Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH MATA KULIAH DOKUMENTASI KEPERAWATAN

Askep Artristis Reumatiod

Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah dokummentasi keperawatan

DOSEN PENGAMPU

Ningning SN, M.Kep

DI SUSUN OLEH

Chindy Anzellica
P17320320051

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BOGOR

2020-202
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat ima
n dan islam kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah untuk memenuhi tugas
tepat waktunya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, keluarga, sahabat dan saya sebagai generasi penerusnya hingga akhir zaman.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk mengembangkan ilmu dan pengetahhuan


saya sebagai penyusun, serta dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat SKS mata kulia
h Dokumentasi Keperawatan. Makalah ini diharapkan bisa memberikan manfaat bagi saya d
an pembaca yang memerlukan informasi yang terkandung di dalamnnya serta menjadi sumba
ngsih dalam bidang Dokumentasi Keperawatan, khususnya mengenai permasalahan yang
saya bahas.

Makalah yang berjudul “Askep Artristis Reumatiod”. Proses penyusunan makalah ini


dilakukan dengan kesungguhan sesuai dengan kaidah dan pedoman yang berlaku. Walaupun
demikian, saya yakin masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan yang tertuang
didalamnya. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya koreksi dan perbaikan yang memba
ngun dari para pembaca agar dalam penyusunan selanjutnya dapat dilakukan dengan lebih
baik lagi.

Akhir kata, semoga Allah SWT senantiasa selalu memberikan petunjuk dan
keistiqomahan dalam menjalankan setiap urusan saya, serta memberikan kekuatan dan
kesabaran kepada kita semua dalam menghadapi segala tantangan.

Bogor, September 2021

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mobilitas dan aktivitas adalah hal yang vital bagi kesehatan total lansia
sehingga perawat harus banyak memiliki pengetahuan dalam pengkajian dan intervensi
muskuloskeletal. Perawat memainkan dua peranan penting. Pertama, mempraktikkan
promosi kesehatan jauh sebelum berusia 65 tahun dapat menunda dan memperkecil
efek degeneratif dari penuaan. Penyakit muskuloskeletal bukan merupakan konsekuensi
penuaan yang tidak dapat dihindari dan karenanya harus dianggap sebagai suatu proses
penyakit spesifik, tidak hanya sebagai akibat dari penuaan.
Artritis Reumatoid (AR) adalah suatu penyakit otoimun sistemik yang
menyebabkan peradangan pada sendi. Penyakit ini ditandai oleh peradangan sinovium
yang menetap, suatu sinovitis proliferatifa kronik non spesifik. Dengan berjalannya
waktu, dapat terjadi erosi tulang, destruksi (kehancuran) rawan sendi dan kerusakan
total sendi.
Artritis Reumatoid merupakan suatu penyakit yang telah lama dikenal dan tersebar
luas di seluruh dunia serta melibatkan semua ras dan kelompok etnik. Prevalensi Artriti
s Reumatoid adalah sekitar 1 persen populasi (berkisar antara 0,3 sampai 2,1 persen). A
rtritis Reumatoid lebih sering dijumpai pada wanita, dengan perbandingan wanita dan p
ria sebesar 3 : 1.7 Perbandingan ini mencapai 5:1 pada wanita dalam usia subur. Artriti
s Reumatoid menyerang 2,1 juta orang Amerika, yang kebanyakan wanita. Serangan pa
da umumnya terjadi di usia pertengahan, nampak lebih sering pada orang lanjut usia. 1,
5 juta wanita mempunyai artritis reumatoid yang dibandingkan dengan 600.000 pria.
Penanganan medis pasien dengan artritis reumatoid pada lansia bergantung
pada tahap penyakit ketika diagnosis dibuat dan termasuk dalam kelompok mana yang
sesuai dengan kondisi tersebut. Untuk menghilangkan nyeri dapet mempergunakan
agens antiinflamasi, obat yang dipilih adalah aspirin.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari penyakit artritis reumatoid itu ?


2. Apa penyebab dari penyakit artritis reumatoid itu ?
3. Bagaimanakah patofisiologis dari penyakit artritis reumatoid ?
4. Apa manifestasi klinis dari penyakit artritis teumatoid itu ?
5. Bagaimanakah pathways dari penyakit artritis reumatoid itu ?
6. Bagaimana prinsip pengelolaan pada penyakit artritir reumatoid ?
7. Bagaimana proses keperawatan pada penyakit artritis reumatoid?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Dapat menambah pengetahuan mahasiswa mengenai penyakit rematoid artritis


serta asuhan keperawatan yang dapat dilakukan terhadap pasien lansia dengan
masalah rematoid artritis.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu mengetahui anatomi fisiologi sistem persendian.


b. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian rematoid artritis.
c. Mahasiswa mampu mengetahui penyebab terjadinya rematoid artritis.
d. Mahasiswa mampu mengetahui patofisiologi rematoid artritis.
e. Mahasiswa mampu mengetahui tanda dan gejala yang muncul pada rematoid
artritis.
f. Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan keperawatan yang dapat
diberikan pada pasien yang mengalami rematoid artritis.
g. Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan yang bisa dilakukan
pada pasien dengan masalah rematoid artritis.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi kronis yang menyebabkan d


egenerasi jaringan penyambung. Jaringan penyambung biasanya mengalami kerusaka
n pertama kali adalah membaran sinovial yang melapisi sendi (Corwin.2009,hal 347).
Artritis reumatoid adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai membra
n sinovial dari persendian dan biasanya ditandai dengan nyeri persendian, kaku sendi,
penurunan mobilitas, dan keletihan. (Brunner & Suddart, 2000 hal 49).

Jadi artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi klinis yang mengenai mambran
sinovial pada persendian yang bisa menyebabkan degenerasi jaringan penyambung ya
ng biasanya ditandai dengan nyeri pada persendian, kaku sendi , penurunan mobilitas
dan keletihan

2.2 Etiologi Artritis Reumatoid

Penyebab utama penyakit artritis reumatoid masih belum diketahui secara


pasti. Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab artritis reumatoid,
yaitu :
a. Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus.
b. Endokrin
Kecenderungan wanita untuk menderita artritis reumatoid dan sering
dijumpainya remisi pada wanita yang sedang hamil menimbulkan dugaan
terdapatnya faktor keseimbangan hormonal sebagai salah satu faktor yang
berpengaruh pada penyakit ini. Walaupun demikian karena pemberian hormon
estrogen eksternal tidak pernah menghasilkan perbaikan sebagaimana yang
diharapkan, sehingga kini belum berhasil dipastikan bahwa faktor hormonal
memang merupakan penyebab penyakit ini.
c. Autoimmun
Pada saat ini artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan
infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II, faktor infeksi mungkin
disebabkan oleh karena virus dan organisme mikroplasma atau grup difterioid yang
menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi penderita.
d. Metabolik
e. Faktor genetik serta pemicu lingkungan
Faktor genetik dan beberapa faktor lingkungan telah lama diduga berperan
dalam timbulnya penyakit ini. Hal ini terbukti dari terdapatnya hubungan antara
produk kompleks histokompatibilitas utama kelas II, khususnya HLA-DR4 dengan
artritis reumatoid seropositif. Pengemban HLA-DR4 memiliki resiko relatif 4:1
untuk menderita penyakit ini.

2.3 Patofisiologi Dan Patway Artritis Reumatoid

Inflamasi mula-mula terjadi pada sendi-sendi synovial seperti edema,


kongesti vaskuler, eksudat fibrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang
berkelanjutan, synovial menjadi menbal, terutama pada sendi artiluar kartilago dari
sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk panus atau penut yang menutupi
kartilago. Panus masuk ke tulang subchondria. Jaringan granulasi menguat karena
radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuler. Kartilago menjadi
nekrosis, tingkat erosi dari kartilago menetukan tingkat ketidak mampuan sendi. Bila
kerusakan kartilago sangat luas maka menjadi adhesi di antara permukaan sendi,
karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan
tulang menyebabkan tendon dan ligament menjadi lemah dan bisa menimbulkan
subluksasi atau dislokasi dari persendiaan. Invasi dari tulang subchondrial bisa
menyebabkan osteoporosis setempat.
Lamanya athrtitis rheumatoid berbeda dari tiap orang. Di tandai dengan
masa adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang
sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Dan ada juga
klien terutama yang mempunyai faktor rheumatoid (seropositif gangguan
rheumatoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif (Mujahidullah, 2012, h.
81-82)

2.4 Pemeriksaan Diagnostik Artritis Reumatoid

2.4.1 Pemeriksaan cairan synovial :

a. Warna kuning sampai putih dengan derajat kekeruhan yang


menggambarkan peningkatan jumlah sel darah putih.
b. Leukosit 5.000 – 50.000/mm3, menggambarkan adanya proses inflamasi
yang didominasi oleh sel neutrophil (65%).
c. Rheumatoid factor positif, kadarnya lebih tinggi dari serum dan berbanding
terbalik dengan cairan sinovium.
Faktor penyebab rheumatoid arthritis

Respon imun Invasi kuman


Pyogenik kedalam
rongga sendi
Respon tubuh membentuk
Antibody leukosit dalam
Cairan sinovial Reaksi Inflamasi
pada jaringan sanovial
Proses Infeksi
Faktor Rheumatoid (FR)
Dikapsula sendi Pembentukan pus
Pada membran dan
Cairan sinovial
Peradangan Kronik Peningkatan suhu
Tubuh

Destruksi jaringan Gangguan rasa


Gangguan rasa nyaman
nyaman Abses rongga sendi
(panas)

Gangguan rasa nyaman


Deformitas Rawan sendi rusak
(nyeri)

Gangguan mobilitas An kilosing


fisik

Kurang perawatan diri

Gangguan citra
tubuh
2.4.2 Pemeriksaan darah tepi :

a. Leukosit : normal atau meningkat ( <>3 ). Leukosit menurun bila terdapat


splenomegali; keadaan ini dikenal sebagai Felty’s Syndrome.
b. Anemia normositik atau mikrositik, tipe penyakit kronis.

2.4.3 Pemeriksaan kadar sero-imunologi :

a. Rheumatoid factor + Ig M -75% penderita ; 95% + pada penderita dengan


nodul subkutan.
b. Anti CCP antibody positif telah dapat ditemukan pada arthritis rheumatoid
dini.

2.5 Manifestasi Klinik Artritis Reumatoid

a. Kekauan pada dan seputar sendi yang berlangsung sekitar 30-60 menit di pagi
hari.
b. Bengkak pada beberapa sendi pada saat yang bersamaan.
c. Bengkak dari nyeri pada umunya terjadi pada sendi-sendi tangan.
d. Bengkak dan nyeri umunya terjadi dengan pola yang simetris (nyeri pada sendi
yang sama di kedua sisi tubuh) dan umumya menyerang sendi pergelangan
tangan.
e. Sakit atau radang dan terkadang bengkak dibagian persendiaan pergelangan jari,
tangan, kaki, bahu, lutut, pinggang, punggung dan sekitar leher.
f. Sakit Rematik dapat berpindah-pindah tempat dan bergantian bahkan sekaligus
diberbagai persendian.
g. Sakit Rematik kambuh biasanya pada saat cuaca mendung saat mau hujan setelah
mengkonsumsi makanan pantangan seperti; sayur bayam, kangkung, kelapa,
santan, dan lain-lain (Haryono dan Setianingsih, 2013, h. 10)

Pada lansia artritis reumatoid dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok, yaitu :
a. Kelompok 1
Artritis reumatoid klasik. Sendi-sendi kecil pada kaki dan tangan sebagian
besar terlibat. Terdapat faktor reumatoid, dan nodula-nodula reumatoid yang
sering terjadi. Penyakit dalam kelompok ini dapat mendorong ke arah kerusakan
sendi yang progresif.
b. Kelompok 2
Termasuk ke dalam klien yang memenuhi syarat dari American
Rheumatologic Association untuk artritis reumatoid karena mereka mempunyai
radang sinovitis yang terus-menerus dan simetris, sering melibatkan pergelangan
tangan dan sendi-sendi jari.
c. Kelompok 3
Sinovitis terutama memengaruhi bagian proksimal sendi, bahu dan panggul.
Awitannya mendadak, sering ditandai dengan kekuatan pada pagi hari.
Pergelangan tangan pasien sering mengalami hal ini, dengan adanya bengkak,
nyeri tekan, penurunan kekuatan genggaman, dan sindrome karpal tunnel.
Kelompok ini mewakili suatu penyakit yang dapat sembuh sendiri yang dapat
dikendalikan secara baik dengan menggunakan prednison dosis rendah atau agens
antiinflamasi dan memiliki prognosis yang baik.

2.6 Penatalaksanaan Artritis Reumatoid

Tujuan utama dari program penatalaksanaan perawatan adalah sebagai berikut :


a. Untuk menghilangkan nyeri dan peradangan.
b. Untuk mempertahankan fungsi sendi dan kemampuan maksimal dari penderita.
c. Untuk mencegah dan atau memperbaiki deformitas yang terjadi pada sendi.
d. Mempertahankan kemandirian sehingga tidak bergantung pada orang lain.

2.6.1 Penatalaksanaan Keperawatan

a. Pendidikan
Pendidikan yang diberikan meliputi pengertian, patofisiologi (perjalanan
penyakit), penyebab dan perkiraan perjalanan (prognosis) penyakit ini,
semua komponen program penatalaksanaan termasuk regimen obat yang
kompleks, sumber-sumber bantuan untuk mengatasi penyakit ini dan
metode efektif tentang penatalaksanaan yang diberikan oleh tim kesehatan.
Proses pendidikan ini harus dilakukan secara terus-menerus.
b. Istirahat
Merupakan hal penting karena reumatik biasanya disertai rasa lelah yang
hebat. Walaupun rasa lelah tersebut dapat saja timbul setiap hari, tetapi ada
masa dimana penderita merasa lebih baik atau lebih berat. Penderita harus
membagi waktu seharinya menjadi beberapa kali waktu beraktivitas yang
diikuti oleh masa istirahat.
c. Latihan Fisik dan Termoterapi
Latihan spesifik dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi.
Latihan ini mencakup gerakan aktif dan pasif pada semua sendi yang sakit,
sedikitnya dua kali sehari. Obat untuk menghilangkan nyeri perlu diberikan
sebelum memulai latihan. Kompres panas pada sendi yang sakit dan
bengkak mungkin dapat mengurangi nyeri. Latihan dan termoterapi ini
paling baik diatur oleh pekerja kesehatan yang sudah mendapatkan latihan
khusus, seperti ahli terapi fisik atau terapi kerja. Latihan yang berlebihan
dapat merusak struktur penunjang sendi yang memang sudah lemah oleh
adanya penyakit.

2.6.2 Penatalaksanaan Medis/ Medikamentosa (pengobatan)

a. Penggunaan OAINS
Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) umum nya diberikan pada
penderita AR sejak masa dini penyakit yang dimaksudkan untuk mengatasi
nyeri sendi akibat inflamasi yang seringkali dijumpai walaupun belum
terjadi proliferasi sinovial yang bermakna. Selain dapat mengatasi
inflamasi, OAINS juga memberikan efek analgesik yang sangat baik.
OAINS terutama bekerja dengan menghambat enzim siklooxygenase
sehingga menekan sintesis prostaglandin. Masih belum jelas apakah
hambatan enzim lipooxygenase juga berperanan dalam hal ini, akan tetapi
jelas bahwa OAINS berkerja dengan cara:
1) Memungkinkan stabilisasi membran lisosomal.
2) Menghambat pembebasan dan aktivitas mediator inflamasi (histamin,
serotonin, enzim lisosomal dan enzim lainnya).
3) Menghambat migrasi sel ke tempat peradangan.
4) Menghambat proliferasi seluler.
5) Menetralisasi radikal oksigen.
6) Menekan rasa nyeri
b. Penggunaan DMARD
Terdapat terdapat dua cara pendekatan pemberian DMARD pada
pengobatan penderita AR. Cara pertama adalah pemberian DMARD
tunggal yang dimulai dari saat yang sangat dini. Pendekatan ini didasarkan
pada pemikiran bahwa destruksi sendi pada AR terjadi pada masa dini
penyakit. Cara pendekatan lain adalah dengan menggunakan dua atau lebih
DMARD secara simultan atau secara siklik seperti penggunaan obat obatan
imunosupresif pada pengobatan penyakit keganasan. digunakan untuk
melindungi rawan sendi dan tulang dari proses destruksi akibat artritis
reumatoid. Beberapa jenis DMARD yang lazim digunakan untuk
pengobatan AR adalah:
1) Klorokuin : Dosis anjuran klorokuin fosfat 250 mg/hari
hidrosiklorokuin 400 mg/hari. Efek samping bergantung pada dosis
harian, berupa penurunan ketajaman penglihatan, dermatitis
makulopapular, nausea, diare, dan anemia hemolitik.
2) Sulfazalazine : Untuk pengobatan AR sulfasalazine dalam bentuk
enteric coated tablet digunakan mulai dari dosis 1 x 500 mg / hari,
untuk kemudian ditingkatkan 500 mg setiap minggu sampai mencapai
dosis 4 x 500 mg. Setelah remisi tercapai dengan dosis 2 g / hari, dosis
diturunkan kembali sehingga mencapai 1 g /hari untuk digunakan
dalam jangka panjang sampai remisi sempurna terjadi.
3) D-penicillamine : Dalam pengobatan AR, DP (Cuprimin 250 mg atau
Trolovol 300 mg) digunakan dalam dosis 1 x 250 sampai 300 mg/hari
kemudian dosis ditingkatkan setiap dua sampai 4 minggu sebesar 250
sampai 300 mg/hari untuk mencapai dosis total 4 x 250 sampai 300
mg/hari.
c. Operasi
Jika berbagai cara pengobatan telah dilakukan dan tidak berhasil serta
terdapat alasan yang cukup kuat, dapat dilakukan pengobatan pembedahan.
Jenis pengobatan ini pada pasien AR umumnya bersifat ortopedik, misalnya
sinovektoni, artrodesis, total hip replacement, memperbaiki deviasi ulnar,
dan sebagainya.
2.7 Komplikasi Artritis Reumatoid

a. Peradangan menyebar luas.


Peradangan dapat menjangkiti jaringan tubuh lain, seperti hati, pembuluh darah,
paru-paru, dan mata. Kondisi ini jarang terjadi dengan perawatan dini.
b. Cervical myelopathy.
Saraf tulang belakang tertekan akibat dislokasi persendian tulang belakang
bagian atas. Walau jarang terjadi, jika tidak segera dioperasi, kondisi ini bisa
menyebabkan kerusakan saraf tulang belakang permanen dan akan berdampak
kepada aktivitas sehari-hari.
c. Sindrom lorong karpal.
Kondisi ini terjadi karena saraf median, yaitu saraf yang mengendalikan gerakan
dan sensasi di pergelangan tangan tertekan dan menimbulkan gejala kesemutan,
nyeri, dan mati rasa. Kondisi ini bisa diringankan dengan suntikan steroid atau
menggunakan bebat untuk pergelangan tangan. Namun, umumnya operasi
diperlukan untuk melepaskan tekanan pada saraf median.
d. Penyakit kardiovaskular.
Penyakit seperti stroke dan serangan jantung bisa terjadi akibat dampak
rheumatoid arthritis yang memengaruhi pembuluh darah atau jantung. Risiko
terkena penyakit ini bisa dikurangi dengan mengonsumsi makanan sehat,
berolahraga secara teratur dan berhenti merokok.
e. Kerusakan sendi.
Kerusakan sendi akibat radang bisa menjadi permanen jika tidak ditangani
dengan baik. Ada beberapa masalah yang dapat memengaruhi persendian,
seperti kelainan bentuk persendian, penipisan tulang (osteroporosis), kerusakan
pada tulang dan tulang rawan, serta tendon di area sekitar terjadinya
peradangan.
f. Sindrom Sjogren.
Penderita rheumatoid arthritis rentan mengalami sindrom Sjogren, yakni kondisi
dimana kelembapan pada mata dan mulut berkurang.
g. Limfoma.
Limfoma merupakan jenis kanker darah yang menyerang getah bening di dalam
tubuh..
BAB III
TINJAUAN KASUS
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan

Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/110/jtptunimus-gdl-zulipurnaw-5461-1-babi.pdf
http://reumatologi.or.id/
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/110/jtptunimus-gdl-zulipurnaw-5461-1-babi.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24610/4/Chapter%20II.pdf

http://reumatologi.or.id/var/rekomendasi/Buku_Rekomendasi_AR.pdf

Anonymus, Artritis Rematoid. (online).


http:// www. naturindonesia. com/ artikel-berbagai- penyakit- degeneratif/ 449-artritis-reumat
oid-.html, diakses tanggal 11 Maret 2013 pukul 12.30
Anonymus, 2012. Makalah Rematoid Artritis. (online).
http://profesional-eagle. blogspot. Com /2012/05/makalah- reumatoid- artritis-copast.html, di
akses tanggal 11 Maret 2013 pukul 12.40
Anonymus, 2012. Asuhan Keperawatan Rematoid Artritis. (online).
http://www. kapukonline.com/2012/01/askep-asuhan keperawatan rheumatoid arthri. html, di
akses tanggal 11 Maret 2013 pukul 12.50
Kowalak. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. EGC : Jakarta.
Kushariyadi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Salemba Medika : Jakarta.
Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai