan pemeriksaan penunjang. USG Doppler
berguna dalam menilai suspek klinis AVM. Pencitraan Doppler menunjukkan lesi
aliran cepat dengan shunting, dilatasi pembuluh darah dan aliran sistolik tinggi
(Cohen et al, 1986; Konez & Burrows, 2002; Carqueja et al, 2018; Sadick et al,
2018).

Gambar 9. a) USG menunjukkan dilatasi saluran intramuskular.


b) shunting masif arterio-venosa pada anomali vaskular yang tampak pada
color Doppler.
MRI juga dapat membantu diagnosis dan karakterisasi malformasi. Pada MRI
tampak sebagai saluran pembuluh darah yang membesar, dengan dilatasi feeding
arteri dan draining vena dan tidak ada massa jaringan yang berbeda (Cohen et al,
1986). Pewarnaan kontras dan perubahan jaringan lunak tampak sebagai peri-lesi
dan menyerupai massa jaringan lunak yang berbeda, mempersulit diagnosis.
Saluran aliran tinggi memiliki intensitas sinyal cerah pada pencitraan echo (Konez
& Burrows, 2002; Carqueja et al, 2018).
CTA dapat menunjukkan dilatasi saluran dengan meskipun kurang informatif
apabila dibandingkan dengan MRI. Angiografi juga berguna dalam diagnosis
namun prosedur ini tergolong invasif dan mahal (Greene & Orbach, 2011; Konez
& Burrows, 2002; Carqueja et al, 2018).
2. Venous malformations (VM)
Diagnosis pada VM yang tampak dan teraba dapat digali dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Namun pemeriksaan pencitraan dapat digunakan untuk
mengonfirmasi diagnosis, diferensiasi dari lesi lain, dan karakteristik malformasi.
Pada USG, VM tampak sebagai lesi heterogen yang dapat ditekan, sebagian besar
adalah hipoekoik, namun terkadang dapat isoekoik atau hiperekoik (Trop et al,
1999; Carqueja et al, 2018).
Pada MRI, VM tampak sebagai lesi dengan tepi berlobus hipointens pada T1
dan hiperintens pada T2. Pencitraan gradient-echo dapat digunakan untuk
mendokumentasikan aliran darah lambat dan penguatan saluran vaskular setelah
pemberian bahan yang mengandung gadolinium (Konez & Burrows, 2002;
Dasgupta & Patel, 2014). Goyal et al. mengembangkan klasifikasi VM
berdasarkan hasil MRI yang berkaitan dengan hasil klinis pasca skleroterapi
(Carqueja et al, 2018).

Tabel 1. Klasifikasi VM berdasarkan MRI dan hubungannya dengan hasil


klinis setelah skleroterapi.

Anda mungkin juga menyukai