Anda di halaman 1dari 73

PEMBUATAN BODY LOTION DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK

DAUN HANDEULEUM (GRAPTOPHYLLUM PICTUM (LINN) GRIFF)


SEBAGAI EMOLIENT

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana Teknik di


Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia

RIZKY KURNIAWAN

0906604426

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA

SEMESTER GENAP 2012

Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012


PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul :

PEMBUATAN BODY LOTION DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK


DAUN HANDEULEUM (GRAPTOPHYLLUM PICTUM (LINN) GRIFF)
SEBAGAI EMOLIENT

Dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana Teknik di Departemen


Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia, yang mana bukan merupakan tiruan
ataupun duplikasi dari skripsi yang sudah dipublikasikan dan atau pernah dipakai untuk
mendapatkan gelar kesarjanaan di lingkungan Universitas Indonesia maupun Perguruan
Tinggi atau instansi manapun, kecuali bagian yang sumber informasinya dicantumkan
sebagaimana mestinya.

Depok, Juni 2012

Rizky Kurniawan

0906604426

ii
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :


Nama : Rizky Kurniawan
NPM : 0906604426
Program Studi : Teknik Kimia
Judul Skripsi : PEMBUATAN BODY LOTION DENGAN
MENGGUNAKAN EKSTRAK DAUN
HANDEULEUM (GRAPTOPHYLLUM PICTUM
(LINN) GRIFF) SEBAGAI EMOLIENT

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai


bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
pada Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Ir. Rita Arbianti, MSi ( ........................................)

Penguji : Prof. Dr. Ir. Anondho Wijanarko (........................................)

Penguji : Dr. Ing. Ir. Misri Gozan, M.Tech (........................................)

Penguji : Bambang Heru Susanto, ST, MT (.......................................)

Ditetapkan di : Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia


Tanggal : Juni 2012

iii
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas karunianya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Berkat
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah skripsi dengan judul
“PEMBUATAN BODY LOTION DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK
DAUN HANDEULEUM (GRAPTOPHYLLUM PICTUM (LINN) GRIFF)
SEBAGAI EMOLIENT”untuk memenuhi tugas skripsi, salah satu syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Teknik pada Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Indonesia.

Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai


pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit
bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

(1) Dr. Ir. Widodo W. Purwanto, DEA selaku Ketua Departemen Teknik Kimia.
(2) Ir. Rita Arbianti, Msi selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan
skripsi ini;
(3) Dr. Ir. Setiadi M.Eng selaku dosen pembimbing akademik yang telah
menyediakan waktu dan membantu permasalahan akademik perkuliahan
selama ini;
(4) Ir. Yuliusman M.Eng selaku koordinator skripsi Teknik Kimia FTUI;
(5) Para dosen Departemen Teknik Kimia FTUI yang telah memberikan ilmu dan
wawasannya;
(6) Orangtua yang selalu memberi dukungan dan semangat selama mengerjakan
seminar ini dirumah;
(7) Istri tercinta yang selalu memberi dukungan dan semangat selama
mengerjakan skripsi ini dirumah;
(8) Semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah skripsi ini secara
langsung maupun tidak langsung;

iv
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
(9) Teman-teman seperjuangan Ekstensi Teknik Kimia angkatan 2009 yang telah
bersama-sama mendukung skripsi ini
Penulis menyadari bahwa dalam makalah skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun sehingga dapat menyempurnakan skripsi ini dan melaksanakan
perbaikan di masa yang akan datang. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca dan bagi dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan.

Depok, Juni 2012

Rizky Kurniawan

0906604426

v
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah
ini:
Nama : Rizky Kurniawan
NPM : 0906604426
Program Studi : Teknik Kimia
Departemen : Teknik Kimia
Fakultas : Teknik
Jenis karya : Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
PEMBUATAN BODY LOTION DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK
DAUN HANDEULEUM (GRAPTOPHYLLUM PICTUM (LINN) GRIFF)
SEBAGAI EMOLIENT
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Kampus Universitas Indonesia Depok
Pada tanggal : Juni 2012
Yang menyatakan

( Rizky Kurniawan )

vi
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
ABSTRAK

Nama : Rizky Kurniawan

Program Studi : Teknik Kimia

Judul : PEMBUATAN BODY LOTION DENGAN MENGGUNAKAN


EKSTRAK DAUN HANDEULEUM (GRAPTOPHYLLUM
PICTUM (LINN) GRIFF) SEBAGAI EMOLIENT

Manfaat daun handeuleum (Graptophyllum pictum (L.) Griff) adalah sebagai


pelembab kulit (emolient) dimana komponen terpentingnya adalah lipid. Ekstrak
didapatkan dengan metode ekstraksi ultrasonik dimana yield tertinggi didapatkan
dengan menggunakan komposisi pelarut 100% Etanol pada waktu ekstraksi 60
menit. Ekstrak yang didapatkan memiliki nilai iodine 0,42; Viskositas 25cP; pH
5,99 dan densitas sebesar 0,855 gr/cm3 kandungan kimianya adalah
neophytadiene, alpha tocopherol, squalene, gamma tocopherol, dodecane dan
tetradecane. Komposisi ekstrak dalam formulasi body lotion yaitu 4% dengan
viskositas 5800 cP; pH 7,87; densitas 0,9936 gr/cm3; dan total mikroba kurang
dari 30 koloni/gram nilai ini sesuai dengan SNI 16-4399-1996.

Kata kunci: Daun handeuleum, Ekstraksi ultrasonik, body lotion

ABSTRACT

Benefits handeuleum leaves (Graptophyllum pictum (L.) Griff) is a emollient


that the most important components is lipid. Extraction using ultrasonic extraction
method with the highest yield using 100% ethanol solvent on extraction time 60
minutes. Extract obtained had the iodine value of 0.42; Viscosity 25cP; pH 5.99
and density of 0.855 gr/cm3 chemical content is neophytadiene, alpha tocopherol,
squalene, gamma tocopherol, dodecane and tetradecane. Composition extract in
formulation body lotion is 4% with a viscosity of 5800 cP; pH 7.87; 0.9936
gr/cm3 density, and total microbial less than 30 colonies / gram this value
according to SNI 16-4399-1996.

Keywords: Handeuleum leaf, ultrasonic extraction, body lotion

vii
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
DAFTAR ISI

JUDUL ........................................................................................................................ i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ..................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................... iii
KATA PENGHANTAR ............................................................................................ iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ..................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xi
DAFTAR GRAFIK .................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... . 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 3
1.4 Batasan Masalah.............................................................................................. 3
1.5 Sistematika Penulisan ..................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................. 5


2.1 Body Lotion ..................................................................................................... 5
2.1.1. Definisi body lotion ........................................................................ 5
2.1.2. Bahan penyusun body lotion ........................................................... 7
2.1.2.1 Asam stearat ......................................................................... 9
2.1.2.2 Gliseril stearat ....................................................................... 9
2.1.2.3 Petroleum Jelly..................................................................... 10
2.1.2.4 Minyak mineral .................................................................... 10
2.1.2.5 Isopropil palmitat ................................................................. 10
2.1.2.6 Gliserin ................................................................................. 11
2.1.2.7 Trietanolamin ....................................................................... 11
2.1.2.8 Air ........................................................................................ 12
2.1.2.9 Metil paraben ....................................................................... 12
2.1.2.10 Pewangi .............................................................................. 12
2.2 Emolient ......................................................................................................... 13
2.2.1 Jenis-Jenis Emolient ..................................................................... 13
2.2.2 Isi dan Klasifikasi Emolient ......................................................... 14
2.3 Mekanisme Pengaturan Hidrasi Kulit ............................................................ 15
2.4 Lipid ............................................................................................................... 17
2.5 Asam Lemak .................................................................................................. 18
2.6 Tumbuhan Daun Handeuleum (Graptophyllum pictum L.) ........................... 20
2.6.1 Morfologi Tumbuhan Daun Handeuleum .................................... 20
2.6.2 Sistematika Tumbuhan Daun Handeuleum .................................. 21
2.6.3 Manfaat Tumbuhan Daun Handeuleum ....................................... 22
2.6.4 Kandungan Kimia Tumbuhan Handeuleum................................. 23
2.7 Ekstraksi ......................................................................................................... 23
2.8 Ekstraksi Ultrasonik ....................................................................................... 25
2.9 Penelitian yang telah dilakukan...................................................................... 28

viii
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
2.9.1 Ringkasan Penelitian…… ............................................................ 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................................... 31


3.1 Variabel bebas dan Variabel Terikat .............................................................. 32
3.2 Bahan dan Alat ............................................................................................... 32
3.3 Prosedur Penelitian ......................................................................................... 34
3.3.1 Pengeringan daun handeuleum .................................................... 34
3.3.2 Ekstraksi Daun Handeuleum ........................................................ 34
3.3.3 Analisis Ekstrak Daun Handeuleum ............................................ 35
3.3.3.1 Analisis Bilangan Iodine .................................................... 35
3.3.3.2 Viskositas ............................................................................ 36
3.3.3.3 pH ........................................................................................ 36
3.3.3.4 Densitas ............................................................................... 37
3.3.4 Pembuatan Body Lotion…… ....................................................... 37
3.3.5 Analisis Body Lotion…… ............................................................ 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 40

4.1 Analisis Prosedur Penelitian ............................................................................ 40


4.1.1 Preparasi Sample Daun Handeuleum .................................................... 40
4.1.2 Ekstraksi dengan Metode Sonikasi ....................................................... 41
4.1.3 Pemisahan dan Penguapan .................................................................... 42
4.1.4 Pembuatan Body Lotion........................................................................ 43
4.2 Pengaruh Konsentrasi Larutan Ekstrak dan Waktu Ekstraksi Terhadap Hasil
Ekstraksi Sonikasi............................................................................................ 43
4.3 Karakteristik Fisik Daun Handeuleum ............................................................ 45
4.4 Pengaruh Komposisi Ekstrak Daun Handeuleum terhadap Karakteristik
Fisik Body Lotion............................................................................................. 47
4.4.1 Pengaruh komposisi ekstrak daun handeuleum terhadap pH body
lotion ..................................................................................................... 47
4.4.2 Pengaruh komposisi ekstrak daun handeuleum terhadap viskositas
body lotion............................................................................................. 49
4.4.3 Pengaruh komposisi ekstrak daun handeuleum terhadap densitas
body lotion............................................................................................. 50

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 52


DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... xiii
LAMPIRAN .............................................................................................................. xviii

ix
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Syarat mutu pelembab kulit ............................................................................. 7

Tabel 2.2 Asam lemak yang banyak ditemukan dalam lipid .......................................... 19

Tabel 2.3 State of the art jurnal di Indonesia .................................................................. 29

Tabel 2.4 State of the art dari Jurnal Internasional ......................................................... 29

Tabel 3.1 Komposisi Body Lotion (persen berat) ........................................................... 39

Tabel 4.1 Hasil Analisa Ekstrak Daun Handeuleum ....................................................... 45

Tabel 4.2 Hasil Analisa GCMS....................................................................................... 46

x
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tanaman Daun Handeuleum ..................................................................... 22

Gambar 2.2 Proses rapatan dan regangan dalam kaitannya dengan osilasi kavitasi ..... 26

Gambar 2.3 Peralatan Ekstraksi Ultrasonik ................................................................... 28

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian .............................................................................. 31

Gambar 3.2 Diagram Alir Pembuatan Body Lotion ........................................................ 38

Gambar 4.1 Kromatogram Hasil GCMS......................................................................... 46

xi
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Yield ekstrak yang dihasilkan pada variasi komposisi larutan ekstrak .......... 44

Grafik 4.2 Yield ekstrak yang dihasilkan pada variasi waktu ekstraksi .......................... 45

Grafik 4.3 pH Body Lotion .............................................................................................. 48

Grafik 4.4 Viskositas Body Lotion .................................................................................. 49

Grafik 4.5 Densitas Body Lotion ..................................................................................... 51

xii
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahan alam berupa tumbuh-tumbuhan merupakan keanekaragaman hayati


yang masih sedikit menjadi subjek penelitian di Indonesia, disebabkan
pemanfaatan tumbuhan hanya berdasarkan pengalaman yang diwariskan secara
turun-temurun. Sehingga pemanfaatan tumbuhan hanya bisa dimanfaatkan untuk
beberapa tujuan saja. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi,
maka penggunaan tanaman menjadi semakin berkembang. Kondisi inilah yang
memacu usaha untuk menggali informasi kandungan senyawa kimia dan
bioaktivitas tumbuhan melalui penelitian ilmiah menjadi sangat penting.
Salah satu tanaman yang ada di Indonesia berkhasiat adalah tanaman
handeuleum (Graptophyllum pictum (L.) Griff)., Daun handeuleum berkhasiat
sebagai peluruh kencing (diuretik), mempercepat pemasakan bisul, pencahar
ringan (laksatif), dan pelembut kulit (emolient) (Dalimartha, 1999). yang sekarang
ini hanya dimanfaatkan sebgai obat wasir, tetapi selain dimanfatkan sebagai obat
wasir ternyata daun handeuleum juga bisa berguna sebagai emolient. Oleh karena
itu diperlukan penelitian untuk penggunaan daun handeuleum sebagai emolient
untuk pembuatan body lotion. Istilah pelembab dan emolient sering dikacaukan
sehingga timbul bermacam definisi. Istilah pelembab menggambarkan terjadinya
penambahan air ke kulit, sehingga menurunkan kekasaran kulit atau peningkatan
kadar air secara aktif ke kulit. Pengertian emolient adalah bahan oklusif yang
membantu hidrasi kulit dengan cara mengoklusi permukaan kulit dan menahan air
di stratum corneum (Purwandhani, 2000).
Emolient berfungsi sebagai oklusif atau membentuk lapisan yang
mempunyai kemampuan untuk mengganti lapisan hidrofilik alamiah sehingga
mengurangi terjadinya kulit kering. Emolient dapat bekerja pada kulit normal maupun
dengan kelainan sehingga dapat digunakan untuk pengobatan kelainan kulit pada
umumnya. Efek emolient adalah melembabkan kulit , anti inflamasi, antimitotik dan
anti pruritus (Purwandhani, 2000). Komponen terpenting pada emolient adalah lipid.

1
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
2

Lipid bisa berasal dari tumbuhan dan hewan, minyak mineral atau sintetik. Asam lemak
yang digunakan berantai karbon 8-18 dan dapat jenuh maupun tidak jenuh. Telah
banyak metode yang digunakan untuk mengekstrak lipid dari daun dengan yield
yang lebih besar dan dalam waktu yang singkat.
Salah satu upaya untuk mengoptimalkan peningkatan produksi Lipid dari
daun handeuleum adalah penggunaan teknologi yang tepat untuk menghasilkan
produksi yang optimal. Salah satunya adalah penggunaan metode ekstraksi. Sudah
banyak ekstraksi yang dikembangkan untuk mengekstrak daun seperti ekstraksi
menggunakan pelarut (bligh and dryer, 1959) dan pemecahan dinding sel dengan
sonikator (Cynthia, 2011).
Dari penelitian-penelitian sebelumnya diketahui bahwa metode
menggunakan sonikator terbukti menghasilkan yield lipid yang lebih besar.
Metode ekstraksi ultrasonic dengan memanfaatkan gelombang ultrasonik dengan
frekuensi 53 kHz dapat menghancurkan sel daun sehingga mempercepat proses
perpindahan massa senyawa bioaktif dari dalam sel ke pelarut sehingga bisa
menghasilkan total yield lipid yang cukup besar dengan waktu yang lebih singkat.
Maka untuk penelitian kali ini digunakan daun Handeuleum yang
diekstraksi menggunakan ekstraksi ultrasonic untuk dibandingkan total perolehan
lipidnya. Lipid hasil ekstraksi akan dianalisa menggunakan GCMS untuk
diketahui total asam lemak yang terbentuk. Sehingga diharapkan nantinya dapat di
kembangkan lebih lanjut untuk produksi emolient dari daun handeuleum yang bisa
digunakan sebagai bahan baku body lotion.

1.2 Rumusan Masalah


Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh waktu ekstraksi ultrasonic terhadap yield ekstrak


daun handeuleum yang dihasilkan?
2. Bagaimana pengaruh komposisi pelarut pada ekstraksi ultrasonic
terhadap yield ekstrak daun handeuleum yang dihasilkan?
3. Bagaimana karakteristik body lotion yang dihasilkan dengan
menggunakan ekstrak daun handeuleum sebagai emolient?

Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
3

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mendapatkan yield yang tinggi dari ekstrak daun handeuleum


menggunakan ekstraksi ultrasonik pada waktu ekstraksi yang berbeda
2. Untuk mendapatkan yield yang tinggi dari ekstrak daun handeuleum
menggunakan ekstraksi ultrasonik pada komposisi pelarut yang berbeda
3. Untuk mendapatkan karakteristik body lotion yang terbaik sesuai dengan
standart SNI

1.4 Batasan Masalah


1. Penelitian akan dilakukan di Laboratorium Bioproses Departemen
Teknik Kimia.
2. Pengujian kandungan dalam lipid yang berasal dari daun handeuleum
dibatasi hanya oleh pH, viskositas, densitas, bilangan iodine dan GCMS.
3. Metode Ekstraksi yang digunakan adalah ekstraksi ultrasonik
4. Variasi operasi yang akan dibandingkan adalah:
a. yield lipid yang dihasilkan dari metode ekstraksi ultrasonik.
b. Variasi waktu pada ekstraksi ultrasonik
c. Variasi pelarut/solvent pada ekstraksi ultrasonik
5. Variasi komposisi body lotion yang dibandingkan adalah :
a. Penampilan, nilai pH, viskositas, dan densitas yang dihasilkan dari
tiap komposisi body lotion
b. Variasi komposisi ekstrak daun handeuleum, white oil, dan iso
propil palmitat

1.5 Sistematika Penulisan


Sistematika yang akan digunakan pada penulisan makalah skripsi kali ini
adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi mengenai penjelasan latar belakang diadakannya penelitian,
rumusan masalah yang dibahas, tujuan penelitian yang ingin dicapai,

Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
4

batasan masalah dari penelitian yang akan dilakukan serta penjelasan


mengenai sistematika penulisan makalah skripsi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisi dasar teori penelitian yang akan digunakan untuk menjelaskan
masalah.
BAB III METODELOGI PENELITIAN
Berisi tentang metode yang digunakan dalam penelitian ini.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Berisi tentang hasil penelitian yang dilakukan dan perbandingan dengan
literatur
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi kesimpulan yang didapat dari penelitian dan saran untuk menunjang
perbaikan dalam penelitian

Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini dijelaskan mengenai beberapa topik yang mendasari peneliian
yang akan dilakukan. Beberapa informasi yang akan dibahas adalah body lotion,
emolient, lipid, asam lemak, daun handeuleum, ekstraksi, ekstraksi ultrasonic.

2.1 Body Lotion


2.1.1. Definisi Body Lotion
Lotion merupakan salah satu bentuk emulsi, didefinisikan sebagai
campuran dari dua cairan yang tidak saling bercampur, yang distabilkan dengan
sistem emulsi dan jika ditempatkan pada suhu ruang, berbentuk cairan yang dapat
dituang (Rieger 1994). Menurut Silva et al. (2006), emulsifikasi merupakan
proses pendispersian suatu larutan ke dalam larutan yang tidak saling bercampur.
Emulsi berbentuk droplet dan ukurannya dipengaruhi oleh laju pengadukan
selama proses emulsifikasi.
Dua cairan yang tidak saling bercampur cenderung membentuk tetesan-
tetesan jika diaduk secara mekanis. Jika pengocokan dihentikan, tetesan akan
bergabung menjadi satu dengan cepat dan kedua cairan tersebut akan memisah.
Lamanya terjadi tetesan tersebut dapat ditingkatkan dengan menambahkan suatu
pengemulsi. Biasanya hanya ada satu fase yang bertahan dalam bentuk tetesan
untuk jangka waktu yang cukup lama. Fase ini disebut fase dalam (fase terdispersi
atau fase diskontinu) dan fase ini dikelilingi fase luar atau fase kontinu. Ada dua
bentuk emulsi dalam bahan dasar kosmetik, yaitu emulsi yang mempunyai fase
dalam minyak dan fase luar air, sehingga disebut emulsi minyak dalam
air,biasanya diberi tanda “m/a”. Sebaliknya, emulsi yang mempunyai fase dalam
air dan fase luar minyak disebut emulsi air dalam minyak dan dikenal sebagai
“a/m”(Rieger 1994).
Pada emulsi kosmetik, dua fase secara terpisah dipanaskan pada suhu yang
sama, kemudian fase yang satu dituangkan ke fase lainnya dan dipanaskan pada
temperatur yang sama dengan pengadukan. Pengadukan terus dilakukan sampai
emulsi dapat didinginkan pada suhu kamar. Fase-fase tersebut dicampur pada

5
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
6

suhu 70-75 °C karena pada temperatur ini, pencampuran fase cair dapat terjadi
dengan baik. Temperatur dapat diturunkan beberapa derajat jika titik leleh fase
lemak cukup rendah (Idson dan Lazarus 1994).
Waktu, variasi temperatur, dan proses pencampuran mempunyai pengaruh
yang kompleks pada proses emulsifikasi. Pengocokan dibutuhkan untuk
emulsifikasi sehingga terbentuk tetesan-tetesan. Pada pengocokan selanjutnya,
kemungkinan terjadi koalisi antara tetesan-tetesan menjadi semakin sering,
sehingga dapat terjadi penggabungan. Oleh karena itu, disarankan untuk
menghindari waktu pengocokan yang terlalu lama, pada waktu dan sesudah
pembentukan emulsi. Selama penyimpanan, ketidakstabilan emulsi dapat
dibuktikan oleh pembentukan krim, agregasi bolak-balik, atau agregasi yang tidak
dapat balik (Rieger 1994).
Kestabilan emulsi berhubungan dengan viskositas. Semakin tinggi
viskositas suatu bahan, maka bahan tersebut akan semakin stabil karena
pergerakan partikel cenderung sulit (Schmitt 1996). Pada emulsi m/a, bulatan
gumpalan emulsi menyebabkan peningkatan viskositas secara tiba-tiba.Viskositas
emulsi akan mengalami perubahan untuk beberapa lama (5-15 haripada
temperatur kamar). Biasanya penurunan viskositas dengan waktu mencerminkan
peningkatan ukuran partikel karena penggumpalan dan menunjukkan shelf-life
yang buruk (Rieger 1994).
Lotion pelembab berfungsi mempertahankan kelembaban dan daya tahan
air pada lapisan kulit sehingga dapat melembutkan dan menjaga kehalusan
kulit(Mitsui 1997). Fungsi utama body lotion untuk perawatan kulit adalah
sebagai pelembut (Emolient). Hasil akhir yang diperoleh tergantung dari daya
campur bahan baku dengan bahan lainnya untuk mendapatkan kelembaban,
kelembutan, dan perlindungan dari kekeringan (Schmitt 1996). Syarat mutu
pelembab kulit terdapat pada SNI 16-4399-1996.

Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
7

Tabel 2.1 Syarat mutu pelembab kulit


No. Kriteria Satuan Syarat
1 Penampakan - Homogen
2 pH - 4,5-8
3 Bobot jenis gr/cm3 0,95-1,05
4 Viskositas cP 2000-50.000
5 Cemaran mikroba Koloni/gram Maksimum 102
Sumber : Badan Standardisasi Nasional (1996)

2.1.2. Bahan penyusun Body Lotion


Body lotion merupakan campuran dari air, pelembut, humektan, bahan
pengental, pengawet, dan pewangi (Mitsui 1997). Air merupakan komponen yang
paling besar persentasenya dalam pembuatan body lotion. Air yang digunakan
dalam pembuatan lotion adalah air murni yang berfungsi sebagai
pelarut(Departemen Kesehatan 1993).
Emolient (pelunak, zat yang mampu melunakkan kulit) didefinisikan
sebagai sebuah media yang jika digunakan pada lapisan kulit kering akan
mempengaruhi kelembutan kulit. Bahan ini mengisi ruang antar sel kulit,
membantu menggantikan lemak sehingga dapat melembutkan dan
melumasi(Mariani 2007). Farage (2007) menyatakan bahwa emolient yang
digunakandalam body lotion dapat mengurangi resiko terjadinya penyakit kulit
sepertidermatitis. Lotion dengan emolient dapat membuat kulit terasa nyaman,
kering,dan tidak berminyak.
Rasa nyaman setelah pemakaian body lotion disebabkan emolient memiliki
titik cair yang lebih tinggi dari suhu kulit. Oleh karena itu, dalam membuat
formula body lotion harus diperhatikan fungsi utama dari body lotion yaitu
melembutkan, mudah dan cepat menyerap pada permukaan kulit, tidak
meninggalkan lapisan tipis, tidak menimbulkan rasa lengket pada kulit setelah
pemakaian, tidak mengganggu pernafasan, antiseptis, memiliki bau yang
khas(menyegarkan), serta memiliki warna menarik dan tetap. Bahan-bahan yang
berfungsi sebagai emolient adalah minyak mineral, ester isopropil, turunan
lanolin, trigliserida, dan asam lemak (Schmitt 1996).

Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
8

Humektan merupakan salah satu bagian terpenting pada body lotion karena
merupakan zat yang melindungi emulsi dari kekeringan dengan mempertahankan
kandungan air produk saat pemakaian pada permukaan kulit. Humektan
berpengaruh terhadap kulit yaitu melembutkan kulit dan mempertahankan
kelembaban kulit agar tetap seimbang. Humektan ditambahkan pada body lotion
dan produk dengan tipe emulsi minyak dalam air lainnya untuk mengurangi
kekeringan ketika disimpan pada suhu ruang (Mitsui 1997). Humektan yang dapat
digunakan dalam body lotion yaitu gliserin, propilen glikol, dan sorbitol dengan
kisaran penggunaan 0,5-15% (Schmitt 1996).
Bahan pengental (thickener) digunakan untuk mengatur kekentalan dan
mempertahankan kestabilan produk dengan mencegah terpisahnya partikel dari
emulsi. Umumnya water soluble polymers yang digunakan sebagai bahan
pengental diklasifikasikan sebagai polimer natural, semi sintetis polimer, dan
polimer sintetis (Mitsui 1997). Pengental polimer seperti gum-gum alami,derivatif
selulosa, dan karbomer lebih sering digunakan dalam emulsi dibandingkan dalam
formulasi berbasis surfaktan. Penggunaan thickener dalam pembuatan body lotion
biasa digunakan dalam proporsi yang kecil yaitu di bawah2,5% (Schmitt 1996).
Emulsifier atau pengemulsi merupakan bahan yang penting dalam
pembuatan body lotion karena memiliki gugus polar maupun non polar dalam satu
molekulnya, sehingga pada satu sisi akan mengikat minyak yang non polar dan
disisi lain juga akan mengikat air yang polar. Hal ini berhubungan dengan
hidrofillipofil balance yaitu keseimbangan antara komponen yang larut air dan
larut minyak (Schmitt 1996). Emulsifier akan membentuk lapisan tipis (film) yang
menyelimuti partikel dan mencegah partikel tersebut bersatu dengan partikel
sejenisnya. Emulsi mengandung lebih dari satu emulsifier karena kombinasi dari
beberapa emulsifier akan menambah kesempurnaan sifat fisik maupun kimia dari
emulsi. Untuk mendapatkan sistem emulsi yang stabil, dipilih emulsifier yang
larut dalam fase yang dominan, yaitu fase pendispersi. Asam stearat, gliseril
monostearat, dan setil alkohol merupakan emulsifier yang dapat digunakan dalam
produk emulsi (Suryani et al. 2000).
Gliserin atau sorbitol yang merupakan sumber karbon dan substansi lain
seperti turunan asam amino dan protein biasanya ditambahkan pada pembuatan

Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
9

body lotion. Bahan-bahan ini merupakan sumber nitrogen bagi mikroorganisme.


Oleh karena itu, dibutuhkan suatu pengawet untuk menghambat pertumbuhan
mikroorganisme dan untuk menghindari deteriorasi produk (Mitsui
1997).Pengawet dapat ditambahkan pada produk sebesar 0,1-0,2%. Pengawet juga
harusditambahkan pada suhu yang tepat pada saat proses pembuatan, yaitu antara
35-45 oC agar tidak merusak bahan aktif yang terdapat dalam pengawet tersebut.
Pengawet yang baik memiliki persyaratan, yaitu efektif mencegah tumbuhnya
berbagai macam organisme yang dapat menyebabkan penguraian bahan, dapat
larut dalam berbagai konsentrasi yang digunakan, dan tidak menimbulkan bahaya
pada kulit. Pengawet yang biasanya digunakan dalam kosmetika yaitu
metilparaben dan propil paraben (Schmitt 1996).
Pewangi ditambahkan pada lotion sebagai upaya meningkatkan nilai
produk. Jumlah pewangi yang ditambahkan harus serendah mungkin, yaitu
berkisar antara 0,1-0,5%. Pada proses pembuatan body lotion, pewangi
dicampurkan pada suhu 35 oC agar tidak merusak emulsi yang sudah terbentuk
(Schmitt 1996). Berikut ini merupakan bahan-bahan yang dapat digunakan dalam
formulasi body lotion.
2.1.2.1 Asam stearat
Asam stearat (C17H35COOH) merupakan komponen fase lemak yang
berfungsi sebagai emulsifier untuk memperoleh konsistensi suatu produk. Dengan
penambahan asam stearat, produk bersifat lunak dan menghasilkan kilauan yang
khas (Idson dan Lazarus 1994). Asam stearat diproduksi dengan mengekstraksi
cairan asam dari asam lemak yang berasal dari lemak sapi. Selain itu, proses
destilasi asam lemak yang berasal dari minyak kacang kedelai atau minyak biji
kapas juga dapat dilakukan untuk memproduksi asam stearat (Mitsui 1997). Asam
stearat mudah larut dalam kloroform, eter, etanol, dan tidak larut dalam air
(Departemen Kesehatan 1993).
2.1.2.2 Gliseril stearat
Gliseril stearat (C21H42O4) merupakan komponen fase lemak yang
berfungsi sebagai emolient dan emulsifier (Idson dan Lazarus 1994). Gliseril
stearat merupakan suatu poliol ester yang pada umumnya bukan merupakan
produk alami, namun merupakan suatu campuran mono dan diester dari asam

Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
10

stearat dan palmitat. Gliseril stearat adalah suatu zat berbentuk flakes seperti lilin
yang larut dalam pelarut organik dengan titik leleh 56-58 oC. Emulsi yang
dihasilkan pada komponen ini stabil pada pH 7. Konsentrasi yang berlebihan dari
bahan ini harus dihindari karena dapat menghasilkan gel pada body lotion. Lotion
yang diformulasikan menggunakan Gliseril stearat biasanya sangat tebal dan berat
(Schmitt 1996).
2.1.2.3 Petroleum Jelly
Petroleum Jelly (C33H70) dapat digunakan dalam pembuatan krim atau
lotion yang berfungsi untuk menghaluskan dan melembutkan kulit (emolient).
Minyak ini merupakan pelembut kulit yang sangat baik karena bersifat tidak aktif
dan tidak menembus kulit. Sunsmart (1996) menyatakan bahwa Petroleum Jelly
sering digunakan dalam formulasi kosmetika dan efek pemakaiannya
dipertimbangkan sebagai occlusive emolient. Selain itu, bahan ini dapat berfungsi
sebagai antioksidan dan pengemulsi. Petroleum Jelly memiliki warna dari
transparan sampai kekuningan dan merupakan campuran semi solid hidrokarbon,
dapat terbakar, titik leleh berkisar beberapa derajat dibawah 100 oF (37 oC), serta
tidak larut dalam air, larut dalam kloroform, benzene dan karbon disulfida
(Anonima 2007).
2.1.2.4 Minyak mineral
Minyak mineral (CnH2n+2) merupakan cairan yang tidak berwarna,
jernih, dan tidak berbau, serta tidak larut dalam alkohol atau air. Terdapat dua
jenis minyak mineral yang penting, yaitu parafin cair (viskositas 110-220 mPa.s)
dan parafin cair ringan (viskositas 25-80 mPa.s). Minyak-minyak mineral untuk
kosmetik merupakan fraksi bertitik didih tinggi yang diperoleh dari distribusi
minyak kasar yang dimurnikan dan dijernihkan dengan asam sulfat. Minyak ini
merupakan pelembut kulit yang baik karena bersifat tidak aktif dan tidak
menembus kulit. Oleh karena itu, minyak-minyak ini memiliki kompabilitas yang
sangat baik terhadap kulit (Schmitt 1996).
2.1.2.5 Isopropil palmitat
Isopropil palmitat (C19H38O2) adalah ester dari isopropil alkohol dan
asam palmitat, mempunyai nama resmi 1-metil etil heksadekanoat. Pada suhu
ruang, isopropil palmitat merupakan cairan jernih tidak berwarna sampai

Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
11

berwarna kekuningan, tidak berbau, dan bersifat kental. Viskositas yang terukur
adalah antara 5 sampai 10 mPa.s pada 25 °C. Suhu didih dari isopropil palmitat
adalah 160 °C pada 266 Pa (2 mm Hg). Titik beku terukur antara 13-15 °C dan
umumnya memadat pada suhu di bawah 16 °C (Anonimb 2007). Isopropil
palmitat terdiri dari ester yang terbentuk dari isopropil alkohol dan asam lemak
jenuh dengan BM tinggi yakni 298,51. Bahan ini merupakan cairan tidak
berwarna, mudah dituang, berbau lemah, serta larut dalam aseton, minyak jarak,
kloroform, etanol 95% dan parafin cair. Namun, isopropil palmitat tidak larut
dalam air, gliserin, dan propilen glikol (Departemen Kesehatan 1993).
Aplikasi isopropil palmitat umumnya sebagai emolient dengan
karakteristik penyebaran yang baik. Secara luas produk ini digunakan dalam
produk kosmetika, seperti sabun cair, krim, lotion, produk perawatan wajah,
produk perawatan rambut, deodoran, pewarna bibir, dan bedak (Anonimb 2007).
2.1.2.6 Gliserin
Humektan terpenting dalam pembuatan body lotion adalah gliserin
(C3H5(OH)3) yang diperoleh dari proses saponifikasi trigliserida dan sorbitol.
Sifat melembabkan timbul dari gugus-gugus hidroksil yang dapat berikatan
hydrogen dengan air sehingga mencegah penguapan air. Komposisi gliserin yang
digunakan pada formulasi berkisar antara 3-10% (Mitsui 1997). Penggunaan
gliserin berfungsi untuk mencegah lotion menjadi kering dan mencegah
pembentukan kerak selama pengemasan dalam botol. Selain itu, gliserin juga
berfungsi dalam memperbaiki konsistensi dan mutu lotion, yaitu mencegah
terhapusnya lotion jika digunakan pada kulit sehingga memungkinkan lotion
dapat menyebar tanpa digosok. Penambahan gliserin menyebabkan sediaan
menjadi lebih pekat (Idson dan Lazarus 1994).
2.1.2.7 Trietanolamin
Trietanolamin (CH2OH(CH2)3N) atau TEA merupakan cairan tidak
berwarna atau berwarna kuning pucat, jernih, tidak berbau atau hampir tidak
berbau, dan higroskopis. Cairan ini dapat dicampur dengan air dan etanol (95%)
namun sukar larut dalam eter (Departemen Kesehatan 1993). TEA dapat
digunakan sebagai penyeimbang pH dalam sediaan kosmetika (Anonimc 2008).

Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
12

2.1.2.8 Air
Air merupakan komponen yang paling besar persentasenya dalam
pembuatan body lotion. Air merupakan bahan pelarut dan bahan baku yang tidak
berbahaya, tetapi air mempunyai sifat korosi. Air mengandung beberapa bahan
pencemar sehingga air yang digunakan untuk produk kosmetik harus dimurnikan
terlebih dahulu (Mitsui 1997). Air murni yaitu air yang diperoleh dengan cara
penyulingan, proses penukaran ion, dan osmosis sehingga tidak lagi mengandung
ion-ion dan mineral-mineral. Air murni hanya mengandung molekul air saja. Air
merupakan cairan jernih, tidak berwarna, tidak berasa, berfungsi sebagai pelarut,
dan memiliki pH 5,0-7,0 (Departemen Kesehatan 1993).
2.1.2.9 Metil paraben
Metil paraben (C8H8O3) merupakan zat berwarna putih atau tidak
berwarna, berbentuk serbuk halus, tidak berbau, dan rasa sedikit membakar. Zat
ini dapat larut dalam etanol 95%, eter, dan air namun sukar larut dalam benzen
dan karbontetraklorida (Departemen Kesehatan 1993). Metil paraben dapat
digunakan dalam sediaan kosmetika dengan konsentrasi maksimum 1% (Mitsui
1997). Metil paraben sering digunakan dalam body lotion karena dapat mencegah
pertumbuhan bakteri dan jamur. Kelemahan dari metil paraben yaitu kurang
efektif terhadap bakteri gram negatif dibandingkan terhadap jamur dan ragi (Idson
dan Lazarus 1994). Pengawet ini tidak bersifat toksik dan tidak menyebabkan
iritasi kulit tetapi dapat menyebabkan alergi untuk kulit sensitive (Anonimd
2008).
2.1.2.10 Pewangi

Pewangi yang biasa digunakan dalam formulasi body lotion adalah minyak
esensial (essential oil). Minyak esensial merupakan bahan yang sensitif terhadap
panas, sehingga harus ditambahkan pada temperatur yang rendah. Minyak ini
biasanya digunakan dalam jumlah yang kecil sehingga tidak menyebabkan iritasi
(Rieger 2000).

Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
13

2.2 Emolient

Istilah pelembab dan emolient sering dikacaukan sehingga timbul


bermacam definisi. Istilah pelembab menggambarkan terjadinya penambahan air
ke kulit, sehingga menurunkan kekasaran kulit atau peningkatan kadar air secara
aktif ke kulit. Pengertian emolient adalah bahan oklusif yang membantu hidrasi
kulit dengan cara mengoklusi permukaan kulit dan menahan air di stratum
corneum. (Purwandhani, 2000)

2.2.1 Jenis-jenis Emolient


Penggolongan pelembab berdasarkan atas mekanisme hidrasi langsung dan
tidak langsung .

1. Tidak langsung
a. Bahan Oklusi
• sebagai pelembab
• anti inflamasi
• anti mitotik
• anti pruritus
b. Bahan pembentuk lipofilik
• asam lemak esensial
• seramid

2. Langsung
a. Bahan pembentuk lapisan hidrofilik

• glikosaminoglikan ( asam hyaluronat, kondroitin sulfat )


• kolagen
• khitin dan khitosan
• polimer hidrofilik

b. Humektan : bahan higroskopis yang menyebabkan lapisan epidermis


mampu menyerap dan menyimpan air.

Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
14

• gliserin
• sorbitol
• propilen glikol
• ester poligliseril
• asam laktat

c. Natural moisturizing factor ( NMF )

• natrium pirolidon karbosiklat


• urea
• asam amino
• asam alfa hidroksi (Purwandhani, 2000)

2.2.2 Isi dan Klasifikasi Emolient


Emolient berfungsi sebagai oklusif atau membentuk lapisan yang
mempunyai kemampuan untuk mengganti lapisan hidrofilik alamiah, sehingga
mengurangi TEWL. Emolient dapat bekerja pada kulit normal maupun dengan
kelainan, sehingga dapat digunakan untuk pengobatan kelainan kulit pada
umumnya. Efek emolient adalah melembabkan kulit, anti inflamasi, antimitotik
dan antipruritus. Komponen terpenting pada emolient adalah lipid. Lipid bisa
berasal dari tumbuhan dan hewan, minyak mineral atau sintetik. Asam lemak yang
digunakan berantai karbon 8-18 dan dapat jenuh maupun tidak jenuh.
(Purwandhani, 2000)
Klasifikasi emolient sebagai berikut :
1. Lemak hewani : lemak sapi, lemak domba
Lanolin ( lemak domba penghasil wool) dahulu banyak digunakan tetapi
dapat menyebabkan sensitifitas, saat ini dipakai bermacam lanolin yang telah
diubah susunan kimianya. Penelitian Clark dkk (1981) menyebutkan komponen
utama penyebab iritasi dalam lanolin adalah alkohol.
2. Lemak tumbuhan
Minyak tumbuhan / biji-bijian asli yang belum dimodifikasi dimasukkan
dalam formulasi emolient (contohnya minyak kacang, bunga matahari, zaitun).
Minyak tumbuhan asli tersebut ternyata lebih disenangi pasien tetapi sangat

Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
15

berminyak kebanyakan dipakai untuk minyak mandi rendam.


3. Minyak mineral
Minyak yang digunakan untuk emolient merupakan hasil destilasi vaselin
dan mengandung komponen organik dalam jumlah besar, terutama hidrokarbon
alifatik rantai panjang dan bercabang. Proses pembuatan termasuk destilasi,
ekstraksi pelarut, kristalisasi dan netralisasi alkali dan bleaching menghasilkan
petroleum jelly dan light liquid parafin ( white oil ). Untuk pelembab medis
digunakan parafin oil.
4. Minyak sintesis
Yang sering digunakan dan tampaknya cukup ideal ialah minyak silikon
sintesis.
5. Lilin Lemak
Yaitu campuran lipid semi solid kompleks yang juga merupakan turunan
dari minyak hewan, tumbuhan atau mineral. Yang paling banyak dipakai lilin
lebah dari sarang lebah, lilin carnauba dan pohon palem carnauba dan lilin
parafin.
Kulit kering yang disertai inflamasi memerlukan aplikasi kortikosteroid.
Pemberiannya dilakukan sebelum aplikasi moisterizer atau emolient.
(Purwandhani, 2000).

2.3 Mekanisme Pengaturan Hidrasi Kulit


Terdapat keseimbangan antara keluar dan masuknya cairan di stratum
corneum. Masuknya cairan endogen berasal dari proses difusi dari dermis ke
permukaan kulit dan juga sekresi kelenjar keringat. Pemasukan secara eksogen
meningkat ketika kelembaban relatif tinggi. Keseimbangan terjadi bila
kelembaban relatif lingkungan ialah 85%, dibawah konsentrasi tersebut terjadi
kehilangan air transepidermal (trans epidermal water loss/TEWL) dan diatas
konsentrasi tersebut terjadi sebaliknya. (Purwandhani, 2000)
Kehilangan cairan juga dihubungkan dengan berbagai keadaan misalnya
cuaca berangin, suhu lingkungan yang tinggi maupun rendah, udara yang kering,
penggunaan bahan yang mengandung surfaktan, bahan alkali (sabun), pelarut
organik (contohnya eter, aseton, alokohol), enzim proteolitik dan lipolitik, proses

Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
16

penuaan, serta berbagai kelainan kulit. (Purwandhani, 2000)


Jacobi menyatakan bahwa kemampuan kulit untuk menyimpan
kelembaban berhubungan dengan adanya bahan yang larut dalam air, dinamakan
faktor X atau faktor pelembab alami (natural moisturizing factor/NMF)
(Purwandhani, 2000).
Kelembaban bergantung pada 3 faktor yaitu:
1. Kecepatan cairan mencapai stratum korneum dari lapisan bawah (kelenjar
ekrin, transfer trans epidermal)
2. Kecepatan penguapan cairan
3. Kemampuan stratum korneum untuk menahan cairan bergantung kepada
integritas lapisan hidrolipid, adanya NMF, cukup tersedianya air interseluler,
integritas membran sel dan semen interseluler yang berasal dari lipid
penunjang.
Komposisi lapisan hidrolipid terdiri atas air, ion, asam amino, urea,
squalene, trigliserida, kolesterol bebas dan esternya, asam lemak dan lemak lilin.
Lapisan hidrolipid berasal dari sebum dan sekresi keringat. (Purwandhani, 2000)
Spiet dan Pasher (1956) menemukan bahwa SC terdiri dari 58% keratin,
30% NMF dan 11% lipid. NMF terdiri dari asam amino bebas, asam urokanant,
asam pirilidonkarbosiklat, urea, elektrolit, garam dan fraksi gula yang
indeterminant. Komposisi semen interseluler terdiri atas sfingolipid 49%, asam
lemak 26% (asam linoleat) dan kolesterol 20%. (Purwandhani, 2000)
Pada keadaan normal, air mengalir secara difusi dari dermis menuju ke
epidermis melalui dua cara yaitu melalui stratum corneum (sc) dan ruang
interseluler. Oleh sebab itu normal air akan keluar dari tubuh melalui epidermis,
keadaan tersebut dikenal dengan istilah trans epidermal water loss (TEWL).
Normal TEWL berkisar 0,1 –0,4 mg/cm2 per jam. Proses difusi pasif terjadi
karena terdapatnya perbedaan kandungan air dari stratum basalis (60 – 70%),
stratum granulosum (40 - 60%) dan stratum corneum kurang dari 15% sehingga
air mengalir dari stratum basalis ke stratum corneum. Dengan demikian maka SC
merupakan barier hidrasi yang sangat penting dalam mempertahankan
kelembaban kulit. Pada kulit yang sakit seperti pada psoriasis dan eczemal
(terdapat kelainan epidermis), barier kulit melemah sehingga kec TEWL

Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
17

meningkat 10 kali lebih besar dari normal. Di lain pihak SC terdiri dari sel- sel tak
berinti yang banyak mengandung protein (profilaggrin, filaggrin dan garnul
keratohyalin) dan ruang interseluler yang banyak mengandung lipid dan membran
SC (ceramide, FFA dan cholesterol) dan bahan pelembab alami (natural
moistuerizing factor = NMF) yang mempunyai kemampuan mengikat air sangat
kuat. Di samping itu enzyme–enzyme yang ada di ruang interseluler juga dapat
menyebabkan perubahan komposisi lipid interseluler sehingga dapat
mempengaruhi TEWL. Ceramide merupakan komponen utama lipid interseluler
SC dan banyak mengandung asam linoleat. Ikatan antara ceramide dan air akan
membentuk emulsi yang halus sehingga nampak halus dan lembut. Pada keadaan
tertentu, cuaca bersuhu rendah dengan kelembaban relatif rendah, ikatan antara
ceramide dan air tersebut akan mengkristal sehingga kulit menjadi kering kasar
dan kusam. Pada proses penuaan SC masih intak akan tetapi fungsi barier
mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena jumlah faktor pelembab alami
yang rendah sehingga menyebabkan penurunan kapasitas mengikat air lebih
kurang 75% dari normal, akibatnya TEWL meningkat. (Purwandhani, 2000).

2.4 Lipid

Lipid mengacu pada golongan senyawa hidrokarbon alifatik nonpolar dan


hidrofobik. Karena nonpolar, lipid tidak larut dalam pelarut polar seperti air, tetapi
larut dalam pelarut nonpolar, seperti alkohol, eter atau kloroform. Fungsi biologis
terpenting lipid di antaranya untuk menyimpan energi, sebagai komponen
struktural membran sel, dan juga sebagai pensinyalan molekul. Lipid adalah
senyawa organik yang diperoleh dari proses dehidrogenasi endotermal rangkaian
hidrokarbon. Lipid bersifat amfifilik, artinya lipid mampu membentuk struktur
seperti vesikel, liposom, atau membran lain dalam lingkungan basah. Lipid
biologis seluruhnya atau sebagiannya berasal dari dua jenis subsatuan atau "blok
bangunan" biokimia: gugus ketoasil dan gugus isoprena(Edelman,1981). Dengan
menggunakan pendekatan ini, lipid dapat dibagi ke dalam delapan kategori:asam
lemak, gliserolipid, gliserofosfolipid, sfingolipid, sakarolipid, dan poliketida
(diturunkan dari kondensasi subsatuan ketoasil); serta lipid sterol dan lipid prenol
(diturunkan dari kondensasi subsatuan isoprena).

Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
18

Meskipun istilah lipid kadang-kadang digunakan sebagai sinonim dari


lemak. Lipid juga meliputi molekul-molekul seperti asam lemak dan turunan-
turunannya (termasuk tri-, di-, dan monogliserida dan fosfolipid, juga metabolit
yang mengandung sterol, seperti kolesterol. Meskipun manusia dan mamalia
memiliki metabolisme untuk memecah dan membentuk lipid, beberapa lipid tidak
dapat dihasilkan melalui cara ini dan harus diperoleh melalui makanan
(Edelman,1981).

2.5 Asam lemak


Asam lemak adalah penyusun sebagian besar lipid. Walaupun lebih dari
100 asam lemak diketahui terdapat di alam, namun yang berperan dalam nutrisi
terutama dalam bentuk lemak (fat).
Asam-asam lemak terdiri dari sebuah gugusan tunggal COOH dan sebuah
rantai karbon lurus tidak bercabang dengan formula umum CH3(CH2)nCOOH ,
misalnya:
n = 0 adalah asam asetat
n = 1 adalah asam propionat
n = 2 adalah asam butirat dan seterusnya sampai n = 24; dan dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu :
1. Asam lemak saturated (jenuh) yaitu asam lemak ikatan tunggal atau tidak
ada ikatan rangkap. Penamaannya memakai sufiks -anoic atau – anoat
Formula dapat disederhanakan menjadi : CnH2nO2
2. Asam lemak unsaturated (tak jenuh) yang mengandung ikatan rangkap
terdiri dari :
o Ikatan rangkap tunggal yang disebut dengan asam lemak mono
unsaturated. Penamaannya memakai sufiks -dienoic atau - dienoat.
o Lebih dari satu ikatan rangkap yang yang disebut asam lemak
polyunsaturated (PUFA). Penamaannya memakai sufiks -trienoic (3
ikatan rangkap) atau - trienoat, dsb. (Edelman, 1981)
Tingkat kejenuhan berpengaruh terhadap sifat-sifat fisik dan susunan
lemak, biasanya asam lemak unsaturated adalah lebih reaktif dan mempunyai titik
cair lebih rendah dibandingkan asam lemak saturated.

Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
19

Lokasi ikatan rangkap pada rantai karbon dari asam lemak unsaturated
menyebabkan perbedaan besar bagaimana asam lemak tersebut dimetabolisme.
Pada dasarnya kelompok asam lemak polyunsaturated (PUFA) dapat dibagi
kedalam 3 kelompok besar yaitu seri oleic ( -9), seri linoleic ( -6) dan seri
linolenic ( -3), ketiga jenis asam lemak tersebut merupakan anggota kelompok
dengan rantai terpendek, sedangkan jenis asam lemak yang lain diturunkan dari
ketiga kelompok tersebut. -9 artinya ikatan rangkapnya terletak pada C ke-9 dan
kelipatannya. Untuk lebih jelasnya contoh dari asam lemak saturated dan
unsaturated serta penulisannya disajikan dalam Tabel 2.2.(Edelman,1981)
Tabel 2.2 Asam lemak yang banyak ditemukan dalam lipid

Ket : C4 : 0 : 4 atom C, tanpa ikatan rangkap

W : ikatan rangkap dihitung dari gugus metil terminal Posisi w yang sama, famili
sama, contoh C 20 : 4w6 dapat disintesis dari C 18 : 2w6. (Edelman,1981)

Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
20

2.6 Daun Handeuleum (Graptophyllum pictum L.)

2.6.1 Morfologi Tumbuhan Daun Handeuleum

Tanaman Wungu asalnya dari Irian dan Polynesia, dapat ditemukan dari
dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 1.250m dpl. Perdu atau
pohon kecil, dengan tinggi 1,5-3 m, batang berkayu. Kulit dan daun berlendir dan
baunya kurang enak. Cabang bersudut tumpul, berbentuk galah dan beruas rapat.
Daun tunggal, bertangkai pendek, letaknya berhadapan bersilang, bulat telur
sampai lanset, ujung dan pangkal runcing, tapi bergelombang, pertulangan
menyirip, panjang 8-20 cm, lebar 3-13 cm, permukaan atas warnanya ungu
mengilap. Perbungaan majemuk, keluar diujung batang, tersusun dalam rangkaian
berupa tandan yang panjangnya 3-12 cm, warnanya merah keunguan. Buahnya
buah kotak, bentuknya lonjong, warnanya ungu kecoklatan. Biji kadang-kadang 2,
bentuknya bulat, warnanya putih. Tumbuhan wungu sering ditemukan tumbuh liar
di pedesaan atau ditanam sebagai tanaman hias dan tanaman pagar. Tumbuh baik
pada tempat-tempat terbuka yang terkena sinar matahari, dengan iklim kering atau
lembap.

Ada tiga varietas, yaitu berdaun ungu, berdaun hijau dan belang-belang
putih. Yang digunakan sebagai obat adalah varietas berdaun ungu yang
dinamakan Graptophyllum pictum(L.) Griff.var luridosanguineum Sims.
Tumbuhan ini berbunga sepanjang tahun, namun di Jawa jarang sekali
menghasilkan buah. Perbanyakan dengan stek batang (Dalimartha, 1999).

Batang daun tumbuhan wungu mengandung kalsium oksalat, asam formic,


dan lemak. Daun berkhasiat sebagai peluruh kencing (diuretik), mempercepat
pemasakan bisul, pencahar ringan (laksatif), dan pelembut kulit (emolient).
Sedangkan bunganya berkhasiat sebagai pelancar haid (Dalimartha, 1999).

Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
21

2.6.2 Sistematika Tumbuhan Daun Handeuleum

Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan handeuleum diklasifikasikan


sebagai berikut;

Sinomin : Graptophyllum hortense. Nees.

Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Tubiflorae

Famili : Acanthaceae

Genus : Graptophyllum

Spesies : Graptophyllum pictum

Nama umum : Wungu

Nama daerah : Daun wungu (Jawa), pudin (Sumatera), temen (Nusa


Tenggara), daun putri (ambon).

Habitus : Perdu atau pohon kecil, tinggi 1,5 - 3 m.

Batang : Berkayu, cabang bersudut tumpul, berbentuk galah dan


beruas rapat, kulit dan daun berlendir

Daun : Tunggal, bertangkai pendek, letaknya berhadapan bersilang,


bulat telur sampai lanset, ujung dan pangkal runcing, tepi
bergelombang, pertulangan menyirip, panjang 8 – 20 cm,
lebar 3 –13 cm, permukaan atas warnanya ungu mengilap.

Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
22

Bunga : Majemuk, keluar diujung batang, tersusun dalam rangkaian


berupa tandan yang panjangnya 3 – 12 cm, warnanya merah
keunguan.

Buah : Kotak, bentuknya lonjong, warnanya ungu kecoklatan.

Biji : Berbentuk bulat, warnanya putih, kadang-kadang Pipih


berkulit tebal, putih.

Gambar 2.1 Tanaman Daun Handeuleum

2.6.3 Manfaat Tumbuhan Handeuleum

Tumbuhan handeuleum (daun) berkhasiat sebagai peluruh kencing


(diuretik), mempercepat pemasakan bisul, pencahar ringan (laksatif), dan
pelembut kulit (emolient). Sedangkan bunganya berkhasiat sebagai pelancar haid
(Dalimartha, 1999). Dari studi literatur yang dilakukan, telah diteliti bahwa di
dalam rebusan daun tumbuhan handeuleum tersebut dapat menghilangkan gejala
hemoroid eksternum derajat II (Sardjono O, dkk, 1995). Umi Kalsum, dkk juga
telah meneliti peran senyawa alkaloida yang terdapat dalam ekstrak etanol daun
tumbuhan wungu yang memiliki efek analgesik/anti inflamasi dan penghambat
pembentukan prostaglandin. Namun demikian penelitian mengenai daun
tumbuhan wungu sampai saat ini hanya uji efek farmakologisnya saja (Umi
Kalsum,dkk, 1996).

Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
23

2.6.4 Kandungan Kimia Tumbuhan Handeuleum (Graptophyllum pictum L.)

Daun tumbuhan ini mengandung alkaloida yang tidak beracun, glikosida,


steroida, saponin, klorofil dan lendir. Batang daun tumbuhan handeuleum
mengandung kalsium oksalat, asam formik, dan lemak.(Dalimartha, 1999).

2.7 Ekstraksi

Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya berdasarkan


perbedaan koefisien distribusi zat terlarut dalam 2 larutan yang berbeda fasa dan
tidak saling bercampur. Ekstraksi ini dilakukan dengan pertimbangan beberapa
faktor yaitu

Kemudahan dan kecepatan proses,

Kemurnian produk yang tinggi,

Rendah polusi,

Efektifitas dan selektifitas yang tinggi.

Ekstraksi ini tidak melibatkan perubahan fasa sehingga tidak


membutuhkan energi yang menambah biaya opersional. Prinsip metode ekstraksi
adalah berdasarkan pada perbedaan koefisien distribusi zat terlarut dalam dua
larutan yang berbeda fasa dan tidak saling bercampur. Bila suatu zat terlarut
terdistribusi di antara dua larutan yang tidak saling bercampur, berlaku hukum
mengenai konsentrasi zat terlarut dalam kedua fasa pada kesetimbangan.
Peristiwa ekstraksi adalah pemisahan komponen dari suatu campuran cair
dengan mengontakkan pada cairan lain. Sering disebut juga ekstraksi cair atau
ekstraksi pelarut (solvent extraction). Prinsip kerjanya adalah pemisahan
berdasar perbedaan kelarutan. Pelarut melarutkan sebagian bahan padatan
sehingga bahan terlarut yang diinginkan dapat diperoleh.

Salah satu hal kunci yang sangat menentukan dalam pertimbangan desain
proses ekstraksi adalah pemilihan solven yang akan digunakan (Gertenbach,
2002). Hal-hal yang perlu diperhatikan di antaranya:

Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
24

1. Reproksivitas: kemampuan untuk melakukan kontak antara pelarut


dengan suatu zat terlarut

2. Selektivitas : kemampuan suatu pelarut untuk melarutkan salah satu


komponen zat terlarut. Bandingkan rasio kesetimbangan solute tiap phasa

3. Koefisien distribusi : nilai ratio y/x dalam kesetimbangannya yang


menunjukkan kemampuan zat terlarut terdistribusi dalam pelarut. Nilai 1
menunjukkan zat terlarut sangat mudah terdistribusi dalam pelarut. y/x
pada kesetimbangan ; nilai koefisien semakin besar semakin disukai

4. Ketidaklarutan (Insolubility): pelarut tidak boleh larut dalam cairan


karier

5. Recoverability: kemampuan pelarut untuk dapat dimurnikan lagi


(recover). Pertimbangkan hambatan (misal:. azeotrop)

6. Kerapatan (Density): menunjukkan konsentrasi zat terlarut dalam


solvent. Penurunan densitas zat C berarti kelarutannya semakin banyak
dalam pelarut. Harus ada perbedaan densitas antar komponen sehingga
fasa-fasa dapat dipisahkan dengan pengendapan

7. Tegangan permukaan (Interfacial Tension): menunjukkan kemampuan


dua jenis cairan untuk bercampur. Jika tegangan permukaan terlalu tinggi
maka cairan akan sulit bercampur

8. Reaktivitas Kimia: adanya kemampuan untuk bereaksi secara kimiawi


antara 2 cairan sehingga dapat diketahui apakah dua larutan dapat
dicampurkan tanpa bereaksi (inert). Tujuannya adalah agar kita dapat
mengetahui apakah campurannya nanti dapat diipsahkan kembali setelah
ekstraksi. Pelarut haruslah stabil dan tak beraksi (inert)

9. Viskositas, Tekanan uap, titik beku: nilai rendah memudahkan


penyimpanan

10. Sifat lain: toksisitas, flammabilitas serta nilai ekonomi adalah sifat-sifat
yang perlu diperhatikan untuk menentukan pemilihan pelarut atau
pengekstraksi (Gertenbach, 2002).

Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
25

Ekstraksi pelarut adalah salah satu metode pemisahan tertua yang dikenal
sejak zaman paleolitikum. Ilmu tentang ekstraksi pelarut telah berkembang
dalam jangka waktu yang panjang dan banyak kemajuan telah dibuat dalam
pemahaman solvasi dan sifat campuran cair yang digunakan dalam proses
ekstraksi (Gertenbach, 2002).

2.8 Ekstraksi Ultrasonik

Gelombang ultrasonik merupakan gelombang longitudinal yang memiliki


frekuensi 20 kHz ke atas. Gelombang ultrasonik merupakan rambatan energi dan
momentum mekanik, sehingga membutuhkan medium untuk merambat sebagai
interaksi dengan molekul. Medium yang digunakan antara lain padat, cair dan gas
(Tipler, 1990).

Penggunaan gelombang ultrasonik (sonikasi) dalam pembentukan materi


berukuran nano sangatlah efektif. Gelombang ultrasonik banyak diterapkan pada
berbagai bidang antara lain dalam instrumentasi, kesehatan dan sebagainya. Salah
satu yang terpenting dari aplikasi gelombang ultrasonik adalah pemanfaaatannya
dalam menimbulkan efek kavitasi akustik. Efek ini akan digunakan dalam
pembuatan bahan berukuran nano dengan metode emulsifikasi (Nakahira, 2007).

Ketika gelombang ultrasonik menjalar pada fluida, terjadi siklus rapatan


dan regangan. Tekanan negatif yang terjadi ketika regangan menyebabkan
molekul dalam fluida tertarik dan terbentuk kehampaan, kemudian membentuk
gelembung yang akan menyerap energi dari gelombang suara sehingga dapat
memuai. Gelembung berosilasi dalam siklus rapatan dan regangan seperti yang
ditunjukkan oleh Gambar 2.2.

Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
26

Sound pressure

Compression waves

Changes in bubble size

time

Gambar 2.2 Proses rapatan dan regangan dalam kaitannya dengan osilasi kavitasi.

Selama osilasi, sejumlah energi berdifusi masuk atau keluar gelembung.


Energi masuk terjadi ketika regangan dan keluar ketika rapatan, di mana energi
yang keluar lebih kecil daripada energi yang masuk, sehingga gelembung memuai
sedikit demi sedikit selama regangan kemudian menyusut selama rapatan. Ukuran
kritis gelembung ini disebut ukuran resonan yang tergantung pada fluida dan
frekuensi suara. Dalam kondisi ini, gelembung tidak dapat lagi menyerap energi
secara efisien. Tanpa energi input, gelembung tidak dapat mempertahankan
dirinya, fluida di sekitarnya akan menekannya dan gelembung akan mengalami
ledakan hebat, yang menghasilkan tekanan sangat besar hingga dianalogkan
dengan tekanan di dasar lautan dan suhu yang sangat tinggi dianalogkan dengan
suhu pada permukaan matahari. Gelembung inilah yang disebut sebagai
gelembung kavitasi.

Fenomena kavitasi ini terjadi pada satu titik dalam fluida.Tekanan dalam
kavitasi diubah menjadi panas dengan sangat cepat, sedangkan fluida di sekitar
kavitasi memiliki suhu yang jauh lebih rendah. Ketika panas dilepaskan saat
kavitasi pecah, fluida di sekitarnya akan dengan sangat cepat mendingin dalam
waktu kurang dari mikrosekon. Pemanasan dan pendinginan dalam waktu yang
singkat ini memiliki kecepatan perubahan suhu 109 oC/s. Aliran turbulen dan
gelombang kejut akibat kavitasi menyebabkan terjadinya tumbukan antar partikel
dan pemanasan lokal pada titik tumbukan (Suslick, 1994).

Dalam penelitian ini, efek kavitasi digunakan dalam proses emulsifikasi


yang melibatkan polimer di dalamnya. Efek ultrasonik pada polimer adalah
pemutusan dan pembentukan ikatan, sehingga memungkinkan terjadi perubahan

Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
27

struktur. Dalam proses kavitasi terbentuk gelembung yang berasal dari salah satu
fasa yang didispersikan dalam fasa yang lain, di mana gelembung kavitasi
merupakan fasa minyak yang didispersikan dalam fasa air karena memiliki
volume yang lebih rendah. Dengan efek pecahnya kavitasi, maka emulsifikasi
yang disebabkan oleh penjalaran ultrasonik akan efektif dengan terdispersinya
fasa minyak yang mengandung agregat nanosfer dalam fasa air, sehingga nanosfer
yang telah terbentuk dapat terdispersi stabil. Bentuk dan ukuran gelembung akan
mempengaruhi bentuk dan ukuran nanopartikel yang terbentuk (Hielscher, 2005).
Gelombang kejut dapat memisahkan penggumpalan partikel (agglomeration) dan
terjadi dispersi sempurna dengan penambahan pengemulsi/surfaktan sebagai
penstabil.

Ukuran gelembung kavitasi saat kesetimbangan (R0) terkait dengan proses


ultrasonik dipengaruhi oleh beberapa parameter, diantaranya waktu (t), tekanan
akustik (PA), kerapatan fluida (ρ), jarak radial (r), viskositas fluida (µ) dan
frekuensi angular resonansi radial (ωr) yang ditunjukkan dengan Persamaan 1.
Dalam penelitian ini, parameter yang dipelajari keterkaitannya dengan ukuran
gelembung kavitasi yaitu waktu sonikasi.

………………………………….(2.1)

Persamaan di atas sesuai dengan persamaan dasar gelombang teredam, dan


adanya elemen frekuensi angular resonansi radial (ω) menunjukkan bahwa dalam
sistem juga terjadi resonansi (Neppiras, 1980). Dalam proses sonikasi terjadi
siklus peredaman gelombang di mana terjadi penurunan energi mekanik terhadap
waktu dan resonansi, ketika frekuensi gelombang mendekati frekuensi gelembung
kavitasi , gelembung akan pecah (Tipler, 1990).

Suspensi dalam larutan menghasilkan kecepatan tumbuk antar partikel


yang dapat merubah morfologi permukaan, komposisi, dan reaktivitas (Suslick,
1990). Semakin lama proses sonikasi ini akan menyamaratakan energi yang

Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
28

diterima partikel di seluruh bagian sisi larutan, sehingga ukuran partikel semakin
homogen.

Hal ini menyebabkan proses perpindahan massa senyawa bioaktif dari


dalam sel tanaman ke pelarut menjadi lebih cepat. Sonikasi mengandalkan energi
gelombang yang menyebabkan proses kavitasi, yaitu proses pembentukan
gelembung-gelembung kecil akibat adanya transmisi gelombang ultrasonik untuk
membantu difusi pelarut ke dalam dinding sel tanaman (Dean. 1998).

Gambar 2.3 Peralatan Ekstraksi Ultrasonik

2.9 Penelitian yang telah dilakukan

Penelitian mengenai ekstraksi daun handeuleum telah banyak dilakukan.


Mayoritas dari penelitian tersebut, bertujuan sebagai obat-obatan dengan
parameter-parameter ekstraksi yang berbeda. Penelitian-penelitian tersebut di bagi
dalam 2 bagian :
1. Penelitian di Indonesia
2. Penelitian Internasional.

Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
29

Tabel 2.3 State of the art dari Jurnal di Indonesia

state of the art indonesia jurnal (Graptophyllum pictum (Linn) Griff)


(Fith et al,2011 )etanol (Nina,
Obat Wasir 70% Andrianti,2008)etanol

Menurunkan
ketebalan (Lutfi Mega
Manfaat

endometrium Asterina,2010)etanol
dan miometrium
uterus

(Sofia Lenny,
2005)etanol; (Morina
Uji bioaktifitas adfa, 2005)metanol
flavonoid

Maserasi Soxhlet ultrasonic


metode ekstraksi

Tabel 2.4 State of the art jurnal Internasional

state of the art indonesia jurnal (Graptophyllum pictum (Linn) Griff)


(Ozaki et al,
Anti inflammatory 1989)ethanol

(S.O.Olagbende
merangsang kelahiran, dan bisa dada et
digunakan untuk kontra sepsi yang al,2010)distilled
Benefit

efeknya menghalangi implantasi, sel water


telur yang sudah dibuahi sperma
(Retno
wdyawati,
2011) ethanol,
water, hexane,
ethyl acetate, n-
Ostheoporosis buthanol

Maserasi soxhlet ultrasonic


metode ekstraksi

Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
30

2.9.1 Ringkasan Penelitian


Dari penelitian internasional dan dalam negeri yang sudah dilakukan
terutama untuk metode ekstraksi banyak sekali yang menggunakan metode
ekstaksi solvent konvensional yaitu maserasi. Sedangkan menggunakan soxhlet
dan ekstaksi menggunakan gelombang ultrasonik masih sedikit sekali yang
menggunakan metode tersebut. Dan dari beberapa penelitian tersebut belum ada
yang memanfaatkan ekstrak daun handeuleum sebagai emolient dalam pembuatan
body lotion.

Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai diagram alir penelitian, alat dan
bahan penelitian, variable penelitian, dan prosedur penelitian.

PENGERINGAN DAUN HANDEULEUM

Pengeringan dilakukan secara alami dengan diangin-anginkan

EKSTRAKSI DAUN HANDEULEUM

Ekstraksi menggunakan ekstraksi ultrasonik dengan beberapa variabel


proses yaitu :

1. Variabel waktu : 20, 30, 40, 50, 60 menit


2. Variabel pelarut menggunakan campuran pelarut etanol 96 %
dengan n-hexane dengan perbandingan 0:100% ; 25%:75% ;
50%:50% ; 75%:25% ; 100% : 0%

PEMISAHAN EKSTRAK
Pemisahan menggunakan pemanasan sesuai dengan titik didih pelarut

ANALISIS

Uji bilangan iod, GCMS, viskositas, pH, dan densitas

PEMBUATAN BODY LOTION

Membuat body lotion dengan mengganti emolient iso propil


palmitat dengan ekstrak daun handeuleum

ANALISIS BODY LOTION

Uji viskositas, pH, dan densitas

Gambar 3.1.Diagram Alir Penelitian

31

Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012


32

Model penelitian ini adalah ekperimen yang dilakukan dengan ekstraksi


daun handeuleum dengan menggunakan metode ekstraksi ultrasonik kemudian
dipisahkan menggunakan pemanasan sesuai dengan titik didih pelarut. Pelarut
yang digunakan untuk ekstraksi adalah etanol 96% dan n-hexane. Lalu, penelitian
utamanya menyangkut lima hal yaitu persiapan, ekstraksi, pengujian ekstrak,
pembuatan body lotion dan pengujian body lotion. Setelah itu dilakukan analisa
dan evaluasi hasil penelitian dan terakhir dibuat kesimpulan.

3.1 Variabel Bebas dan Variabel Terikat


Variabel bebas yang divariasikan pada penelitian ini adalah :
1. Waktu ekstraksi daun handeuleum menggunakan ekstraksi ultrasonik
selama 20 ; 30 ; 40 ; 50 ; 60 menit
2. Komposisi pelarut yang digunakan untuk ekstraksi daun handeuleum
dengan rasio pelarut etanol 96% dan n-hexane 0%:100%, 25%:75%,
50%:50%, 75%:25%, 100%:0%
Adapun variabel terikat pada penelitian ini adalah parameter yang akan diamati
pada ekstrak daun handeuleum yakni bilangan iodine, GCMS, viskositas, densitas,
dan pH.

3.2 Bahan dan Alat


Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1. Daun handeuleum
2. Etanol 70%
3. N-Hexane
4. Stearic Acid
5. Gliseril Stearat
6. Petroleum Jelly
7. White Oil
8. Iso Propil Palmitat
9. Trietanolamine
10. Glycerin
11. Metil Paraben
12. Aquadest

Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
33

13. Parfume
14. Chloroform
15. Larutan Wijs
16. KI 20%
17. Larutan Thio 0,1 N
18. Indikator Amylum

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah :

1. Ultrasonik waterbath
2. Beaker glass
3. Botol 1 ml
4. Corong
5. Pengaduk
6. Pemanas elektik dengan stirer
7. Gelas ukur
8. Timbangan
9. Pipet
10. Pipet volume
11. Density meter
12. Cawan
13. Statif
14. Erlenmeyer
15. Kertas Saring
16. Viskometer Brookfield
17. Buret

Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
34

3.3 Prosedur Penelitian


3.3.1 Pengeringan daun handeuleum
Tujuan dari tahap ini adalah Mengkondisikan daun handeuleum dengan
kadar air yang rendah sehingga memudahkan untuk diekstrak. Prosedur
yang dilakukan sebagai berikut:
1. Bersihkan daun dengan lap kering dan pastikan sudah tidak ada batang
daunnya
2. Jemur di tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung dan kering
3. Angkat daun ketika sudah berwarna kecoklatan
4. Menghancurkan daun sampai halus dengan menggunakan blender
sehingga akan diperoleh serbuk kering daun handeuleum.
5. Menyimpan serbuk daun dalam tempat tertutup pada temperature ruang.
Selanjutnya, serbuk daun ini siap untuk diekstraksi.

3.3.2 Ekstraksi Daun Handeuleum


Tahapan ini bertujuan untuk mendapatkan ekstrak daun handeuleum
dengan pelarut yang berbeda dan waktu ekstraksi sehingga bisa diketahui
pelarut dan waktu ekstraksi yang terbaik untuk mengekstrak daun
handeuleum. Prosedur yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Mencampurkan 2 gr serbuk daun kering handeuleum dengan 100 ml


campuran etanol 96% : n-hexane dan diekstraksi dengan sonikasi
(temperature ruang, 53 kHz, 60 menit). Memvariasikan konsentrasi
larutan ekstrak dengan waktu yang paling lama dari variasi waktu
ekstraksi yang digunakan, yaitu 60 menit. Variasi konsentrasi larutan
ekstrak dilakukan pada rasio 0%:100%, 25%:75%, 50%:50%,
75%:25%, 100%:0% (etanol 96% : n-hexane)
2. Menyaring hasil ekstrak dengan menggunakan kertas saring
3. Menguapkan sebagian pelarut dari ekstrak menggunakan hot plate yang
dijaga suhunya pada temperature 40-50OC
4. Memindahkan sample, yang sebagian pelarutnya sudah menguap ke
cawan petri.

Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
35

5. Menguapkan seluruh pelarut dari ekstrak dengan menggunakan hot


plate yang dijaga suhunya pada temperatur 40-50OC.
6. Setelah didapatkan sample dengan yield yang paling baik dari variasi
konsentrasi larutan ekstrak kemudian melanjutkan prosedur ekstraksi
sonikasi dengan memvariasikan waktu ekstraksi. Variasi waktu
ekstraksi dilakukan pada 20, 30, 40, 50 dan 60 menit.

3.3.3 Analisis Ekstrak Daun Handeuleum


Tahapan ini bertujuan untuk mendapatkan data yang akan digunakan
sebagai bahan pertimbangan kereaktifan dan kelayakan ekstrak daun
handeuleun untuk digunakan sebagai bahan pembuatan body lotion.

3.3.3.1 Analisis Bilangan Iodine


Tujuan dari tahap ini adalah untuk mengetahui bilangan iodine dari ekstrak
daun handeuleum. Dengan metode ASTM D5768-02 sebagai berikut :
1. Timbang 5.0 ± 0.1 g contoh ke dalam erlemeyer tutup asah 250 ml
2. Tambahkan 15 ml Chloroform dengan gelas ukur
3. Tambahkan 25 ml larutan Wiys dengan vol pipet
4. Simpan ditempat gelap selama 30 menit
5. Dikocok pelan selama 2 menit, setelah itu tambahkan 10 ml KI 20%
dengan vol pipet
6. Tambahkan 50 ml aquadest dengan gelas ukur
7. Titrasi dengan larutan Thio 0,1 N hingga warna kuning
8. Tambahkan Indikator Amylum beberapa tetes
9. Titrasi kembali dengan larutan Thio 0,1 N hingga warna biru menjadi
putih setelah dikocok keras
10. Titrasi selesai setelah larutan berubah menjadi jernih (V2 ml)
11. Lakukan blanko (V1).

Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
36

Perhitungan : Bilangan Iodine = (V1 - V2) x N x 12,69


Berat gram
contoh

Dimana : V1 = mL Thio 0,1 N untuk blanko


V2 = mL Thio 0,1 N untuk titrasi kembali.
N = Normalitet Thio 0,1 N

3.3.3.2 Viskositas
Viskositas produk diukur dengan menggunakan viskometer brookfield.
Sejumlah sampel yang telah dilarutkan, dimasukan ke dalam wadah
kemudian diukur viskositasnya dengan menggunakan viskometer.
Viskositasnya (cp) adalah angka hasil pengukuran. Prosedur kerja yang
digunakan adalah sebagai berikut :
1. Nyalakan Alat Viskometer
2. Jadikan suhu sample 25 oC
3. Set alat pada speed 5 rpmdengan menggunakan Spindle 93
4. Masukan sample ke beaker glass kemudian posisikan spinle tepat di
tengah sample kemudian tekan start,biarkan putaran sampi stabil
kira-kira sekitar 2 menit,baca hasil pengukuran yang tertera pada alat
viscometer

3.3.3.3 pH
Uji derajat keasaman dilakukan dengan menggunakan pH meter yang
sebelumnya telah dikalibrasi menggunakan larutan buffer 4,01 dan 6,86.
Pengukuran dilakukan secara langsung dengan mencelupkan mata pH ke
dalam sampel yang sudah diencerkan, lalu ditunggu sampai angka yang
muncul pada pH meter stabil.
Prosedur yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Hidupkan alat dengan menekan ON pada alat pH meter.
2. Bersihkan elektroda, dibilas dengan aquadest dan diseka dengan
tissue.
3. Celupkan elektroda ke dalam larutan yang akan diperiksa pHnya.

Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
37

4. Tunggu sampai hasilnya stabil.


5. Catat pH-nya.

3.3.3.4 Densitas
Pengukuran densitas dilakukan dengan menggunakan alat density meter.
Prosedur yang digunakan adlah sebagai berikut :
1. Nyalakan alat Density Meter
2. Set suhu pada 200C (pada suhu yang tepat untuk analisa)
3. Bersihkan cell alat density meter dengan cara memasukan (inject)
alkohol.
4. Masukan sample menggunakan syringe kedalam alat density meter.
5. Perhatikan cell,jangan sampai ada gelembung udara.
6. Tekan enter, baca SG yang didapat.
7. Bersihkan kembali cell, cuci dengan alkohol dan air.

3.3.4 Pembuatan Body Lotion


Prinsip pembuatan body lotion adalah pencampuran beberapa bahan yang
disertai pengadukan dan pemanasan yang sempurna. Bahan dipisahkan
menjadi dua bagian, yaitu bahan yang larut minyak dan bahan yang larut
air. Bahan-bahan yang termasuk fase minyak antara lain asam stearat,
gliseril stearat, petroleum jelly, white oil, dan isopropil palmitat. Bahan-
bahan yang termasuk fase air antara lain gliserin, trietanolamin, dan air.
Fase minyak dicampur sampai homogen disertai pemanasan 70-75OC
sehingga terbentuk sediaan A. Fase air pun dicampur sampai homogen
disertai pemanasan 70-75 oC sehingga terbentuk sediaan B. Setelah
homogen, kedua sediaan tersebut dicampur pada suhu 70 °C. Pada suhu 37
°C, metil paraben dimasukkan ke dalam sediaan C, kemudian pewangi
ditambahkan pada suhu 35 °C. Setelah penambahan pewangi, pengadukan
terus dilakukan selama satu menit sehingga terbentuk body lotion. Diagram
alir pembuatan body lotion terdapat pada Gambar 3.2.

Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
38

Gambar 3.2 Diagram Alir Pembuatan Body Lotion

Fase Minyak Fase Air


• Asam stearat • Gliserin
• Gliseril stearat • TEA
• Isopropil palmitat • Air
• White Oil
• Petroleum Jelly
• Ekstrak Daun
Handeuleum

Pengadukan dan pemanasan Pengadukan dan pemanasan


suhu 70 ~ 75 ⁰C suhu 70 ~ 75 ⁰C

SEDIAAN A SEDIAAN B

Pencampuran
pada suhu 70⁰C

• Metil
SEDIAAN C paraben
• Pewangi

Pengadukan

BODY LOTION

Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
39

Pada pembuatan body lotion dilakukan dengan variasi komposisi bahan sebagai
berikut:

Tabel 3.1 Komposisi Body Lotion (persen berat)

Bahan Baku A B C D E F
Asam Stearat 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Sliseril Stearat 1 1 1 1 0 0
Ekstrak Daun Handeuleum 0 2 3 4 5 6
Petroleum Jelly 1 1 1 1 1 0
White Oil 2 2 1 0 0 0
Isopropil Palmitat 2 0 0 0 0 0
Air 84,5 84,5 84,5 84,5 84,5 84,5
Gliserin 5 5 5 5 5 5
Trietanolamine 1 1 1 1 1 1
Metil Paraben 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3
Pewangi 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7

3.3.5. Analisis Body Lotion


Setelah body lotion terbentuk dilakukan pengecekan pH, viskositas, dan
densitas untuk mengetahui komposisi body lotion yang paling baik sesuai
dengan SNI 16-4399-1996.

Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai analisis dari prosedur kerja
beserta data hasil penelitian yang telah diperoleh.

4.1 Analisis Prosedur Penelitian


Prosedur penelitian yang dilakukan meliputi preparasi sample daun
handeuleum, ekstraksi dengan metode sonikasi, uji ekstrak dengan beberapa
analisis yaitu bilangan iodine, GCMS, viskositas, densitas dan pH. Pembuatan
body lotion dengan mengganti isopropil palmitat dengan ekstrak daun
handeuleum. Uji body lotion dengan membandingkan body lotion yang ada di
pasaran.

4.1.1 Preparasi Sample Daun Handeuleum

Sample yang diuji adalah daun handeuleum atau dalam bahasa indonesia
biasa disebut juga daun ungu. Daun tunggal, bertangkai pendek, letaknya
berhadapan bersilang, bulat telur sampai lanset, ujung dan pangkal runcing, tapi
bergelombang, pertulangan menyirip, panjang 8-20 cm, lebar 3-13 cm, permukaan
atas warnanya ungu mengilap. Setelah dipetik, daun handeuleum dibersihkan
dengan air agar kotoran yang menempel pada daun tidak terikut dalam proses
selanjutnya. Daun yang telah dibersihkan kemudian dikeringkan pada suhu kamar
dan tidak langsung terkena cahaya matahari agar daun tidak rusak dan membusuk.
Tujuan pengeringan adalah untuk menghilangkan kandungan air yang terdapat di
dalam sel daun. Daun dikeringkan selama 14 hari dengan keadaan terawasi.
Waktu pengeringan ini dipilih karena setelah 14 hari daun dianggap telah kering
atau langsung dapat dihancurkan dengan tangan, dan tidak terlalu lama sehingga
daun tidak membusuk.

Daun yang telah kering kemudian akan dihancurkan menjadi serbuk daun
dengan menggunakan blender, agar proses penghancurannya lebih cepat. Proses

40

Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012


41

penghancuran daun tidak boleh terlalu halus karena dikhawatirkan diameter


serbuk daun yang diinginkan untuk ekstraksi dapat hilang. Diameter yang
digunakan untuk proses ekstraksi adalah 0.3 mm. Hal ini dikarenakan dengan
semakin kecil diameter serbuk daun, maka luas permukaan kontak antara serbuk
daun dengan pelarut akan semakin besar, sehingga akan semakin banyak senyawa
yang terekstrak dari daun ke dalam pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi
setelah itu serbuk daun ini disimpan dalam tempat tertutup agar terlindungi dari
kontaminan. Selanjutnya, serbuk daun ini digunakan untuk proses ekstraksi
(Wassil, 1955).

4.1.2 Ekstraksi dengan Metode Sonikasi

Proses ekstraksi merupakan proses perpindahan senyawa aktif antioksidan


dari daun handeuleum ke pelarut yang digunakan. Pelarut yang digunakan untuk
proses ekstraksi adalah etanol 96% dan n-hexane karena tidak bersifat racun bila
digunakan dalam proses pengolahan makanan serta mudah diperoleh.

Proses ekstraksi ini menggunakan metode sonikasi dan alat yang


digunakan adalah ultrasonic cleaner atau sonikator dengan frekuensi 53 kHz.
Ekstraksi dilakukan dengan memvariasikan dua variabel, yaitu komposisi
campuran pelarut dan waktu ekstraksi. Variabel yang dilakukan ekstraksi pertama
kali adalah komposisi campuran pelarut etanol 96%/n-hexane (100%/0% ;
75%/25% ; 50%/50% ; 25%/75% ; 0%/100%) dengan lama ekstraksi 60 menit.
Waktu ekstraksi ini merupakan waktu yang paling lama dari variasi selanjutnya
sehingga proses ekstraksi akan menghasilkan ekstrak yang lebih banyak bila
dibandingkan dengan waktu ekstraksi lainnya karena semakin lamanya kontak
antara serbuk daun dengan pelarut yang digunakan (Wassil, 1955).

Sonikator yang mengantarkan frekuensi sebesar 53 kHz menggunakan


suatu cairan, yaitu air, untuk mengirimkan energi berupa gelombang ultrasonik
dari daerah emisi ke beaker berisi serbuk daun yang akan diekstrak ke dalam
etanol. Transfer massa senyawa aktif dari daun handeuleum ke etanol dapat
terjadi karena adanya efek kavitasi. Kavitasi yaitu pembentukan, pertumbuhan,
dan peledakan gelembung dalam cairan (Hielscher, 2005). Peledakan gelembung

Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012


42

akan menghasilkan microbubbles yang disertai dengan transfer massa senyawaan


yang akan diekstrak dari padatan ke microbubbles. Di dekat permukaan padatan
(serbuk daun), bentuk gelembung menjadi tak asimetris dan menghasilkan jet
yang berkekuatan ~ 400 km/jam dalam waktu yang sangat cepat (skala mikro
sekon). Jet ini akan memukul padatan dengan kecepatan yang luar biasa, sehingga
akan menyebabkan kerusakan yang hebat pada permukaan padatan, sehingga
dinding padatan menjadi rusak dan terjadi perpindahan senyawa aktif ke dalam
etanol yang digunakan sebagai pelarutnya (Kenneth, 2006).

4.1.3 Pemisahan dan Penguapan

Setelah proses ekstraksi, sampel dipisahkan dari padatan (serbuk daun)


dengan menggunakan kertas saring untuk diambil filtratnya. Filtrate ini adalah
larutan yang mengandung pelarut (etanol) dan senyawa yang diinginkan dari hasil
proses ekstraksi. Setelah melalui proses pemisahan, sampel kemudian diuapkan
dengan menggunakan hot plate dengan temperature yang dijaga yaitu 40OC
setelah larutan menjadi pekat kemudian sampel dipindahkan kedalam cawan petri
agar proses penguapan lebih cepat karena luas permukaan pada wadah ini lebih
besar. Proses evaporasi dilakukan lagi agar etanol dapat teruapkan seluruhnya
sehingga hanya dihasilkan ekstrak yang berupa pasta berwarna hijau kecoklatan.
Suhu pemanasan pada hot plate dijaga pada suhu 40-50°C, yaitu di bawah titik
didih etanol (78.3°C), agar senyawa yang terkandung dalam filtrate tidak rusak
(tidak berubah strukturnya).

Sampel yang berupa pasta ini kemudian ditimbang dengan menggunakan


timbangan analitis (skala 4 digit) untuk mengetahui berat ekstrak yang dihasilkan
dari proses ekstraksi dengan variasi yang telah ditentukan sebelumnya.

Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012


43

4.1.4 Pembuatan Body Lotion

Prinsip pembuatan body lotion adalah pencampuran beberapa bahan yang


disertai pengadukan dan pemanasan yang sempurna. Bahan dipisahkan menjadi
dua bagian, yaitu bahan yang larut minyak dan bahan yang larut air. Bahan-bahan
yang termasuk fase minyak antara lain asam stearat, gliseril stearat, petroleum
jelly, white oil, dan isopropil palmitat. Bahan-bahan yang termasuk fase air antara
lain gliserin, trietanolamin, dan air.
Fase minyak dicampur sampai homogen disertai pemanasan 70-75 oC sehingga
terbentuk sediaan A. Pada sediaan ini divariasikan dengan penambahan ekstrak
daun handeuleum yang menggantian bahan-dahan yang berfungsi sebagai
emolient seperti isopropil palmitat, paraffin cair, petrolatum dan gliseril
monostearat. Fase air pun dicampur sampai homogen disertai pemanasan 70-75 oC
sehingga terbentuk sediaan B. Setelah homogen, kedua sediaan tersebut dicampur
pada suhu 70 °C. Pada suhu 37 °C, metil paraben dimasukkan ke dalam sediaan
C, kemudian pewangi ditambahkan pada suhu 35 °C. Hal ini dilakukan karena
pewangi yang digunakan adalah minyak esensial dan Minyak esensial merupakan
bahan yang sensitif terhadap panas, sehingga harus ditambahkan pada temperatur
yang rendah. Minyak ini biasanya digunakan dalam jumlah yang kecil sehingga
tidak menyebabkan iritasi (Rieger 2000). Setelah penambahan pewangi,
pengadukan terus dilakukan selama satu menit sehingga terbentuk body lotion.

4.2 Pengaruh Konsentrasi Larutan Ekstrak dan Waktu Ekstraksi Terhadap

Hasil Ekstraksi Sonikasi

Hasil ekstraksi pada variasi komposisi larutan ekstrak dapat dilihat pada
grafik berikut.

Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012


44

14

12

10
% Rendemen

0
100%:0% 75%:25% 50%:50% 25%:75% 0%:100%
Komposisi Pelarut Ethanol:n-hexane

Grafik 4.1 Yield ekstrak yang dihasilkan pada variasi komposisi larutan ekstrak

Dari Grafik 4.1 dapat dilihat bahwa berat ekstrak cenderung semakin
meningkat dengan semakin banyaknya % etanol dalam campuran larutan yang
digunakan pada proses ekstraksi. Etanol bersifat polar sedangkan n-hexane
bersifat non-polar. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa polar yang terdapat pada
daun lebih banyak dari pada senyawa non polar. Dimana etanol mengekstrak
senyawa-senyawa polar dalam daun yang mempunyai komposisi lebih banyak
sedangkan n-hexane mengekstrak senyawa-senyawa non polar pada daun yang
mempunyai komposisi lebih sedikit. Sehingga komposisi pelarut dengan
menggunakan ethanol lebih banyak menghasilkan yield yang lebih besar.

Variasi waktu ekstraksi dilakukan pada 20, 30, 40, 50 dan 60 menit
dengan seluruh sampel memiliki campuran pelarut yang sama yaitu 100 % etanol.
Variasi waktu ekstraksi tersebut jangka waktunya tidak lebih besar karena
kelebihan metode sonifikasi adalah metode ekstraksinya yang lebih cepat
dibandingkan dengan metode lain (Guerin, 1999). Berat ekstrak yang dihasilkan
dari ekstraksi dengan variasi waktu ekstraksi terangkum dalam diagram berikut
ini.

Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012


45

14

12

10
% Rendemen
8

0
20 30 40 50 60
Waktu Ekstraksi (Menit)

Grafik 4.2 Yield ekstrak yang dihasilkan pada variasi waktu ekstraksi

Pada Grafik 4.2 diatas dapat dilihat bahwa waktu 60 menit menghasilkan
berat ekstrak yang paling banyak dibandingkan dengan waktu ekstraksi yang lain.
Ini berarti bahwa waktu ekstraksi yang semakin lama akan menghasilkan ekstrak
yang semakin banyak, karena kontak antara serbuk daun dengan etanol akan
semakin lama, sehingga transfer massa solute dari serbuk daun tersebut ke pelarut
akan semakin besar (Wassil, 1955).

4.3 Karakteristik Fisik Ekstrak Daun Handeuleum

Tabel 4.1 Hasil Analisa Ekstrak Daun Handeuleum

Analisis Hasil Spesifikasi


Bilangan Iodine 0.42 Max 1
Viskositas (cP) 25 10 - 5000
pH 5.99 3.5 – 10.0
Densitas (gr/cm3) 0.855 0.85 – 0.856

Dari hasil percobaan bilangan iodine yang diperoleh telah memenuhi


spesifikasi yang telah ditetapkan. Yaitu bilangan iodine pada ekstrak daun
handeuleum sebesar 0.42. Hal ini menunjukkanbesarnya tingkat ketidakjenuhan
suatu minyak atau lemak. Hal ini mengindikasikan bahwa minyak yang terdapat
pada ekstrak daun handeuleum merupakan minyak yang mempunyai ketidak

Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012


46

jenuhan yang sangat rendak. Minyak yang mempunyai ketidakjenuhan rendah


cocok untuk digunakan sebagai body lotion karena tidak mudah teroksidasi.

Sedangkan untuk karakteristik fisik pH, viskositas dan densitas adalah


parameter untuk melihat kemudahan dan keamanan dalam penanganan ekstrak
daun handeuleum pada saat transportasi maupun produksi. Apabila pH, viskositas
dan densitas masih dalam batas spesifikasi industrial grade maka ekstrak daun
handeuleum tersebut saat produksi maupun transportasi tidak memerlukan
perlakuan khusus.

Hasil analisa menggunakan GCMS adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2 Hasil Analisa GCMS

Komponen Formula Area


Neophytadiene C20H38 24.96%
Vitamin E (alpha-Tocopherol) C29H50O2 13.73%
Vitamin E (gamma tocopherol) C28H48O2 11.52%
Squalene C30H50 12.26%
Dodecane C12H26 1.70%
Tetradecane C14H30 1.32%

Gambar 4.1 Kromatogram Hasil GCMS

Berdasarkan tabel di atas, tabel 4.2, senyawa penyusun dengan kandungan


terbesar adalah Neophytadiene, yaitu sebesar 24,96 %. Hal ini tidak sesuai dengan

Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012


47

penelitian yang dilakukan oleh Wuryaningsih Hilyati dan Yan Irawan (2003) yang
menyatakan bahwa kandungan asam lemak terbesar pada ester minyak kelapa
yang digunakan sebagai emolient adalah 97,40 % isopropil myristat, 96,70 %
isopropil palmitat dan 94.45% iso propel laurat.
Dari hasil GCMS juga dapat diketahui bahwa yang salah satu komponen
yang berfungsi sebagai emolient adalah squalene. Hal ini didukung oleh penelitian
Christopher B.Fox (2009) yang mengatakan bahwa Squalene telah digunakan
dalam berbagai aplikasi. Seiring dengan squalene terhidrogenasi analog, squalene
secara luas digunakan dalam industri kosmetik sebagai emolient. Dan ekstrak
daun handeuleum ini juga mempunyai kelebihan sebagai emolient pada body
lotion dibandingkan emolient yang digunakan di pasaran sekarang ini dikarenakan
ekstrak daun handeuleum juga mempunyai banyak kandungan vitamin E sebagai
anti oksidan.

4.4 Pengaruh Komposisi Ekstrak Daun Handeuleum Terhadap Karakteristik


Fisik Body Lotion

Body lotion yang dihasilkan dengan komposisi bahan baku yang berbeda
dilakukan pengecekan fisik seperti pH, viskositas dan densitas. Hasil yang
diperoleh sebagai berikut :

4.4.1 Pengaruh komposisi ekstrak daun handeuleum terhadap pH body lotion

Derajat keasaman atau pH merupakan parameter penting pada produk


kosmetika karena pH yang sangat tinggi atau rendah dapat mengakibatkan kulit
teriritasi. Oleh sebab itu, pH produk kosmetika sebaiknya dibuat sesuai dengan
pH kulit, yaitu antara 4,5-7,5 (Wasitaatmadja 1997).

Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012


48

9
8
7
6
5
pH

Standart Max
4
3 Hasil pengecekan pH

2 Standart Min

1
0
A B C D E F Citra
Komposisi Ekstrak dalam Body Lotion

Grafik 4.3. pH Body Lotion

Nilai pH lotion yang dihasilkan ditunjukkan pada Grafik 4.3 menunjukkan


bahwa pH body lotion yang dihasilkan berkisar antara 7,66-8.01. Nilai tersebut
berada dalam kisaran nilai pH yang terdapat pada SNI 16-4399-1996 sebagai
syarat mutu pelembab kulit (4,5-8), sehingga body lotion yang dihasilkan relatif
aman digunakan. Selain itu, nilai pH body lotion yang dihasilkan berada pada
kisaran body lotion komersial. Nilai pH tertinggi terdapat pada body lotion dengan
5% ekstrak daun handeuleum tanpa penggunaan white oil, isopropil palmitan, dan
gliseril monostearat. sedangkan nilai pH terendah terdapat pada body lotion
dengan penggunaan ekstrak daun handeuleum sebanyak 6% tanpa penggunaaan
petroleum jelly, white oil, isopropil palmitat, dan gliseril monostearat. Ekstrak
daun handeuleum yang digunakan memiliki pH 5,99 sehingga semakin tinggi
penggunaan ekstrak daun handeuleum maka pH body lotion semakin menurun dan
juga apabila bahan-bahan seperti petroleum jelly yang mempunyai pH tinggi tidak
ditambahkan.
Kulit memiliki epidermis yang merupakan pelindung dasar terhadap
kehilangan air dan nutrisi. Bagian atas epidermis yaitu stratum corneum dengan
lapisan film pelindung yang disebut mantel asam (Siegenthaler 2005).
Levin dan Maibach (2007) menyatakan bahwa kerusakan mantel asam
akibat perubahan pH menyebabkan kulit menjadi kering, pecah-pecah, sensitif,

Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012


49

mudah terinfeksi bakteri dan penyakit kulit. Semakin jauh perubahan pH, maka
kulit akan semakin teriritasi. Dengan demikian, diduga produk body lotion yang
dihasilkan relative aman karena memiliki nilai pH yang tidak terlalu jauh dengan
pH fisiologis kulit.

4.4.2 Pengaruh komposisi ekstrak daun handeuleum terhadap viskositas body


lotion

Viskositas merupakan parameter penting dalam suatu emulsi karena


kestabilan emulsi dipengaruhi oleh viskositas emulsi tersebut. Semakin tinggi
viskositas produk, maka laju pemisahan fase terdispersi dan fase pendispersi
semakin kecil. Hal ini menyebabkan produk semakin stabil (Suryani et al. 2000).
Analisis viskositas dalam penelitian ini menggunakan viskometer brookfield
dengan spindel nomor 93 dan 2 berkecepatan putar 5 rpm. Bahan pengental
digunakan dengan tujuan untuk mencegah terpisahnya partikel dari emulsi
sehingga dapat mempertahankan kestabilan produk. Penggunaan bahan pengental
dalam pembuatan body lotion biasanya dalam proporsi kecil, yaitu dibawah 2,5%
(Schmitt 1996). Hasil analisis terhadap viskositas body lotion berkisar antara 64-
22800 cP. Nilai viskositas ini memenuhi SNI 16-4399-1996 sebagai syarat mutu
pelembab kulit, yaitu antara 2000-50.000 cP, kecuali untuk body lotion tanpa
penggunaan gliseril stearat dan petroleum jelly. Nilai viskositas body lotion yang
dihasilkan ditunjukkan pada Grafik 4.4.
60000

50000
viskositas (cp)

40000
Standart Max
30000
Hasil pengecekan
20000 viskositas
10000 Standart Min

0
A B C D E F Citra
Komposisi Ekstrak dalam Body Lotion

Grafik 4.4. Viskositas Body Lotion

Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012


50

Viskositas body lotion pada Grafik 4.4 terlihat bahwa viskositas tertinggi
terdapat pada body lotion yang tidak menggunakan ekstrak daun handeuleum. Hal
ini disebabkan semua bahan-bahan yang digunakan adalah berasal dari mineral oil
yang bisa mengemulsi sesama mineral oil dengan baik dan mineral oil merupakan
polimer linear dengan berat molekul tinggi, sehingga sangat mudah menyerap air
(Winarno 1996). Oleh karena itu, penggunaan ekstrak daun handeuleum dalam
formulasi body lotion tidak bisa menggantikan bahan-bahan mineral oil yang
selain berfungsi sebagai emolient juga berfungsi sebagai emulsifier seperti
petroleum jelly dan gliseril stearat dapat meningkatkan viskositas.
Nilai viskositas terendah terdapat pada body lotion tanpa penggunaan
petroleum jelly dan gliseril stearat karena tidak adanya bahan emulsifier yang
terdapat dalam formulasi. Kekentalan body lotion ini diperoleh dari gliseril stearat
yang jika diformulasikan akan membuat lotion menjadi lebih berat (Schmitt
1996). Selain itu, adanya penambahan gliserin dalam formulasi menyebabkan
sediaan menjadi lebih pekat (Idson dan Lazarus 1994). Body lotion dengan
komposisi ekstrak daun handeuleum sebesar 2 – 4% masih menghasilkan
viskositas dengan range 5800 – 17600 hal ini disebabkan adanya penggunaan
gliseril stearat dan petroleum jelly yang berperan sebagai bahan pengental.
Gliseril stearat dan petroleum jelly yang digunakan sebesar 1%. Semakin tinggi
konsentrasi gliseril stearat dan petroleum jelly yang ditambahkan, maka emulsi
yang terbentuk akan semakin tebal dan padat, sehingga kemungkinan akan terjadi
granulasi (Wilkinson dan Moore 1982).
Berdasarkan hasil analisis, nilai viskositas semakin mennurun dengan
bertambahnya konsentrasi ekstrak daun handeuleum yang digunakan diikuti
dengan tidak digunakannya bahan-bahan yang berfungsi sebagai emulsifier seperti
gliseril stearat dan petroleum jelly pada formulasi body lotion. Dengan semakin
menurunnya konsentrasi gliseril stearat dan petroleum jelly, maka viskositas
produk yang dihasilkan akan semakin rendah (Klose dan Glicksman 1972).

4.4.2 Pengaruh komposisi ekstrak daun handeuleum terhadap densitas body lotion

Densitas adalah perbandingan berat dari volume sampel dengan berat air
yang volumenya sama pada suhu tertentu. Pengukuran densitas dilakukan dengan

Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012


51

tujuan untuk mengetahui tingkat kestabilan suatu produk emulsi. (Suryani, et. al
(2000)) menjelaskan bahwa apabila rasio antara fasa pendispersi dan fasa
terdispersi tidak sesuai maka semakin rendah tingkat kestabilan suatu sediaan
emulsi.
Pada penelitian ini, pengukuran densitas produk dilakukan dengan
menggunakan density meter. Hal ini dikarenakan produk yang dihasilkan berupa
pasta agak padat sehingga tidak memungkinkan untuk memasukkannya ke dalam
piknometer. Prinsip dari pengukuran density meter ini adalah memasukkan
sample ke dalam voleme tertentu dengan menggunakan syringe kemudian alat
akan mengukur berat dari sample yang dimasukkan ke dalam alat kemudian
mengkonversi menjadi densitas dengan membagi berat sample dengan volume
yang ditempati sample. Hasil yang terbaca akan benar apabila tidak terdapat
gelembung udara pada volume yang ditempati sample tersebut.
Nilai rata-rata densitas body lotion dengan ekstrak daun handeuleum yang
dihasilkan adalah antara 0.9994 – 1.0015, nilai ini berada dalam kisaran SNI
tentang spesifikasi body lotion, dimana densitas untuk produk body lotion yang
baik adalah 0.95 – 1.05. Grafik perbandingan nilai densitas body lotion dengan
ekstrak daun handeuleum dengan komposisi yang berbeda disajikan pada Grafik
4.5.
1.06

1.04
1.02
1 Standart Max
densitas

0.98
Hasil pengecekan
0.96
densitas
0.94
Standart Min
0.92

0.9
A B C D E F Citra
Komposisi Ekstrak dalam Body Lotion

Grafik 4.5. Densitas Body Lotion

Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
1. Yield ekstrak daun handeuleum paling tinggi sebesar 12.967% pada
komposisi pelarut 100% etanol dengan waktu ekstraksi 60 menit.
2. Karakteristik ekstrak daun handeuleum yang dihasilkan memiliki nilai
iodine 0.42, Viskositas 25cP, pH 5,99 dan densitas sebesar 0.855 gr/cm3
hal ini sesuai dengan standart Industrial grade. Adapun kandungan kimia
dari daun handeuleum adalah neophytadiene 24.96%, alpha tocopherol
13,73%, squalene 12.26%, gamma tocopherol 11,52%, dodecane 1,7%
dan tetradecane 1,32%.
3. Komposisi ekstrak daun handeuleum dapat digunakan dalam formulasi
body lotion yaitu 4%. Body lotion ini memiliki viskositas 5800 cP; pH
7,87; densitas 0,9936 gr/cm3; dan total mikroba kurang dari 30
koloni/gram sesuai dengan SNI 16-4399-1996.
5.2. Saran
Perlu digunakan bahan emulsi alami yang bisa menggantikan emulsifier
gliseril stearat dan Petroleum jelly. Selain itu, perlu dilakukan uji keamanan kulit,
kelembaban, penambahan bahan aktif alami dengan fungsi tertentu. Melakukan
pengecekan kadar kelembaban dengan alat moisture checker.

52

Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012


xiii

DAFTAR PUSTAKA

Anonima. 2007. Petrolatum. http://en.mimi.hu/beauty/petrolatum.html.[2


Oktober 2007].
______b. 2007. Perkembangan teknologi untuk nilai tambah sawit.
http://seafast.ipb.ac.id. [2 Oktober 2007].
______c. 2008. Triethanolamine. http://www.cremedevie.com/peg-20.html. [16
Febuari 2008].
______d. 2008. Methyl paraben. http://www.wikipedia/methylparaben.htm. [25
Mei 2008].
Bligh E G & Dyer W J. 1959. “A rapid method of total lipid extraction and
purification. Can. J. Biochem.” Physiol. 37: 911-917, 1959.
Christopher B. Fox. 2009. “Squalene Emulsions for Parenteral Vaccine and
Drug Delivery.”Molecules Journal ISSN 1420-3049
Dalimartha, S., 1999, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I, Trubus
Agriwidya, Jakarta Departemen Kesehatan RI. 1979.
Dean,John R.,(1998),” Extraction Methods for Environmental Analysis”, John
Wiley & Sons Ltd.,London.
Departemen Kesehatan. 1993. Kodeks Kosmetik Indonesia. Ed. II VoL.I.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.

Edelman, J. and J.M. Chapman. 1981. Basic Biochemistry. Third Edition.


Morrison and Gibb Ltd., London.

Farage M. 2007. Evaluating lotion transfer to skin from feminine protection


products. Journal Compilation. Skin Research and Technology 14:121-
126.

Fith Khaira Nursal, Ari Widayanti. 2011. Formulasi Sediaan Suppositoria


Estrak Etanol Daun Handeuleum (Graptophyllum pictum (L.) Griff)
Dalam Basis Oleum Cacao. FMIPA Universitas Muhammadiyah Prof.Dr
HAMKA.

Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012


xiv

Gertenbach, D.D., 2002, Solid-Liquid Extraction Technologies for


Manufacturing Neutraceutical, CRC Press.

Guerin, Turlough F (1999). “The Extraction of Aged Polycyclic Aromatic


Hydrocarbon (PAH) Residues from A Clay soil Using Sonication and A
Soxhlet Procedure : A Camparative Study.” Journal of Environmental
Monitoring, Vol.1,p.63-67.

Hielscher, Thomas (2005). “Ultrasonic of Nano-Size Dispersions and


Emulsions.” Paris : ENS’05.

Idson B, Lazarus J. 1994. Semipadat. Di dalam: Siti Suyatmi, penerjemah;


Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL, editor. Teori dan Praktek
Farmasi Industri II. Ed ketiga. Jakarta: UI Press.

Kenneth, S. Suslick (1994). Diakses 24 Mei 2006. The Chemistry of


Ultrasound. www.scs.uiuc.edu/suslick/britannica.html.

Klose RE dan Glicksman M. 1972. Gums. Di dalam Furia TE, editor. Hand
Book of Food Additive. 2nd Ed. Ohio: CRC Press Inc.

Levin J, Maibach H. 2007. Human skin buffering capacity: an overview.


Journal Compilation. Skin Research and Technology 14:121-126.

Lutfi Mega Asterina. 2010. Pemanfaatan Ekstrak Etanol Daun Wungu


(Graptophyllum pictum (L) Griff) Untuk Mencegah Hiperplasa
Endometrium dan Miometrium Mencit (Mus musculu) Ovariektomi
Bilateral. Biologi.

Mariani R. 2007. Alginat dibutuhkan kalangan industri.


http://www.pikiranrakyat.com/cetak/1204/09/cakrawala/lain05.htm. [20
November 2007].

Mitsui. 1997. New Cosmetic Science. New York: Elsevier.

Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012


xv

Morina Adfa. 2005. Survey Ednobotani, Studi Senyawa Flavonoid dan Uji
Brine Shrimp Beberapa Tumbuhan Obat Tadisional Suku Serawai di
Propinsi Bengkulu. Jurnal Gradien Vol. 1 No.1 Januari 2005 : 43-50.

Nakahira A, Nakamura S, Horimoto M. 2007. Synthesis of Modified


Hydroxyapatite (HAP) Substituted with Fe Ion for DDS Application.
Osaka : IEEE Transactions on Magnetic 43(6):2465-2467.

Neppiras, E. A. 1980 Phys. Rep. 61, 159-251.

Nina Andrianti. 2008. Pengaruh Penambahan Bentonit Terhadap Sifat Fisik


Suppositoria Ekstrak Daun Ungu (Graptophyllum pictum, (Linn), Griff)
Dengan Basis Berlemak (Oleum Cacao). FMIPA UII.

Ozaki Y, Sekita S, Soedigdo S, Harada M. 1989. Antiinflammatory effect of


Graptophyllum pictum (L.) Griff. PubMed Jurnal.

Purwandhani E, Effendi EHF. Pelembab & emolien untuk kelainan kulit pada
bayi dan anak dalam MDVI vol 27 no4 September 2000 :20s-26s.

Retno Widyowati. 2011. Alkaline Phosphatase Activity of Graptophyllum


Pictum and Sphilanthes Acmella Fractions Against MC3T3-E1 Cells As
Marker Of Osteoblast Differentiation Cells. ISSN-0975-1491.

Rieger MM. 1994. Emulsi. Di dalam: Siti Suyatmi, penerjemah; Lachman L,


Lieberman HA, Kanig JL, editor. Teori dan Praktek Farmasi Industri II.
Ed ketiga. Jakarta: UI Press. Terjemahan dari: The Theory and Practise
of Industrial Pharmacy.

Rieger M. 2000. Harry’s Cosmeticology. 8th Ed. New York: Chemical


Publishing Co Inc.

Schmitt WH. 1996. Skin Care Products. Di dalam Williams DF and Schmitt
WH, editor. Chemistry and Technology of The Cosmetics and Toiletries
Industry. 2nd Ed. London: Blackie Academe and Profesional.

Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012


xvi

Siegenthaler D. 2005. Importance of your skin’s pH.


http://ezinearticles.com/skincare/pH.htm. [3 Juli 2008].

Silva CM, Riberio AJ, Figueiredo M, Ferreira D, Veiga F. 2006.


Microencapsulation of hemoglobin in chitosan-coated alginate
microspheres prepared by emulsification internal gelation. AAPS Journal
7:E903-E912.
Sovia Lenny, Cut Fatimah Zuhra. 2005. Isolasi dan Uji Bioaktifitas
Kandungan Kimia Utama Puding Merah dengan Metode Uji Brine
Shrimp. Jurnal Komunikasi Penelitian Volume 17 (5) 2005.
S. O. Olagbende-Dada, S.O. Ogbonnia, H.A.B.Coker and G. E. Ukpo. 2011.
Blood Glucose Lowering Effect of Aqueous Extract of Graptophyllum
Pictum (Linn) Griff. On Alloxan-induced Diabetic Rats and its Acute
Toxicity in Mice. African Journal of Biotechnology Vol. 10(6), pp. 1039-
1043.
Sunsmart. 1996. Petrolatum: a usefull classic. Journal Cosmetics and
Toiletries. Sunsmart Inc. Newyork.
Suryani A, Sailah, Eliza H. 2000. Teknologi Emulsi. Jurusan Teknologi
Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Suslick KS. 1994. The Chemistry of Ultrasound from The Yearbook of Science
and The Future. Chicago : Encyclopedia Britannica. 138-155.

Tipler PA. 1990. FISIKA Untuk Sains dan Teknik Edisi 3,jilid 1. Jakarta :
Erlangga. Terjemahan dari : PHYSICS for Scientists and Engineers,
Third Edition.

Umi Kalsum,dkk.1996. Depkes RI, Penelitian Tanaman Obat di Beberapa


Perguruan Tinggi di Indonesia.

Wasitaatmadja SM. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: UI Press.

Wassil, K. Jan, Unit Operation (London : Chapman & Hall, 1955)

Wilkinson JB, Moore RJ. 1982. Harry’s Cosmeticology. London.

Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012


xvii

Winarno FG. 1996. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Wulyaningsih Hilyati, Yan Irawan. 2003. Sintesa Ester Asam Lemak dengan
Alkohol Sekunder sebagai Emolient. Pusat Penelitian Kimia LIPI.

Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012


xviii

LAMPIRAN

Lampiran 1 Perhitungan yield Ekstrak Daun Handeuleum

1.1 Variabel Komposisi Pelarut dengan Waktu Ekstraksi 60 Menit

Etanol : n-hexane 100%:0% 75%:25% 50%:50% 25%:75% 0%:100%


Berat Daun 1.0056 1.0039 1.0048 1.0045 1.0014
Berat wadah 128.9346 126.0582 127.2928 126.0775 158.4757
Berat Wadah+ekstrak setelah
pemanasan 129.065 126.1622 127.3888 126.1598 158.5213
Berat Ekstrak 0.1304 0.104 0.096 0.0823 0.0456

% yield = 100%

.
= 100% 12.97 %
.

% yield dengan variable komposisi pelarut :

Etanol : n-hexane 100%:0% 75%:25% 50%:50% 25%:75% 0%:100%


% yield 12.97 10.36 9.55 8.19 4.55

1.2 Variabel Waktu Reaksi dengan Komposisi Pelarut 100% Etanol

Waktu Ekstraksi (menit) 60 50 40 30 20


Berat Daun 1.0056 1.0053 1.007 1.0013 1.0045
Berat wadah 128.9346 154.8702 156.2312 157.1626 126.0775
Berat Wadah+ekstrak
setelah pemanasan 129.065 154.992 156.3446 157.2668 126.1735
Berat Ekstrak 12.96738 12.11524 11.2631 10.41096 9.558823

% yield = 100%

.
= 100% 12.97 %
.

% yield dengan variable komposisi pelarut :

Waktu Ekstraksi (menit) 60 50 40 30 20


% yield 12.97 12.12 11.26 10.41 9.56

Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012


xix

Lampiran 2 Perhitungan Analisa Bilangan Iodine

V1 = 25.3 ml

V2 = 25 ml

)*1 + *2, - 12.69


!"#$"# %&' #(
(/"0 $/"1 2&#0&3

)25.3 + 25, 0.09979832019 12.69


0.42
0.905

Lampiran 3 Hasil Analisa Body Lotion

Bahan
Baku A B C D E F Citra
pH 7.71 7.76 7.92 7.87 8.01 7.66 7.6
Viskositas 22800 17600 8200 5800 528 64 5300
Densitas 0.9994 0.9935 0.9929 0.9936 1.0011 1.0015 0.9926

Lampiran 4 Foto Ekstrak Daun Handeuleum

Gambar ekstrak daun handeuleum dengan variable komposisi pelarut

Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012


xx

Lampiran 5 Foto Pembuatan Body Lotion

5.1 Pembuatan Sediaan A (Fase Padat)

Stearic Acid Glyseril Stearat White Oil

Petroleum Jelly

Sediaan A (Stearic Acid + Glyseril stearat +White Oil + Petroleum Jelly +


Isopropil palmitat/Ekstrak Daun Handeuleum

Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012


xxi

5.2 Pembuatan Sediaan B (Fase Cair)

Glycerin Trietanolamine

Sediaan B (Glycerin + Trietanolamine + Air Demin) Campuran Sediaan Adan B

Body lotion dengan komposisi ekstrak daun handeuleum yang berbeda

Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012

Anda mungkin juga menyukai