Dalam perdagangan eceran atau ritel, adalah penting untuk mengenali kemungkinan-
kemungkinan kebocoran yang terjadi di dalam perusahaan. Hal ini perlu dilakukan karena
sangat berpengaruh pada pencapaian target laba yang diinginkan. Hasil penjualan yang terus
meningkat bukan selalu berarti labanya ikut meningkat, karena ada banyak kemungkinan
kebocoran-kebocoran dalam pengelolaannya. Sebaliknya meskipun hasil penjualan tidak
meningkat, laba mungkin masih bisa ditingkatkan kalau kebocoran-kebocoran yang terjadi bisa
lebih ditekan. Untuk itu kita perlu mengerti berbagai kebocoran yang bisa terjadi dan mencari
jalan keluar, cara-cara mengatasinya. Pada prinsipnya kehilangan barang di toko dapat
dikategorikan kedalam dua kelompok, yaitu :
Unknown loss merupakan kehilangan barang yang sesungguhnya akibat tindak pencurian baik
dilakukan oleh karyawan maupun pihak customer misalanya nilai barang yang dicuri,
kesalahan pencatatan administrasi, dsb. sedangkan unknown loss merupakan kehilangan
barang yang penyebabnya diketahui dan masih dapat dikontrol, misalnya tingginya tingkat
barang yang rusak untuk produk jajanan pasar akibat salah pemesanan barang (over stock).
Begitu pula halnya dengan barang-barang yang memliki masa kedaluarsa seperti susu segar
(fresh milk) dan barang fresh lainya. Jika barang-barang tersebut tidak ditangani dengan
FIFO (First in First Out, maka besar kemungkinan tingkat barang yang kedaluarsa juga akan
makin tinggi dan ini akan memperbesar known loss-nya.
Mengatasi kehilangan barang di toko memang tidak gampang. Namun retailer pasti mampu
menekan kehilanagan tersebut ke level yang masih dapat ditoleransi dengan dibuatnya system
prosedur yang efektif yang disertai komitmen, disiplin dan ketegasan.
Kebocoran yang menyebabkan kerugian dapat dilakukan pihak extern maupun intern
perusahaan.
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menanggulangi kebocoran adalah sebagai berikut :