Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MINI RESEARCH
GEJALA MEDAN TINGGI
“Analisa Penempatan Lightning Arrester sebagai Proteksi dari Transformator”

DOSEN PEMBIMBING
(Arwadi Sinuraya, S.T., M.T.)

OLEH :
Rizky Falmi Setiawan Tarigan
5171230008

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita rahmat
kesehatan dan kesempatan, sehingga bisa menyusun atau menyelesaikan penyusunan
makalah Mini Research Gejala Medan Tinggi yang berjudul “Analisa Penempatan Lightning
Arrester sebagai Proteksi dari Transformator”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Arwadi Sinuraya, S.T., M.T. yang
telah membimbing penulis dan pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah
ini.
Makalah ini penulis yakini bahwa jauh dari kesempurnaan dan masih banyak
kekurangannya seperti pepatah yang mengatakan “tak ada gading yang tak retak”, baik isi
maupun penyusunnya. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
kesempurnaan tugas ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih, semoga dapat bermanfaat dan bisa
menambah pengetahuan bagi pembaca.

Medan, 30 Mei 2020

Rizky Falmi Setiawan Tarigan


5171230008

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................... i
Daftar Isi...................................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan..................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................... 1
1.3 Tujuan..................................................................................................................... 1
Bab II Landasan Teori............................................................................................... 2
2.1 Lightning Arrester.................................................................................................. 2
2.2 Sumber Tegangan Lebih......................................................................................... 3
Bab III Pembahasan................................................................................................... 6
3.1 Perhitungan Jarak Maksimum Arrester dengan Transformator............................. 6
3.2 Metode Pengali Lagrange....................................................................................... 6
3.3 Penempatan Lokasi Arrester untuk Gardu Induk 150 kV...................................... 7
Bab IV Penutup.......................................................................................................... 12
4.1 Kesimpulan............................................................................................................. 12
4.2 Saran....................................................................................................................... 12
Daftar Pustaka

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lightning Arrester merupakan salah satu peralatan yang sangat penting pada G.I.
Penempatan arrester pada G.I memiliki tujuan dan fungsi yang sama tetapi memiliki cara
pengawatan dan peletakan arrester yang berbeda. Sistem penempatan arrester adalah sistem
yang berhubungan dengan cara pengawatan arrester yang memiliki tujuan untuk memberikan
proteksi pada trafo dari tegangan lebih.
Gangguan yang disebabkan oleh petir akan dapat menaikkan tegangan sampai
beberapa kali tegangan nominal sistem tersebut, sehingga peralatan yang mempunyai rating
tegangan tertentu akan terlampaui yang dapat merusak peralatan. Untuk mengatasi gangguan
petir, pada sisi masuk gardu induk (GI) dipasang pengaman petir yang dapat melindungi
peralatan listrik yang digunakan sebagai kelangsungan penyaluran energi listrik ke
konsumen. Dengan memasang alat pengaman dapat diketahui besar energi kilat/petir yang
mengenai peralatan, karena kilat selalu mencari jalan terpendek untuk melepaskan muatan
listrik selain itu alat pengaman harus dapat melindungi peralatan sistem tenaga listrik dengan
cara membatasi surja tegangan lebih yang datang dan mengalirkan ke tanah.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang dibahas yaitu:
1) Apa itu Lightning Arrester dan bagaimana prinsip kerjanya?
2) Bagaimana perhitungan untuk menentukan jarak maksimum untuk penempatan
Lightning Arrester?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari mini research ini yaitu:
1) Untuk mengetahui apa itu Lightning Arrester dan prinsip kerja alat tersebut.
2) Untuk mengetahui perhitungan jarak maksimum dari Lightning Arrester tersebut.

1
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Lightning Arrester


Arrester adalah alat pelindung bagi peralatan sistem tenaga listrik terhadap tegangan
lebih, baik yang disebabkan oleh surja petir maupun surja hubung. Arester merupakan suatu
alat pelindung terhadap tegangan surja berfungsi melindungi peralatan listrik dengan cara
membatasi surja tegangan lebih yang datang dan mengalirkannya ke tanah. Alat ini bersifat
sebagai by pass di sekitar isolasi yang membentuk jalan dan mudah dilalui oleh arus kilat,
sehingga tidak timbul tegangan lebih pada peralatan.
Alat pelindung yang paling sempurna adalah arester, pada pokoknya arester ini terdiri
dari dua unsur yaitu sela api (spark gap) dan tahanan tak linier atau tahanan kran/katup (valve
resistor). Kedua dihubungkan secara seri. Batas atas dan bawah dari tegangan percikan
ditentukan oleh tegangan sistem maksimum dan oleh tingkat isolasi peralatan yang
dilindungi, sering kali persoalan ini dapat dipecahkan hanya dengan mengetrapkan cara-cara
khusus pengaturan tegangan (voltage control). Oleh karena itu sebenamya arester terdiri dari
unsur; sela api, tahanan katup dan sistem pengaturan atau pembagian tegangan (granding
sistem). Tetapi bila tahanannya mempunyai harga tetap, maka jatuh tegangannya menjadi
besar sekali sehingga untuk maksud meniadakan tegangan lebih tidak terlaksanakan.

1) Prinsip Kerja Arrester


Pada prinsipnya arrester membentuk jalan yang mudah dilalui oleh petir, sehingga
tidak timbul tegangan lebih yang tinggi pada peralatan. Pada kondisi normal arrester berlaku
sebagai isolasi tetapi bila timbul surja, arrester berlaku sebagai konduktor yang berfungsi
melewatikan aliran arus yang tinggi ke tanah. Setelah itu hilang, arrester harus dengan cepat
kembali menjadi isolator.
Pada pokoknya arrester ini terdiri dari dua unsur yaitu :
1. Sela api (spark gap)
2. Tahanan kran (valve resistor)
Keduanya dihubungkan secara seri. Batas atas dan bawah dari tegangan percikan
ditentukan oleh tegangan sistem maksimum dan oleh tingkat isolasi peralatan yang
dilindungi.

2
Gambar 2.1 Arrester terdiri dari tiga unsur

2) Karakteristik Lightning Arrester


Untuk menentukan tegangan terminal peralatan yang dilindungi, maka arester
merupakan alat pelindung yang dapat diandalkan pada saat ini. Maka perlu diketahui dengan
jelas karakteristik dari arester tersebut adalah:
1. Mempunyai tegangan dasar (rated) dan frekuensi 50 Hz yang tidak boleh dilampaui.
2. Mempunyai karakteristik yang dibatasi oleh tegangan bila dilalui oleh berbagai
macam arus petir.
3. Mempunyai batas thermis.
Agar tekanan pada isolasi dapat dibuat serendah mungkin diperlukan suatu sistem
perlindungan tegangan. Dimana sistem perlindungan mempunyai beberapa persyaratan antara
lain:
1. Dapat melepas tegangan lebih ke tanah tanpa menyebabkan hubung singkat ke tanah.
2. Dapat memutuskan arus susulan.
3. Mempunyai tingkat perlindungan yang rendah, artinya tegangan percikan sela dan
tegangan pelepasannya rendah.

2.2 Sumber Tegangan Lebih


1) Tegangan Lebih
Pada keadaan transient, tegangan yang terjadi lebih besar dari tegangan kerja pada
peralatan itu. Hal ini tentu saja dapat merusak peralatan tersebut, oleh karena peralatan itu
mempunyai kekuatan isolasi yang terbatas. Jadi jelaslah bahwa peralatan itu harus dilindungi
terhadap akibat yang merusak dari tegangan lebih ini, harus sudah diperhitungkan pada waktu
perencanaan tenaga listrik tersebut.

3
2) Penyebab Terjadinya Tegangan Lebih
Tegangan lebih yang terjadi pada sistem tenaga listrik dapat disebabkan oleh berbagai
hal antara lain :
Tegangan lebih luar (External over voltage). Tegangan lebih yang disebabkan
peristiwa yang terjadi di atmosfir bumi, dalam hal ini tegangan lebih yang terjadi tidak
mempunyai hubungan langsung dengan tegangan kerja. External over voltage ini dapat
terjadi disebabkan oleh :
1. Sambaran petir langsung (direct lightning stroke)
2. Induksi tegangan petir disebabkan oleh pelepasan muatan yang terjadi antara awan
dengan tanah dekat dengan bangunan listrik
3. Induksi tegangan yang disebabkan perubahan kondisi atmosfir sepanjang kawat
transmisi.
4. Induksi tegangan statis yang disebabkan oleh awan yang bermuatan. \
5. Induksi tegangan statis yang disebabkan oleh gesekan-gesekan partikel-partikel kecil
di awan.

3) Gelombang Berjalan (Travelling wave)


Gelombang berjalan ini timbul dalam sistem transmisi sebagai akibat adanya tegangan
lebih pada sistem yang disebabkan oleh proses sambaran petir atau proses switching
(pembukaan dan penutupan saklar daya). Sampai saat ini sebab-sebab dari gelombang
berjalan yang diketahui ialah:
1. Sambaran petir secara langsung pada kawat.
2. Sambaran petir secar tidak langsung pada kawat (induksi).
3. Operasi pemutusan (switching operations).
4. Busur pentanahan (arching grounds).
5. Gangguan-gangguan pada sistem oleh berbagai-bagai kesalahan.
6. Tegangan kerja sistem.

4) Bentuk Gelombang Berjalan


Bentuk umum dari suatu gelombang berjalan adalah tegangan inpuls yang mempunyai
spesifikasi seperti ditunjukan pada gambar di bawah ini:

4
Gambar 2.2 Gelombang Berjalan dan Proteksi Surja

Keterangan :
Tf = Waktu muka gelombang (O ‘A)
Tt = Waktu ekor gelombang (O ‘B)
V maks = Tegangan puncak

5
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Perhitungan Jarak Maksimum Arrester Dengan Transformator


Untuk mendapatkan perlindungan transformator yang optimum, arrester ditempatkan
dengan jarak tertentu (tidak boleh terlampau jauh ataupun terlalu dekat), dalam kenyataannya
arrester harus ditempatkan dengan jarak tertentu, agar perlindungan dapat berlangsung
dengan optimal.

Gambar 3.1 Jarak Transformator dan Arrester


Jika arrester dihubungkan dengan menggunakan saluran udara terhadap alat yang
dilindungi, maka untuk menetukan jarak yang optimal antara arrester dengan transformator,
dinyatakan dengan persamaan:
A.S
E p =Ea +2
v
Dimana:
Ep = Tegangan pengenal pada alat yang dilindungi (kV)
Ea = Tegangan tembus/percik dari arrester (kV)
A = Kecuraman gelombang datang (kV/μs)
S = Jarak arrester terhadap alat yang dilindungi (m)
v = Kecepatan merambat gelombang impuls (m/μs)

3.2 Metode Pengali Lagrange


Metode Pengali Lagrange adalah sebuah teknik dalam menyelesaikan optimasi
dengan kendala persamaan, inti dari metode dari pengali lagrange adalah mengubah
persoalan titik exstrim terkendala menjadi persoalan exstrim bebas kendala.
Selanjutnya fungsi yang terbentuk dari transformasi tersebut dinamakan fungsi
lagrange jarak optimum arrester pada gardu induk 150 kV menggunakan metode lagrange :

6
−1
. ( Ea −E p ) .V
2
S=
A
Apabila Ea =E p
Maka didapat nilai optimum peletakan arrester:
−1
. (−E p ) . V
2
S=
A
Apabila Ea =0
Maka didapat nilai optimum peletakan arrester:
−1
. (−E p ) . v
2
S=
A

3.3 Penentuan Lokasi Arrester untuk Gardu Induk 150 kV


Penempatan arrester yang optimal dalam gardu induk sangat memegang peran penting
dalam upaya memaksimalkan perlindungan gardu induk terhadap gangguan surja petir.

Gambar 3.2 Single Line Diagram Transformator Gardu Induk 150 kV

1. Tegangan Sistem = 150 kV


2. Daya Transformator = 60 MVA
3. BIL Transformator = 650 kV
4. Hari Guruh rata-rata per tahun dan IKL
5. Isolator Gantung

7
Gambar 3.3 Isolator Gantung
Jenis isolator yang digunakan adalah suspension 14,6 cm x 25,4 cm, dengan jumlah rentang
isolator sebanyak 11 buah dan panjang keseluruhan rentang adalah 1,606 meter.

6. Menara Transmisi 150 kV

7. Menara SUTT 150 kV


Model menara saluran ganda vertikal. dengan jarak antara gardu adalah 18 km, tinggi
rata-rata menara adalah 36,3 meter, sedangkan untuk pentanahan menara digunakan elektroda
pentanahan tembaga dengan panjang 2,75 meter dengan diameter 1,27 cm.

8. Kawat fasa dan kawat tanah SUTT 150 kV


Jenis kawat fasa yang digunakan adalah (ACSR) Aluminium Steel Conductor
Reinforced 240/40 mm2, dengan diameter 21,9 mm.tinggi kawat fasa paling atas (top
conductor) 31,442 meter. Jenis kawat tanah yang digunakan adalah (GSW) Ground Stell
Wire 50 mm2 dengan diameter 9 mm2 . Tinggi kawat tanah 36,3 meter, dengan andongan rata-
rata sebesar 5,86 meter.

9. Luas bayang-bayang listrik di saluran transmisi 150 kV antar GI


A = 0,018(6,8+4.32 , 3931,09)km2 per 18 km saluran
= 0,018(427,052)
= 3,3119 km2 per 18 km saluran

8
10. Jumlah Sambaran Petir ( N L) pada Saluran Transmisi
NL =NxA
= ( 0,15 x 60 ) .(3,3119)
= 29,8071 kali sambaran per 18 km per tahun

11. Impedansi Surja

Z = √ L/C=60 ln ( 2rπ )
2. 31,422
= 60 ln ( ¿) ¿
0.01095
= 60 ln (5739,178)
= 519,304 Ω

12. Tegangan Tembus Isolator Udara


K2
U 50 % (
= K1+
t 0,75 )
x 10 3 kV

1,14
(
= 0,642+
1,2. 0,75 )
x 103 kV

= 1,636,912 x 103 kV
= 1636,3 kV

13. Tegangan Pelepasan/Tegangan Kerja ( Ea ) dari Lightning arrester


2 v d −Ea
Ia = (kA)
Z
2. ( 1636,3 ) −(414,33)
=
519,304
= 5,504 kA

14. Jarak Arrester Dengan Transformator Daya (S)


Perlindungan yang baik diperoleh bila arester ditempatkan sedekat mungkin pada
jepitan transformator. Tetapi di dalam praktek sering arester itu harus ditempatkan sejarak S
dari transformator yang dilindungi. Karena itu jarak tersebut harus ditentukan agar
perlindungan dapat berlangsung baik. Sebuah gelombang surja yang masuk menuju gardu

9
akan dipotong amplitudonya oleh arester sehingga hanya mempunyai amplitudo sebesar
tegangan kerja dari arester itu sendiri.

Dimana :
Ep = Nilai tegangannya diambil dari TID transformator (name plate yaitu 650 kV)
Ea = Tegangan kerja arrester yaitu 414,333 kV
A = 1015,916 kV/μs berdasarkan hasil perhitungan interpolasi
v = Kecepatan rambat gelombang 300 m/μdetik

Di dapat nilai λ
V
λ =
2. A
300
=
2.(1015,916)
= 0,1476

Di dapat nilai S optimum arrester pada Gardu Induk 150 kV menggunakan metode
langrange
S = −( E a−E p ) . λ
= −( 414,333−650 ) . 0,1476
= 34,784 meter
Penentuan jarak antara arrester dengan transformator yang diperoleh berdasarkan
perhitungan metode lagrange yaitu S = 34,784 meter, sedangkan jarak S yang terpasang pada
gardu induk 150 kV adalah S = 4 meter, dengan demikian berdasarkan metode lagrange jarak
S terpasang pada gardu induk 150 kV berada dibawah batas optimum yang diperkenankan.
Hal ini berarti tingkat perlindungan arrester di gardu induk 150 kV ditinjau dari perhitungan
dengan metode lagrange kurang Optimal, sebab Sterpasang < Shitung .
Dari hasil survey penelitian diketahui bahwa arester terpasang pada saluran guna
untuk melindungi semua peralatan, dengan pembahasan:

 Penghitungan jarak arester dengan trafo


Diketahui bahwa tegangan sistem peralatan adalah sebagai berikut, tegangan transmisi
150 KV dengan BIL 715 KV. Trafo dilindungi oleh arester dengan tegangan percik 650 KV,

10
dengan jarak perlindungan terhadap peralatan adalah sejauh 3 meter, misalkan surja yang
datang sebagai variable percobaannya, merambat menuju peralatan yang dilindungi arester
dengan kecepatan 300 m/µdt, berapakah jarak maksimum antara arester dan peralatan,
sehingga semua peralatan itu terlindungi dari bahaya surja?
Diketahui :
Ep = 715 kV
Ea = 650 kV
A = 1000 dv /dt
v = 300 m/µdt
Ditanya : S (Jarak maksimum antara arester dengan trafo)?
Surja petir sebesar 1.000 dv/dt, setelah dihitung secara matematis di peroleh jarak maksimum
arester adalah sebesar :
AS
Ep = Ea +2
v
1000
715 = 650+2
300
S = 9,75 M

Padahal dalam kenyataan dilapangan dipasang sejauh 3 meter, sehingga pemasangannya


masih di bawah harga maksimum.
Setelah melihat perbandingan dari pembahasan antar jurnal untuk menentukan letak
jarak maksimum penempatan Lightning Arrester sebagai proteksi dari transformator hasilnya
apabila menggunakan persamaan itu didapat hasil yang tidak terlalu berbeda. Namun hasil
yang didapat dengan menggunakan persamaan tersebut tidak sama dengan kenyataan yang
ada dilapangan. Hasil yang didapat menggunakan perhitungan dari jurnal ini yaitu ada yang
menyatakan 9,75 meter dan ada yang menyatakan 34,7 meter (menggunakan metode
lagrange) untuk jarak optimum arrester. Namun yang terjadi dilapangan jarak arrester yang
terpasang hanya sejauh 3-4 meter saja sehingga pemasangannya jauh dari harga maksimum.

11
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Setelah membahas dari beberapa jurnal dapat diambil kesimpulan bahwa untuk
menentukan jarak optimum penempatan Lightning Arrester menggunakan metode
perhitungan dengan jarak yang terpasang di lapangan sangat jauh berbeda hasilnya ( Sterpasang <
Shitung ). Dari metode perhitungan yang didapat pada jurnal menunjukkan hasil jarak sebesar
9,7 meter dan dengan menggunakan metode perhitungan Lagrange didapat sebesar 34,7
meter. Namun kenyataan yang ada dilapangan, arrester terpasang dengan jarak 3-4 meter.
Sehingga dengan memilih dari salah satu metode perhitungan saja sangat tidak optimal untuk
menentukan jarak penempatan Arrester. Sehingga untuk menetukan harga untuk jarak
penempatan harus menggunakan metode perhitungan yang lain (perhitungan pendekatan).

4.2 Saran
Maka dapat diambil beberapa saran antara lain:
1. Pemasangan arester berdasarkan jaraknya dengan trafo masih dalam batas aman yaitu
antara jarak 3 m sampai 9, 75 m.
2. Perlu adanya pengujian atau penghitungan dengan teori lain seperti Witzke-Bliss
untuk bisa membandingkan hasil penghitungan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Gultom, Togar Timoteus. 2017. Optimasi Jarak Maksimum Penempatan Lightning Arrester
sebagai Proteksi Transformator pada Gardu Induk. Jurnal Ilmiah “Dunia Ilmu”. Vol.
3(1).
Nasution, Ramayulis dkk. 2019. Analisis Penempatan Lightning Arrester sebagai Pengaman
Gangguan Petit di Gardu Induk Langsa. Jurnal Buletin Utama Teknik. Vol 14(3).
Nurhaidi, Ringga. (-). Penentuan Letak Optimum Arrester pada Gardu Induk (GI) 150 kV
Siantan Menggunakan Metode Optimasi. (-).

13

Anda mungkin juga menyukai