DOSEN PENGAMPU
DI SUSUN OLEH
Chindy Anzellica
P17320320051
2020-202
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat ima
n dan islam kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah untuk memenuhi tugas
tepat waktunya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, keluarga, sahabat dan saya sebagai generasi penerusnya hingga akhir zaman.
Akhir kata, semoga Allah SWT senantiasa selalu memberikan petunjuk dan
keistiqomahan dalam menjalankan setiap urusan saya, serta memberikan kekuatan dan
kesabaran kepada kita semua dalam menghadapi segala tantangan.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Mobilitas dan aktivitas adalah hal yang vital bagi kesehatan total lansia
sehingga perawat harus banyak memiliki pengetahuan dalam pengkajian dan intervensi
muskuloskeletal. Perawat memainkan dua peranan penting. Pertama, mempraktikkan
promosi kesehatan jauh sebelum berusia 65 tahun dapat menunda dan memperkecil
efek degeneratif dari penuaan. Penyakit muskuloskeletal bukan merupakan konsekuensi
penuaan yang tidak dapat dihindari dan karenanya harus dianggap sebagai suatu proses
penyakit spesifik, tidak hanya sebagai akibat dari penuaan.
Artritis Reumatoid (AR) adalah suatu penyakit otoimun sistemik yang
menyebabkan peradangan pada sendi. Penyakit ini ditandai oleh peradangan sinovium
yang menetap, suatu sinovitis proliferatifa kronik non spesifik. Dengan berjalannya
waktu, dapat terjadi erosi tulang, destruksi (kehancuran) rawan sendi dan kerusakan
total sendi.
Artritis Reumatoid merupakan suatu penyakit yang telah lama dikenal dan tersebar
luas di seluruh dunia serta melibatkan semua ras dan kelompok etnik. Prevalensi Artriti
s Reumatoid adalah sekitar 1 persen populasi (berkisar antara 0,3 sampai 2,1 persen). A
rtritis Reumatoid lebih sering dijumpai pada wanita, dengan perbandingan wanita dan p
ria sebesar 3 : 1.7 Perbandingan ini mencapai 5:1 pada wanita dalam usia subur. Artriti
s Reumatoid menyerang 2,1 juta orang Amerika, yang kebanyakan wanita. Serangan pa
da umumnya terjadi di usia pertengahan, nampak lebih sering pada orang lanjut usia. 1,
5 juta wanita mempunyai artritis reumatoid yang dibandingkan dengan 600.000 pria.
Penanganan medis pasien dengan artritis reumatoid pada lansia bergantung
pada tahap penyakit ketika diagnosis dibuat dan termasuk dalam kelompok mana yang
sesuai dengan kondisi tersebut. Untuk menghilangkan nyeri dapet mempergunakan
agens antiinflamasi, obat yang dipilih adalah aspirin.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Jadi artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi klinis yang mengenai mambran
sinovial pada persendian yang bisa menyebabkan degenerasi jaringan penyambung ya
ng biasanya ditandai dengan nyeri pada persendian, kaku sendi , penurunan mobilitas
dan keletihan
Gangguan citra
tubuh
2.4.2 Pemeriksaan darah tepi :
a. Kekauan pada dan seputar sendi yang berlangsung sekitar 30-60 menit di pagi
hari.
b. Bengkak pada beberapa sendi pada saat yang bersamaan.
c. Bengkak dari nyeri pada umunya terjadi pada sendi-sendi tangan.
d. Bengkak dan nyeri umunya terjadi dengan pola yang simetris (nyeri pada sendi
yang sama di kedua sisi tubuh) dan umumya menyerang sendi pergelangan
tangan.
e. Sakit atau radang dan terkadang bengkak dibagian persendiaan pergelangan jari,
tangan, kaki, bahu, lutut, pinggang, punggung dan sekitar leher.
f. Sakit Rematik dapat berpindah-pindah tempat dan bergantian bahkan sekaligus
diberbagai persendian.
g. Sakit Rematik kambuh biasanya pada saat cuaca mendung saat mau hujan setelah
mengkonsumsi makanan pantangan seperti; sayur bayam, kangkung, kelapa,
santan, dan lain-lain (Haryono dan Setianingsih, 2013, h. 10)
Pada lansia artritis reumatoid dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok, yaitu :
a. Kelompok 1
Artritis reumatoid klasik. Sendi-sendi kecil pada kaki dan tangan sebagian
besar terlibat. Terdapat faktor reumatoid, dan nodula-nodula reumatoid yang
sering terjadi. Penyakit dalam kelompok ini dapat mendorong ke arah kerusakan
sendi yang progresif.
b. Kelompok 2
Termasuk ke dalam klien yang memenuhi syarat dari American
Rheumatologic Association untuk artritis reumatoid karena mereka mempunyai
radang sinovitis yang terus-menerus dan simetris, sering melibatkan pergelangan
tangan dan sendi-sendi jari.
c. Kelompok 3
Sinovitis terutama memengaruhi bagian proksimal sendi, bahu dan panggul.
Awitannya mendadak, sering ditandai dengan kekuatan pada pagi hari.
Pergelangan tangan pasien sering mengalami hal ini, dengan adanya bengkak,
nyeri tekan, penurunan kekuatan genggaman, dan sindrome karpal tunnel.
Kelompok ini mewakili suatu penyakit yang dapat sembuh sendiri yang dapat
dikendalikan secara baik dengan menggunakan prednison dosis rendah atau agens
antiinflamasi dan memiliki prognosis yang baik.
a. Pendidikan
Pendidikan yang diberikan meliputi pengertian, patofisiologi (perjalanan
penyakit), penyebab dan perkiraan perjalanan (prognosis) penyakit ini,
semua komponen program penatalaksanaan termasuk regimen obat yang
kompleks, sumber-sumber bantuan untuk mengatasi penyakit ini dan
metode efektif tentang penatalaksanaan yang diberikan oleh tim kesehatan.
Proses pendidikan ini harus dilakukan secara terus-menerus.
b. Istirahat
Merupakan hal penting karena reumatik biasanya disertai rasa lelah yang
hebat. Walaupun rasa lelah tersebut dapat saja timbul setiap hari, tetapi ada
masa dimana penderita merasa lebih baik atau lebih berat. Penderita harus
membagi waktu seharinya menjadi beberapa kali waktu beraktivitas yang
diikuti oleh masa istirahat.
c. Latihan Fisik dan Termoterapi
Latihan spesifik dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi.
Latihan ini mencakup gerakan aktif dan pasif pada semua sendi yang sakit,
sedikitnya dua kali sehari. Obat untuk menghilangkan nyeri perlu diberikan
sebelum memulai latihan. Kompres panas pada sendi yang sakit dan
bengkak mungkin dapat mengurangi nyeri. Latihan dan termoterapi ini
paling baik diatur oleh pekerja kesehatan yang sudah mendapatkan latihan
khusus, seperti ahli terapi fisik atau terapi kerja. Latihan yang berlebihan
dapat merusak struktur penunjang sendi yang memang sudah lemah oleh
adanya penyakit.
a. Penggunaan OAINS
Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) umum nya diberikan pada
penderita AR sejak masa dini penyakit yang dimaksudkan untuk mengatasi
nyeri sendi akibat inflamasi yang seringkali dijumpai walaupun belum
terjadi proliferasi sinovial yang bermakna. Selain dapat mengatasi
inflamasi, OAINS juga memberikan efek analgesik yang sangat baik.
OAINS terutama bekerja dengan menghambat enzim siklooxygenase
sehingga menekan sintesis prostaglandin. Masih belum jelas apakah
hambatan enzim lipooxygenase juga berperanan dalam hal ini, akan tetapi
jelas bahwa OAINS berkerja dengan cara:
1) Memungkinkan stabilisasi membran lisosomal.
2) Menghambat pembebasan dan aktivitas mediator inflamasi (histamin,
serotonin, enzim lisosomal dan enzim lainnya).
3) Menghambat migrasi sel ke tempat peradangan.
4) Menghambat proliferasi seluler.
5) Menetralisasi radikal oksigen.
6) Menekan rasa nyeri
b. Penggunaan DMARD
Terdapat terdapat dua cara pendekatan pemberian DMARD pada
pengobatan penderita AR. Cara pertama adalah pemberian DMARD
tunggal yang dimulai dari saat yang sangat dini. Pendekatan ini didasarkan
pada pemikiran bahwa destruksi sendi pada AR terjadi pada masa dini
penyakit. Cara pendekatan lain adalah dengan menggunakan dua atau lebih
DMARD secara simultan atau secara siklik seperti penggunaan obat obatan
imunosupresif pada pengobatan penyakit keganasan. digunakan untuk
melindungi rawan sendi dan tulang dari proses destruksi akibat artritis
reumatoid. Beberapa jenis DMARD yang lazim digunakan untuk
pengobatan AR adalah:
1) Klorokuin : Dosis anjuran klorokuin fosfat 250 mg/hari
hidrosiklorokuin 400 mg/hari. Efek samping bergantung pada dosis
harian, berupa penurunan ketajaman penglihatan, dermatitis
makulopapular, nausea, diare, dan anemia hemolitik.
2) Sulfazalazine : Untuk pengobatan AR sulfasalazine dalam bentuk
enteric coated tablet digunakan mulai dari dosis 1 x 500 mg / hari,
untuk kemudian ditingkatkan 500 mg setiap minggu sampai mencapai
dosis 4 x 500 mg. Setelah remisi tercapai dengan dosis 2 g / hari, dosis
diturunkan kembali sehingga mencapai 1 g /hari untuk digunakan
dalam jangka panjang sampai remisi sempurna terjadi.
3) D-penicillamine : Dalam pengobatan AR, DP (Cuprimin 250 mg atau
Trolovol 300 mg) digunakan dalam dosis 1 x 250 sampai 300 mg/hari
kemudian dosis ditingkatkan setiap dua sampai 4 minggu sebesar 250
sampai 300 mg/hari untuk mencapai dosis total 4 x 250 sampai 300
mg/hari.
c. Operasi
Jika berbagai cara pengobatan telah dilakukan dan tidak berhasil serta
terdapat alasan yang cukup kuat, dapat dilakukan pengobatan pembedahan.
Jenis pengobatan ini pada pasien AR umumnya bersifat ortopedik, misalnya
sinovektoni, artrodesis, total hip replacement, memperbaiki deviasi ulnar,
dan sebagainya.
2.7 Komplikasi Artritis Reumatoid
Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/110/jtptunimus-gdl-zulipurnaw-5461-1-babi.pdf
http://reumatologi.or.id/
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/110/jtptunimus-gdl-zulipurnaw-5461-1-babi.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24610/4/Chapter%20II.pdf
http://reumatologi.or.id/var/rekomendasi/Buku_Rekomendasi_AR.pdf