Embolisasi dilakukan dengan cara menginjeksikan agen inert ke dalam
intravaskular dengan tujuan menutup aliran darah. Skleroterapi melibatkan agen
yang dapat merusak endotel dengan cara merusak struktur fosfolipid bilayer sel yang akan merusak pembuluh darah melalui fibrosis dan trombosis. Pemilihan agen sklerosan bergantung pada profil keamanan dan efikasinya serta preferensi pribadi dan pengalaman klinisi (Legiehn & Heran, 2008; Carqueja et al, 2018). Bedah reseksi merupakan pilihan terapeutik lain dan dapat dikombinasikan dikombinasikan dengan embolisasi. Terapi ini merupakan pilihan yang bagus untuk AVM terlokalisir dimana reseksi komplit dapat dilakukan dengan perdarahan minimal dan batas yang tegas dapat meningkatkan kemungkinan sembuh dan meminimalisir risiko kekambuhan (Uller et al, 2014; Carqueja et al, 2018).
1. Venous malformations (VM)
Gambar 11. pilihan terapi pada VM.
Terapi medis terdiri dari kompresi, obat-obatan anti-inflamasi dan low- molecular-weight heparin (LWMH). Kompresi dapat mengurangi nyeri dan bengkak serta mencegah ulserasi. Obat-obatan anti-inflamasi dan analgesik ringan dapat meringankan nyeri, dan konsumsi LWMH dapat mengurangi nyeri dan bengkak (Dompmartin et al, 2010; Vikkula et al, 2001; Mcrae et al, 2013; Carqueja et al, 2018). Terapi intervensi VM dapat berupa skleroterapi, bedah reseksi atau kombinasi keduanya. Skleroterapi seringkali dipertimbangkan sebagai terapi lini pertama yang digunakan ketika terapi medis gagal (Legiehn & Heran, 2008). Bedah eksisi merupakan pilihan yang bagus pada lesi lokal, kecil, dan tidak mempengaruhi struktur penting, serta pada lesi yang tidak cocok dilakukan skleroterapi (Garzon et al, 2007;Dasgupta & Patel, 2014; Carqueja et al, 2018). 2. Capillary malformations (CM) Tatalaksana CM utamanya terdiri dari terapi laser flashlamp-pumped pulse dye. Pada teknik ini, hemoglobin menyerap sinar laser kemudian diubah menjadi panas sehingga menyebabkan koagulasi pembuluh darah. Terapi harus dimulai sedini mungkin. Meskipun beberapa hasil umumnya memuaskan, beberapa sesi diperlukan dan hilangnya lesi secara komplit cukup sulit dicapai (Mulligan et al, 2014; Reyes & Geronemus, 1990). Pada CM yang resistan terapi ini, pilihan lain adalah terapi fotodinamik dan terapi sinar intense pulse (Mulligan et al, 2014; Reyes & Geronemus, 1990; Bjerring et al, 2003; Lu et al, 2010). Tindakan bedah dilakukan untuk mengkoreksi deformitas jaringan yang mendasari (Mulliken et al, 2000; Carqueja et al, 2018).