dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai lekopenia,
ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diathesis hemoragik (Sudoyo, 2010).
Penyakit DBD mempunyai perjalanan penyakit yang sangat cepat dan sering menjadi fatal
karena banyak pasien yang meninggal akibat penanganan yang terlambat. Demam berdarah
dengue (DBD) disebut juga dengue hemoragic fever (DHF), dengue fever (DF), demam dengue,
dan dengue shock sindrom (DDS) (Widoyono, 2008).
DHF derajat I: Tanda-tanda infeksi virus, dengan menifestasi perdarahan yang tampak hanya
dengan Uji Torniquet positif.
DHF derajat II: Tanda infeksi virus dengan manifestasi perdarahan spontan (mimisan, bintik-
bintik merah)
DHF derajat III: Disebut juga fase pre syok, dengan tanda DHF grade II namun penderita mulai
mengalami tanda syok; kesadaran menurun, tangan dan kaki dingin, nadi teraba cepat dan
lemah, tekanan nadi masih terukur.
DHF derajat IV: Atau fase syok (disebut juga dengue syok syndrome/DSS), penderita syok dalam
dengan kesadaran sangat menurun hingga koma, tangan dan kaki dingin dan pucat, nadi sangat
lemah sampai tidak teraba, tekanan nadi tidak dapat terukur.
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan gejala karena
viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hiperemi
ditenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin muncul pada system
retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam
pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh darah dibawah kulit.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan DF dan DHF
ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat anafilaktosin, histamin
dan serotonin serta aktivasi system kalikreain yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler.
Hal ini berakibat berkurangnya volume plama, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi,
hipoproteinemia, efusi dan renjatan.
Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses imunologis terbukti dengan
terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah. Kelainan system koagulasi disebabkan
diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya memang tebukti terganggu oleh aktifasi system
koagulasi. Masalah terjadi tidaknya DIC pada DHF/ DSS, terutama pada pasien dengan
perdarahan hebat.