Anda di halaman 1dari 23

MENJADI MANUSIA PANCASILA BAGI PEMUDA GUNA MEMBANGUN

RASA NASIONALISME DAN UPAYA BELA NEGARA DI ERA GLOBALISASI

DAN PANDEMI COVID-19

Disusun Oleh :

UNIVERSITAS ISLAM SYEKH YUSUF TANGERANG

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT berkat rahmat hidayah dan
karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan makalah dengan Judul “MENJADI MANUSIA
PANCASILA BAGI PEMUDA GUNA MEMBANGUN RASA NASIONALISME DAN
UPAYA BELA NEGARA DI ERA GLOBALISASI DAN PANDEMI COVID-19 ”
dapat terselesaikan dengan lancar tanpa ada halangan yang berarti.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman serta keluarga yang
telah membantu dan mendorong kami sehingga kesulitan-kesulitan yang ada dapat
terselesaikan. Kami menyadari Makalah ini tidak sempurna dan masih banyak kekurangan.
Kami selaku penyusun Makalah meminta kritik dan saran yang bisa menyempurnakan atau
melengkapi Makalah kami sehingga Makalah ini bisa lebih baik lagi dan bisa bermanfaat
bagi pembaca.

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................. i

Daftar Isi ...................................................................................................... ii

Bab 1 Pendahuluan ...................................................................................... 4

a. Latar Belakang............................................................................. 4
b. Rumusan Masalah........................................................................ 6
c. Tujuan ...........................................................................................7
d. Manfaat .........................................................................................7

Bab 2 Pembahasan ...................................................................................... 8

A. Sejarah Lahirnya Pancasila............................................................8


B. Pancasila Sevagai Pandangan Hidup dan Tujuan Bangsa.............9
C. Modal Historis Bagi Perjuangan Generasi Muda..........................10
D. Implementasi Nilai-Nilai Pancasila..............................................12
E. Upaya Penannaman Nilai-Nilai Pancasila....................................14
F. Upaya Bela Negara di Tengah Pandemi Oleh Para Siswa........... 18

Bab 3 Penutup ............................................................................................. 20

A. Kesimpulan....................................................................................20
B. Saran............................................................................................ 20

Daftar Pustaka ...............................................................................................21

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jiwa patriotisme adalah sesuatu yang penting yang harus diklaim oleh negara
Indonesia terlepas dari bahaya Ketahanan Nasional di masa Golabisasi. Globalisasi bukan
hanya ujian, namun selain kesempatan untuk kehidupan yang berbeda dalam berbagai
bagian dunia. Globalisasi dapat memengaruhi kehidupan publik dan negara baik secara
lugas maupun secara bundaran. Globalisasi tentunya mempengaruhi kehidupan sebuah
bangsa termasuk Indonesia. Efek globalisasi mengingat efek positif dan negatif untuk
berbagai zona aktivitas publik, politik, keuangan, dan sosial yang akan berdampak pada
jiwa memahami estimasi patriotisme negara. Karena kemajuan suatu negara digambarkan
oleh jiwa patriotisme penduduknya. Banyak lagi usia bumbui saat ini bertanya dan
memahami bahwa estimasi Pancasila belum diaktualisasikan di usia muda Indonesia,
khususnya di masa terdepan. Sejujurnya, jika dilihat dari sisi yang dapat diverifikasi, usia
muda Indonesia memiliki pekerjaan vital khususnya yang ditemukan mengenai
pertempuran hingga Indonesia bebas.

Dimulai dengan tahun 1928, remaja memiliki mimpi yaitu mengkomunikasikan


kerinduan mereka untuk bergabung membayar sedikit pikiran untuk setiap pertemuan atau
kebangsaan, yang karenanya datang Sumpah Pemuda. Berawal dari Sumpah Pemuda,
perspektif terhadap anak muda di Indonesia menjadi progresif dan memiliki patriotisme
yang solid. Pada tahun 1945, dengan tegas di sekitar pengumuman, ada kesempatan yang
dapat diverifikasi yang juga dipelopori oleh anak-anak. Mengingat kontras penilaian
dengan yang lebih tua, anak-anak berusaha membujuk dekrit untuk dilakukan dengan
cepat dengan "membajak" Sukarno ke Rengasdengklok karena tidak akan dipengaruhi
oleh Jepang di sekitar saat itu. Mengingat kesempatan pertempuran negara yang
direkayasa oleh semakin mudanya usia, menunjukkan bahwa sekitar saat itu semangat
zaman yang lebih muda telah menanamkan estimasi Pancasila yang bermasyal yang
mendasari keyakinan negara. Memberikan estimasi Pancasila dalam semangat zaman yang
lebih muda saat ini sangat vital, dengan alasan bahwa dengan semangat Pancasila negara
Indonesia tidak akan mudah terpengaruh oleh cara hidup dan filsafat berbagai negara.
Juga, di masa maju, cara hidup berbagai negara tidak diragukan lagi dapat memiliki
semangat zaman yang lebih muda, akibatnya semakin muda usia sekarang harus mematuhi
kualitas dan karakter Pancasila.

4
Penduduk adalah individu yang dalam setiap kasus tinggal dalam pertemuan (zoon
politicon) yang menunjukkan individu sosial (homo politicus) sama seperti bagian dari
manajer keuangan (homo economicus), seperti dalam penjelasan dan rasa hidup dalam
pertemuan adalah untuk mencapai kesejahteraan Bersama. Sebagai individu yang berpikir,
itu tergantung pada kepercayaan, rasa, rasa, dan karsanya seseorang akan memiliki
perspektif tentang kehidupan yang akan menjawab masalah yang diidentifikasi dengan
dengan hidupnya. Sebagai penduduk dalam kehidupan berkumpul, yang di Indonesia
hipotesis di negara, masyarakat, dan ekspres, masing-masing akan membuat perubahan
sesuai dengan sudut pandang hidupnya sehingga pandangan dibentuk jalani pertemuan.
Dalam kehidupan antara pertemuan, jika tidak ada menggabungkan pertemuan, setiap
individu dari pertemuan yakin bahwa kehidupan pertemuannya adalah fakta sejauh yang
dapat dipikirkan oleh individu, sehingga cara berpikir tentang kehidupan berkumpul yang
dirujuk dari perspektif pengumpulan tentang kehidupan

Jiwa patriotisme adalah sesuatu yang penting yang harus diklaim oleh negara
Indonesia terlepas dari bahaya Ketahanan Nasional di masa Golabisasi. Globalisasi bukan
hanya ujian, namun selain kesempatan untuk kehidupan yang berbeda dalam berbagai
bagian dunia. Globalisasi dapat memengaruhi kehidupan publik dan negara baik secara
lugas maupun secara bundaran. Globalisasi tentunya mempengaruhi kehidupan sebuah
bangsa termasuk Indonesia. Efek globalisasi mengingat efek positif dan negatif untuk
berbagai zona aktivitas publik, politik, keuangan, dan sosial yang akan berdampak pada
jiwa memahami estimasi patriotisme negara. Karena kemajuan suatu negara digambarkan
oleh jiwa patriotisme penduduknya. Banyak lagi usia bumbui saat ini bertanya dan
memahami bahwa estimasi Pancasila belum diaktualisasikan di usia muda Indonesia,
khususnya di masa terdepan. Sejujurnya, jika dilihat dari sisi yang dapat diverifikasi, usia
muda Indonesia memiliki pekerjaan vital khususnya yang ditemukan mengenai
pertempuran hingga Indonesia bebas.

Dimulai dengan kelas '28, remaja memiliki mimpi yaitu mengkomunikasikan


kerinduan mereka untuk bergabung membayar sedikit pikiran untuk setiap pertemuan atau
kebangsaan, yang karenanya datang Sumpah Pemuda. Berawal dari Sumpah Pemuda,
perspektif terhadap anak muda di Indonesia menjadi progresif dan memiliki patriotisme
yang solid. Pada tahun 1945, dengan tegas di sekitar pengumuman, ada kesempatan yang
dapat diverifikasi yang juga dipelopori oleh anak-anak. Mengingat kontras penilaian
dengan yang lebih tua, anak-anak berusaha membujuk dekrit untuk dilakukan dengan

5
cepat dengan "membajak" Sukarno ke Rengasdengklok karena tidak akan dipengaruhi
oleh Jepang di sekitar saat itu. Mengingat kesempatan pertempuran negara yang
direkayasa oleh semakin mudanya usia, menunjukkan bahwa sekitar saat itu semangat
zaman yang lebih muda telah menanamkan estimasi Pancasila yang bermasyal yang
mendasari keyakinan negara. Memberikan estimasi Pancasila dalam semangat zaman yang
lebih muda saat ini sangat vital, dengan alasan bahwa dengan semangat Pancasila negara
Indonesia tidak akan mudah terpengaruh oleh cara hidup dan filsafat berbagai negara.

Juga, di masa maju, cara hidup berbagai negara tidak diragukan lagi dapat
memiliki semangat zaman yang lebih muda, akibatnya semakin muda usia sekarang harus
mematuhi kualitas dan karakter Pancasila. Penduduk adalah individu yang dalam setiap
kasus tinggal dalam pertemuan (zoon politicon) yang menunjukkan individu sosial (homo
politicus) sama seperti bagian dari manajer keuangan (homo economicus), seperti dalam
penjelasan dan rasa hidup dalam pertemuan adalah untuk mencapai kesejahteraan
Bersama. Sebagai individu yang berpikir, itu tergantung pada kepercayaan, rasa, rasa, dan
karsanya seseorang akan memiliki perspektif tentang kehidupan yang akan menjawab
masalah yang diidentifikasi dengan dengan hidupnya. Sebagai penduduk dalam
kehidupan berkumpul, yang di Indonesia hipotesis di negara, masyarakat, dan ekspres,
masing-masing akan membuat perubahan sesuai dengan sudut pandang hidupnya
sehingga pandangan dibentuk jalani pertemuan. Dalam kehidupan antara pertemuan, jika
tidak ada menggabungkan pertemuan, setiap individu dari pertemuan yakin bahwa
kehidupan pertemuannya adalah fakta sejauh yang dapat dipikirkan oleh individu,
sehingga cara berpikir tentang kehidupan berkumpul yang dirujuk dari perspektif
pengumpulan tentang kehidupan

B. Rumusan Masalah.
Dari uraian latar belakang diatas, penulis dapat merumuskan beberapa masalah sebagai
berikut :

1. Bagaimanakah cara menanamkan nilai-nilai Pancasila guna membangun rasa


nasionalisme pada generasi muda di era modern ?

2. Mengapa penting dilakukan penghayatan dan pengamalan nilai-nilai Pancasila pada


generasi muda di era modern ?

6
C. Tujuan

1 Untuk mengetahui pentingnya peran nila-nilai Pancasila pada generasi muda di era
modern guna membangun rasa nasionalisme .

2. Mengetahui cara-cara pengimplementasian nilai-nilai Pancasila pada generasi muda


guna membangun rasa nasionalisme .

D. Manfaat.

1. Mengetahui solusi penanaman nilai-nilai Pancasila pada generasi muda Indonesia


guna membangun rasa nasionalisme bangsa di era modern.

2. Mengetahui faktor-faktor penyebab lunturnya nilai-nilai Pancasila pada generasi muda


Indonesia di era modern.

3. Mengetahui pentingnya menanamkan nilai-nilai Pancasila pada generasi muda di era


modern dan menjadikan kita menjadi manusia berjiwa Pancasila di era pandemic
covid.

4. Mengetahui perbedaan kepribadian dan jiwa nilai-nilai Pancasila yang tertanam pada
generasi muda Indonesia pada masa perjuangan dan pada generasi muda di era
modern.

7
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Lahirnya Pancasila

Pancasila sebagai premis Negara Indonesia, dalam arti yang dapat diverifikasi adalah
konsekuensi pemikiran dan penghapusan oleh para penulis express (The Founding
Fathers) untuk menemukan pendirian atau traksi yang kuat untuk dasar negara Indonesia
yang otonom. Sebagai negara yang baru saja otonom, Indonesia membutuhkan filosofi
atau pendirian dalam keadaan wajar. Sejak tahun-tahun setelah Indonesia memperoleh
otonomi ada dua benteng yang signifikan, koalisi barat dengan progresivisme industrialis
dan aliansi timur dengan komunis sosialisnya. Negara Indonesia telah secara efektif
mendefinisikan dan memutuskan Pancasila sebagai perspektif tentang kehidupan negara
dan premis negara yang dikonsesi sejak 18 Agustus 1945. Sebelum dikonsesi, pada
pertemuan BPUPKI pada 29 Mei-1 Juni 1945 terdapat beberapa rekomendasi fundamental
negara dari penulis tanah air. Ada tiga penyelenggara negara dengan rekomendasinya,
secara spesifik: Bapak Muhammad Yamin, Prof. Dr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Dan
setelah itu ide-ide disiapkan kembali oleh Komite Kecil yang terdiri dari delapan individu,
antara lain. Ir. Soekarno sebagai pengurus dengan individu dari Bung Hatta, Soetardjo
Kartohadikusoemo, K.H. Wachid Hasyim, A.A Maramis.

Pada 22 Juni 1945, Komite Kecil pada saat itu mengadakan pertemuan dengan
badan penelitian. Dari pertemuan ini secara efektif membentuk kembali panitia sembilan
yang terdiri dari Bung Karno, Bung Hatta, Moh Yamin, Ahmad Subarjo, A.A. Maramis,
K.H. Abdulkahar Muzakhir, K.H. Wachid Hasyim, Abikusno Tjokrosuyoso, dan H. Agus
Salim.In akhir Komite Sembilan mencapai kesamaan dalam membangun detail peluncuran
hokum esensial, yang dikenal sebagai "Piagam Jakarta". Dalam gagasan pembangunan
Piagam Jakarta yang terlihat seperti pancasila saat ini. Bagaimanapun, sebelum diatur dan
dikonfirmasi ada penyesuaian dalam prospektus utama dengan membatalkan kata-kata "...,
dengan komitmen untuk melakukan syariat Islam untuk kerabatnya" jadi hanya kata-kata
"Tuhan Yang Maha Esa" tetap ada. Perubahan itu terjadi karena respon dari Indonesia
Timur, di mana Kekristenan berkembang secara umum, Indonesia memiliki bermacam-

8
macam keyakinan, bukan hanya Islam terlepas dari bagian yang lebih besar. Dengan
mempertimbangkan bahwa agama Hindu dan Buddhisme pernah tak terbatas dengan bukti
kerajaan besar yang pernah tersisa di Nusantara. Komite Pendahuluan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) pada 18 Agustus 1945, sebagaimana dirujuk di atas dirakit dan disetujui
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, yang menggabungkan Pembukaan,
Batang Tubuh dan Penjelasan tentang tujuan otak di dalamnya. Dalam Pembukaan UUD
1945, terdapat bunyi Pancasila dalam petikan IV, menjadi spesifik: Allah umat manusia
yang kuat, adil dan memanusiakan umat manusia, Persatuan Indonesia, Umat dikendarai
oleh kesederitan dalam Musyawarah/Representasi, dan pemerataan sosial bagi setiap
individu Indonesia.

Sepanjang seluruh keberadaan pengenalan pancasila pasti ada juga pekerjaan


zaman yang lebih awet muda. Seperti yang tercatat di fondasi kertas. Usia muda Indonesia
telah merenungkan persyaratan untuk negara mendasar yang harus dikembangkan,
dibayangkan, dan dilatih, semua hal dipertimbangkan. Sesuai dengan karakteristik
semangat pemuda yang setiap perkembangan pelatihannya selesai dengan kebenaran ayng
di sekitarnya, serta rapi dan ketabahan dalam mengasyikkan kualitas dan pemikiran baru
(H. Muzayin Ar, M.Ed, 1990 : 3) . Ekskursi panjang kelahiran kembali Pancasila oleh
penyelenggara negara positif sulit, ada banyak kecolok di dalamnya. Hambatan itu tidak
terjadi selama siklus yang dinilai sampai pengesahan Pancasila, namun jerat secara
konsisten hadir dalam setiap waktu dan memiliki berbagai halangan. Batas ini adalah
penugasan dari berbagai latar belakang, terutama usia yang lebih muda. Perlunya
menyadarkan dan mempraktikkan kembali estimasi Pancasila di usia yang lebih awet
muda sangat penting untuk menghargai administrasi penulis negara dan selanjutnya
penting untuk mendorong perasaan patriotisme dalam semangat usia muda saat ini.

B. Pancasila Sebagai Pandangan dan Tujuan Hidup bangsa.

Sebagai negara Indonesia telah membuat titik bahwa cara berpikir atau filsafat negara
adalah filosofi Pancasila. Semuanya telah dipasang dalam estimasi Pancasila, termasuk
tujuan negara, standar negara, hingga aturan yang diusung. Lebih lanjut, Pancasila juga
merupakan kesan semangat dan karakter negara Indonesia. Sebagai perspektif tentang
kehidupan, Pancasila benar-benar telah menacurkan cukup lama dan membentuk sikap dan
gaya hidup masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai klan yang menempati tidak di
bawah 13.660 pulau di wilayah Indonesia4. Disinggung mengenai sebagai semangat dan

9
karakter negara, Pancasila juga memberikan idiosyncrasy yang negara Indonesia miliki
dan merupakan pembeda dari berbagai negara. Salah satu kualitas dalam sikap yang
dimiliki oleh negara Indonesia adalah disposisi ketahanan dan ada banyak atribut negara
Indonesia yang tercatat dalam estimasi Pancasila. Perspektif negara tentang kehidupan
termasuk itu adalah alasan bagi negara. Dalam estimasi Pancasila juga telah dimasukkan
quintessence tujuan negara Indonesia, salah satunya adalah memahami masyarakat yang
wajar dan makmur tergantung pada Pancasila. Ini dipasang dalam standar kelima yang
menggunakan "Ekuitas sosial untuk semua orang Indonesia". Bagian dari usia yang lebih
awet muda dalam memahami tujuan dan mimpi Pancasila sebagai aturan di tanah air
sangat vital terutama dalam membentuk jiwa patriotisme. Selanjutnya untuk memahami
apa saja kualitas dalam Pancasila, yang harus dilakukan adalah mengembangkan dan
berlatih kualitas yang ada dalam standar Pancasila secara rutin sehari-hari.

Bagaimanapun, di Era Reformasi yang tergabung dalam dampak globalisasi,


estimasi Pancasila sebagai perspektif dan tujuan kehidupan negara tampaknya gagal
diingat. Bagaimanapun, masyarakat umum terutama usia yang lebih muda tidak mengerti
bahwa sangat penting untuk menumbangkan perspektif dan target negara. Dalam aktivitas
publik, individu gagal menjaga cengkeraman pada diri mereka sendiri, membawa
bentrokan yang akhirnya melemahkan sendi-sendi solidaritas dan solidaritas publik. Di
bidang kebudayaan, keakraban masyarakat dengan rasa sosial negara Indonesia mulai
kabur, yang pada akhirnya terjadi kebingungan karakter negara yang dibuntuti oleh
pembongkaran penyelesaian usia yang lebih awet muda. Terlihat dari pembusukan
patriotisme usia yang lebih awet muda dan perilaku yang secara umum akan meniru cara
hidup berbagai negara. Harus ada perhatian untuk menaklukkan pembusukan estimasi
perspektif dan destinasi negara ini untuk memperkuat karakter negara Indonesia sesuai
Pancasila. Dalam pengerahan ini, penting untuk memperhatikan penyelidikan tentang
sosial-sosial dan berbagai bagian budaya Indonesia, dan setelah itu diikuti dengan program
kegiatan penataan dan amandemen kualitas sosial "baru", sesuai Pancasila dan UUD 1945
dalam rangka memenuhi kebutuhan pergantian peristiwa di masa depan. Juga, dapat
menyelaraskan Pancasila sebagai pandangan dan motivasi di balik eksistensi negara.

C. Modal Historis Perjuangan Bangsa Bagi Generasi Muda

Selama waktu yang dihabiskan untuk membingkai karakter dan patriotisme di


Indonesia dimulai dengan waktu pertempuran negara melawan penjajah Belanda.

10
Pertempuran selesai secara teritorial atau dilakukan perkembangan oposisi secara lokal,
misalnya, Pangeran Diponegoro, Imam Bonjol, Sultan Hasanudin, dan lainnya. Oposisi
semacam ini dipandang sebagai satu ton kekecewaan dan negara Indonesia telah
mengalami banyak kenakalan. Pada pertengahan 1900-an, perkembangan publik muncul
sebagai asosiasi politik. Asosiasi ini juga dipelopori oleh semakin mudanya usia yang
telah mendapatkan pendidikan lanjutan, termasuk pelatihan klinis, sekolah spesialis yang
dirayakan adalah STOVIA yang cocok di Jakarta. Understudies di STOVIA secara teratur
memperdagangkan pemikiran dengan pengganti yang berbeda tentang individu yang abadi
oleh imperialisme Belanda.

Dengan perdagangan pertimbangan, understudies Indonesia mulai timbul


renungan, pikiran, dan keyakinan untuk membuat pertempuran. Individu yang paling
populer seperti sekarang adalah Dr. Sutomo, dengan Dr. Wahidin Sudiro Husodo pada 20
Mei 1908 mendirikan Budi Utomo, asosiasi arus utama di Indonesia. Alasan asosiasi ini
adalah untuk mendorong mendidik dan budaya di Indonesia, dan ini memulai
membangkitkan publik. Di Era Kebangkitan ini, masih belum ada Bangsa Indonesia, ada
pemikiran, pemikiran, keyakinan yang inovatif untuk membingkai negara yang tergabung
dalam daerah tertentu dengan tujuan serupa. ( Edi Purwinarto, 2008 : 44) Pemikiran itu
baru diakui pada tahun 1928, di mana asosiasi pemuda dari berbagai klan dan lokal,
misalnya, Jong Java, Jong Celebes, Jong Borneo, Jong Ambon dan lainnya.

Asosiasi merakit dan mengarahkan kongres utama semacam Nasional dan


memanggil dan bersumpah bahwa hanya ada satu negara, untuk spesifik negara Indonesia,
satu bahasa khususnya Bahsa Indonesia, dan satu negara khususnya Indonesia. Dalam
kongres ini juga dilakukan pertama kali melalui nyanyian pujian publik "Indonesia Raya",
buatan W.R Supratman. Sehubungan dengan kongres pemuda yang kemudian dikenal
sebagai "Sumpah Pemuda", Edi Purwinarto (2008: 44-45) mengatakan sebagai berikut:
Terlepas dari kenyataan bahwa Sumpah Pemuda telah menjadi pembentukan dimulainya
penataan suatu negara, namun secara hukum dan benar, negara Indonesia dengan Negara
otonom belum ada, individu Indonesia belum menjadi individu yang dijajah dengan status
Nederlands Onderdaan (ranah budak kaula Belanda), dengan alasan bahwa pihak
perbatasan tidak membutuhkan solidaritas dan pembangunan suatu negara di provinsinya ,
mereka benar-benar melihat solidaritas pemuda sebagai pertemuan etnis , satu dengan
domba berlubang lainnya, dan terisolasi menjadi sedikit pertemuan, namun janji dengan
rekan-rekan muda ini adalah metode yang sangat besar untuk pertempuran individu

11
Indonesia sebagai generator jiwa dan dorongan untuk dengan cepat memahami tujuan
otonomi yang dipelopori sejak 1908.

Berlanjut pada keputusan otonomi Indonesia pada tahun 1945, yang juga memiliki
pekerjaan di usia yang lebih muda. Ada perbedaan penilaian antara yang muda dan tua
pada saat itu. Pertemuan lama terdiri dari Bung Karno, Bung Hatta, dan silaturahmi awet
muda terdiri dari Syahrir, Sukarni dan lainnya. Akhirnya, perbedaan itu mendorong
penculikan Sukarno dan Hatta ke wilayah Rengasdengklok. Alasan untuk penjambret ini
adalah bahwa semakin muda usia membutuhkan deklarasi untuk dilakukan segera, dan
untuk dibebaskan dari dampak Jepang. Setelah otonomi Indonesia, semakin muda usia
juga diasumsikan pekerjaan yang signifikan dalam siklus progresif di Indonesia.
Menjelang selesainya permintaan lama Sukarno, pembangunan pengganti ini dikenal
sebagai kelas pengganti '66 dan beriktaut dengan asosiasi pembangunan lain yang berbeda
yang berlaku berkaitan dengan mengusir sistem Sukarno, dengan permintaan tritura (Tri
Gugatan Rakyat) yang berisi: biaya yang lebih rendah, membubarkan PKI, dan melakukan
perombakan biro.

Pencapaian usia muda kembali menjelang selesainya permintaan baru menuju


Reformasi pasti pada tahun 1998 yang kemudian dinobatkan sebagai kekuatan '98 .
Semakin muda usia membuat beberapa langkah, khususnya tindakan keras terhadap KKN
sama seperti puncak Presiden Soeharto. Selama kesempatan ini ada juga episode di mana
ada penembakan di understudies Universitas Trisakti selama pameran. Dengan
pengelompokan kesempatan pertempuran negara dan bagian penting dari usia yang lebih
muda di dalamnya, jiwa patriotisme juga telah tercermin di zaman muda masa lalu. Jiwa di
masa muda masa lalu sangat dekat dengan jiwa patriotisme. Kaitan erat semangat generasi
muda dengan smangat nasionalisme, seperti yang dituliskan I Basis Susilo ( 2008 : 84),
dalam buku Pemuda dan Nasionalisme bahwa, mengaitkan kebangsaan dengan kaum
muda memang pada tempatnya, karena sejarah bangsa kita dan bangsa-bangsa lain telah
menunjukan betapa erat hubungannya antara kaum muda dengan kebangsaan. Ukuran
tinggi rendahnya kadar kebangsaan masyarakat umumnya ada pada diri kaum mudanya .

D. Implementasi Nilai-Nilai Pancasila

Pancasila adalah indikator etika, di mana sistem identitas harus pandangan


Pancasila.Pada dasarnya Pancasila sebagai sistem yang solid untuk mencirikan gagasan
kewarganegaraan yang komprehensif, karena memiliki jaminan untuk pluralisme dan

12
ketahanan. Tanggung jawab inilah yang dapat bergabung bersama dan menjaga rasa
hormat negara dari kontras etnis, bagasa, etnis, ras, dan ketat yang berbeda. Oleh dengan
demikian, sebagai penduduk harus memiliki keakraban dengan tugas menanggung
tanggung jawab, dengan tujuan akhir untuk menaklukkan kegugupan patriotisme dengan
memeriksa kembali, memahami dengan jiwa tajah negara dan negara patriotisme.
Perhatian dan jiwa patriotisme dapat kembali berkelanjutan secara berbeda dan Upaya.
Mengenai instruksi sebagai instruktur atau pembicara, itu sangat baik mungkin menjadi
model untuk tidak belajar . Ajarkan dengan simpati, sungguh-sungguh dan tulus, untuk
membuat usia negara yang terhormat, setia, cerdas, berbakat dan prestasi yang luar biasa.
Sebagai pendidik dan pembicara instruktur umumnya dapat menyalahgunakan selanjutnya,
selidiki kemungkinan usia. Mereka bisa belajar benar-benar dan serius siap untuk bersaing
dengan kaum muda Negara yang berbeda di planet ini. Dalam Undang-Undang Nomor 23
Tahun 3003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) telah mengklarifikasi
pentingnya instruksi, sekolah adalah pengerahan yang kognien dan dimaksudkan untuk
membuat langkah-langkah pembelajaran dan udara belajar sehingga siswa dapat secara
efektif membangun kemampuannya untuk memiliki kekuatan dunia lain yang ketat, diri,
karakter, pengetahuan, karakter terhormat, sama seperti kemampuan yang diharapkan
darinya, individu, negara dan negara.

Jelas disarankan dalam pengertian di atas meskipun hanya berwibawa kita juga dapat
melihat gagasan instruksi yang tujuan ekstremnya adalah jenis dedikasi kami untuk
Kekhawatiran patriotisme baru-baru ini jarang terhubung dengan pelatihan, terlepas dari
kenyataan bahwa program pendidikan sekolah kami telah berubah melalui menyampaikan
tiga sudut pandang yang signifikan termasuk adalah: intelektual, psikomotor dan
emosional. Ketiga kualitas ini juga akan memperkuat kita dalam mengambil gander di
pameran aftereffects dari kerangka pelatihan baru kami. Understudies tidak, pada saat ini
hanya terlibat intelektual saja, bagaimanapun semua masalah yang diidentifikasi dengan
peningkatan potensi kita sebagai individu. Hubungan antara patriotisme dan sekolah
adalah: Patriotisme adalah salah satu perspektif peduli kita terhadap negara dan Negara
yang kita itu adalah obsesi dan cinta kita untuk menjaga solidaritas Negara kita. Salah satu
pendekatan untuk menunjukkan bahwa pujaan adalah untuk tidak membiarkan penyusup
bangasa (orang luar) menyelesaikan permusuhan, serangan dan bahkan penyalahgunaan
negara kita baik sejauh ekonomi daerah, sosial maupun sosial. Menghitung yang terakhir
terjadi dan banyak dibahas adalah perpanjangan kawawsan di sekitar Ambalat (Sipadan

13
dan Ligitan) yang malaysia mengaku sebagai daeerah pasukannya. Sampai dengan
perebutan untuk keberuntungan kita warisan sosial yang paling penting dari pendahulu
kita yang umumnya kita ikuti sebagai cara hidup mereka. Pelatihan adalah salah satu hak
langsung yang harus kita dapatkan sebagai cara dipisahkan dari minimalisasi dan memiliki
pilihan untuk mengaitkan dengan iklim sosial. Salah salah satu penggunaan undang-
undang adalah perlakuan terhadap kerangka kerja rencana pendidikan KTSP (Satuan
Pendidikan Tingkat Pendidikan) yang objeknya adalah memberikan keistimewaan tata
kelola diri instruksi (bukan privatisasi yang mendorong penyalahgunaan dan
komersialisasi).

Hal ini akan lebih sederhana bagi understudies untuk menciptakan sesuai kemampuan
dan kapasitas latennya sangat relevan dengan iklim tempatnya tinggal. Pengukuran yang
berbeda juga dihubungi dalam kerangka sekolah umum, untuk spesifik tentang komponen
yang terkait dengannya, misalnya, understudies/students, instruktur dan yayasan instruktif
yang disetujui dalam Sekolah. Dari perspektif moneter, anak-anak muda negara Indonesia
secara konsisten menghargai dan berkenan dan tanpa malu-malu untuk melahap barang-
barang rumahan untuk kemajuan moneter Negara. Kepada otoritas negara dan daerah
swasta yang kaya, terus menyisihkan uang tunai juga, kelimpahannya di negaranya
sendiri, untuk Negara dan kemajuan negara.

E. Upaya Penananman Nilai-Nilai Pancasila Pada Generasi Muda.

Perspektif tentang keberadaan suatu negara memiliki makna pengelolaan, dengan


alasan bahwa dengan perspektif yang tidak bergerak dipegang pada kehidupan, negara ini
memiliki pendirian dasar yang berubah menjadi pegagan dalam mengatasi semua masalah
yang dihadapi (H. Muzayin Ar, 1990: 15). Ketidakjelekan perspektif tentang kehidupan,
suatu negara akan memiliki pilihan untuk secara efektif masuk oleh perspektif tentang
keberadaan negara lain, dan suatu negara juga akan memiliki pilihan untuk dilemparkan
bahkan dengan masalahnya sendiri, antara hubungan masyarakat di planet ini dan masalah
manusia ketika semua dikatakan dalam dilakukan. Negara Indonesia secara efektif
mengetahui dan memutuskan Pancasila sebagai perspektif negara tentang kehidupan.
Dengan demikian Pancasila harus disampaikan pada setiap individu Indonesia, dan
khususnya di usia yang lebih awet muda sebagai pengganti negara. Dalam eksekusi di
setiap bidang harus ada pendirian dengan keyakinan dan pengabdian. Dalam kehidupan
individu Indonesia juga telah berevolusi agama dan keyakinan yang berbeda dalam Tuhan

14
YME. Agama-agama dan keyakinan ini telah menjadi budaya ke dalam negara yang
mengajarkan kita semua untuk saling menghormati di antara warga negara individu.
Kesadaran akan keinginan umat manusia adalah semangat yang percaya bahwa manusia
perlu konsisten berhubungan. Satu individu membutuhkan orang lain dan sebaliknya, pada
saat itu manusia harus diringled (H.A.W Wijaya 2000: 15). Keberadaan manusia tidak
dapat diisolasi dari hubungan dengan orang lain, tanpa kontak atau masyarakat individu
tidak dapat mengatasi masalahnya. Akibatnya, individu disinggung sebagai makhluk
sosial.

Dalam standar ini, negara Indonesia mengkomunikasikan pentingnya mengambil


gander pada pemerataan manusia, misalnya, keseragaman alam, kebanggaan, hak, dan
komitmen. Terutama dalam pemanfaatan kebebasan dasar. Keistimewaan ini dirasakan
oleh hukum, di Indonesia maupun di seluruh planet ini. Dalam sila ini juga diharapkan
pedoman untuk membatasi agar tidak terjadi diskresi kepada orang lain. Menyinggung
wittisme negara Indonesia "Bhineka Tunggal Ika", yang berasal dari bahasa sansekerta
dengan mengutip dari kitab Sutasoma, karya Mpu Tantular. Aphorisme ini menandakan
"khas namun satu jua", mencerminkan bahwa negara Indonesia adalah negara Kepulauan
dengan variasi yang berbeda di dalamnya dan dapat bergabung bersama. Negara Indonesia
bukan negara yang dimiliki oleh kewarganegaraan tertentu saja, negara Indonesia adalah
properti khas. Dalam bergabung dengan Indonesia, bagian dari usia yang lebih muda juga
terpengaruh, pada Kongres Sumpah Pemuda yang muda dari berbagai kebangsaan setuju
untuk bergabung bersama, dan kesempatan itu berubah menjadi pendirian yang mendasari
pengakuan solidaritas Indonesia.

Dalam Sila ini dapat diberikan estimasi solidaritas di negara ini. Dimana solidaritas
tersebut menggabungkan: Ideologi, isu pemerintahan, keuangan, sosial sosial. Negara
Indonesia juga merupakan negara alternatif dari berbagai negara dan memiliki
idiosyncrasies sendiri. Tercermin dalam solidaritas Indonesia dengan perbedaan. Untuk
situasi ini juga perasaan patriotisme penting untuk membentengi solidaritas Indonesia.In
periode maju ini, menanam perasaan patriotisme di zaman yang lebih muda adalah faktor
utama dalam menjaga solidaritas dan solidaritas negara. Mengambil gander di sisi kronis
percakapan atas, bahwa kepastian untuk bergabung dengan Indonesia dan perasaan
patriotisme zaman muda masa lalu dapat dimanfaatkan sebagai sumber motivasi dan
inspirasi untuk mengarang perasaan patriotisme. Selanjutnya, semakin mudanya usia
sebagai pengganti tujuan pertempuran negara luar biasa yang disebut untuk

15
menyelamatkan dan membangun jiwa solidaritas disatukan oleh kesiapan untuk
kehilangan kepentingan publik dan mendorong perasaan etnis sebagai negara Indonesia di
mana pun itu bisa (H.Muzayin Ar, 1990: 27). Orang-orang Indonesia baru-baru ini
mengetahui pengaturan merenungkan dalam mengatasi masalah utamanya yang
mengkhawatirkan kepentingan dasar, yang belum menciptakan di zona pedesaan. Seperti
dalam penentuan kepala kota, daerah setempat melakukan konsultasi untuk memutuskan
kepala kota baru.

Pentingnya pertimbangan dan kesepakatan, H.A.W Widjaja ( 2000 : 16 ) berpendapat


bahwa, dalam pemikiran dan kesepakatan kepentingan manusia secara pribadi dan
masyarakat dipastikan. Kepentingan individu manusia akan hancur, ketika bertentangan
dengan kepentingan publik. Kesempatan dipastikan berdasarkan kesepakatan. Semuanya
diambil dalam konsultasi untuk perjanjian. Sila Kerakyatan yang dikendarai intelijen
dalam mendelegitimasi delegasi, pada dasarnya menyinggung pengaturan "pemerintahan
aturan mayoritas" yang ditegakkan oleh negara Indonesia. Sistem aturan mayoritas di
Indonesia juga dapat diuraikan sebagai otoritas publik individu, oleh individu, dan untuk
individu. Selanjutnya, kualitas karakter negara kita salah satunya adalah, gerakan bersama
baru dapat dilakukan ketika telah dipilih bersama. Kerangka kerja dinamis bersama, atau
sesuai karakter umum negara Indonesia disebut pancasila pemerintahan populer, yaitu
kerangka kerja berbasis suara yang jenuh dan tergabung dengan estimasi Pancasila. Dalam
pelaksanaannya pemerintahan aturan mayoritas ini harus diresap oleh ketuhanan YME,
yang diliputi oleh perasaan kemanusiaan yang adil dan terakturasi yang berenergi oleh
perasaan Persatuan Indonesia, sama seperti yang ditunjukkan kea rah pencapaian
pemerataan sosial bagi setiap individu Indonesia (Muzayin Ar 1990: 29). Negara
Indonesia secara topografi terletak di antara dua laut dan dua daratan, dan Indonesia
terletak di garis khatulistiwa yang secara umum akan memiliki panas dan kelembaban.
Kondisi tersebut membuat kelimpahan Indonesia yang normal berlimpah. Oleh karena itu,
individu-individu Indonesia harus berusaha untuk membuat bantuan pemerintah yang
masuk akal dan merata.

Pemerataan sosial juga menyiratkan kesetaraan yang berlaku untuk setiap


hubungan manusia dan masyarakat. Individu individu dari masyarakat yang masuk akal
juga ditandai jika setiap penduduk dapat menghargai hasil yang sesuai kapasitas dan
bagian mereka di mata publik. Juga dapat dikatakan bahwa standar pemerataan sosial
mendasari semua ikhtiar dengan tujuan akhir untuk membuat perasaan pemerataan yang

16
adil untuk kepentingan bantuan pemerintah reguler. Ekuitas di sini juga dapat diuraikan
sebagai pencapaian pergantian peristiwa yang merata. Pekerjaan otoritas publik dalam
perbaikan publik juga penting, terutama dalam penciptaan pengaturan dan pemberlakuan.
Demikian juga, bagian dari usia yang lebih muda, dengan melakukan tindakan yang
menguntungkan warga negara individu, tidak menyakiti kepentingan individu, dan tidak
dirancang kehidupan immoderate juga telah memahami pencapaian pemerataan ekuitas.
Dengan tindakan sila kelima ini oleh pertemuan yang berbeda akan dibatasi peristiwa
destitusi, hambatan, dan penganiayaan di Indonesia, peristiwa banyaknya pelecehan di
Indonesia juga karena tidak adanya pemerataan sila pelatihan. Pemerataan juga merupakan
karakter kehidupan negara yang telah diakuisisi oleh para pendahulu negara Indonesia dan
harus diciptakan dan dilindungi oleh usia yang lebih muda untuk merakit perasaan
patriotisme.

Ikhtiar menanamkan estimasi Pancasila seharusnya tidak terisolasi satu sama lain
dengan alasan bahwa itu adalah kebulatan yang sudah jadi. Ini tidak akan terasa berguna di
mata publik pada kesempatan off bahwa itu tidak dibayangkan dan dipoles dalam
keberadaan harian biasa secara tegas dan tergantung pada tanggung jawab. Tindakan
penghargaan Pancasila juga merupakan usaha bersama. Bagaimana pun, untuk tetap
masuk akal dan dapat diciptakan, pekerjaan di usia yang lebih muda sangat penting. Di
masa depan, tidak ada yang menyalurkan semua masyarakat mutakhir yang masuk ke
negara Indonesia selain pancasila. Hanya dengan pelatihan dan peghayatan Pancasila yang
dapat merakit jiwa patriotisme dan nasionalisme di zaman yang lebih awet muda.
Pancasila sebagai perspektif eksistensi negara Indonesia dengan tujuan yang kebobolan
dan diterima bersama untuk diakui dalam kegiatan, mentalitas, dan praktik masyarakat,
negara dan negara. Melalui tujuan rutin tersebut, negara Indonesia mengirimkan pross
perbaikan bagi masyarakat yang ber merata dan sejahtera. Bagaimanapun, dalam sistem
Orde Baru arah negara secara umum akan berubah menuju pergantian peristiwa moneter
industrialis dan adanya pertemuan militer yang secara umum akan menjadi diktator. Itu
semua seperti yang ditunjukkan oleh Penulis membuat tajuk kemajuan Pancasila ditutup.
Otoritas publik hanya menyoroti kemajuan moneter yang secara umum akan menjadi
pengusaha dan bermotor oleh agregat dan pertemuan yang tidak dikenal.

Sekitar saat itu, pekerjaan Pancasila tampak kabur. Dengan keterbatasan adnya
pada kesempatan berpikir, penilaian, dan berkumpul (afiliasi). Anak-anak muda yang
berjuang untuk takdir masyarakat secara umum akan dihindari. Hasil dari keadaan dan

17
kondisi ini menyebabkan semakin mudanya usia menjelang dimulainya perubahan pada
umumnya akan terhindar dari Pancasila. ( Hariyono 2014 :13). Semakin muda usia yang
dikandung menjelang akhir periode Orde Baru dan Reformasi tidak diragukan lagi
memiliki sisi otentik alternatif. Dalam setiap waktu yang bergerak pada usia yang lebih
muda benar-benar memiliki kesulitan dari berbagai kesempatan, dan tidak diragukan lagi
tidak dapat hidup dalam periode usia terakhir. Meskipun demikian, kualitas dalam
Pancasila dalam kehidupan bernegara dan bernegara harus dimanfaatkan sebagai sumber
ketebalan bagi semakin mudanya usia untuk menghadapi kesulitan hal-hal yang akan
datang. Pentingnya membuat Pancasila dan patriotisme di dalamnya berubah menjadi
bahan motivasi vital, mengingat fakta bahwa dalam periode lanjutan ini data dan
korespondensi terjadi secara tidak pasti dan ber tempat. Dengan tujuan bahwa semakin
muda usia cendrung sederhana untuk mendapatkan dampak asing, baik positif maupun
negatif. Pancasila dan patriotisme di sini dapat dimanfaatkan sebagai saluran dalam
memilah dampak asing sesuai estimasi terhormat negara Indonesia. Kesadaran akan usia
yang lebih awet muda tentang kualitas esensial yang diidentifikasi dengan Pancasila dan
Nasionalisme Indonesia sangat diperlukan di masa maju. Tentunya, kemungkinan di masa
terdepan ini adalah perkembangan usia muda yang tajam, kompleks dan terampil. Namun,
kami juga memahami bahwa jika ketiga sudut pandang ini tidak didirikan pada pendirian
yang kuat, itu akan menyakiti orang lain dan kepentingan negara. Pembentukan
kepribadian usia yang lebih awet muda harus tidak terobati dan terpancing oleh kerangka
harga pancasila.

F. Upaya Bela Negara di Tengah Pandemi Oleh Para Siswa


Sudah lebih dari enam bulan virus corona atau yang lebih dikenal dengan sebutan
Covid-19 masuk ke Indonesia. Covid-19 adalah penyakit yang menyerang sistem
pernafasan dan menyebabkan infeksi saluran pernafasan, pneumonia berat, hingga
kematian. Sampai saat ini vaksin untuk virus corona belum ditemukan sehingga membuat
banyak negara di dunia melakukan kebijakan lockdown. Pemerintah Indonesia sendiri
melakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk menekan angka kenaikan
pasien positif Covid-19 di Indonesia. PSBB adalah pembatasan kegiatan tertemru
penduduk dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi Covid-19 sedemikian rupa untuk
mencegah kemungkinan penyebaran Covid-19. PSBB diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Rangka
Percepatan Penanganan Covid-19. Hal ini tentu saja merubah tata cara kehidupan

18
masyarakat secara drastis terutama pada bidang pendidikan. Dengan diberlakukannya
pembatasan sosial berskala besar, seluruh kegiatan pembelajaran dilakukan dengan sistem
dari rumah atau school from home. Beberapa minggu setelah penyebaran virus corona
pertama kali diumumkan, sekolah sudah mulai diliburkan dan pembelajaran dilakukan
secara daring. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mengeluarkan arahan
tentang belajar dari rumah melalui pembelajaran jarak jauh melalui surat edaran
Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020. Berikut sejumlah poin arahannya: Memberikan
pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan
seluruh capaian kurikulum kenaikan kelas maupun kelulusan. Memfokuskan pada
pendidikan kecakapan hidup antara lain mengenai pandemi Covid-19. Memberikan variasi
aktivitas dan tugas pembelajaran belajar dari rumah antarsiswa, sesuai minat dan kondisi
masing-masing, termasuk memertimbangkan kesenjangan akses/fasilitas belajar dari
rumah.

Meskipun kegiatan pembelajaran dilakukan dari rumah, pendidikan bela negara tidak
boleh luput dari materi pembelajaran bagi siswa. Pendidikan bela negara bertujuan untuk
membela negara yang didorong oleh rasa cinta terhadap tanah air. Para pejuang rela
berkorban dan pantang menyerah dalam membela negara. Bela negara diatur dalam Pasal
27 ayat (3) yang berbunyi “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
Pembelaan Negara.” dan Pasal 23 ayat (1) yang berbunyi, “Tiap-tiap warga negara berhak
dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.” Sikap patriotisme dan
bela negara biasanya diajarkan kepada siswa di sekolah. Namun, dimasa pandemi Covid-
19 seperti ini sikap patriotisme dan bela negara oleh siswa tetap dapat diwujudkan
meskipun pembelajaran dilakukan dari rumah. Disiplin waktu dalam menghadiri kelas
online merupakan salah satu contoh sikap patriotisme yang dapat diamalkan oleh siswa.
Menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya sebelum memulai pembelajaran via
meeting daring juga bisa dilakukan untuk memupuk rasa nasionalis dan cinta tanah air
siswa. Peran siswa dalam upaya bela negara melalui pembelajaran jarak jauh sangatlah
dibutuhkan. Tanpa adanya partisipasi dari siswa, kegiatan bela negara tidak dapat
dilakukan. Disisi lain, peran guru juga diperlukan untuk menunjang upaya bela negara
melalui pembelajaran daring. Guru berperan dalam membangun motivasi dan semangat
pelajar dalam upaya bela negara. Dengan adanya usaha bela negara, siswa diharapkan
memiliki sikap cinta tanah air, sadar berbangsa dan bernegara, setia kepada pancasila dan

19
Undang-Undang Dasar 1945, dan memiliki semangat juang untuk mewujudkan cita-cita
bangsa.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pancasila dan patriotisme yang bergantung pada penggambaran masa lalu adalah
aturan yang tidak dapat dipisahkan, khususnya dalam kehidupan negara dan kondisi
negara Indonesia. Pancasila dan patriotisme juga merupakan jiwa dan jiwa negara yang
disantik kembali oleh para penulis negara Indonesia dengan bagian dari usia yang lebih
awet muda. Sejarah menunjukkan bahwa sepanjang perjuangan negara Indonesia,
pekerjaan usia yang lebih muda dalam bergabung dengan negara untuk membebaskan
Indonesia sangat terlihat. Sekitar saat itu, semakin muda usia bisa diduga berbuah dalam
memajukan patriotisme dan memahami estimasi Pancasila. Mereka juga telah
menempatkan Pancasila sebagai alasan untuk memutuskan semua judul gerakan di
berbagai bagian kehidupan publik dan tanah air.

Tindakan kualitas yang terkandung dalam setiap aturan Pancasila menuju usia
yang lebih awet muda harus dimungkinkan dengan banyaknya latihan yang dicontohkan
dalam percakapan di atas. Pelatihan ini dapat bekerja dengan cara yang baik jika ada
tanggung jawab di usia yang lebih muda, dan ini menjadi signifikan dalam waktu lanjut
dan seharusnya tidak mungkin dalam beberapa hari, namun akan memakan waktu cukup
lama dengan alasan bahwa ia perlu mengalami perkembangan siklus. Pada periode saat
ini, kesulitan yang dilihat oleh usia yang lebih muda jauh lebih membingungkan daripada
masa lalu. Selanjutnya, tindakan Nilai-nilai Pancasila sangat vital. Terlepas dari menjadi

20
pendirian dalam menjalankan Pancasila juga dapat menjadi saluran dalam memisahkan
dampak yang tidak dikenal sesuai estimasi terhormat negara Indonesia.

B. Saran

Sebagian besar usia muda Orang Indonesia sebenarnya memiliki hati yang tidak
teraman dan akan solid untuk berjuang untuk negara Indonesia di kemudian hari. Anak-
anak muda secara konsisten memberikan kepercayaan. Dari kepercayaan itu mereka
bertempur (Hariyono 2014: 207). Idealnya usia muda Indonesia tidak diurus dengan segala
kemurahan hati masa depan, namun usia muda dengan jiwa Pancasila dan patriot secara
konsisten idealis untuk mencapai keyakinan terhormat negara Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Ar, Muzayin. 1990. Ideologi Pancasila Bimbingan Ke Arah Penghayatan dan Pengamalan
Bagi Remaja. Jakarta : Golden Terayon Press.

Aktualisasi Pengamalan Pancasila dan UUD 1945 dalam Era Globalisasi. Jakarta. Universitas
Mercu Buana dan Lembaga Ketahanan Nasional.

Hariyono. 2014. Ideologi Pancasila : Roh Progresif Nasionalisme Indonesia. Malang : Intrans
Publishing.

Kaelan, Achmad Zubaidi. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan ; untuk Perguruan Tinggi.


Yogyakarta : Paradigma.

Panujua, Redi. 2002. Dr Sutomo Pahlawan Bangsaku. Yogyakarta : Pustaka pelajar.

Raillon, Francois. 1985. Politik dan Ideologi Mahasiswa Indonesia. Jakarta : LP3ES

Ricklefs, M.C. 1989. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada
Press.

Widjaja, H.A.W . 2000. Penerapan Nilai-Nilai Pancasila dan HAM di Indonesia. Jakarta :
Rineka Cipta.

Ana Irhandayaningsih. 2020. Peranan Pancasila Dalam Menumbuhkan Kesadaran


Nasionalisme Generasi Muda Di Era Global. Hal 1-10.

21
Widdy Yuspita Widiyaningrum. 2019. Menumbuhkan Nilai Kesadaran Pancasila Di
Kalangan Generasi Muda: Kajian Teoritis. Jurnal JISIPOL. Volume 3(3). 69-78.

Anggraini, Devi & Fathari, Fauzal & Anggara, Jordi & Amin, Muhammad. (2020).
Pengamalan Nilai-Nilai Pancasila Bagi Generasi Milenial. Jurnal Inovasi Ilmu Sosial dan
Politik. 2. 11. 10.33474/jisop.v2i1.4945.

Natal Kristiono. 2017. Penguatan Ideologi Pancasila Di Kalangan Mahasiswa Universitas


Negeri Semarang. Jurnal Harmony Vol2(2). 193-204.

Muchtarom, Moh. (2012). Strategi Penguatan Nilai-Nilai Pancasila Melalui Inovasi


Pembelajaran Pkn Berorientasicivic Knowledge,Civic Disposition, Dancivic Skilldi
Perguruan Tinggi. PKn Progresif. 7. 114-130.

Vivian, Vivian. (2011). Rendahnya Rasa Nasionalisme Di Kalangan Pemuda. Inahasari,


Endah. (2019). Peran Pancasila dalam Kehidupan Sosial dan Budaya. 10.31219/osf.io/xeg6s.

Fadhil, Muhammad. (2019). Pentingnya Pendidikan Pancasila Bagi Mahasiswa.

Citra, Yossi. (2018). Peran Pancasila Dalam Konflik Dan Sara. 10.31227/osf.io/m6fha.

Astika, Pandu. (2019). Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Di Era Globalisasi.

Handayani, Aditya. (2011). Peran Pancasila di Era Globalisasi.

Saifuddin, Achmad Fedyani. (2016). Strategi Sosial Budaya bagi Bela Negara, Suatu
Pendekatan Konseptual. Majalah Wira. Jakarta: Puskom Publik Kemhan

Siahaan, Timbul. (2016). Bela Negara dan Kebijakan Pertahanan. Wira. Majalah Wira.
Jakarta: Puskom Publik Kemhan. bansa Indonesia dewasa ini nyaris

Soepandji, Budi Susilo. (2012). Bangga Indonesia: Menjadi Komponen Cadangan Tanah Air.
Jakarta: Grasindo.

Soepandji, Kris Wijoyo & Muhammad Farid. (2018). Konsep Bela Negara dalam Perpektif
Ketahanan Nasional. Jurnal Hukum dan Pembangunaan. 48 (3) 436-456.

Sujatna, R., R. (2008). Pengembangan kultur sekolah. Jurnal Pendidikan. 2 (7).

Sukadari, S. & Shodiq, A. K. (2015). Penelitian etnografi tentang budaya sekolah dalam
pendidikan karakter di sekolah dasar. Jurnal pembangunan pendidikan. 3(1), pp: 59-68

22
Tim edukasi perpajakan direktorat jendral pajak. (2016). Materi Terbuka Kesadaran Pajak
untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Direktorat Jendral Pajak Kementerian Keuangan Rapublik
Indonesia.

Wiyani, N., A. (2012). Manajemen pendidikan karakter: konsep dan implementasinya di


sekolah. Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani.

23

Anda mungkin juga menyukai