Anda di halaman 1dari 5

A.

Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan usaha sadar dan direncanakan untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat mengembangkan potensi
dirinya dengan baik. Belajar merupakan suatu kebutuhan manusia yang vital dalam
usahanya untuk mempertahakan hidup dan mengembang kan potensi dirinya dalam
kehidupan bermasyakat dan bernegara. Belajar termasuk dalam kebutuhan yang
penting atau vital disebabkan oleh karena semakin berkembang dan majunya
teknologi yang tersedia maka akan terjadi suatu perubahan pada setiap aspek
kehidupan dan penghidupan manusia. Kurangnya belajar dapat menyebabkan
manusia kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan karena tuntutan hidup
dan kebutuhan hidup senantiasa berubah-ubah.
Proses pembelajaran pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses
penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran / media tertentu ke penerima
pesan. Pesan atau sumber pesan, saluran / media, dan penerima pesan adalah
komponen-komponen proses komunikasi. Pesan yang akan dikomunikasikan adalah
ajaran ataupun didikan yang ada dalam kurikulum, sumber pesan bisa guru, siswa,
orang lain ataupun penulis buku dan produser media, salurannya media pendidikan
dan penerima pesannya adalah siswa atau guru.
Model pembelajaran berbasis masalah merupakan, model pembelajaran yang
umumya biasa ditemukan dan digunakan. Pendidik akan memberikan sedikit ceramah
serta memunculkan suatu permasalahan sebagai hal yang harus diselesaikan para
peserta didik. Maka, dengan demikian dapat menuntut para peserta didik agar ikut
berperan aktif dalam menyelesaikan suatu materi pembelajaran yang ada, dalam
penyelesain masalah dan akan menimbulkan hasil yang diingikan dari suatu materi
pembelajaran.
Pendekatan belajar behavioristik merupakan salah satu contoh dari pendekatan
untuk memahami perilaku individu dan mempermudah dalam penyelesaian metode
pembelajaran berbasis masalah. dalam teori behavioristik ini diperlukan adanya
masukan/input yang berupa rangsangan (stimulus), keluaran/output yang berupa
respon dan penguatan. Teori behavioristik juga merupakan teori yang sederhana dan
mudah dipahami karena hanya berkisar kepada perilaku yang diamati. Pengulangan
dan pelatihan digunakan agar perilaku yang diinginkan dapat menjadi suatu
kebiasaan. Hasil dari teori behavioristik ini adalah agar perilaku yang diingimkan,
menjadi hal yang positif. Evaluasi atau penilaian di dasari oleh perilaku yang tampak.
Dalam teori ini guru sedikit memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat yang
diikuti contoh baik yang dilakukan sendiri maupun dari suatu simulasi.
Pembelajaran Geografi merupakan adalah mata pelajaran yang mengkaji muka
bumi dan segala sesuatu yang berada di atasnya seperti penduduk, flora, fauna, iklim,
udara dan segala interaksinya. Mata pelajaran geografi sebenarnya sangat menarik
karena berkaitan langsung dengan aktifitas sehari-hari setiap manusia khususnya
peserta didik. Akan tetapi peserta didik semakin bosan dan kurang tertarik. Maka dari
itu diperlukan inovasi-inovasi agar peserta didik lebih tertarrik dalam mempelajari
mata pelajaran geografi.
Pendekatan behavioristik religius merupakan salah satu inovasi dalam
menimbulkan semangat dan ketertarikan peserta didik karena dari teori yang mudah
di terapkan dan dimengerti oleh peserta didik. Karena rangsangan atau stimulus yang
digunakan berasal dari kehidupan sehari-hari dan juga menggunakan dasar
keagamaan yang dapat dipelajari dan mengembangkan spiritualitas dari peserta didik
di SMA Kolase Gonzaga.
SMA Kolase Gonzaga Jakarta, merupakan Sekolah Menengah Atas merupakan
sekolahswasta yang didirikan dengan menggunakan ajaran agama Katolik, maka dari
itu peneliti melakukan penelitian ini untuk lebih mendalami spiritualitas iman Katolik
yang bersifat universal atau luas dan memiliki rasa toleransi yang tinggi, Dalam hal
ini maka akan dilakukan penelitian yang berjudul “ Pengaruh Model Pembelajaran
Berbasis Masalah Dengan Pendekatan Behavioristik Religius Terhadap Pembelajaran
Goegrafi di SMA Kolase Gonzaga”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan dan uraian latar belakang, maka peneliti tertarik untuk
mengkaji :
Bagaimana pengaruh pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan
pendekatan behavioristik religius terhadap hasil belajar peserta didik di SMA Kolase
Gonzaga?

C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas, tujuan penelitian yang akan dicapai oleh peneliti
adalah sebagai berikut :
Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik SMA Kolase Gonzaga melalui teori
pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan pendekatan behavioristik
religius.

D. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan berbasis suatu
masalah yang bermaksud untuk memahami hasil perilaku seperti apa yang akan
terlihat kepada peserta didik setelah dilakukan pendekatan yang berdasarkan
spiritualitas.

E. Populasi Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa dan siswi SMA Kolase
Gonzaga Jakarta kelas XI IPS. Sedangkan yang menjadi sampel pada penelitian ini
adalah kelas XI IPS 1 masing-masing kelas berjumlah 36 siswa.

F. Teknik Analisis Data


Metode pembelajaran kuantitatif pada penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap,
yaitu memberikan imitasi (permasalahan awal), Pemecahan masalah (Problem
solving) dan yang ketiga adalah hasil pendekatan behavioristik religius.
1. Pada tahap imitasi, peserta didik akan diberikan suatu permasalahan tentang
suatu pembalajaran geografi berbasis spiritiualitas yang berasal dari ajaran
agama Katolik sebagai acuannya karena SMA Kolase Gonzaga adalah sekolah
swasta yang memiliki mayoritas peserta didik menganut agama Katolik.
Contoh yang dapat diberikan adalah dengan suatu video pembelajaran,
kutipan perikop alkitab dan ajaran-ajaran berlandasan hukum gereja.
2. Tahap pemecahan masalah adalah tahap para peserta didik mulai
menyelesaikan hal-hal yang menjad materi perilaku yang baik untuk
dilakukan pada saat pembelajaran geografi yang bisa berlandaskan atau
berdasarkan spiritualitas dan dari kehidupan sehari-hari pesertadidik. Contoh,
peserta didik mampu menggambarkan landasan materi-materi yang berada
pada contoh yang berada pada tahap pertama
3. Pada tahap ketiga, yaitu hasil dari pendekatan behavioristik religius, peserta
didik dapat memahami bahwa pembelajaran geografi yang diajarkan dapat di
pelajari melalui spiritualitas yang dianut dan dapat memahami bahwa hasil
dari pembelajaran pendekatan behavioristik religius berdampak kepada hasil
dari mata pelajaran geografi.
G. Daftar Pustaka
Rusuli, Izzatur. 2014. “Reflleksi Teori Belajar Behavioristik dalam Prespektif Islam”
dalam Jurnal Pencerahan volume 8 (hal. 38-54) Aceh : Majelis Pendidikan Daerah
Aceh.
Khamidah, Nur. 2014. “Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 9
Yogayakarta Ditinjau dari Prespektif Teori Belajar Behavoristik” Yogyakarta :
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Supriyati. 2013. “ Pemanfaatan Media Pembelajaran Geografi SMA di Kabupaten
Sleman” Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.
Triwahyuni, Elvi dkk. 2012. “Peranan Konsep Teori Behaviristik B.F. Skinner
Terhadap Motivasi dalam Menghadiri Persekutuan Ibadah” Makassar: Sekolah
Tinggi Filsafat Theologia Jaffray Makassar.
Majid, Fari dan Suyadi. 2019. “Penerapan Teori Belajar Behavioristik Dalam
Pembelajaran PAI” dalam Jurnal Ilmiah Bimbingan dan Konseling volume 1 ( no.3).
Yogyakarta : Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Anda mungkin juga menyukai