Pembuatan Body Lotion Dengan Menggunakan Ekstrak Daun Handeuleum (Graptophyllum Pictum (Linn) Griff) Sebagai Emolient
Pembuatan Body Lotion Dengan Menggunakan Ekstrak Daun Handeuleum (Graptophyllum Pictum (Linn) Griff) Sebagai Emolient
SKRIPSI
RIZKY KURNIAWAN
0906604426
Rizky Kurniawan
0906604426
ii
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
HALAMAN PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
iii
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas karunianya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Berkat
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah skripsi dengan judul
“PEMBUATAN BODY LOTION DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK
DAUN HANDEULEUM (GRAPTOPHYLLUM PICTUM (LINN) GRIFF)
SEBAGAI EMOLIENT”untuk memenuhi tugas skripsi, salah satu syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Teknik pada Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Indonesia.
(1) Dr. Ir. Widodo W. Purwanto, DEA selaku Ketua Departemen Teknik Kimia.
(2) Ir. Rita Arbianti, Msi selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan
skripsi ini;
(3) Dr. Ir. Setiadi M.Eng selaku dosen pembimbing akademik yang telah
menyediakan waktu dan membantu permasalahan akademik perkuliahan
selama ini;
(4) Ir. Yuliusman M.Eng selaku koordinator skripsi Teknik Kimia FTUI;
(5) Para dosen Departemen Teknik Kimia FTUI yang telah memberikan ilmu dan
wawasannya;
(6) Orangtua yang selalu memberi dukungan dan semangat selama mengerjakan
seminar ini dirumah;
(7) Istri tercinta yang selalu memberi dukungan dan semangat selama
mengerjakan skripsi ini dirumah;
(8) Semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah skripsi ini secara
langsung maupun tidak langsung;
iv
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
(9) Teman-teman seperjuangan Ekstensi Teknik Kimia angkatan 2009 yang telah
bersama-sama mendukung skripsi ini
Penulis menyadari bahwa dalam makalah skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun sehingga dapat menyempurnakan skripsi ini dan melaksanakan
perbaikan di masa yang akan datang. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca dan bagi dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan.
Rizky Kurniawan
0906604426
v
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah
ini:
Nama : Rizky Kurniawan
NPM : 0906604426
Program Studi : Teknik Kimia
Departemen : Teknik Kimia
Fakultas : Teknik
Jenis karya : Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
PEMBUATAN BODY LOTION DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK
DAUN HANDEULEUM (GRAPTOPHYLLUM PICTUM (LINN) GRIFF)
SEBAGAI EMOLIENT
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Kampus Universitas Indonesia Depok
Pada tanggal : Juni 2012
Yang menyatakan
( Rizky Kurniawan )
vi
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
ABSTRAK
ABSTRACT
vii
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
DAFTAR ISI
JUDUL ........................................................................................................................ i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ..................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................... iii
KATA PENGHANTAR ............................................................................................ iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ..................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xi
DAFTAR GRAFIK .................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... . 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 3
1.4 Batasan Masalah.............................................................................................. 3
1.5 Sistematika Penulisan ..................................................................................... 3
viii
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
2.9.1 Ringkasan Penelitian…… ............................................................ 30
ix
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
DAFTAR TABEL
Tabel 2.2 Asam lemak yang banyak ditemukan dalam lipid .......................................... 19
x
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2 Proses rapatan dan regangan dalam kaitannya dengan osilasi kavitasi ..... 26
xi
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Yield ekstrak yang dihasilkan pada variasi komposisi larutan ekstrak .......... 44
Grafik 4.2 Yield ekstrak yang dihasilkan pada variasi waktu ekstraksi .......................... 45
xii
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
BAB I
PENDAHULUAN
1
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
2
Lipid bisa berasal dari tumbuhan dan hewan, minyak mineral atau sintetik. Asam lemak
yang digunakan berantai karbon 8-18 dan dapat jenuh maupun tidak jenuh. Telah
banyak metode yang digunakan untuk mengekstrak lipid dari daun dengan yield
yang lebih besar dan dalam waktu yang singkat.
Salah satu upaya untuk mengoptimalkan peningkatan produksi Lipid dari
daun handeuleum adalah penggunaan teknologi yang tepat untuk menghasilkan
produksi yang optimal. Salah satunya adalah penggunaan metode ekstraksi. Sudah
banyak ekstraksi yang dikembangkan untuk mengekstrak daun seperti ekstraksi
menggunakan pelarut (bligh and dryer, 1959) dan pemecahan dinding sel dengan
sonikator (Cynthia, 2011).
Dari penelitian-penelitian sebelumnya diketahui bahwa metode
menggunakan sonikator terbukti menghasilkan yield lipid yang lebih besar.
Metode ekstraksi ultrasonic dengan memanfaatkan gelombang ultrasonik dengan
frekuensi 53 kHz dapat menghancurkan sel daun sehingga mempercepat proses
perpindahan massa senyawa bioaktif dari dalam sel ke pelarut sehingga bisa
menghasilkan total yield lipid yang cukup besar dengan waktu yang lebih singkat.
Maka untuk penelitian kali ini digunakan daun Handeuleum yang
diekstraksi menggunakan ekstraksi ultrasonic untuk dibandingkan total perolehan
lipidnya. Lipid hasil ekstraksi akan dianalisa menggunakan GCMS untuk
diketahui total asam lemak yang terbentuk. Sehingga diharapkan nantinya dapat di
kembangkan lebih lanjut untuk produksi emolient dari daun handeuleum yang bisa
digunakan sebagai bahan baku body lotion.
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
3
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
4
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini dijelaskan mengenai beberapa topik yang mendasari peneliian
yang akan dilakukan. Beberapa informasi yang akan dibahas adalah body lotion,
emolient, lipid, asam lemak, daun handeuleum, ekstraksi, ekstraksi ultrasonic.
5
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
6
suhu 70-75 °C karena pada temperatur ini, pencampuran fase cair dapat terjadi
dengan baik. Temperatur dapat diturunkan beberapa derajat jika titik leleh fase
lemak cukup rendah (Idson dan Lazarus 1994).
Waktu, variasi temperatur, dan proses pencampuran mempunyai pengaruh
yang kompleks pada proses emulsifikasi. Pengocokan dibutuhkan untuk
emulsifikasi sehingga terbentuk tetesan-tetesan. Pada pengocokan selanjutnya,
kemungkinan terjadi koalisi antara tetesan-tetesan menjadi semakin sering,
sehingga dapat terjadi penggabungan. Oleh karena itu, disarankan untuk
menghindari waktu pengocokan yang terlalu lama, pada waktu dan sesudah
pembentukan emulsi. Selama penyimpanan, ketidakstabilan emulsi dapat
dibuktikan oleh pembentukan krim, agregasi bolak-balik, atau agregasi yang tidak
dapat balik (Rieger 1994).
Kestabilan emulsi berhubungan dengan viskositas. Semakin tinggi
viskositas suatu bahan, maka bahan tersebut akan semakin stabil karena
pergerakan partikel cenderung sulit (Schmitt 1996). Pada emulsi m/a, bulatan
gumpalan emulsi menyebabkan peningkatan viskositas secara tiba-tiba.Viskositas
emulsi akan mengalami perubahan untuk beberapa lama (5-15 haripada
temperatur kamar). Biasanya penurunan viskositas dengan waktu mencerminkan
peningkatan ukuran partikel karena penggumpalan dan menunjukkan shelf-life
yang buruk (Rieger 1994).
Lotion pelembab berfungsi mempertahankan kelembaban dan daya tahan
air pada lapisan kulit sehingga dapat melembutkan dan menjaga kehalusan
kulit(Mitsui 1997). Fungsi utama body lotion untuk perawatan kulit adalah
sebagai pelembut (Emolient). Hasil akhir yang diperoleh tergantung dari daya
campur bahan baku dengan bahan lainnya untuk mendapatkan kelembaban,
kelembutan, dan perlindungan dari kekeringan (Schmitt 1996). Syarat mutu
pelembab kulit terdapat pada SNI 16-4399-1996.
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
7
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
8
Humektan merupakan salah satu bagian terpenting pada body lotion karena
merupakan zat yang melindungi emulsi dari kekeringan dengan mempertahankan
kandungan air produk saat pemakaian pada permukaan kulit. Humektan
berpengaruh terhadap kulit yaitu melembutkan kulit dan mempertahankan
kelembaban kulit agar tetap seimbang. Humektan ditambahkan pada body lotion
dan produk dengan tipe emulsi minyak dalam air lainnya untuk mengurangi
kekeringan ketika disimpan pada suhu ruang (Mitsui 1997). Humektan yang dapat
digunakan dalam body lotion yaitu gliserin, propilen glikol, dan sorbitol dengan
kisaran penggunaan 0,5-15% (Schmitt 1996).
Bahan pengental (thickener) digunakan untuk mengatur kekentalan dan
mempertahankan kestabilan produk dengan mencegah terpisahnya partikel dari
emulsi. Umumnya water soluble polymers yang digunakan sebagai bahan
pengental diklasifikasikan sebagai polimer natural, semi sintetis polimer, dan
polimer sintetis (Mitsui 1997). Pengental polimer seperti gum-gum alami,derivatif
selulosa, dan karbomer lebih sering digunakan dalam emulsi dibandingkan dalam
formulasi berbasis surfaktan. Penggunaan thickener dalam pembuatan body lotion
biasa digunakan dalam proporsi yang kecil yaitu di bawah2,5% (Schmitt 1996).
Emulsifier atau pengemulsi merupakan bahan yang penting dalam
pembuatan body lotion karena memiliki gugus polar maupun non polar dalam satu
molekulnya, sehingga pada satu sisi akan mengikat minyak yang non polar dan
disisi lain juga akan mengikat air yang polar. Hal ini berhubungan dengan
hidrofillipofil balance yaitu keseimbangan antara komponen yang larut air dan
larut minyak (Schmitt 1996). Emulsifier akan membentuk lapisan tipis (film) yang
menyelimuti partikel dan mencegah partikel tersebut bersatu dengan partikel
sejenisnya. Emulsi mengandung lebih dari satu emulsifier karena kombinasi dari
beberapa emulsifier akan menambah kesempurnaan sifat fisik maupun kimia dari
emulsi. Untuk mendapatkan sistem emulsi yang stabil, dipilih emulsifier yang
larut dalam fase yang dominan, yaitu fase pendispersi. Asam stearat, gliseril
monostearat, dan setil alkohol merupakan emulsifier yang dapat digunakan dalam
produk emulsi (Suryani et al. 2000).
Gliserin atau sorbitol yang merupakan sumber karbon dan substansi lain
seperti turunan asam amino dan protein biasanya ditambahkan pada pembuatan
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
9
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
10
stearat dan palmitat. Gliseril stearat adalah suatu zat berbentuk flakes seperti lilin
yang larut dalam pelarut organik dengan titik leleh 56-58 oC. Emulsi yang
dihasilkan pada komponen ini stabil pada pH 7. Konsentrasi yang berlebihan dari
bahan ini harus dihindari karena dapat menghasilkan gel pada body lotion. Lotion
yang diformulasikan menggunakan Gliseril stearat biasanya sangat tebal dan berat
(Schmitt 1996).
2.1.2.3 Petroleum Jelly
Petroleum Jelly (C33H70) dapat digunakan dalam pembuatan krim atau
lotion yang berfungsi untuk menghaluskan dan melembutkan kulit (emolient).
Minyak ini merupakan pelembut kulit yang sangat baik karena bersifat tidak aktif
dan tidak menembus kulit. Sunsmart (1996) menyatakan bahwa Petroleum Jelly
sering digunakan dalam formulasi kosmetika dan efek pemakaiannya
dipertimbangkan sebagai occlusive emolient. Selain itu, bahan ini dapat berfungsi
sebagai antioksidan dan pengemulsi. Petroleum Jelly memiliki warna dari
transparan sampai kekuningan dan merupakan campuran semi solid hidrokarbon,
dapat terbakar, titik leleh berkisar beberapa derajat dibawah 100 oF (37 oC), serta
tidak larut dalam air, larut dalam kloroform, benzene dan karbon disulfida
(Anonima 2007).
2.1.2.4 Minyak mineral
Minyak mineral (CnH2n+2) merupakan cairan yang tidak berwarna,
jernih, dan tidak berbau, serta tidak larut dalam alkohol atau air. Terdapat dua
jenis minyak mineral yang penting, yaitu parafin cair (viskositas 110-220 mPa.s)
dan parafin cair ringan (viskositas 25-80 mPa.s). Minyak-minyak mineral untuk
kosmetik merupakan fraksi bertitik didih tinggi yang diperoleh dari distribusi
minyak kasar yang dimurnikan dan dijernihkan dengan asam sulfat. Minyak ini
merupakan pelembut kulit yang baik karena bersifat tidak aktif dan tidak
menembus kulit. Oleh karena itu, minyak-minyak ini memiliki kompabilitas yang
sangat baik terhadap kulit (Schmitt 1996).
2.1.2.5 Isopropil palmitat
Isopropil palmitat (C19H38O2) adalah ester dari isopropil alkohol dan
asam palmitat, mempunyai nama resmi 1-metil etil heksadekanoat. Pada suhu
ruang, isopropil palmitat merupakan cairan jernih tidak berwarna sampai
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
11
berwarna kekuningan, tidak berbau, dan bersifat kental. Viskositas yang terukur
adalah antara 5 sampai 10 mPa.s pada 25 °C. Suhu didih dari isopropil palmitat
adalah 160 °C pada 266 Pa (2 mm Hg). Titik beku terukur antara 13-15 °C dan
umumnya memadat pada suhu di bawah 16 °C (Anonimb 2007). Isopropil
palmitat terdiri dari ester yang terbentuk dari isopropil alkohol dan asam lemak
jenuh dengan BM tinggi yakni 298,51. Bahan ini merupakan cairan tidak
berwarna, mudah dituang, berbau lemah, serta larut dalam aseton, minyak jarak,
kloroform, etanol 95% dan parafin cair. Namun, isopropil palmitat tidak larut
dalam air, gliserin, dan propilen glikol (Departemen Kesehatan 1993).
Aplikasi isopropil palmitat umumnya sebagai emolient dengan
karakteristik penyebaran yang baik. Secara luas produk ini digunakan dalam
produk kosmetika, seperti sabun cair, krim, lotion, produk perawatan wajah,
produk perawatan rambut, deodoran, pewarna bibir, dan bedak (Anonimb 2007).
2.1.2.6 Gliserin
Humektan terpenting dalam pembuatan body lotion adalah gliserin
(C3H5(OH)3) yang diperoleh dari proses saponifikasi trigliserida dan sorbitol.
Sifat melembabkan timbul dari gugus-gugus hidroksil yang dapat berikatan
hydrogen dengan air sehingga mencegah penguapan air. Komposisi gliserin yang
digunakan pada formulasi berkisar antara 3-10% (Mitsui 1997). Penggunaan
gliserin berfungsi untuk mencegah lotion menjadi kering dan mencegah
pembentukan kerak selama pengemasan dalam botol. Selain itu, gliserin juga
berfungsi dalam memperbaiki konsistensi dan mutu lotion, yaitu mencegah
terhapusnya lotion jika digunakan pada kulit sehingga memungkinkan lotion
dapat menyebar tanpa digosok. Penambahan gliserin menyebabkan sediaan
menjadi lebih pekat (Idson dan Lazarus 1994).
2.1.2.7 Trietanolamin
Trietanolamin (CH2OH(CH2)3N) atau TEA merupakan cairan tidak
berwarna atau berwarna kuning pucat, jernih, tidak berbau atau hampir tidak
berbau, dan higroskopis. Cairan ini dapat dicampur dengan air dan etanol (95%)
namun sukar larut dalam eter (Departemen Kesehatan 1993). TEA dapat
digunakan sebagai penyeimbang pH dalam sediaan kosmetika (Anonimc 2008).
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
12
2.1.2.8 Air
Air merupakan komponen yang paling besar persentasenya dalam
pembuatan body lotion. Air merupakan bahan pelarut dan bahan baku yang tidak
berbahaya, tetapi air mempunyai sifat korosi. Air mengandung beberapa bahan
pencemar sehingga air yang digunakan untuk produk kosmetik harus dimurnikan
terlebih dahulu (Mitsui 1997). Air murni yaitu air yang diperoleh dengan cara
penyulingan, proses penukaran ion, dan osmosis sehingga tidak lagi mengandung
ion-ion dan mineral-mineral. Air murni hanya mengandung molekul air saja. Air
merupakan cairan jernih, tidak berwarna, tidak berasa, berfungsi sebagai pelarut,
dan memiliki pH 5,0-7,0 (Departemen Kesehatan 1993).
2.1.2.9 Metil paraben
Metil paraben (C8H8O3) merupakan zat berwarna putih atau tidak
berwarna, berbentuk serbuk halus, tidak berbau, dan rasa sedikit membakar. Zat
ini dapat larut dalam etanol 95%, eter, dan air namun sukar larut dalam benzen
dan karbontetraklorida (Departemen Kesehatan 1993). Metil paraben dapat
digunakan dalam sediaan kosmetika dengan konsentrasi maksimum 1% (Mitsui
1997). Metil paraben sering digunakan dalam body lotion karena dapat mencegah
pertumbuhan bakteri dan jamur. Kelemahan dari metil paraben yaitu kurang
efektif terhadap bakteri gram negatif dibandingkan terhadap jamur dan ragi (Idson
dan Lazarus 1994). Pengawet ini tidak bersifat toksik dan tidak menyebabkan
iritasi kulit tetapi dapat menyebabkan alergi untuk kulit sensitive (Anonimd
2008).
2.1.2.10 Pewangi
Pewangi yang biasa digunakan dalam formulasi body lotion adalah minyak
esensial (essential oil). Minyak esensial merupakan bahan yang sensitif terhadap
panas, sehingga harus ditambahkan pada temperatur yang rendah. Minyak ini
biasanya digunakan dalam jumlah yang kecil sehingga tidak menyebabkan iritasi
(Rieger 2000).
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
13
2.2 Emolient
1. Tidak langsung
a. Bahan Oklusi
• sebagai pelembab
• anti inflamasi
• anti mitotik
• anti pruritus
b. Bahan pembentuk lipofilik
• asam lemak esensial
• seramid
2. Langsung
a. Bahan pembentuk lapisan hidrofilik
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
14
• gliserin
• sorbitol
• propilen glikol
• ester poligliseril
• asam laktat
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
15
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
16
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
17
meningkat 10 kali lebih besar dari normal. Di lain pihak SC terdiri dari sel- sel tak
berinti yang banyak mengandung protein (profilaggrin, filaggrin dan garnul
keratohyalin) dan ruang interseluler yang banyak mengandung lipid dan membran
SC (ceramide, FFA dan cholesterol) dan bahan pelembab alami (natural
moistuerizing factor = NMF) yang mempunyai kemampuan mengikat air sangat
kuat. Di samping itu enzyme–enzyme yang ada di ruang interseluler juga dapat
menyebabkan perubahan komposisi lipid interseluler sehingga dapat
mempengaruhi TEWL. Ceramide merupakan komponen utama lipid interseluler
SC dan banyak mengandung asam linoleat. Ikatan antara ceramide dan air akan
membentuk emulsi yang halus sehingga nampak halus dan lembut. Pada keadaan
tertentu, cuaca bersuhu rendah dengan kelembaban relatif rendah, ikatan antara
ceramide dan air tersebut akan mengkristal sehingga kulit menjadi kering kasar
dan kusam. Pada proses penuaan SC masih intak akan tetapi fungsi barier
mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena jumlah faktor pelembab alami
yang rendah sehingga menyebabkan penurunan kapasitas mengikat air lebih
kurang 75% dari normal, akibatnya TEWL meningkat. (Purwandhani, 2000).
2.4 Lipid
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
18
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
19
Lokasi ikatan rangkap pada rantai karbon dari asam lemak unsaturated
menyebabkan perbedaan besar bagaimana asam lemak tersebut dimetabolisme.
Pada dasarnya kelompok asam lemak polyunsaturated (PUFA) dapat dibagi
kedalam 3 kelompok besar yaitu seri oleic ( -9), seri linoleic ( -6) dan seri
linolenic ( -3), ketiga jenis asam lemak tersebut merupakan anggota kelompok
dengan rantai terpendek, sedangkan jenis asam lemak yang lain diturunkan dari
ketiga kelompok tersebut. -9 artinya ikatan rangkapnya terletak pada C ke-9 dan
kelipatannya. Untuk lebih jelasnya contoh dari asam lemak saturated dan
unsaturated serta penulisannya disajikan dalam Tabel 2.2.(Edelman,1981)
Tabel 2.2 Asam lemak yang banyak ditemukan dalam lipid
W : ikatan rangkap dihitung dari gugus metil terminal Posisi w yang sama, famili
sama, contoh C 20 : 4w6 dapat disintesis dari C 18 : 2w6. (Edelman,1981)
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
20
Tanaman Wungu asalnya dari Irian dan Polynesia, dapat ditemukan dari
dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 1.250m dpl. Perdu atau
pohon kecil, dengan tinggi 1,5-3 m, batang berkayu. Kulit dan daun berlendir dan
baunya kurang enak. Cabang bersudut tumpul, berbentuk galah dan beruas rapat.
Daun tunggal, bertangkai pendek, letaknya berhadapan bersilang, bulat telur
sampai lanset, ujung dan pangkal runcing, tapi bergelombang, pertulangan
menyirip, panjang 8-20 cm, lebar 3-13 cm, permukaan atas warnanya ungu
mengilap. Perbungaan majemuk, keluar diujung batang, tersusun dalam rangkaian
berupa tandan yang panjangnya 3-12 cm, warnanya merah keunguan. Buahnya
buah kotak, bentuknya lonjong, warnanya ungu kecoklatan. Biji kadang-kadang 2,
bentuknya bulat, warnanya putih. Tumbuhan wungu sering ditemukan tumbuh liar
di pedesaan atau ditanam sebagai tanaman hias dan tanaman pagar. Tumbuh baik
pada tempat-tempat terbuka yang terkena sinar matahari, dengan iklim kering atau
lembap.
Ada tiga varietas, yaitu berdaun ungu, berdaun hijau dan belang-belang
putih. Yang digunakan sebagai obat adalah varietas berdaun ungu yang
dinamakan Graptophyllum pictum(L.) Griff.var luridosanguineum Sims.
Tumbuhan ini berbunga sepanjang tahun, namun di Jawa jarang sekali
menghasilkan buah. Perbanyakan dengan stek batang (Dalimartha, 1999).
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
21
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Tubiflorae
Famili : Acanthaceae
Genus : Graptophyllum
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
22
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
23
2.7 Ekstraksi
Rendah polusi,
Salah satu hal kunci yang sangat menentukan dalam pertimbangan desain
proses ekstraksi adalah pemilihan solven yang akan digunakan (Gertenbach,
2002). Hal-hal yang perlu diperhatikan di antaranya:
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
24
10. Sifat lain: toksisitas, flammabilitas serta nilai ekonomi adalah sifat-sifat
yang perlu diperhatikan untuk menentukan pemilihan pelarut atau
pengekstraksi (Gertenbach, 2002).
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
25
Ekstraksi pelarut adalah salah satu metode pemisahan tertua yang dikenal
sejak zaman paleolitikum. Ilmu tentang ekstraksi pelarut telah berkembang
dalam jangka waktu yang panjang dan banyak kemajuan telah dibuat dalam
pemahaman solvasi dan sifat campuran cair yang digunakan dalam proses
ekstraksi (Gertenbach, 2002).
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
26
Sound pressure
Compression waves
time
Gambar 2.2 Proses rapatan dan regangan dalam kaitannya dengan osilasi kavitasi.
Fenomena kavitasi ini terjadi pada satu titik dalam fluida.Tekanan dalam
kavitasi diubah menjadi panas dengan sangat cepat, sedangkan fluida di sekitar
kavitasi memiliki suhu yang jauh lebih rendah. Ketika panas dilepaskan saat
kavitasi pecah, fluida di sekitarnya akan dengan sangat cepat mendingin dalam
waktu kurang dari mikrosekon. Pemanasan dan pendinginan dalam waktu yang
singkat ini memiliki kecepatan perubahan suhu 109 oC/s. Aliran turbulen dan
gelombang kejut akibat kavitasi menyebabkan terjadinya tumbukan antar partikel
dan pemanasan lokal pada titik tumbukan (Suslick, 1994).
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
27
struktur. Dalam proses kavitasi terbentuk gelembung yang berasal dari salah satu
fasa yang didispersikan dalam fasa yang lain, di mana gelembung kavitasi
merupakan fasa minyak yang didispersikan dalam fasa air karena memiliki
volume yang lebih rendah. Dengan efek pecahnya kavitasi, maka emulsifikasi
yang disebabkan oleh penjalaran ultrasonik akan efektif dengan terdispersinya
fasa minyak yang mengandung agregat nanosfer dalam fasa air, sehingga nanosfer
yang telah terbentuk dapat terdispersi stabil. Bentuk dan ukuran gelembung akan
mempengaruhi bentuk dan ukuran nanopartikel yang terbentuk (Hielscher, 2005).
Gelombang kejut dapat memisahkan penggumpalan partikel (agglomeration) dan
terjadi dispersi sempurna dengan penambahan pengemulsi/surfaktan sebagai
penstabil.
………………………………….(2.1)
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
28
diterima partikel di seluruh bagian sisi larutan, sehingga ukuran partikel semakin
homogen.
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
29
Menurunkan
ketebalan (Lutfi Mega
Manfaat
endometrium Asterina,2010)etanol
dan miometrium
uterus
(Sofia Lenny,
2005)etanol; (Morina
Uji bioaktifitas adfa, 2005)metanol
flavonoid
(S.O.Olagbende
merangsang kelahiran, dan bisa dada et
digunakan untuk kontra sepsi yang al,2010)distilled
Benefit
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
30
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai diagram alir penelitian, alat dan
bahan penelitian, variable penelitian, dan prosedur penelitian.
PEMISAHAN EKSTRAK
Pemisahan menggunakan pemanasan sesuai dengan titik didih pelarut
ANALISIS
31
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
33
13. Parfume
14. Chloroform
15. Larutan Wijs
16. KI 20%
17. Larutan Thio 0,1 N
18. Indikator Amylum
1. Ultrasonik waterbath
2. Beaker glass
3. Botol 1 ml
4. Corong
5. Pengaduk
6. Pemanas elektik dengan stirer
7. Gelas ukur
8. Timbangan
9. Pipet
10. Pipet volume
11. Density meter
12. Cawan
13. Statif
14. Erlenmeyer
15. Kertas Saring
16. Viskometer Brookfield
17. Buret
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
34
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
35
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
36
3.3.3.2 Viskositas
Viskositas produk diukur dengan menggunakan viskometer brookfield.
Sejumlah sampel yang telah dilarutkan, dimasukan ke dalam wadah
kemudian diukur viskositasnya dengan menggunakan viskometer.
Viskositasnya (cp) adalah angka hasil pengukuran. Prosedur kerja yang
digunakan adalah sebagai berikut :
1. Nyalakan Alat Viskometer
2. Jadikan suhu sample 25 oC
3. Set alat pada speed 5 rpmdengan menggunakan Spindle 93
4. Masukan sample ke beaker glass kemudian posisikan spinle tepat di
tengah sample kemudian tekan start,biarkan putaran sampi stabil
kira-kira sekitar 2 menit,baca hasil pengukuran yang tertera pada alat
viscometer
3.3.3.3 pH
Uji derajat keasaman dilakukan dengan menggunakan pH meter yang
sebelumnya telah dikalibrasi menggunakan larutan buffer 4,01 dan 6,86.
Pengukuran dilakukan secara langsung dengan mencelupkan mata pH ke
dalam sampel yang sudah diencerkan, lalu ditunggu sampai angka yang
muncul pada pH meter stabil.
Prosedur yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Hidupkan alat dengan menekan ON pada alat pH meter.
2. Bersihkan elektroda, dibilas dengan aquadest dan diseka dengan
tissue.
3. Celupkan elektroda ke dalam larutan yang akan diperiksa pHnya.
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
37
3.3.3.4 Densitas
Pengukuran densitas dilakukan dengan menggunakan alat density meter.
Prosedur yang digunakan adlah sebagai berikut :
1. Nyalakan alat Density Meter
2. Set suhu pada 200C (pada suhu yang tepat untuk analisa)
3. Bersihkan cell alat density meter dengan cara memasukan (inject)
alkohol.
4. Masukan sample menggunakan syringe kedalam alat density meter.
5. Perhatikan cell,jangan sampai ada gelembung udara.
6. Tekan enter, baca SG yang didapat.
7. Bersihkan kembali cell, cuci dengan alkohol dan air.
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
38
SEDIAAN A SEDIAAN B
Pencampuran
pada suhu 70⁰C
• Metil
SEDIAAN C paraben
• Pewangi
Pengadukan
BODY LOTION
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
39
Pada pembuatan body lotion dilakukan dengan variasi komposisi bahan sebagai
berikut:
Bahan Baku A B C D E F
Asam Stearat 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Sliseril Stearat 1 1 1 1 0 0
Ekstrak Daun Handeuleum 0 2 3 4 5 6
Petroleum Jelly 1 1 1 1 1 0
White Oil 2 2 1 0 0 0
Isopropil Palmitat 2 0 0 0 0 0
Air 84,5 84,5 84,5 84,5 84,5 84,5
Gliserin 5 5 5 5 5 5
Trietanolamine 1 1 1 1 1 1
Metil Paraben 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3
Pewangi 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7
Universitas Indonesia
Pembuatan body..., Rizky Kurniawan, FT UI, 2012
BAB IV
Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai analisis dari prosedur kerja
beserta data hasil penelitian yang telah diperoleh.
Sample yang diuji adalah daun handeuleum atau dalam bahasa indonesia
biasa disebut juga daun ungu. Daun tunggal, bertangkai pendek, letaknya
berhadapan bersilang, bulat telur sampai lanset, ujung dan pangkal runcing, tapi
bergelombang, pertulangan menyirip, panjang 8-20 cm, lebar 3-13 cm, permukaan
atas warnanya ungu mengilap. Setelah dipetik, daun handeuleum dibersihkan
dengan air agar kotoran yang menempel pada daun tidak terikut dalam proses
selanjutnya. Daun yang telah dibersihkan kemudian dikeringkan pada suhu kamar
dan tidak langsung terkena cahaya matahari agar daun tidak rusak dan membusuk.
Tujuan pengeringan adalah untuk menghilangkan kandungan air yang terdapat di
dalam sel daun. Daun dikeringkan selama 14 hari dengan keadaan terawasi.
Waktu pengeringan ini dipilih karena setelah 14 hari daun dianggap telah kering
atau langsung dapat dihancurkan dengan tangan, dan tidak terlalu lama sehingga
daun tidak membusuk.
Daun yang telah kering kemudian akan dihancurkan menjadi serbuk daun
dengan menggunakan blender, agar proses penghancurannya lebih cepat. Proses
40
Hasil ekstraksi pada variasi komposisi larutan ekstrak dapat dilihat pada
grafik berikut.
14
12
10
% Rendemen
0
100%:0% 75%:25% 50%:50% 25%:75% 0%:100%
Komposisi Pelarut Ethanol:n-hexane
Grafik 4.1 Yield ekstrak yang dihasilkan pada variasi komposisi larutan ekstrak
Dari Grafik 4.1 dapat dilihat bahwa berat ekstrak cenderung semakin
meningkat dengan semakin banyaknya % etanol dalam campuran larutan yang
digunakan pada proses ekstraksi. Etanol bersifat polar sedangkan n-hexane
bersifat non-polar. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa polar yang terdapat pada
daun lebih banyak dari pada senyawa non polar. Dimana etanol mengekstrak
senyawa-senyawa polar dalam daun yang mempunyai komposisi lebih banyak
sedangkan n-hexane mengekstrak senyawa-senyawa non polar pada daun yang
mempunyai komposisi lebih sedikit. Sehingga komposisi pelarut dengan
menggunakan ethanol lebih banyak menghasilkan yield yang lebih besar.
Variasi waktu ekstraksi dilakukan pada 20, 30, 40, 50 dan 60 menit
dengan seluruh sampel memiliki campuran pelarut yang sama yaitu 100 % etanol.
Variasi waktu ekstraksi tersebut jangka waktunya tidak lebih besar karena
kelebihan metode sonifikasi adalah metode ekstraksinya yang lebih cepat
dibandingkan dengan metode lain (Guerin, 1999). Berat ekstrak yang dihasilkan
dari ekstraksi dengan variasi waktu ekstraksi terangkum dalam diagram berikut
ini.
14
12
10
% Rendemen
8
0
20 30 40 50 60
Waktu Ekstraksi (Menit)
Grafik 4.2 Yield ekstrak yang dihasilkan pada variasi waktu ekstraksi
Pada Grafik 4.2 diatas dapat dilihat bahwa waktu 60 menit menghasilkan
berat ekstrak yang paling banyak dibandingkan dengan waktu ekstraksi yang lain.
Ini berarti bahwa waktu ekstraksi yang semakin lama akan menghasilkan ekstrak
yang semakin banyak, karena kontak antara serbuk daun dengan etanol akan
semakin lama, sehingga transfer massa solute dari serbuk daun tersebut ke pelarut
akan semakin besar (Wassil, 1955).
penelitian yang dilakukan oleh Wuryaningsih Hilyati dan Yan Irawan (2003) yang
menyatakan bahwa kandungan asam lemak terbesar pada ester minyak kelapa
yang digunakan sebagai emolient adalah 97,40 % isopropil myristat, 96,70 %
isopropil palmitat dan 94.45% iso propel laurat.
Dari hasil GCMS juga dapat diketahui bahwa yang salah satu komponen
yang berfungsi sebagai emolient adalah squalene. Hal ini didukung oleh penelitian
Christopher B.Fox (2009) yang mengatakan bahwa Squalene telah digunakan
dalam berbagai aplikasi. Seiring dengan squalene terhidrogenasi analog, squalene
secara luas digunakan dalam industri kosmetik sebagai emolient. Dan ekstrak
daun handeuleum ini juga mempunyai kelebihan sebagai emolient pada body
lotion dibandingkan emolient yang digunakan di pasaran sekarang ini dikarenakan
ekstrak daun handeuleum juga mempunyai banyak kandungan vitamin E sebagai
anti oksidan.
Body lotion yang dihasilkan dengan komposisi bahan baku yang berbeda
dilakukan pengecekan fisik seperti pH, viskositas dan densitas. Hasil yang
diperoleh sebagai berikut :
9
8
7
6
5
pH
Standart Max
4
3 Hasil pengecekan pH
2 Standart Min
1
0
A B C D E F Citra
Komposisi Ekstrak dalam Body Lotion
mudah terinfeksi bakteri dan penyakit kulit. Semakin jauh perubahan pH, maka
kulit akan semakin teriritasi. Dengan demikian, diduga produk body lotion yang
dihasilkan relative aman karena memiliki nilai pH yang tidak terlalu jauh dengan
pH fisiologis kulit.
50000
viskositas (cp)
40000
Standart Max
30000
Hasil pengecekan
20000 viskositas
10000 Standart Min
0
A B C D E F Citra
Komposisi Ekstrak dalam Body Lotion
Viskositas body lotion pada Grafik 4.4 terlihat bahwa viskositas tertinggi
terdapat pada body lotion yang tidak menggunakan ekstrak daun handeuleum. Hal
ini disebabkan semua bahan-bahan yang digunakan adalah berasal dari mineral oil
yang bisa mengemulsi sesama mineral oil dengan baik dan mineral oil merupakan
polimer linear dengan berat molekul tinggi, sehingga sangat mudah menyerap air
(Winarno 1996). Oleh karena itu, penggunaan ekstrak daun handeuleum dalam
formulasi body lotion tidak bisa menggantikan bahan-bahan mineral oil yang
selain berfungsi sebagai emolient juga berfungsi sebagai emulsifier seperti
petroleum jelly dan gliseril stearat dapat meningkatkan viskositas.
Nilai viskositas terendah terdapat pada body lotion tanpa penggunaan
petroleum jelly dan gliseril stearat karena tidak adanya bahan emulsifier yang
terdapat dalam formulasi. Kekentalan body lotion ini diperoleh dari gliseril stearat
yang jika diformulasikan akan membuat lotion menjadi lebih berat (Schmitt
1996). Selain itu, adanya penambahan gliserin dalam formulasi menyebabkan
sediaan menjadi lebih pekat (Idson dan Lazarus 1994). Body lotion dengan
komposisi ekstrak daun handeuleum sebesar 2 – 4% masih menghasilkan
viskositas dengan range 5800 – 17600 hal ini disebabkan adanya penggunaan
gliseril stearat dan petroleum jelly yang berperan sebagai bahan pengental.
Gliseril stearat dan petroleum jelly yang digunakan sebesar 1%. Semakin tinggi
konsentrasi gliseril stearat dan petroleum jelly yang ditambahkan, maka emulsi
yang terbentuk akan semakin tebal dan padat, sehingga kemungkinan akan terjadi
granulasi (Wilkinson dan Moore 1982).
Berdasarkan hasil analisis, nilai viskositas semakin mennurun dengan
bertambahnya konsentrasi ekstrak daun handeuleum yang digunakan diikuti
dengan tidak digunakannya bahan-bahan yang berfungsi sebagai emulsifier seperti
gliseril stearat dan petroleum jelly pada formulasi body lotion. Dengan semakin
menurunnya konsentrasi gliseril stearat dan petroleum jelly, maka viskositas
produk yang dihasilkan akan semakin rendah (Klose dan Glicksman 1972).
4.4.2 Pengaruh komposisi ekstrak daun handeuleum terhadap densitas body lotion
Densitas adalah perbandingan berat dari volume sampel dengan berat air
yang volumenya sama pada suhu tertentu. Pengukuran densitas dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat kestabilan suatu produk emulsi. (Suryani, et. al
(2000)) menjelaskan bahwa apabila rasio antara fasa pendispersi dan fasa
terdispersi tidak sesuai maka semakin rendah tingkat kestabilan suatu sediaan
emulsi.
Pada penelitian ini, pengukuran densitas produk dilakukan dengan
menggunakan density meter. Hal ini dikarenakan produk yang dihasilkan berupa
pasta agak padat sehingga tidak memungkinkan untuk memasukkannya ke dalam
piknometer. Prinsip dari pengukuran density meter ini adalah memasukkan
sample ke dalam voleme tertentu dengan menggunakan syringe kemudian alat
akan mengukur berat dari sample yang dimasukkan ke dalam alat kemudian
mengkonversi menjadi densitas dengan membagi berat sample dengan volume
yang ditempati sample. Hasil yang terbaca akan benar apabila tidak terdapat
gelembung udara pada volume yang ditempati sample tersebut.
Nilai rata-rata densitas body lotion dengan ekstrak daun handeuleum yang
dihasilkan adalah antara 0.9994 – 1.0015, nilai ini berada dalam kisaran SNI
tentang spesifikasi body lotion, dimana densitas untuk produk body lotion yang
baik adalah 0.95 – 1.05. Grafik perbandingan nilai densitas body lotion dengan
ekstrak daun handeuleum dengan komposisi yang berbeda disajikan pada Grafik
4.5.
1.06
1.04
1.02
1 Standart Max
densitas
0.98
Hasil pengecekan
0.96
densitas
0.94
Standart Min
0.92
0.9
A B C D E F Citra
Komposisi Ekstrak dalam Body Lotion
5.1. Kesimpulan
1. Yield ekstrak daun handeuleum paling tinggi sebesar 12.967% pada
komposisi pelarut 100% etanol dengan waktu ekstraksi 60 menit.
2. Karakteristik ekstrak daun handeuleum yang dihasilkan memiliki nilai
iodine 0.42, Viskositas 25cP, pH 5,99 dan densitas sebesar 0.855 gr/cm3
hal ini sesuai dengan standart Industrial grade. Adapun kandungan kimia
dari daun handeuleum adalah neophytadiene 24.96%, alpha tocopherol
13,73%, squalene 12.26%, gamma tocopherol 11,52%, dodecane 1,7%
dan tetradecane 1,32%.
3. Komposisi ekstrak daun handeuleum dapat digunakan dalam formulasi
body lotion yaitu 4%. Body lotion ini memiliki viskositas 5800 cP; pH
7,87; densitas 0,9936 gr/cm3; dan total mikroba kurang dari 30
koloni/gram sesuai dengan SNI 16-4399-1996.
5.2. Saran
Perlu digunakan bahan emulsi alami yang bisa menggantikan emulsifier
gliseril stearat dan Petroleum jelly. Selain itu, perlu dilakukan uji keamanan kulit,
kelembaban, penambahan bahan aktif alami dengan fungsi tertentu. Melakukan
pengecekan kadar kelembaban dengan alat moisture checker.
52
DAFTAR PUSTAKA
Klose RE dan Glicksman M. 1972. Gums. Di dalam Furia TE, editor. Hand
Book of Food Additive. 2nd Ed. Ohio: CRC Press Inc.
Morina Adfa. 2005. Survey Ednobotani, Studi Senyawa Flavonoid dan Uji
Brine Shrimp Beberapa Tumbuhan Obat Tadisional Suku Serawai di
Propinsi Bengkulu. Jurnal Gradien Vol. 1 No.1 Januari 2005 : 43-50.
Purwandhani E, Effendi EHF. Pelembab & emolien untuk kelainan kulit pada
bayi dan anak dalam MDVI vol 27 no4 September 2000 :20s-26s.
Schmitt WH. 1996. Skin Care Products. Di dalam Williams DF and Schmitt
WH, editor. Chemistry and Technology of The Cosmetics and Toiletries
Industry. 2nd Ed. London: Blackie Academe and Profesional.
Tipler PA. 1990. FISIKA Untuk Sains dan Teknik Edisi 3,jilid 1. Jakarta :
Erlangga. Terjemahan dari : PHYSICS for Scientists and Engineers,
Third Edition.
Winarno FG. 1996. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Wulyaningsih Hilyati, Yan Irawan. 2003. Sintesa Ester Asam Lemak dengan
Alkohol Sekunder sebagai Emolient. Pusat Penelitian Kimia LIPI.
LAMPIRAN
% yield = 100%
.
= 100% 12.97 %
.
% yield = 100%
.
= 100% 12.97 %
.
V1 = 25.3 ml
V2 = 25 ml
Bahan
Baku A B C D E F Citra
pH 7.71 7.76 7.92 7.87 8.01 7.66 7.6
Viskositas 22800 17600 8200 5800 528 64 5300
Densitas 0.9994 0.9935 0.9929 0.9936 1.0011 1.0015 0.9926
Petroleum Jelly
Glycerin Trietanolamine