DISUSUN OLEH :
SUSLI ANGGRAENI
NIM : 190721014
DISUSUN OLEH :
SUSLI ANGGRAENI
NIM : 190721014
A. Lanjut Usia
1. Definisi Lanjut Usia
Menurut Word Health Organization (WHO) dalam Aspiani (2014) & Nugroho (2008)
lanjut usia adalah seseorang baik laki-laki maupun perempuan, yang aktif dalam beraktifitas
dan bekerja ataupun mereka yang tidak mampu mencari nafkah sendiri sehingga bergantung
kepada orang lain untuk dapat menghidupi dirinya, batasan-batasan umur yang mencakup
batasan umur lansia meliputi:
a. Usia lanjut : 60 – 74 tahun.
b. Usia Tua : 75 – 89 tahun.
c. Usia sangat Lanjut : > 90 tahun.
2. Proses Menua
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses dimana menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
diderita. Proses menua merupakan proses yang terus-menerus (berkelanjutan) secara
alamiah, yang dimulai dari sejak lahir, dan umumnya dialami oleh semua makhluk hidup.
Setiap individu proses menua pada organ tubuh juga tidak sama cepatnya, adakalanya orang
belum lanjut usia (masih muda) tapi kekurangan-kekurangannya mencolok (Deskripanasi).
Lanjut usia bukan karena suatu penyakit, melainkan suatu tahapan hidup manusia yang
dimulai dari bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut usia (Aspiani, 2014).
B. Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
Menurut Aspiani (2014), perubahan yang terjadi pada lansia antara lain:
1. Perubahan fisiologi
a. Sel
1) Ukuran sel lebih besar.
2) Jumlah sel lebih sedikit.
3) Jumlah sel otak menurun.
4) Mekanisme perbaikan sel terganggu.
5) Jumlah cairan dalam tubuh berkurang dan berkurangnya cairan intraseluler.
6) Otak menjadi atrofi beratnya berkurang 5-20%.
7) Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati.
b. Sistem integumen
1) Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
2) Menebalnya rambut dalam telinga dan hidung.
3) Kulit menjadi keriput akibat hilangnya jaringan lemak.
4) Berkurangnya elastisitas akibat menurunnya cairan dan vaskularisasi.
5) Permukaan kulit kasar dan bersisik (karena kehilangan proses keratinisasi serta
perubahan ukuran dan bentuk sel epidermis).
6) Mekanisme proteksi kulit menurun :
a) Menurunnya produksi serum.
b) Gangguan pigmentasi kulit.
c) Penurunan serum menurun.
7) Menurunnya respon terhadap trauma.
8) Kuku jari menjadi keras dan rapuh.
9) Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk.
10) Pertumbuhan kuku menjadi lambat.
11) Kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya.
12) Berkurangnya jumlah kelenjar keringat dan fungsinya.
c. Sistem persarafan
1) Kurang sensitif terhadap sentuhan.
2) Hubungan persarafan menurun.
3) Lambat dalam respon dan waktu untuk beraksi, khususnya dengan stres.
4) Berat otak menurun 10-20% (setiap orang sel saraf otaknya berkurang setiap harinya).
5) Mengecilnya saraf panca indra : hilangnya pendengaran, berkurangnya penglihatan,
lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin,
mengecilnya saraf penciuman, dan perasa.
d. Sistem pernafasan
1) Menurunya aktivitas dari silia.
2) O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.
3) CO2 pada arteri tidak berganti.
4) Kemampuan untuk batuk berkurang.
5) Melebarnya ukuran alveoli dari biasanya dan jumlahnya berkurang.
6) Kemampuan pegas, dinding, dada, dan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring
dengan bertambahnya usia.
7) Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
8) Paru-paru kehilangan elastisitas : kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih
berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun.
e. Sistem cardiovaskuler
1) Menurunnya elastisitas dinding aorta.
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
3) Tekanan darah meninggi diakibatkan meningkatnya resistensi dari pembuluh darah
perifer : sistole normal ± 140 mmHg, diastole normal ± 90 mmHg.
4) Kemampuan jantung untuk memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
5) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, perubahan posisi dari tidur ke duduk atau
duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun yaitu menjadi 65 mmHg
yang dapat mengakibatkan pusing mendadak, kurangnya efektivitas pembuluh darah
perifer untuk oksigen.
f. Sistem indera
1) Sistem penglihatan
a) Hilangnya daya akomodasi.
b) Menurunnya daya membedakan warna.
c) Menurunnya lapang pandang, berkurangnya luas pandang.
d) Berbentuk sfesis (bola).
e) Timbulnya sklerosis pada spingter dan hilangnya respon terhadap sinar.
f) Meningkatkan ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan,
susah melihat dalam cahaya gelap.
g) Lensa mata lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak.
2) Sistem pendengaran
a) Pendengaran mulai menurun.
b) Membran timpani menjadi atrofi akan menyebabkan otosklerosis.
c) Presbikusis (gangguan pendengaran). Hilangnya daya pendengaran pada telinga
dalam, sulit mengerti kata-kata, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada
yang tinggi, dan suara yang tidak jelas.
d) Terjadi penumpukan serumen dan dapat mengeras karena meningkatnya keratin.
3) Pengecap
Ada empat perasa yaitu manis, pahit, asam, dan asin. Hanya pada rasa manis yang
paling tumpul pada lansia.
4) Rabaan
Indera peraba memberikan pesan yang paling mudah untuk menerjemahkan. Bila
indera lain hilang, rabaan dapat mengganggu perasaan sejahtera. Meskipun reseptor
lain akan menurun sesuai dengan bertambahnya usia, namun tidak akan pernah hilang.
g. Sistem muskuloskeletal
Penurunan progresif dan gradual masa tulang akan mulai terjadi sebelum usia 40
tahun :
1) Persendian membesar dan menjadi kaku.
2) Kifosis.
3) Tendon mengerut dan mengalami sklerosis.
4) Tulang kehilangan cairan dan makin rapuh.
5) Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek.
6) Pinggang, lutut, dan jari-jari pergelangan menipis.
7) Otot-otot serabut mengecil sehingga gerakan akan menjadi lamban, otot-otot menjadi
kram dan tremor.
h. Sistem genitouinaria
1) Ginjal.
2) Vesika urinaria (kandung kemih).
3) Pembesaran prostat ± 75% dialami oleh laki-laki pada usia 65 tahun keatas.
i. Sistem endokrin
1) Produksi dari hampir semua hormon menurun.
2) Menurunnya fungsi aldosteron.
3) Menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya daya pertukaran zat, dan menurunnya BMR
(Basal Metabolic Rate).
4) Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya : testosteron, progesteron, dan
esterogen.
5) Fungsi parathiroid dan sekresinya tidak berubah.
6) Pituitari : pertumbuhan hormon mulai menurun dan hanya didalam pembuluh darah.
j. Sistem gastrointestinal
1) Peristaltik lemah dan biasanya tibul konstipasi.
2) Terganggunya daya absorbsi.
3) Melebarnya isofagus.
4) Lambung : asam lambung menurun, intensitas lapar menurun.
5) Liver (hati) : berkurangnya aliran darah, makin mengecil dan menurunnya tempat
penyimpanan.
6) Indera pengecap menurun karena hilangnya sensitivitas di lidah.
7) Kehilangan gigi.
k. Sistem reproduksidan seksualitas
1) Vagina.
2) Menciutnya ovari dan uterus.
3) Atrofi payudara.
4) Produksi spermatozoa pada laki-laki mulai menurun
5) Produksi esterogen dan progesteron oleh ovarium menurun saat menopous.
6) Dorongan seksual menetap sampai usia 70 tahun keatas.
2. Perubahan sosial
Perubahan – perubahan fisik yang dialami lanjut usia seperti berkurangnya fungsi indera
penglihatan, pendengaran, gerak fisik dan lainnya menyebabkan gangguan fungsionalnya
atau bahkan kecacatan pada lanjut usia, seperti misalnya badan mulai membungkuk,
penglihatan kabur, pendengaran berkurang sehingga menimbulkan keterasingan (Maryam,
2008). Keterasingan ini menyebabkan lanjut usia semakin depresi dan akan menolak
berkomunikasi dengan orang lain (Darmojo, 2009).
3. Perubahan psikologis
Pada umumnya lansia akan mengalami penurunan fungsi kognitif dan fungsi
psikomotor. Pada fungsi kognitif seperti persepsi, proses belajar, pengertian, pemahaman,
perhatian dan lain sebagainya akan menyebabkan perilaku lansia semakin lambat (Maryam,
2008). Sedangkan pada fungsi psikomotor seperti meliputi hal yang berhubungan dengan
kehendak seperti tindakan, gerakan, koordinasi, yang menyebabkan lansia akan kurang
cekatan (Nugroho, 2008).
C. Masalah Kesehatan Lansia
Mereka yang menginjak usia lanjut tidak lagi berada pada usia produktif dalam hidupnya
dan akan memiliki tingkat kemandirian yang semakin rendah seiring dengan bertambahnya
masalah kesehatan yang mereka miliki. Beberapa masalah yang sering ditemukan pada lanjut
usia mencakup malnutrisi, penyakit kronis, penurunan kognitif, sulit tidur (insomnia), dan
disabilitas (Asmadi, 2008).
1. Malnutrisi
Lansia biasanya akan mengalami malnutrisi karena adanya perubahan sistem fisiologis
pada tubuh mereka. Beberapa perubahan tersebut berpengaruh penuh terhadap penurunan
nafsu makan bahkan sampai mengalami anorexsia.
2. Penyakit kronis
Pada lanjut usia penyakit kronis yang sering dialami adalah hipertensi, penyakit
cardiovaskuler, diabetes, dan gout artitis.
3. Penurunan kognitif
Proses penuaan pada lanjut usia akan menyebabkan kemunduruan kemampuan otak
baik dalam kemampuan mengingat ataupun dalam kemampuan pemecahan masalah. Salah
satu bentuk dalam penurunan kognitif pada lanjut usia adalah demensia.
4. Sulit tidur (Insomnia)
Insomnia pada lansia adalah keadaan dimana individu mengalami perubahan dalam
kuantitas dan kualitas pola tidur yang menyebabkan rasa tidak nyaman. Dampak insomnia
pada lansia adalah mengantuk berlebih disiang hari, gangguan memori, depresi, risiko jatuh
dan penurunan kualitas hidup.
5. Disabilitas
Ketidakmampuan lansia dalam melakukan aktivitas sehari-harinya akan mempengaruhi
pemenuhan kebutuhannya sehingga akan mempengaruhi kesehatan lansia tersebut.
Disabilitas akan memberikan risiko tinggi lansia untuk mengalami jatuh dan masalah
kesehatan lainnya.
B. KLASIFIKASI
Klasifikasi Stroke Non Haemoragik menurut Padila, (2012) adalah :
1. Transient Ischemic Attack (TIA)
TIA adalah defisit neurologik fokal akut yang timbul karena iskemia otak sepintas dan
menghilang lagi tanpa sisa dengan cepat dalam waktu tidak lebih dari 24 jam.
2. Reversible Iscemic Neurological Deficit (RIND)
RIND adalah defisit neurologik fokal akut yang timbul karena iskemia otak berlangsung
lebih dari 24 jam dan menghilang tanpa sisa dalam waktu 1-3 minggu
3. Stroke in Evolution (Progressing Stroke)
Stroke in evolution adalah deficit neurologik fokal akut karena gangguan peredaran darah
otak yang berlangsung progresif dan mencapai maksimal dalam beberapa jam sampe bbrpa
hari
4. Stroke in Resolution
Stroke in resolution adalah deficit neurologik fokal akut karena gangguan peredaran darah
otak yang memperlihatkan perbaikan dan mencapai maksimal dalam beberapa jam sampai
bebrapa hari
5. Completed Stroke (infark serebri)
Completed stroke adalah defisit neurologi fokal akut karena oklusi atau gangguan peredaran
darah otak yang secara cepat menjadi stabil tanpa memburuk lagi.
Sedangkan secara patogenitas menurut Tarwoto dkk, (2007) Stroke iskemik (Stroke Non
Hemoragik) dapat dibagi menjadi :
1. Stroke trombotik, yaitu stroke iskemik yang disebabkan oleh karena trombosis di arteri
karotis interna secara langsung masuk ke arteri serebri media. Permulaan gejala sering
terjadi pada waktu tidur,atau sedang istrirahat kemudian berkembang dengan cepat,lambat
laun atau secara bertahap sampai mencapai gejala maksimal dalam beberapa jam, kadang-
kadang dalam beberapa hari (2-3 hari), kesadaran biasanya tidak terganggu dan ada
kecendrungan untuk membaik dalam beberapa hari,minggu atau bulan.
2. Stroke embolik, yaitu stroke iskemik yang disebabkan oleh karena emboli yang pada
umunya berasal dari jantung. Permulaan gejala terlihat sangat mendadak berkembang sangat
cepat, kesadaran biasanya tidak terganggu, kemungkinan juga disertai emboli pada organ
dan ada kecenderungan untuk membaik dalam beberapa hari, minggu atau bulan.
C. ETIOLOGI
1. Trombosis (bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher)
Stroke terjadi saat trombus menutup pembuluh darah, menghentikan aliran darah ke
jaringan otak yang disediakan oleh pembuluh dan menyebabkan kongesti dan radang.
Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan
iskemia jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya.
Trombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur.Hal ini
dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat
menyebabkan iskemia serebral.Tanda dan gejala neurologis seringkali memburuk pada 48
jam setelah trombosis.
2. Embolisme cerebral
Emboli serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari bagian
tubuh yang lain) merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak
dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan
menyumbat sistem arteri serebral.Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul
kurang dari 10-30 detik
3. Iskemia
Suplai darah ke jaringan tubuh berkurang karena penyempitan atau penyumbatan
pembuluh darah
D. TANDA GEJALA
Gejala yang paling sering dijumpai pada penderita umumnya dikelompokan atas 4 macam :
a) Dystensia ( gangguan fungsi motorik ) berupa :
1) Kelumpuhan ( hemiplegi atau paraplegi )
2) Paralisis ( kehilangan total dari gangguan kekuatan motoriknya )
3) Paresis ( kehilangan sebagian kekuatan otot motoriknya )
b) Disnestasia ( gangguan fungsi sensorik ) berupa :
1) Hipoarasthesia dan Arasthesia.
2) Gangguan penciuman, penglihatan dan gangguan rasa pada lidah.
c) Dyspasia ( gangguan berbicara )
d) Dymentia ( gangguan mental ) dengan manifestasi :
1) Gangguan neurologis.
2) Gangguan psikologis.
3) Keadaan kebingungan.
4) Reaksi depresif.
E. PATOFISIOLOGI
Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak.Luasnya
infark hergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh daralidan
adekdatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang
tersumbat.Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada gangguan
lokal (trombus, emboli, perdarahan, dan spasme vaskular) atau karena gangguan umum
(hipoksia karena gangguan pant dan jantung). Aterosklerosis sering sebagai faktor penyebab
infark pad-a otak. Trombus dapat berasal dari plak arterosklerotik, atau darah dapat beku
pada area yang stenosis, tempat aliran darah mengalami pelambatan atau terjadi turbulensi
(Muttaqin, 2008).
Trombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam
aliran darah.Trombus mengakihatkan iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh
darah yang bersangkutan dan edema dan kongesti di sekitar area.Area edema ini
menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu sendiri. Edema dapat
berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan
berkurangnya edema klien mulai menunjukkan perbaikan.Oleh karena trombosis biasanya
tidak fatal„ jika tidak terjadi perdarahan masif.Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh
embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti trombosis. Jika terjadi septik infeksi akan
meluas pada dinding pembuluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa
infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat .menyebabkan dilatasi aneurisma
pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan perdarahan serebral, jika aneurisma pecah atau
ruptur (Muttaqin, 2008).
Perdarahan pada otak disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik clan hipertensi
pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan lebih sering menyebabkan
kematian di bandingkan keseluruhan penyakit serebro vaskulai; karena perdarahan yang luas
terjadi destruksi massa otak, peningkatan tekanan intrakranial dan yang lebih berat dapat
menyebabkan herniasi otak pada falk serebri atau lewat foramen magnum (Muttaqin, 2008).
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hernisfer otak, dan
perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak. Perembesan darah
ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus, talamus,
dan pons (Muttaqin, 2008).
Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia serebral: Perubahan
yang disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk waktu 4-6 menit. Perubahan
ireversibel jika anoksia lebih dari 10 menit.Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena
gangguan yang bervariasi salah satunya henti jantung (Muttaqin, 2008).
Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang relatif banyak akan
mengakihatkan peningkatan tekanan intrakranial dan penurunan tekanan perfusi otak serta
gangguan drainase otak. Elernen-elemen vasoaktif darah yang keluar dan kaskade iskemik
akibat menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan saraf di area yang terkena darah dan
sekitarnya tertekan lagi (Muttaqin, 2008).
Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis. Jika volume darah lebih dari 60 cc
maka risiko kematian sebesar 93% pada perdarahan dalam dan 71% pada perdarahan lobar.
Sedangkan jika terjadi perdarahan serebelar dengan volume antara 30-60 cc diperkirakan
kemungkinan kematian sebesar 75%, namun volume darah 5 cc dan terdapat di pons sudah
berakibat fatal (Misbach, 1999 dalam Muttaqin, 2008).
F. PATHWAY
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Muttaqin, (2008), pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan ialah sebagai
berikut :
1. Angiografi serebral: Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti
perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber perdarahan seperti
2. Lumbal pungsi: Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada carran lumbal
Peningkatan jumlah protein menunjukkan adanya proses inflamasi. Hasil pemeriksaan likuor
merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil
3. CT scan.: Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi henatoma,
adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, dan posisinya secara pasti. Hasil pemeriksaan
biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang pemadatan terlihat di ventrikel, atau menyebar
ke permukaan otak.
menentukan posisi dan besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil pemeriksaan biasanya
didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.
karotis).
6. EEG: Pemeriksaan ini berturuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari
jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.
Pemeriksaan Laboratorium:
1. Lumbal pungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif,
sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal (xantokhrom)
3. Pemeriksaan kimia darah: pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah dapat
4. Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.
H. PENATALAKSANAAN
a) Bantuan kepatenan jalan nafas, ventilasi dengan bantuan oksigen.
b) Pembatasan aktivitas/ tirah baring.
c) Penatalaksanaan cairan dan nutrisi.
d) Obat-obatan seperti anti Hipertensi, Kortikosteroid, analgesik.
e) EKG dan pemantauan jantung.
f) Pantau Tekanan Intra Kranial ( TIK ).
g) Rehabilitasi neurologik.
I. Prognosis / Komplikasi
Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalmi komplikasi,
komplikasi ini dapat dikelompokan berdasarkan:
a. Berhubungan dengan immobilisasi è infeksi pernafasan, nyeri pada daerah tertekan,
konstipasi dan thromboflebitis.
b. Berhubungan dengan paralisis è nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi,
deformitas dan terjatuh
c. Berhubungan dengan kerusakan otak è epilepsi dan sakit kepala.
d. Hidrocephalus
Individu yang menderita stroke berat pada bagian otak yang mengontrol respon pernapasan
atau kardiovaskuler dapat meninggal.
J. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Menurut Muttaqin, (2008) anamnesa pada stroke meliputi identitas klien, keluhan
utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga,
dan pengkajian psikososial.
a. Identitas Klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, dan
diagnosis medis.
b. Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongau kesehatan adalah kelemahan
anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi, dan penurunan
tingkat kesadaran.
c. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien
sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan
kejang sampai tidak sadar, selain gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan
fungsi otak yang lain.
Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran disebabkan perubahan di
dalam intrakranial.Keluhari perubahan perilaku juga umum terjadi. Sesuai
perkembangan penyakit, dapat terjadi letargi, tidak responsif, dan konia.
d. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, diabetes melitus, penyakit
jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan
obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, dan
kegemukan.Pengkajian pemakaian obat-obat yang sering digunakan klien, seperti
pemakaian obat antihipertensi, antilipidemia, penghambat beta, dan lainnya.Adanya
riwayat merokok, penggunaan alkohol dan penggunaan obat kontrasepsi
oral.Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari riwayat penyakit
sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk
memberikan tindakan selanjutnya.
f. Pengkajian psikososiospiritual
Pengkajian psikologis klien stroke meliputi bebera pa dimensi yang memungkinkan
perawat untuk rnemperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif, dan
perilaku klien.Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien juga penting
untuk menilai respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan
peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam
kehidupan sehari-harinya, baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.
g. Pemeriksaan Fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien,
pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian
anamnesis.Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan secara per sistem (B1-B6) dengan
fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 (Brain) yang terarah dan dihubungkan
dengan keluhan-keluhan dari klien.
1) B1 (Breathing)
Pada inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak
napas, penggunaan otot bantu napas, dan peningkatan frekuensi pernapasan.
Auskultasi bunyi napas tambahan seperti ronkhi pada klien dengan peningkatan
produksi sekret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering didapatkan
pada klien stroke dengan penurunan tingkat kesadaran koma.
Pada klien dengan tingkat kesadaran compos mends, pengkajian inspeksi
pernapasannya tidak ada kelainan. Palpasi toraks didapatkan taktil premitus
seimbang kanan dan kiri.Auskultasi tidak didapatkan bunyi napas tambahan.
2) B2 (Blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskular didapatkan renjatan (syok
hipovolemik) yang sering terjadi pada klien stroke.Tekanan darah biasanya terjadi
peningkatan dan dapat terjadi hipertensi masif (tekanan darah >200 mmHg).
3) B3 (Brain)
Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologis, bergantung pada lokasi
lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak
adekuat, dan aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori).Lesi otak yang rusak
tidak dapat membaik sepenuhnya.Pengkajian B3 (Brain) merupakan
pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem
lainnya.
4) B4 (Bladder)
Setelah stroke klien mungkin mengalami inkontinensia urine sementara
karena konfusi, ketidakmampuan mengomunikasikan kebutuhan, dan
ketidakmampuan untuk mengendalikan kandung kemih karena kerusakan
kontrol motorik dan postural. Kadang kontrol sfingter urine eksternal hilang atau
berkurang.Selama periode ini, dilakukan kateterisasi intermiten dengan teknik
steril.Inkontinensia urine yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis
luas.
5) B5 (Bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun,
mual muntah pada fase akut.Mual sampai muntah disebabkan oleh peningkatan
produksi asam lambung sehingga menimbulkan masalah pemenuhan nutrisi.Pola
defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.Adanya
inkontinensia alvi yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas.
6) B6 (Bone)
Stroke adalah penyakit UMN dan mengakibatkan kehilangan kontrol
volunter terhadap gerakan motorik. Oleh karena neuron motor atas menyilang,
gangguan kontrol motor volunter pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan
kerusakan pada neuron motor atas pada sisi yang berlawanan dari otak.
Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu
sisi) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan
salah satu sisi tubuh, adalah tanda yang lain. Pada kulit, jika klien kekurangan 02
kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit akan
buruk. Selain itu, perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah
yang menonjol karena klien stroke mengalami masalah mobilitas fisik.
Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan
sensori atau paralise/ hemiplegi, serta mudah lelah menyebabkan masalah pada
pola aktivitas dan istirahat.
9) Status Mental
Observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi wajah, dan
aktivitas motorik klien. Pada klien stroke tahap lanjut biasanya status mental
klien mengalami perubahan.
1) Saraf I: Biasanya pada klien stroke tidak ada kelainan pada fungsi penciuman.
2) Saraf II. Disfungsi persepsi visual karena gangguan jaras sensori primer di antara
mata dan korteks visual. Gangguan hubungan visual-spasial (mendapatkan
hubungan dua atau lebih objek dalam area spasial) sering terlihat pada Mien
dengan hemiplegia kiri. Klien mungkin tidak dapat memakai pakaian tanpa
bantuan karena ketidakmampuan untuk mencocokkan pakaian ke bagian tubuh.
3) Saraf III, IV, dan VI. Jika akibat stroke mengakibatkan paralisis, pada
4) Satu sisi otot-otot okularis didapatkan penurunan kemampuan gerakan konjugat
unilateral di sisi yang sakit.
5) Saraf V. Pada beberapa keadaan stroke menyebabkan paralisis saraf trigenimus,
penurunan kemampuan koordinasi gerakan mengunyah, penyimpangan rahang
bawah ke sisi ipsilateral, serta kelumpuhan satu sisi otot pterigoideus internus
dan eksternus.
6) Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris, dan otot
wajah tertarik ke bagian sisi yang sehat.
7) Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
8) Saraf IX dan X. Kemampuan menelan kurang baik dan kesulitan membuka
mulut.
9) Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
10) Saraf XII. Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi, serta indra
pengecapan normal.
1) Inspeksi Umum. Didapatkan hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi
pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh
adalah tanda yang lain.
2) Fasikulasi. Didapatkan pada otot-otot ekstremitas.
3) Tonus Otot. Didapatkan meningkat.
j. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul, yaitu :
4 Risiko kerusakan Tujuan (NOC) : 1) Anjurkan pasien untuk 1. Kulit bisa lembap dan
integritas kulit b.d Tissue Integrity : menggunakan pakaian mungkin merasa tidak
factor risiko : Skin and Mucous yang longgar dapat beristirahat atau
lembap Membranes 2) Hindari kerutan pada perlu untuk bergerak
Kriteria Hasil : tempat tidur 2. Menurunkan terjadinya
Integritas 3) Jaga kebersihan kulit risiko infeksi pada
kulit yang agar tetap bersih dan bagian kulit
baik bisa kering 3. Cara pertama untuk
dipertahanka 4) Mobilisasi pasien (ubah mencegah terjadinya
n (sensasi, posisi pasien) setiap infeksi
elastisitas, dua jam sekali 4. Mencegah terjadinya
temperatur, 5) Monitor kulit akan komplikasi selanjutnya
hidrasi, adanya kemerahan 5. Mengetahui
pigmentasi) 6) Oleskan lotion atau perkembangan terhadap
Tidak ada minyak/baby oil pada terjadinya infeksi kulit
luka/lesi pada derah yang tertekan 6. Menurunkan pemajanan
kulit 7) Kolaborasi pemberian terhadap kuman infeksi
Menunjukka antibiotic sesuai pada kulit
n indikasi 7. Menurunkan risiko
pemahaman terjadinya infeksi
dalam proses
perbaikan
kulit dan
mencegah
terjadinya
sedera
berulang
Mampu
melindungi
kulit dan
mempertahan
kan
kelembaban
kulit dan
perawatan
alami
5 Gangguan Tujuan (NOC): Intervensi (NIC) :
komunikasi 1. Lakukan komunikasi 1. Mencek komunikasi
verbal b.d. Komunikasi dapat dengan wajar, bahasa klien apakah benar-
kerusakan berjalan dengan baik jelas, sederhana dan benar tidak bisa
neuromuscular bila perlu diulang melakukan komunikasi
, kerusakan Kriteria hasil : 2. Dengarkan dengan 2. Mengetahui bagaimana
sentral bicara tekun jika pasien mulai kemampuan
a. Klien dapat berbicara komunikasi klien tsb
mengekspresikan 3. Mengetahui derajat
perasaan 3. Berdiri di dalam lapang /tingkatan kemampuan
pandang pasien pada berkomunikasi klien
b. Memahami
saat bicara 4. Menurunkan terjadinya
maksud dan
4. Latih otot bicara secara komplikasi lanjutan
pembicaraan orang
optimal 5. Keluarga mengetahui &
lain
5. Libatkan keluarga mampu
dalam melatih mendemonstrasikan
c. Pembicaraan
komunikasi verbal pada cara melatih
pasien dapat
pasien komunikasi verbalpd
dipahami
6. Kolaborasi dengan ahli klien tanpa bantuan
terapi wicara perawat
6. Mengetahui
perkembangan
komunikasi verbal klien
DAFTAR PUSTAKA
Wilkinson, Judith.(2008). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 7. Penerbit Buku
Kedokteran (EGC). Jakarta
Herdman, T.Heather (2011).NANDA International Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2009-2011. Penerbit Buku Kedokteran (EGC). Jakarta
Chang, Ester .2010 .Patofisiologi : Aplikasi Pada Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC.
Corwin, Elizabeth J .2009 .Buku Saku Patofisiologi . Jakarta: E G C.
Doengoes, Marilyn dkk .2012 .Rencana Asuhan Keperawatan . Jakarta: E G C
Muttaqin, Arif. 2008 .Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Padila. 2012. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.
Price, SA dan Wilson, 2006.Patofisiologi: Konsep klinis proses- proses penyakit ed. 6
vol.1. Jakarta: EGC.
Tarwoto, 2007.Keperawatan Medikal Bedah: Gangguan Sistem Persyarafan . Jakarta:
Sagung Seto.
William, Lippicont .2008 .Nursing: Memahami Berbagai Macam Penyakit . Jakarta:
Indeks.
Wilkinson, Judith .2013 .Diagnosis NANDA Intervensi NIC Kriteria Hasil NOC. Jakarta:
EGC .
HIPERTENSI
A. Pengertian
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah persisten dengan tekanan darah sistolik
140 mmHg atau lebih atau tekanan diastolic 90 mmHg atau lebih. Prevalensi hipertensi
meningkat dengan bertambahnya usia. Peningkatan tekanan darah sangat berhubungan
dengan penyakit ateroklerosis, stroke, nephoropati, penyakit pembuluh darah, perifer,
eneurisma aorta dan gagal jantung (Tambayong, 2009).
Hipertensi adalah tingginya tekanan darah secara menetap dimana tekanan sistolik di
atas 90 mmHg (Djarmojo, 2006).
Hipertensi adalah tekanan darah melebihi 140/ 90 mmHg (WHO). Banyak ahli
membuat batasan hipertensi dengan berbagai pertimbangan. Batasan HT seperti di bawah ini :
Tabel 1.1
Batasan TD menurut WHO ( World Health Organization )
Klasifikasi TD ( mmHg )
Sistolik Diastolik
HT perbatasan 141 90 – 95
91 – 105
HT ringan 140
>105
HT sedang dan berat >180
B. Penyebab
Menurut Dalimartha (2008) berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2
golongan, yaitu :
a. Diet rendah garam yaitu dilakukan dengan cara mengurangi makan- makanan yang asin.
b. Diet tinggi kalium yang dapat membantu untuk mengganti kehilangan kalium, dapat
diperoleh dari sayuran dan buah- buahan seperti apel (159 mg kalium), jeruk (250 mg
kalium), tomat (366 mg kalium), pisang (451 mg kalium) kentang panggang (503 mg
kalium). Kecukupan kalsium penting untuk mencegah dan mengobati hipertensi, 115
gram keju rendah natrium dapat memenuhi kebutuhan kalsium 250 mg/hari. Sedangkan
kebutuhan kalsium perhari rata-rata 808 mg. Selain itu juga perlu ditingkatkan konsumsi
biji-bijian, kacang-kacangan, produk unggas dan telur (Yulianti, 2008).
2. Makanan yang harus dihindari:
a. Kurangi konsumsi garam dalam makanan
b. Konsumsi makanan yang mengandung kalium, magnesium dan kalsium. Kalium,
magnesium dan kalsium mampu mengurangi tekanan darah tinggi.
c. Kurangi minum minuman atau makanan beralkohol
d. Olahraga secara teratur bisa seperti berjalan kaki, bersepeda, lari santai, dan berenang.
Lakukan selama 30 hingga 45 menit sehari sebanyak 3 kali seminggu.
e. Makan sayur dan buah yang berserat tinggi seperti sayuran hijau, pisang, tomat, wortel,
melon, dan jeruk.
f. Berhenti merokok untuk mengurangi tekanan darah tinggi atau hipertensi.
g. Kendalikan kadar kolesterol dan Diabetes
D. KOMPLIKASI
Penderita hipertensi beresiko terserang penyakit lain yang timbul kemudian. Menurut
Dalimartha (2008), penyakit yang timbul sebagai akibat dari hipertensi antara lain adalah :
1. Jantung koroner
Penyakit ini sering dialami penderita hipertensi sebagai akibat terjadinya pengapuran pada
dinding pembuluh darah jantung yang menyebabkan gagal ginjal.
2. Gagal Jantung
Berkurangnya aliran darah pada beberapa bagian otot jantung. Hal ini menyebabkan rasa
nyeri di dada dan dapat berakibat gangguan pada otot jantung,bahkan dapat menyebabkan
timbulnya serangan jantung. Tekanan darah yang tinggi memaksa otot jantung bekerja
lebih berat untuk memompa darah. Kondisi tersebut berakibat otot jantung akan menebal
dan meregang, sehingga daya pompa otot menurun. Pada akhirnya dapat terjadi kegagalan
kerja jantung secara umum.
3. Kerusakan pembuluh darah otak
Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa hipertensi menjadi penyebab utama pada
kerusakan pembuluh darah otak. Ada dua jenis kerusakan yang ditimbulkan yaitu
pecahnya pembuluh darah dan rusaknya dinding pembuluh darah. Dampak akhirnya,
seseorang bisa mengalami stroke dan kematian.
4. Gagal Ginjal
Gagal ginjal merupakan peristiwa dimana ginjal tidak dapat berfungsi sebagai mana
mestinya. Ada dua jenis kelainan gagal ginjalakibat dari hipertensi, yaitu nefrosklerosis
benigna dan nefrosklerosis maligna. Nefrosklerosis benigna dapat terjadi pada hipertensi
yang berlangsung lama, sehingga terjadi pengendapan fraksi-fraksi plasma pada pembuluh
darah akibat proves menua. Hal ini akan menyebabkan daya permeabilitas dinding
pembuluh darah berkurang. Adapun nefrosklerosis maligna merupakan kelainan ginjal
yang ditandai dengan naiknya tekanan diastole diatas 130 mmHg yang menyebabkan
terganggunya fungsi ginjal.
No Bahan Pemakaian
1. Belimbing 3 buah Buah belimbing dicuci bersih, kemudian
Air 3 gelas dipotong-potong. Rebus hasil potongan
dalam 3 gelas air bersih hingga tersisa
satu gelas. Setelah dingin airnya disaring
dan diminum setelah makan pagi.
Belimbing manis 2 buah Makan 2 buah belimbing yang masak
. atau yang masih hijau setelah makan pagi
dan sore
1. Daun alpukat 3-5 lembar Cuci bersih daun alpukat, kemudian
Air panas 1 gelas seduh dengan satu gelas air panas.
Setelah dingin airnya diminum satu kali
sehari sebanyak satu gelas.
2. Alpukat satu buah Alpukat matang dicuci bersih dengan air
Air atau susu kedelai 50cc=1/4 mengalir, bijinya dibuang, dagingnya
gelas diambil, dipotong-potong kecil lalu
diblender.
3. Daun sambung nyawa 3 lembar Daun mentah 3 lembar dicuci, dan
dijadikan lalapan bisa juga dibuat jus
lakukan secara teratur.
4. Seledri panjang 30cm 3-4 batang 3-4 batang seledri dicuci bersih lalu
Air 1 gelas diblender. Jus ini diminum sekali sehari
satu gelas. 2-3 jam setelah makan.
5. Bubuk kulit kayu manis 0,5-2,5 Seduh bubuk kulit kayu manis dengan ½
gram cangkir air panas, minum airnya 2x sehari
Air panas ½ cangkir dengan dosis yang sama.
6. Bawang putih 20gr 20gr bawang putih dicuci bersih, lalu
Air ½ gelas diblender. Jus ini diminum bersama
Madu 1 sendok dengan satu sendok makan madu, pada
pagi dan siang hari.
7. Mentimun 100gr 100gr mentimun segar dicuci bersih,
Air 50cc dikupas lalu diblender. Sewaktu
memblendder tambahkan sedikit demi
sedikit hingga 50cc. Jus ini diminum 3x
seminggu, masing-masing satu gelas
sesudah makan.
8. 10.Pisang 100 gr 100 gr pisang segra yang telah masak
Air 50 cc dicuci bersih buang bijinya lalu
diblender. Sewaktu memblender
tambahkan air sedikit demi sedikit hingga
50cc. diminum pagi atau siang hari. 1
gelas sehari.
Darmojo Budi. (2006). Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta : penerbit
FKUI.
Yulianti ED, Nurjanah N, Sutrisno U. (2008). Bebas Hipertensi Dengan Terapi Juss. Jakarta :
Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara
Tambayong Jan. (2009). Patofisiologi IV Keperawatan. Editor Minika Ester. EGC : Jakarta
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN GERONTIK
NAMA : Tn. S
ALAMAT : Bakung Kidul Jamblang Cirebon RT. 007 RW. 004
TANGGAL MASUK : 28-11-2019
NO. REGISTER* : 476299
I. IDENTITAS
A. Nama : Tn. S
B. Jenis Kelamin : Laki-laki
C. Umur : 61 Tahun
D. Agama : Islam
E. Status Perkawinan : Menikah
F. Pendidikan Terakhir : SMA
G. Keluarga yang dapat dihubungi : Ny. S
H. Riwayat Pekerjaan : Pensiunan PNS
I. Asal Alamat Rumah : Bakung Kidul Jamblang Cirebon RT. 007 RW. 004
B. Psikologis
1. Stabilitas Emosi : Emosi klien cukup stabil, klien cukup sabar
2. Stressor jangka pendek dan panjang : Klien cukup sabar dan tidak mudah stress
3. Kemampuan berespon terhadap situasi / stressor : Klien cenderung tenang dalam
menghadapi masalah termasuk masalah kesehatanya
4. Strategi koping yang digunakan : koping klien dalam menghadapi masalah cukup
positif, tidak mudah marah cenderung menerima dengan ikhlas
5. Strategi adaptasi disfungsional : Dalam menghadapi masalah klien mengatakan selalu
berserah kepada Allah dengan sholat dan istighfar
6. Pengkajian psikososial tambahan
a. Masalah emosional
Pertanyaan tahap 1
(1) Klien tidak mengalami kesulitan tidur, tetapi tidurnya hanya sebentar-sebentar
(2) Klien mengatakan tidak memiliki banyak fikiran
(3) Klien tampak ramah dan tidak murung
(4) Klien mengatakan tidak khawatir tentang penyakitnya, karna umur sudah
diatur ALLAH SWT
Gangguan Emosional
b. Pengukuran Tingkat Depresi Berdasarkan Geriatric Depresion Scale (GDS)
Jawaban
NO Pertanyaan
Ya Tidak
1 Apakah bapak / ibu sekarang puas dengan kehidupannya? √
2 Apakah bapak / ibu telah meninggalkan banyak kegiatan atau kesenangan √
akhir-akhir ini?
3 Apakah bapak / ibu sering merasa hampa atau kosong dalam hidup ini? √
4 Apakah bapak / ibu sering merasa bosan? √
5 Apakah bapak / ibu merasa mempunyai harapan yang baik dimasa depan? √
6 Apakah bapak / ibu mempunyai pikiran jelek yang mengganggu terus √
menerus?
7 Apakah bapak / ibu memiliki semangat setiap saat? √
8 Apakah bapak / ibu takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada √
anda?
9 Apakah bapak / ibu merasa bahagia sebagian besarwaktu? √
10 Apakah bapak / ibu sering merasa tidak mampu berbuat apa-apa? √
11 Apakah bapak / ibu sering merasa resah atau gelisah? √
12 Apakah bapak / ibu lebih senang tiinggal dirumah daripada keluar dan √
mengerjakan sesuatu?
13 Apakah bapak / ibu sering merasa khawatir tentang masa depan? √
14 Apakah bapak / ibu akhir-akhir ini sering pelupa? √
15 Apakah bapak / ibu pikir bahwa hidup bapak / ibu sekarang ini √
menyenangkan?
16 Apakah bapak / ibu sering merasa sedih atau putus asa? √
17 Apakah bapak / ibu merasa tidak berharga? √
18 Apakah bapak / ibu seringkhawatir tentang masa lalu? √
19 Apakah bapak / ibu merasa hidup ini menggembirakan? √
20 Apakah bapak / ibu merasa kesulitan kesulitan memulai kehidupan baru? √
21 Apakah bapak / ibu merasa penuh semangat? √
22 Apakah bapak / ibu merasa situasi ini tidak ada harapan? √
23 Apakah bapak / ibu berpikir bahwa orang lain lebih baik keadaanya dari √
pada bapak / ibu?
24 Apakah bapak / ibu sering marah karena hal-hal sepele? √
25 Apakah bapak / ibu sering merasa ingin menangis? √
26 Apakah bapak / ibu sulit berkonsentrasi? √
27 Apakah bapak / ibu merasa senang waktu bangun tidur di pagi hari? √
28 Apakah bapak / ibu tidak suka berkumpul di pertemuan sosial? √
29 Apakah bapak / ibu merasa mudah dalam mengambil keputusan? √
30 Apakah pikiran bapak / ibu masih tetap mudah dalam memikirkan sesuatu √
seperti dulu?
Jumlah 9
(Hitung jawaban yang bercetak tebal, setaiap jawaban bercetak tebal mempunyai
nilai 1)
Sumber : Burn (1999) Assesment Scale in Old Age Psychiatry. Murtin Dunith Ltd.
London. P. 133.
Penilaian
0-10 : Not Depressed
11-20 : Mild Depressed
21.30 : Severe Depressed
c. Pengukuran Tingkat Kerusakan Intelektual berdasarkan Short Portable Mental
Quesioner (SPMSQ)
Jawaban
No Pertanyaan
Benar Salah
1 Tanggal berapa hari ini? √
2 Hari apa sekarang? √
3 Apa nama tempat ini? √
4 Dimana alamat anda? √
5 Berapa umur anda? √
6 Kapan anda lahir? √
7 Siapa presiden Indonesia? √
8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya? √
9 Siapa nama ibu anda? √
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap angka
baru, secara menurun.
Jumlah 9
Sumber : Burn (1999) Assesment Scale in Old Age Psychiatry. Murtin Dunith Ltd. London. P.
133.
Penilaian
Salah 0-2 : Fungsi intelektual utuh
Salah 3-4 : Fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 5-7 : Fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 8-10 : Fungsi intelektual kerusakan berat
Penilaian :
Skor Nilai 24-30 : Nomal
Skor Nilai 17-23 : Probable gangguan kognitif
Skor Nilai 0-16 : Definitif gangguan kognitif
C. Sosial
1. Dukungan keluarga : keluarga selalu ada di dekat klien untuk membantu merawatnya
2. Hubungan antar keluarga : baik, tidak ada konflik antar keluarga
3. Frekuensi kunjungan keluarga : pada saat jam kunjung ada beberapa keluarga yang
datang dan bergantian menunggu klien selama di RS.
4. Hubungan dengan orang lain didalam dan diluar rumah sakit : Klien merupakan
orang yang ramah sehingga pada saat sakit banyak tetangga yang menjenguk secara
bergantian
D. Spiritual / Kultural
1. Pelaksanaan Ibadah : klien biasa melakukan ibadah dengan sholat 5 waktu serta
mengikuti pengajian setiap hari minggu di mesjid sekitar rumahnya
2. Keyakinan tentang kesehatan : klien biiasa berobat ke puskesmas atau bidan terdekat
bila kurang sehat
3. Radiologi
- Rongen Thorax : Dalam Batas Normal
- CT Scan : Infark Cerebri
4. Terapi medis
- Nacl 0,9 % 10 gtt/mnt
- Amlodiphine 1x5 mg
- Citicolin 1 Amp/12 jam
- Piracetam 1 Amp/12 jam
- Simvastatin 1x 1 tab
15
lalu, pasien mengeluh pusing sehingga sering menutup matanya. Kekuatan otot
35
2. Domain 5, persepsi/kognitif kelas 5, komunikasi, kode diagnosis 00051, hambatan
komunikasi verbal ditandai dengan pasien berbicara pelo, pasien mengaku sejak tiga hari lalu
bicara tiba-tiba pelo, yang sebelumnya kepala terasa pusing.
XI. Intervensi Asuhan Keperawatan Gerontik
Diagnosa
N NOC NIC
Data Keperawatan
O
Kode Diagnosis Kode Hasil Kode Intervensi
1
DS : Kode Ketidakefek Domain 2 Setelah dilakukan Domain 2, - Monitor status neurologi
- Pasien mengaku sejak 2 minggu lalu Diagn tifan perfusi kesehatan tindakan keperawatan fisiologis - Monitor TIK pasien dan respon
lemah anggota gerak kanan osis : jaringan fisiologis, selama 3 kail 24 jam kompleks, neurologi terhadap aktifitas
- Pasien mengaku sejak 2 hari lalu 00201 serebral kelas E, diharapkan suplay Kelas I, perawatan
kepalanya pusing dan bicara pelo : jantung aliran darah ke otak manageme - Konsultasikan dengan dokter
- Pasien mengaku mempunyai riwayat perfusi lancar. Dengan kriteria : n untuk menentukan parameter
darah tingga sejak kurang lebih 2 jaringan - Perfusi jaringan neurologis hemodinamik
tahun yang lalu serebra. - Status neurologis , kode - Berikan agen rheoligis (misal
DO : paru, kode - Tekanan sistol dan diagnosis manitol) sesuai petunjuk dokter
- Pasien lemah anggota gerak kanan diagnosis diastol dalam 2550 : - Berikan posisi tidur 15-45o
- Tanda-tanda vital 0406, rentang yang peningkata - Berikan obat nyeri sesuai
- TD : 160/100 mmHg diharapkan n perfusi kebutuhan
- N : 80 x/menit - Tidak ada ortostatik serebral: - Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- S : 36,5oC hipertensi Monitor intake dan output cairan
- RR : 20 x/menit - Tidak ada tanda-
15 tanda peningkatan
- Kekuatan otot
35
TIK
- Mobilisasi dibantu keluarga
- Pengetahuan : gaya
hidup sehat
- Pengetahuan :
aktivitas yang
disarankan
2 DS : Kode hambatan Domain 5, Setelah dilakukan Domain 3,
Pasien mengaku sejak 2 hari lalu bicara diagno komunikasi persepsi/ tindakan keperawatan perilaku, - Mendengar aktif
tiba-tiba pelo yang sebelumnya kepala sis : verbal kognitif selama 3 kail 24 jam kelas Q, - Libatkan keluarga untuk
terasa pusing 0051 kelas 5, diharapkan suplay peningkata membantu memahami atau
DO : komunikas aliran darah ke otak n memahamkan informasi dari dan
- Pasien berbicara pelo i, kode lancar. Dengan kriteria : komunikas ke pasien
- Tanda-tanda vital diagnosis, - Komunikasi : i, kode - Dengarkan setiap ucapan pasien
- TD : 160/100 mmHg hambatan Mengekspresikan diagnosis dengan penuh perhatian
- N : 80 x/menit komunikas a. Dapat 4976 : - Gunakan kata-kata sederhana
- S : 36,5oC i verbal. menjawab dalam berkomunikasi dengan
- RR : 20 x/menit pertanyaan yang pasien
diajukan - Programkan speak language terapi
perawat - Lakukan speak language terapi
b. Dapat setiap interaksi dengan pasien
memahami dan - Peningkatan sistem dukungan
mengerti pesan- keluarga
pesan melalui
gambar
c. Dapat
mengekspresika
n perasaannya
secara
verbal/nonverba
l
- Status neurologi
2 Domain 5, persepsi/ kognitif Tgl. 30-11-2019 / Jam 08.00 WIB Tgl. 01-12-2019 / Jam 15.00 WIB Trisna Andri
kelas 5, komunikasi, kode - Mengukur tanda-tanda vital TD : 140/90 mmHg, S : Pasien mengatakan pusing sedikit kadang-
diagnosis, hambatan komunikasi N : 88 x/menit, S : 36,5OC, RR : 20x/menit kadang
verbal. - Kolaborasi pemberian terapi hipertensi dan obat- O :
obat lain dengan dokter spesialis seperti - TD : 140/90 mmHg, S : 36OC, RR :
citycolin, piracetam, amlodipin, aspilet dan lain- 20x/menit, N : 80x/menit
lain. - Anggota gerak kanan dapat digerakkan
sedikit-sedikit
A : Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan
otak teratasi sebagian
P:
- Intervensi dilanjutkan
- Mengkaji status neurologi pasien
- Monitor tanda-tanda peningkatan TIK
- Berikan terapi sesuai jadwal