Pembelajaran
Model-Model
Pembelajaran
Mia Agustina Devy
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil alamin, segala puji dihaturkan ke hadirat Rabbil Izzah, Allah SWT
yang telah memperkenankan kehadiran bahan ajar ini sebagai bagian dari upaya peningkatan
mutu layanan pendidika. Semoga Allah SWT berkenan menjadikannya suatu karya yang jariyah
pahalanya hingga yaumil akhir. Shalawat dan salam dihaturkan pula kepada baginda Rasulillah
SAW.
Bahan ajar ini merupakan resume dari materi diklat PDTK Metodelogi Pembelajaran
oleh Balai Diklat Keagamaan (BDK) Denpasar yang berlangsung dari tanggal 2 – 7 Agustus
2021. Ucapan terima kasih dihaturkan kepada bapak Wachidun serta bapak Arya selaku
widyaiswara yang telah berbagi ilmu kepada saya dan teman-teman.
Tentu artikel ini belum sempurna, mengingat kesempurnaan hakiki hanya milik Allah
SWT. Kritik dan saran konstruktif sangat diharapkan demi perbaikan-perbaikan di masa yang
akan datang.
Selamat membaca, semoga bermanfaat. Wallahu waliyyut taufiq.
Buleleng, Agustus 2021
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan implementasi kurikulum 2013, diharapkan adanya perubahan paradigma pada
pelaksanaan pembelajaran. Guru sebagai ujung tombak perubahan dapat mengubah pola pikir
dan strategi pembelajaran yang pada awalnya berpusat pada guru (teacher centered) berubah
menjadi berpusat pada siswa (student centered). Guru diharapkan lebih kreatif dan inovatif
dalam menyajikan materi pelajaran. Terciptanya manusia Indonesia yang produktif, kreatif dan
inovatif dapat terwujud melalui pelaksanaan pembelajaran yang dapat dilaksanakan di berbagai
lingkup dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Pembelajaran yang dapat
diterapkan adalah pembelajaran dengan memberdayakan untuk berfikir tingkat tinggi (high
order thinking). Kurikulum 2013 telah mengadopsi taksonomi Bloom yang direvisi oleh
Anderson dimulai dari level mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi
dan mencipta. Karena tuntutan Kurikulum 2013 harus sampai pada taraf mencipta, maka siswa
harus terus menerus dilatih untuk menghasilkan sesuatu yang baru.
Implementasi Kurikulum 2013 yang menjadi rujukan proses pembelajaran pada satuan
pendidikan, sesuai kebijakan, perlu mengintegrasikan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK).
Integrasi tersebut bukan sebagai program tambahan atau sisipan, melainkan sebagai satu
kesatuan mendidik dan belajar bagi seluruh pelaku pendidikan di satuan pendidikan. Peraturan
Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) menjadikan
pendidikan karakter sebagai “Gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan
untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir,
dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan
masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM)” (Pasal 1, ayat 1).
Perpres ini menjadi landasan awal untuk kembali meletakkan pendidikan karakter sebagai jiwa
utama dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, diperkuat dengan dikeluarkannya
Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan Karakter Pada Satuan
Pendidikan Formal. Penguatan Pendidikan Karakter menjadi kebijakan nasional yang harus
diimplementasikan pada setiap pelatihan dalam rangka peningkatan kompetensi guru.
Pendidikan pada dasarnya merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia
yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu perubahan atau perkembangan
pendidikan adalah hal yang seharusnya terjadi, sejalan dengan perubahan budaya kehidupan
manusia. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus menerus
dilakukan sebagai upaya untuk mengantisipasi kepentingan dimasa yang akan datang.
Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan dimasa yang akan datang adalah pendidikan
yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga mampu menghadapi dan
memecahkan masalah kehidupan yang dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh potensi nurani
maupun potensi kompetensi peserta didik sehingga seluruh ranah dalam pendidikan yaitu,
kognitif, afektif dan psikomotorik dapat dikembangkan secara bersamaan sesuai dengan tujuan
pendidikan.
Model-model pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajaran pola
urutannya dan sudut pandang terhadap sifat lingkungan belajar. Model pembelajaran Problem
Based Learning adalah salah satu diantara keempat model yang direkomendasikan dalam
kurikulum 2013 yang diterapkan dalam pembelajaran untuk mengarahkan siswa mendapatkan
informasi berdasarkan permasalahan yang dihadapi dengan pendekatan berbasis keilmuan
sebagai dasar dan tuntunan dalam setiap tahapan realisasi kegiatan pembelajaran.
Penilaian merupakan suatu kegiatan yang terkait dengan pengambilan keputusan tentang
pencapaian kompetensi atau hasil belajar peserta didik yang mengikuti proses pembelajaran
tertentu. Untuk itu, diperlukan data sebagai informasi yang diandalkan sebagai dasar
pengambilan keputusan. Keputusan tersebut berhubungan dengan sudah atau belum berhasilnya
peserta didik dalammencapai suatu kompetensi. Penilaian adalah proses pengumpulan dan
pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.
Data yang diperoleh guru selama pembelajaran berlangsung dapat dijaring dan dikumpulkan
melalui prosedur, teknik dan alat penilaian yang sesuai dengan kompetensi yang akan dinilai.
Oleh sebab itu, penilaian merupakan proses pengumpulan dan penggunaan informasi oleh guru
untuk memberikan keputusan, dalam hal ini nilai terhadap hasil belajar peserta didik berdasarkan
tahapan belajarnya. Dari proses ini, diperoleh potret/profil kemampuan peserta didik dalam
mencapai sejumlah standar kompetensi dan kompetensi dasar yang tercantum dalam kurikulum.
B. Tujuan
Tujuan dari mata pelatihan ini adalah 1) Menjelaskan prinsip pembelajaran, 2) Menentukan
model pembelajaran 3) Menentukan langkah dalam mendesain pembelajaran, 4) Menyusun RPP
pembelajaran
BAB II
A. Prinsip Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu proses pengembangan potensi dan pembangunan karakter
setiap peserta didik sebagai hasil dari sinergi antara pendidikan yang berlangsung di sekolah,
keluarga dan masyarakat. Proses tersebut memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat
dalam sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk
hidup dan untuk bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat
manusia.
Keluarga merupakan tempat pertama bersemainya bibit sikap (spiritual dan sosial),
pengetahuan, dan keterampilan peserta didik. Oleh karena itu, peran keluarga tidak dapat
sepenuhnya digantikan oleh sekolah. Masyarakat merupakan tempat pendidikan yang jenisnya
beragam dan pada umumnya sulit diselaraskan antara satu sama lain, misalnya media massa,
bisnis dan industri, organisasi kemasyarakatan, dan lembaga keagamaan. Untuk itu para tokoh
masyarakat tersebut semestinya saling koordinasi dan sinkronisasi dalam memainkan perannya
untuk mendukung proses pembelajaran. Singkatnya, keterjalinan, keterpaduan, dan konsistensi
antara keluarga, sekolah, dan masyarakat harus diupayakan dan diperjuangkan secara terus
menerus karena tripusat pendidikan tersebut sekaligus menjadi sumber belajar yang saling
menunjang. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar
terencana di mana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan
memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar. Peserta didik mengembangkan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi, di sekolah,
keluarga, dan masyarakat. Proses tersebut berlangsung melalui kegiatan tatap muka di kelas,
kegiatan terstruktur, dan kegiatan mandiri.
Terkait dengan hal tersebut, maka pembelajaran ditujukan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,
produktif, kreatif, inovatif, dan afektif, serta mampu berkontribusi pada kehidupan masyarakat,
berbangsa, bernegara, dan berperadaban dunia. Peserta didik adalah subjek yang memiliki
kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan
pengetahuan. Untuk itu pembelajaran harus berkenaan dengan kesempatan yang diberikan
kepada peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya. Agar benar-
benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, peserta didik perlu didorong untuk bekerja
maksimal untuk memecahkan masalah dan berusaha menemukan informasi yang belum
diketahuinya dari kegiatan pembelajaran yang dirancang.
Kegiatan pembelajaran perlu dirancang menyesuaikan dengan prinsip-prinsip pembelajaran
yang terdapat dalam dokumen kurikulum agar kualitas tetap terjaga. Prinsip-prinsip
pembelajaran tersebut adalah :
1. Peserta didik difasilitasi untuk mencari tahu
2. Peserta didik belajar dari berbagai sumber belajar
3. Proses pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah
4. Pembelajaran berbasis kompetensi
5. Pembelajaran terpadu
6. Pembelajaran yang menekankan pada jawaban divergen yang memiliki kebenaran multi
dimensi
7. Pembelajaran berbasis keterampilan aplikatif
8. Peningkatan keseimbangan, kesinambungan, dan keterkaitan antara hard-skills dan soft-
skills
9. Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai
pembelajar sepanjang hayat
10. Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung
tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas
peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani)
11. Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat
12. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pembelajaran
13. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik
Selain 3 model yang tercantum dalam Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016, guru juga
diperbolehkan mengembangkan pembelajaran di kelas dengan menggunakan model
pembelajaran yang lain, seperti Cooperative Learning yang mempunyai berbagai metode seperti:
Jigsaw, Numbered Head Together (NHT), Make a Match, Think-Pair-Share (TPS), Example
non Example, Picture and Picture, dan lainnya.
Pada PBL guru memiliki peranan yang sangat penting membimbing siswa dalam
mengidentifikasi masalah dan menemukan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk
memecahkan permasalahan yang dimilikinya. Hal ini menegaskan pentingnya bantuan belajar
pada tahap awal pembelajaran. Peserta didik mengidentifikasi apa yang mereka ketahui maupun
yang belum berdasarkan informasi dari buku teks atau sumber informasi lainnya. Sintak-sintak
dari model Problem Based Learning adalah sebagai berikut:
a. Topik/ materi yang dipelajari peserta didik merupakan topik yang bersifat kontekstual dan
mudah didesain menjadi sebuah proyek/ karya yang menarik
b. Peserta didik tidak digiring untuk menghasilkan satu proyek saja, (satu peserta didik
menghasilkan satu proyek)
c. Proyek tidak harus selesai dalam 1 pertemuan (diselesaikan 3-4 pertemuan)
d. Proyek merupakan bentuk pemecahan masalah sehingga dari pembuatan proyek bermuara
pada peningkatan hasil belajar
e. Bahan, alat, dan media yang dibutuhkan untuk membuat proyek diusahakan tersedia di
lingkungan sekitar dan diarahkan memanfaatkan bahan bekas/ sampah yang tidak terpakai
agar menjadi bernilai guna
f. Penilaian autentik menekankan kemampuan merancang, menerapkan, menemukan dan
menyampaikan produknya kepada orang lain
Evaluasi sumatif merupakan jenis evaluasi yang berbeda dengan evaluasi formatif. Jenis
evaluasi ini dianggap sebagai puncak dalam aktivitas model desain pembelajaran yang
dikemukakan oleh Dick dan Carey. Evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai
dievaluasi secara formatif dan direvisi sesuai dengan standar yang digunakan oleh perancang
program.
D. RPP Pembelajaran
1. RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa dalam upaya untuk
mencapai KD
2. Setiap guru wajib Menyusun RPP secara lengkap dan sistematis
3. RPP disusun untuk setiap KD dan dapat dilaksanakan dalam sekali pertemuan atau lebih
4. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan
penjadwalan di satuan pendidikan
Sesuai Surat Edaran No. 14 Tahun 2019 tentang penyederhanaan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran dijelaskan bahwa :
1. Penyusunan RPP dilaksanakan dengan prinsip efektif, efisien dan berientasi pada murid
2. Dari 13 komponen yang ada pada standar proses (Permendikbud No. 22 Tahun 2016, hanya
3 yang menjadi komponen inti, yaitu Tujuan Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran dan
Penilaian Pembelajaran
3. Guru dapat memilih, membuat, menggunakan dan mengembangkan format RPP secara
mandiri
Tidak ada standar baku dalam penulisan RPP. Guru bebas membuat, memilih,
mengembangkan dan menggunakan RPP sesuai dengan prinsip efektif, efisien dan berorientasi
pada peserta didik. Berikut beberapa alternatif format RPP:
1. Bentuk Deskripsi
2. Bentuk Tabel
1. Dirumuskan berdasarkan KD
PENUTUP
Rachmawati. Ryna. 2018. Analisis Keterkaitan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi
Inti (KI), dan Kompetensi Dasar (KD) dalam Implementasi Kurikulum 2013. Jurnal Diklat
Keagamaan : Tatar Pasundan. XII (1). 231-239
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.
Pemerintah Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional
Pemerintah Republik Indonesia. 2016. Permendikbud No. 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi
Pendidikan Kurikulum 2013
Pemerintah Republik Indonesia. 2016. Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses
Pendidikan Kurikulum 2013