Anda di halaman 1dari 4

I.

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Sampah di Indonesia didominasi oleh sampah organik atau sampah

yang mudah membusuk. Sampah jenis ini diantaranya adalah sampah sisa

makanan atau food waste. Sampah organik atau limbah makanan ini

merupakan limbah organik yang dibuang dari berbagai sumber sampah

terbesar antara lain dari pabrik pengolahan makanan, dapur domestik (rumah

tangga), dapur komersial, kantin, dan restoran (Kiran et al., 2014). Jenis

sampah yang dihasilkan rumah tangga antara lain adalah limbah nasi, limbah

sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, dan lain sebagainya.

Belakangan ini ditemukan kegiatan daur ulang sampah organik dengan

metode biokonversi. Newton et al., (2005) mendefinisikan biokonversi sebagai

perombakan sampah organik menjadi sumber energi metan melalui proses

fermentasi yang melibatkan organisme hidup. Proses ini biasanya dikenal

sebagai penguraian secara anaerob. Umumnya organisme yang berperan dalam

proses biokonversi ini adalah bakteri, jamur dan larva serangga (family :

Chaliforidae, Mucidae, Stratiomydae). Dalam kehidupan sehari-hari, proses ini

sering ditemukan, seperti pada proses pembuatan tempe yang memanfaatkan

jamur (ragi) sebagai organisme perombak. Sedangkan pada limbah hewani,

agen perombak yang sering ditemukan adalah larva serangga. Larva serangga

dari family: Stratiomydae, Genus: Hermetia, spesies: Hermetia illucens, banyak

ditemukan pada limbah kelapa sawit. Larva Hermetia illucens atau Black Soldier

Fly (BSF) ini, lebih dikenal dengan istilah “maggot”.

Istilah “maggot” mulai dikenal pada pertengahan tahun 2005, yang

diperkenalkan oleh tim Biokonversi IRD-Prancis dan Loka Riset Budidaya Ikan
2

Hias Air Tawar (LRBIHAT), Depok. Maggot merupakan larva serangga (Diptera:

Stratiomydae, Genus Hermetia) yang hidup di bungkil kelapa sawit (Fahmi, et

al., 2007). Maggot merupakan salah satu sumber protein hewani tinggi karena

mengandung kisaran protein 30-45%. Berdasarkan hasil proksimat maggot

yang telah dilakukan, Sugianto (2007), menyatakan bahwa maggot yang

dikultur dengan menggunakan bungkil kelapa sawit terfermentasi memiliki

kandungan protein 38,32 %. Kandungan protein yang relatif tinggi ini sangat

potensial sebagai pakan tambahan untuk pembesaran ikan konsumsi. Maggot

atau belatung ini juga mengandung antimikroba dan anti jamur, sehingga

apabila dikonsumsi oleh ikan akan tahan terhadap penyakit yang disebabkan

oleh bakteria dan jamur (Indarmawan, 2014). Selain itu maggot memiliki organ

penyimpanan yang disebut trophocytes yang berfungsi untuk menyimpan

kandungan nutrient yang terdapat pada media kultur yang dimakannya

(Subamia, 2010).

Keberhasilan pengembangbiakan lalat Hermetia illucen ini, ditentukan

oleh media tumbuhnya. Ketika proses reproduksi lalat terjadi, lalat jenis ini akan

menyukai media tumbuh yang khas dan ketika dia menyukai aroma tersebut

maka lalat tersebut mau hidup dan berkembang di media tersebut (Katayane

et al., 2014). Pada saat ini media terbaik untuk budidaya maggot yaitu media

kultur kelapa sawit. Namun keterbatasan dan susahnya mendapatkan bungkil

kelapa sawit sebagai media terbaik untuk menumbuhkan maggot menjadi

salah satu kendala yang dihadapi pada budidaya maggot. Berdasarkan uraian

diatas, keberhasilan produksi dan kualitas maggot yang dihasilkan melalui

beberapa media pertumbuhan serta wadah perkembangbiakan maggot tersebut.

Dengan demikian, efektivitas media pertumbuhan maggot dapat terlihat

sehingga dapat menjadi solusi pemanfaatan sampah organik dan juga sebagai

agen biokonversi yang nantinya dapat dijadikan sumber protein pakan bagi ikan.
3

1.2  Maksud dan Tujuan

1.2.1. Maksud

Maksud dari Praktik Kerja Akhir adalah untuk mengetahui media yang

efektif untuk tumbuh kembang maggot di Politeknik Kelautan dan Perikanan

Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur.

1.2.2 Tujuan

Adapun tujuan dilaksanakannya kegiatan Praktek Kerja Akhir adalah:

1. Mengetahui media yang efektif terhadap pertumbuhan maggot.

2. Meningkatkan pengetahuan tentang tentang teknis budidaya maggot

untuk pakan alternatif.

3. Mengurangi limbah organik yang terdapat pada lingkungan masyarakat.

4. Mengetahui jumlah produksi maggot dari perlakuan limbah pasar dengan

komposisi media kultur yang berbeda.

5. Meningkatkan skill kewirausahaan.


4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Maggot (Hermetia illucens)

Maggot atau belatung sejatinya merupakan larva dari lalat Hermetia

illucens atau black soldier fly yang bermetafose menjadi maggot atau belatung

yang kemudian menjadi black soldier fly muda. Proses metamorfose yang

dilakukan larva lalat ini tidak begitu lama, hanya membutuhkan waktu kurang

lebih 14 hari atu dua minggu.

2.1.1. Karakteristik maggot

Maggot merupakan organisme yang berasal dari telur black soldier fly

yang mengalami metamorfosis pada fase kedua setelah fase telur dan sebelum

fase pupa yang kemudian berubah menjadi larva dewasa. Klasifikasi maggot

adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Diptera

Family : Stratiomydae

Subfamily : Hermetiinae

Genus : Hermetia

Spesies : Hermetia illucens

Anda mungkin juga menyukai