Triana Novitasari NIT 17.3.02.064 Efektivitas Media Pemeliharaan Terhadap
Pertumbuhan Maggot (Hermetia illucens) Sebagai Pakan Alternatif Pada Ikan Air Tawar di Politeknik Kelautan Dan Perikanan Sidoarjo Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo Provinsi Jawa timur. Dibawah Bimbingan Nasuki, S.Pi, MP dan Kartika Primasari, M.Si.
Kegiatan daur ulang sampah organik dengan metode biokonversi pada
saat ini sering ditemukan. Newton et al., (2005), mendefinisikan biokonversi sebagai perombakan sampah organik menjadi sumber energi metan melalui proses fermentasi yang melibatkan organisme hidup. Pada limbah hewani, agen perombak yang sering ditemukan adalah larva serangga. Maggot merupakan larva serangga yang hidup di bungkil kelapa sawit (Fahmi et al., 2007). Adapun tujuan Praktik Kerja Akhir adalah: 1) Mengetahui dan menganalisis media yang efektif terhadap pertumbuhan maggot. 2)Meningkatkan pengetahuan tentang teknis budidaya maggot untuk pakan alternatif. 3) Meningkatkan hardskill dan softskill kewirausahaan. Kerja Praktik Akhir ini dilaksanakan di Politeknik KP Sidoarjo pada tanggal 2 Maret - 20 Maret 2020. Metode yang digunakan dalam kegiatan Praktik Kerja Akhir ini adalah metode deskriptif, observasi dan eksperimen. Kegiatan yang dilakukan di lokasi KPA meliputi persiapan kandang koloni dan wadah prepupa, penebaran prepupa, monitoring perkembangan prepupa, persiapan eggies, pengendalian hama, pemanenan telur, penetasan telur, pemeliharaan maggot, dan pemanenan Kandang koloni merupakan fasilitas utama yang digunakan sebagai tempat produksi telur BSF. Kandang yang digunakan berukuran 2x3x2 m2 dilengkapi blackbox berukuran 2x1x2 m2. Setelah persiapan kandang selesai, dilanjutkan menyiapkan wadah prepupa berukuran 35x25x12 cm3 sebanyak 10 buah yang berisi cocopeat sebanyak 125 gram, penggunaan cocopeat bertujuan untuk membuat media tidak terlalu basah karena jika media terlalu basah prepupa akan menjauhi media. Sebelum ditebar, prepupa ditimbang dahulu sebanyak 1 kg (10.000 ekor). Kemudian ditebar pada bak dan diletakkan ke dalam blackbox. Selain itu, menyiapkan 3 bak sampling dengan prepupa 100 ekor/bak untuk mengetahui HR prepupa. Monitoring dilakukan ± 10 hari pada 3 tempat berbeda yaitu blackbox, hatchery depan, dan hatchery belakang sehingga didapatkan hasil paling tinggi terdapat pada bak B yang berada di Hatchery depan dengan tingkat HR sebanyak 62 ekor diikuti Bak A dan Bak C masing – masing 53 dan 18 ekor. Selama pemeliharaan lalat BSF terdapat hama yang menyerang seperti semut, cicak, dan kadal namun dapat ditanggulangi dengan baik. Prepupa yang sudah menjadi lalat BSF akan melakukan kawin yang berlangsung pada pukul 08.30-10.00 WIB (Wardhana, 2016). Setelah kawin, lalat betina akan mendekati biopond dan akan bertelur pada eggies. Eggies yang digunakan berbahan kayu dengan ukuran 25x3x0,5 cm dengan berat 55 gram. Pemanenan telur lalat BSF dilakukan 4-5 hari setelah peletakan eggies kemudian diganti eggies baru untuk persiapan siklus berikutnya. Proses pemanenan dilakukan dengan cara mengambil eggies pada kandang lalu telur pada celah eggies disisir menggunakan cutter dan ditimbang menggunakan timbangan digital. Dari data hasil panen telur didapatkan hasil rata-rata berat tertinggi yaitu 1,75 gram dan terendah 0,5 gram. Telur yang sudah dipanen, dipindah ke bak penetasan dengan tebaran 1 gram/bak lalu ditetaskan dan dipelihara dari DOC 1 – 5. wadah yang digunakan adalah baskom bulat dengan volume 3 liter diberi kawat ayakan pasir dengan alas tissue diatas media. Media yang digunakan yaitu limbah buah dengan volume 300 gram/bak. Setelah menetas, larva akan menuju media pakan. Pada DOC 5 atau 5 DOL dilakukan sampling HR dan populasi. HR rata-rata yang didapat yaitu 33,72% dan rata-rata populasi hasil sampling yaitu 11.800 ekor. Larva yang baru menetas berukuran ± 2 mm kemudian terus berkembang hingga menjadi larva remaja (maggot) dengan panjang tubuh mencapai 20 – 25 mm dan tahap selanjutnya adalah prepupa (Barros et al. 2014). Hal tersebut memerlukan waktu ± 21 hari agar maggot dapat dimanfaatkan. Media yang digunakan pada pemeliharaan maggot yaitu limbah buah dengan wadah pemeliharaan yaitu 35x25x12 cm3. Setiap tiga hari sekali dilakukan penambahan limbah organik untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Setelah berumur ± 21 hari, maggot dapat dipanen dan diaplikasikan ke ikan air tawar dalam bentuk fresh dan diolah menjadi tepung maggot dan pellet. DAFTAR PUSTAKA
Barros-Cordeiro KB, Nair Bao S, Pujol-luz JR. 2014. Intrapuparial development of
the Black Soldier Fly, Hermetia Illucens. J insect Sci, 14:1-10. Fahmi, M.R., Hem, S., & Subamiya, I W. 2009. Potensi maggot untuk peningkatan pertumbuhan dan status kesehatan ikan. Jurnal Riset Akuakultur, 4(2), 221-232. Newton L, Sheppard C, Watson DW, Burtle G, Dove R. 2005. Using the black soldier fly, Hermetia illucens, as a value- added tool for the management of swine manure. Report for The Animal and Poultry waste Management Center. North Carolina State University Raleigh. Wardhana, A. H. 2016. Black Soldier Fly sebagi Sumber Protein Alternatif untuk Pakan Ternak. Balai Besar Penelitian Veteriner. Bogor. WARTAZOA Vol 26:2