Anda di halaman 1dari 14

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

“OSMK”

DOSEN:

DI SUSUN:KELAS II KELOMPOK 7

TIARA DWI KASIH (193210233)

SUCI RAHMADANI (193210232)

SOFIANI SAFITRI (193210231)

TOMI AGUS SAPUTRA (193210234)

UMAIRO USWATUN HASANAH (193210235)

POLTEKKES KEMENKES PADANG

PRODI D III KEPERAWATAN SOLOK

TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT . yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk bisa menyelesaikan tugas penyusunan makalah ini. Selanjutnya
shalawat serta salam penulis limpahkan kepada nabi Muhammad SAW yang telah
membimbing umat manusia menuju ilmu pengetahuan dan keimanan.

Penulis ingin menggunakan kesempatan ini untuk menyampaikan ucapan terimah


kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan
penyusunan makalah kepemimpinan baik dengan bantuan moral ataupun material.

Penulisan menyadari bahwa makalah ini memiliki kekurangan dan ketidak


sempurnaan.Untuk itu penulis mengharapkan kritik, saran, dan masukan konstruktif lainnya
guna memperbaiki kualitas makalah ini untuk masa yang akan datang. Penulis berharap
makalah ini bisa bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Amin...

Kabupaten solok,12,september2020

Penulis
A.Anfis Telinga

NAMA ANATOMI FISIOLOGI


A  LUBANG TELINGA Saluran penghubung antara Untuk menyalurkan geratan
aurikula dan membran suara menuju telinga bagian
timpani tengah
B  GENDANG Selaput yang memisahkan Untuk merespon suara yang
TELINGA telinga luar dan telinga ditandai dengan adanya
tengah getaran pada gendang
telinga
C  MALLEUS Tulang sebelah luar yang Melekat pada gendang
berbentuk seperti martil telinga
D  INCUS Tulang yang berada ditengan Meneruskan gelombang ke
berbentuk seperti landasan stapes
E  STAPES Tulang sanggurdi Penghubung telinga tengah
dan telinga dalam serta
meneruskan gelombang
bunyi ke otak
F  SALURAN Saluran penghubung telinga PENYEIMBANG
EUTASIUS dan nasofagus TEKANAN UDARA PADA
MEMBRAN TIMPANI
G KOKLEA Tulang yang berbentuk Mengubah getaran suara
seperti siput menjadi sinyal listrik di saraf
pendengaran
H SALURAN Saluran yang terdiri dari Saluran setengah lingkaran
SEMISIRCULAR saluran semikular superior,
posterior dan kanalis
I  VESTIBULAR Syaraf yang terdapat di Membuka fenestia aval dan
NERVE koklea febestra retundum
J  FACIAL NERVE Terletak diwajah Mengatur mimik wajah
K  AUDITORI NERVE Terletak di labirin (telinga Syaraf yang meneruskan
dalam) implus dari telinga ke otak
B.Pengertian Otitis Meedia Supuratif Kronik

Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah peradangan pada mukosa telinga tengah dan
ruang mastoid yang berlangsung lebih dari 3 bulan ditandai dengan adanya perforasi pada
membran timpani dan keluarnya cairan secara terus menerus atau hilang timbul dari liang
telinga. Otitis media supuratif kronis merupakan salah satu penyakit terbanyak di dunia
terutama di negara berkembang. Keterlambatan diagnosis dan penatalaksanaan berakibat
munculnya komplikasi yang dapat meningkatkan angka kematian. Komplikasi dapat terjadi
karena adanya infeksi, inflamasi, jaringan granulasi dan pembentukan kolesteatom yang terus
menerus. Komplikasi OMSK ini terdiri dari komplikasi intrakranial dan intratemporal
(ekstrakranial).

Mikroorganisme juga berperan besar dalam kejadian OMSK, baik bakteri aerob maupun
anaerob. Penyebab terbanyak adalah Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella, Staphylococcus
aureus, Proteus mirabilis. Dalam hal ini, perkembangan antibiotik turut berperan dalam
menekan angka kejadian OMSK

Otitis media supuratif kronis dibedakan atas dua yaitu OMSK tanpa kolesteatom dan
OMSK dengan kolesteatom. Otitis media supuratif kronis tanpa kolesteatom disebut juga
tipe aman. Pada tipe aman peradangan terjadi pada mukosa dan tidak mengenai tulang.
Perforasi membran timpani terletak di sentral. Tipe ini jarang menimbulkan komplikasi yang
berbahaya. Otitis media supuratif kronis yang disertai dengan kolesteatom disebut juga tipe
bahaya. Perforasi membran timpani letaknya marginal atau di atik. Sebagian besar
komplikasi yang berbahaya atau fatal timbul pada OMSK dengan kolesteatom ini.

Kolesteatom sendiri merupakan suatu kista epitelial yang berisi deskuamasi epitel
(keratin). Deskuamasi ini terbentuk terus menerus dan menumpuk sehingga kolesteatom
semakin besar. Banyak teori yang menjelaskan tentang patogenesis terbentuknya kolesteatom
diantaranya teori invaginasi, migrasi, metaplasi dan implantasi. Kolesteatom dapat
menyebabkan penekanan organ dan destruksi tulang di sekitarnya sehingga terjadi
komplikasi.
C.Etiologi OSMK

Pada OMSK bakteri penyebab dapat berupa bakteri aerob ( pseudomonas, aeruginosa,
escherichia col, S. Aureus, streptoccocus pyogenes, progeus mirabilis, klebsiella species) dan
bakteri aerob (bacteroides, peptostreptoccocus, proprionibacterium). Bakteri tersebut
ditemukan di kulit liang telinga namun dapat berpolimerisasi karena trauma, inflamasi
Komala serasi atau kelembaban yang tinggi. bakteri tersebut dapat masuk ke dalam telinga
tengah melalui perforasi yang kronis. P. Aeruginosa merupakan bakteri yang memiliki
kemampuan destruksi struktur telinga tengah dan mastoid yang progresif karena toksin dan
enzim yang dihasilkan.

Beberapa penyebab terjadinya omsk menurut R Amalia (2015) adalah:

1. Lingkungan
Prevalensi OMSK Pada beberapa negara dipengaruhi oleh kondisi sosial ,ekonomi,
suku, tempat tinggal yang padat, kebersihan dan nutrisi yang buruk.
2. Riwayat otitis media sebelumnya
Secara umum dikatakan otitis media kronik merupakan kelanjutan dari otitis media
akut atau otitis media dengan evolusi, dengan keadaan tersebut apabila tidak
mendapatkan penanganan yang tepat maka akan mengakibatkan otitis media kronik.
3. Infeksi
Infeksi pada omsk tersering dikarenakan oleh bakteri diantaranya yaitu pseudomonas
aeruginosa, stafilokokus aerus, dan proteus.
4. infeksi saluran nafas atas
Infeksi virus dapat mempengaruhi mukosa telinga tengah menyebabkan
menurunnya daya tahan tubuh terhadap organisme secara normal berada di dalam
telinga tengah sehingga memudahkan penumbuhan bakteri.
5. Autoimun
Penderita dengan penyakit autoimun mudah terkena penyakit OMSK.
6. Gangguan fungsi tuba eustachii
Pada omsk di mana tuh sering tersumbat oleh edema, pada telinga yang inaktif
berbagai metode telah digunakan untuk mengevaluasi fungsi Tuba eustachius dan
umumnya menyatakan bahwa tubuh tidak mungkin mengembalikan tekanan negatif
menjadi normal.

Menurut I Samosir (2018) faktor-faktor yang menyebabkan otitis media supuratif menjadi
kronis sangat majemuk, beberapa diantaranya:

1. Gangguan fungsi Tuba eustachius yang kronik akibat:


a. Infeksi hidung dan tenggorokan yang kronis atau berlubang.
b. Obstruksi anatomik Tuba eustachius versial atau total.
2. Perforasi Membran timpani yang menetap
3. Terjadinya metaplasia skuamosa atau perubahan patologis menetap pada telinga
tengah.
4. Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga tengah atau rongga mastoid.
5. Terdapat daerah-daerah yang skuesterisasi atau osteomielitis persisten di mastoid.
6. Faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi kelemahan umum atau perubahan
mekanisme pertahanan tubuh.

1.Gejala klinis

Menurut I Samosir (2008) gejala klinis omsk adalah sebagai berikut:

a. Telinga berair ( otorrhoe)


Secret bersifat purulen tergantung stadium peradangan titik pada omsk tipe
Dina, akibat dari reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi 16 rhombus
timpani dan infeksi akan didapatkan cairan keluar hingga timbul berupa mukopus
yang tidak berbau busuk titik pada omsk tipe ganas, terjadi kerusakan lapisan mukosa
secara luas sehingga 16 hromb telinga tengah berkurang atau hilang titik yang
bercampur darah merupakan efek dari jaringan granulasi dan polip telinga dan
merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya.
b. Gangguan pendengaran
Pada keadaan ini sering ditemukan tuli konduktif ataupun tuli campuran.
Penyebab besarnya ketulian diakibatkan oleh besar dan letak perforasi 17hrombos
timpani serta keutuhan dan mobilitas 17hromb pengantaran suara ke telinga tengah.
Tuli konduktif berat didapatkan pada tipe maligna.
c. Otalgia atau nyeri telinga
Terbendungnya drainase pos merupakan salah satu penyebab terjadinya
keluhan nyeri pada omsk. Dapat terjadi akibat hambatan pengaliran 17hromb
terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses
otak sebagai terjadinya komplikasi berupa Petro Cities subperiosteal abses atau
17hrombosis sinus lateralis.
d. Vertigo
Vertigo pada omsk merupakan gejala yang serius. Keluhan vertigo merupakan
tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatoma titik
yang timbul biasanya akibat Perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada
penderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar
Membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh
perbedaan suhu titik penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan menyebabkan
keluhan vertigo. Fistula merupakan temuan yang serius pada omsk karena infeksi
kemudian dapat berlanjut dari telinga tengah dan telinga dalam sehingga timbul
labirinitis dan bisa berlanjut menjadi meningitis.

D.Manifestasi Klinis

1. .Perforasi pada marginal atau pada atik.


2. Abses atau kiste retroaurikuler (belakang telinga)
3. Polip atau jaringan granulasi di liang telinga luar yang berasal dari dalam telinga
tengah.
4. Terlihat kolesteatom pada telinga tengah (sering terlihat di epitimpanum).
5. Sekret berbentuk cairan atau nanah dan kadang berbau khas (aroma kolesteatom)
6. Terlihat bayangan kolesteatom pada foto rontgen mastoid.

E.Patofisiologi

Patofisiologi OMSK melibatkan berbagai faktor yang berhubungan dengan tuba


eustakhius, baik faktor lingkungan, faktor genetik, maupun faktor anatomik. Tuba eustakhius
memiliki fungsi penting yang berhubungan dengan kavum timpani, diantaranya fungsi
ventilasi, fungsi proteksi, dan fungsi drainase. Penyebab endogen maupun eksogen dapat
mengganggu 16 fungsi tuba dan menyebabkan otitis media.

Penyebab endogen misalnya gangguan silia pada tuba, deformitas palatum, atau
gangguan otot-otot dilatator tuba. Penyebab eksogen misalnya infeksi atau alergi yang
menyebabkan inflamasi pada muara tuba.13,17 Mayoritas OMSK merupakan kelanjutan atau
komplikasi otitis media akut (OMA) yang mengalami perforasi. Namun, OMSK juga dapat
terjadi akibat kegagalan pemasangan pipa timpanostomi (gromet tube) pada kasus otitis
media efusi (OME).

Perforasi membran timpani gagal untuk menutup spontan, sehingga mudah terjadi
infeksi berulang dari telinga luar atau paparan alergen dari lingkungan. Keadaan ini
menyebabkan otorea yang persisten.12,13 Infeksi kronis ataupun infeksi akut berulang pada
hidung dan tenggorokan dapat menyebabkan gangguan fungsi tuba eustakhius sehingga
kavum timpani mudah mengalami gangguan fungsi hingga infeksi dengann otorea terus-
menerus atau hilang timbul.

Peradangan pada membran timpani menyebabkan proses kongesti vaskuler,


mengakibatkan terjadi iskemi pada suatu titik, yang selanjutnya terjadi titik nekrotik yang
berupa bercak kuning. Bila disertai tekanan akibat penumpukan discharge dalam kavum
timpani dapat mempermudah terjadinya perforasi membran timpani.

Perforasi yang menetap akan menyebabkan rongga timpani selalu berhubungan


dengan dunia luar, sehingga kuman yang berasal dari kanalis auditorius eksternus dan dari
udara luar dapat dengan bebas masuk ke dalam kavum timpani. Kuman yang bebas masuk ke
dalam kavum timpani menyebabkan infeksi yang 17 mudah berulang atau bahkan
berlangsung terus-menerus. Keadaan kronik ini ditetapkan berdasarkan waktu dan
penggolongan stadium didasarkan pada keseragaman gambaran patologi. Ketidakseragaman
gambaran patologi disebabkan oleh proses yang bersifat eksaserbasi atau persisten, efek dari
kerusakan jaringan, serta pembentukan jaringan

F.faktor resiko

1. Terdapat beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya otitis media.
Misalnya:
2. Anak-anak di usia 6 bulan sampai 2 tahun rentan terhadap infeksi telinga, karena
ukuran dan bentuk tuba eustachius dan sistem imun yang masih berkembang.
3. Anak-anak yang ditempatkan di penitipan anak. Mereka di kategori ini lebih rentan
terserang pilek dan infeksi telinga daripada anak-anak yang tinggal di rumah.
4. Pemberian makan bayi. Si Kecil yang minum dari botol, terutama saat berbaring,
cenderung rentan terhadap infeksi telinga daripada bayi yang disusui oleh ibunya
(dengan payudara).
5. Kebiasaan merokok atau paparan asap rokok.
6. Bekerja di tempat dengan banyak polusi.

G.Pemeriksaan Penunjang Otitis Media Supuratif Kronis

Pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada pasien OMSK yang dicurigai mengalami
komplikasi. Diantaranya pemeriksaan laboratorium darah dan tomografi komputer.
Tomografi komputer dapat dilakukan dengan cepat dan sangat terpercaya dalam menilai
telinga tengah, pneumatisasi air sel mastoid dan adanya komplikasi ke intrakranial.
Pemeriksaan penunjang lain yang biasa dilakukan adalah pungsi lumbal, untuk menilai
adanya meningitis. Pungsi lumbal biasanya dilakukan setelah pemeriksaan laboratorium
darah dan tomografi komputer yang menggambarkan adanya komplikasi ke intrakranial.
Pungsi lumbal ini menjadi kontra indikasi pada pasien dengan abses otak dan empiema
subdural.

1.Meningitis

Meningitis merupakan komplikasi intrakranial yang paling banyak terjadi pada pasien
OMSK. Angka kematian akibat meningitis bakterialis cukup tinggi, antara 5-18,75%
terutama pada pasien usia tua dengan meningitis pneumokokus.

Meningitis dapat terjadi melalui ekstensi langsung melewati tulang yang erosi,
saluran yang sudah terbentuk sebelumnya atau melalui darah (hematogen). Gejala utama
meningitis adalah sakit kepala berat, demam tinggi, fotofobia dan perubahan status mental.
Tingkat kesadaran pasien dapat berbeda tergantung derajat penyakit. Pada kasus yang berat
biasanya terjadi penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan neurologis ditemukan kaku kuduk
yang dapat disertai dengan tanda Kernig dan Brudzinski. Pemeriksaan funduskopi terkadang
memperlihatkan edema papil.

2.Pungsi lumbal

Pungsi lumbal merupakan modalitas utama untuk pemeriksaan cairan serebrospinal


pada pasien meningitis. Sebelum pemeriksaan pungsi lumbal, dilakukan pemeriksaan
tomografi komputer, untuk melihat adanya abses otak, serebritis atau empiema subdural.
Pungsi lumbal menjadi kontraindikasi pada keadaan di atas. Analisis cairan serebrospinal
pada pasien meningitis menunjukkan kadar gula menurun dan protein yang tinggi.
Pemberian antibiotik spektrum luas dengan dosis maksimal merupakan modalitas
utama dalam penatalaksanaan meningitis. Antibiotik diberikan selama 7-15 hari. Antibiotik
ditujukan untuk kuman gram negative atau positif dan kuman anerob. Kortikosteroid
intravena juga dapat membuat prognosis jadi lebih baik terutama bila diberikan segera
dengan dosis optimal. Mastoidektomi emergensi dalam 24 jam tidak dianjurkan lagi. Operasi
emergensi dilakukan pada pasien dengan mastoiditis atau dengan infeksi berat, gejala
neurologis yang tidak membaik dalam 48 jam setelah terapi inisial dan terapi antibiotik dosis
tinggi. Operasi mastoidektomi untuk mengangkat kolesteatom dilakukan apabila kondisi
neurologis telah stabil.

H.Komplikasi Dan Prognosis

1.OMSK tipe benigna :

Omsk tipe benigna tidak menyerang tulang sehingga jarang menimbulkan komplikasi,
tetapi jika tidak mencegah invasi organisme baru dari nasofaring dapat menjadi superimpose
otitis media supuratif eksaserbsi akut dapat menimbulkan komplikasi dengan terjadinya
tromboplebitis vaskuler.

Prognosis dengan pengobatan local, otorea dapat mongering. Tetapi sisa perforasi
sentral yang berkepanjangan memudahkan infeski dari nasofaring atau bakteri dari meatus
eksterna khususnya terbawa oleh air, sehingga penutupan membrane timpani disarankan.

2.OMSK tipe maligna :

Komplikasi dimana terbentuknya kolesteatom berupa :

a.Erosi canalis tulang

b.Erosi tegmen timpani dan abses ekstradural

c.Erosi pada permukaan lateral mastoid dengan timbulnya abses subperiosteal

d. Erosi pada sinus sigmoid

Prognosis kolesteatom yang tidak diobati akan berkembang menjadi meningitis, abes
otak, prasis fasialis atau labirintis supuratif yang semuanya fatal. Sehingga OMSK type
maligna harus diobati secara aktif sampai proses erosi tulang berhenti.
I.ASKEP OMSK

I.Pengkajian fokus

1. Sakit telinga

2.ketajaman pendengaran

3.Tinitus

4.Suara bergema

5. Vertigo

6.Gatal pada telinga

7. Cairan telinga : hitam,kemerahan ,jernih,kuning.

8.Tipe warna dan jumlah cairan telinga.

9. TTV : peningkatan TD, suhu, pernafasan, nadi.

10. Kemampuan untuk mendengar.

II. Diagnosa Keperawatan

1.Gangguan Persepsi Sensori Pendengaran berhubungan dengan Perforasi Membran timpani

Tujuan : memperbaiki fungsi pendengaran

kriteria:

- Tidak keluar cairan pada telinga

- Membrane timpani yang bocor tertutup kembali

- Tidak ada serumen pada telinga

- Tidak berdenging dan gatal pada telinga


Intervensi

1. Berikan pemahaman tentang prosedur tindakan irigasi

2. Anjurkan pasien agar menghindari masuknya air ke telinga

3. kolaborasi dengan dokter dalam pemberian hydrogen peroksida/H2O2 untuk melakukan


tindakan pengambilan serumen, cairan dengan irigasi, dan suction.

4. Kolaborasi dalam pemberian obat tetes telinga dan antibiotik

Rasional

1.Sebagai informasi yang baik sebelum dilakukan tindakan

2.Mencegah infeksi yang mungkin bisa tejadi sewaktu- waktu

3.Dapat melembutkan serumen dan kotoran yang akan dikeluarkan.

4.Mempercepat penyembuhan membran timpani yang pecah dan mencegah infeksi lebih jauh

J.DX KEPERAWATAN DAN INTERVENSI

A. DIAGNOSA
1. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan hantaran udara/suara yang diterima
menurun
Ds : Klien mengatakan pendengarannya berkurang sejak dua bulan yang lalu
Do : telinga kanan klien tampak ada penumpukan cairan dan klien tampak
kebingungan apa yang dibicarakan oleh dokter dan perawat.

INTERVENSI

1. Kaji tingkat kemampuan komunikasi klien


2. Observasi tanda tanda awal kehilangan pendengaran lebih lanjut
3. Anjurkan klien menggunakan teknik yang aman sehingga dapat mencegah ketulian
yang lebih jauh
4. Anjurkan keluarga agar berbicara pelan ketika berkomunikasi dengan klien
5. Kolaborasi dengan dokter pemberian therapy
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dengan bau yang keluar dari
telinga kanannya
Ds : klien mengatakan malu dengan penyakitnya karena menimbulkan bau yang tidak
enak
Do : klien tampak malu ketika diperiksa telinga kanannya

INTERVENSI

1. Beritahu klien bahwa penyakitnya dapat diatasi


2. Anjurkan klien untuk menggunakan antibiotic secara teratur
3. Anjurkan klien untuk membersihkan telinganya
DAFTAR PUSTAKA

Shinta, dkk. 2020. Sistem indra T.H.T.K.L Dan Mata. Singapore. Elsevier. Diakses melalui
https://books.google.co.id/books?
id=zCD3DwAAQBAJ&pg=PA330&dq=manifestasi+klinis+pada+pasien+OMSK&hl=id&sa=X&ved=2ahU
KEwjJo6Km6d7rAhWUeX0KHXwRB84Q6AEwAHoECAMQAg

R Amalia. 2015. Diakses melalui http://repository.unimus.ac.id/1497/4/BAB%20II.pdf

I Samosir. 2018. Diakses melalui http://eprints.undip.ac.id/62210/3/BAB_II.pdf

Jenny Tri Yuspita Sari1, dkk. 2018. Jurnal Kesehatan Andalas. Otitis Media Supuratif Kronis Tipe
Kolesteatom dengan Komplikasi Meningitis dan Paresis Nervus Fasialis Perifer. Padang

Anda mungkin juga menyukai