Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KASUS

KULIT DAN KELAMIN

Oleh :

Athiyah Ulya Arif (70700120037)

Rini Suherti (70700120041)

Pembimbing :

dr. Alifia Ayu Delima, M.Kes

Supervisor :

DR. dr. Sitti Musafirah, Sp.KK., M.Kes.,FINS-DV

DEPARTEMEN KULIT DAN KELAMIN

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus dengan judul

Herpes Zoster

Telah memenuhi persyaratan dan telah disetujui

Pada tanggal ……………………………

Oleh :

Pembimbing Supervisor

DR. dr. Sitti Musafirah, Sp.KK., M.Kes.,FINS-DV

NIP : ………………………….

Mengetahui,
Ketua Program Pendidikan Profesi Dokter
UIN Alauddin Makassar

dr. Azizah Nurdin, Sp.OG., M.Kes


NIP : 198409052009012011
I. Skenario Kasus

Seorang perempuan 41 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan


muncul bintik-bintik kemerahan berisi cairan pada daerah perut kanan bawah
sampai daerah pinggang kanan, dirasakan sejak 3 hari. Bintik-bintik merah
tersebut disertai rasa nyeri terbakar dan kulit sekitarnya juga merah dan nyeri.
Awalnya bintik merah tersebut hanya muncul 1-2 saja, kemudian bertambah
banyak dan menjadi berkelompok. Sebelumnya pasien mengalami demam dan
nyeri sendi. Riwayat penyakit yang sama sekitar 10 tahun yang lalu, tapi
perlangsungannya tidak lama dan sembuh sendiri tanpa diobati. Riwayat cacar
air (+) sewaktu kecil. Riwayat keluarga (+) saudara pasien seminggu yang lalu
terkena cacar air. Riwayat alergi (-).

Identitas pasien :

Nama : Ny. A

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 41 tahun

Pekerjaan : IRT
Alamat :

Status pernikahan : Menikah

Agama : Islam

II. Anamnesis
Keluhan utama : Keluhan muncul bintik-bintik kemerahan berisi
cairan pada daerah perut kanan bawah sampai pinggang kanan. Keluhan bintik
kemerahan dialami sejak 3 hari yang lalu, keluhan disertai rasa nyeri terbakar dan
kulit sekitarnya juga merah dan nyeri. Awalnya bintik merah tersebut hanya muncul 1-
2 saja, kemudian bertambah banyak dan menjadi berkelompok.
Keluhan penyerta : Demam dan nyeri sendi
Riwayat penyakit dahulu : Riwayat cacar air sewaktu kecil. Riwayat
keluhan yang sama sekitar 10 tahun yang lalu, tapi perlangsungannya tidak
lama dan sembuh sendiri tanpa diobati
Riwayat keluhan yang sama pada teman : -
Riwayat Keluarga : Riwayat keluarga (+) saudara pasien seminggu
yang lalu terkena cacar air
Riwayat Alergi :-
Riwayat Operasi :-
Riwayat Trauma :-
III. Status Generalis
Tidak dilakukan
IV. Pemeriksaan Umum Fisik Dan Khusus
Status Dermatologis :
Lokasi : Daerah perut kanan bawah sampai daerah pinggang
kanan
Karakteristik lesi :
- Jumlah : Multiple
- Bentuk : Bulat
- Batas : Berbatas tegas
- Ukuran : Miliar, Lentikular
- Efloresensi : Vesikel berkelompok unilateral tersusun dermatomal
dengan dasar eritema, papul

Tanda vital :-

Kepala :

 Sklera :-
 Konjungtiva :-
 Bibir :-

Thorax :-

Abdomen :-

Ekstremitas :-

Genital :-

Kelenjar limfe :-

V. Pemeriksaan Penunjang : -
VI. Resume
Telah diperiksa seorang pasien dengan keluhan muncul bintik-bintik
kemerahan berisi cairan pada daerah perut kanan bawah sampai daerah
pinggang kanan, dirasakan sejak 3 hari. Bintik-bintik merah tersebut disertai
rasa nyeri terbakar dan kulit sekitarnya juga merah dan nyeri. Awalnya bintik
merah tersebut hanya muncul 1-2 saja, kemudian bertambah banyak dan
menjadi berkelompok. Sebelumnya pasien mengalami demam dan nyeri sendi.
Riwayat penyakit yang sama sekitar 10 tahun yang lalu, tapi perlangsungannya
tidak lama dan sembuh sendiri tanpa diobati. Riwayat cacar air (+) sewaktu
kecil. Riwayat keluarga (+) saudara pasien seminggu yang lalu terkena cacar
air. Riwayat alergi (-)
Status dermatologis : Didapatkan lokalisasi lesi pada regio perut kanan bawah
sampai pinggang kanan. Karakteristik lesi yakni jumlah lesi multiple,
berbentuk bulat, berbatas tegas, berukuran miliar dan lentikular. Adapun
effloresensi yang didapatkan yaitu vesikel berkelompok, unilateral tersusun
dermatomal dengan dasar eritema serta papul.
Riwayat penyakit dahulu (+) cacar air sewaktu kecil. Riwayat penyakit yang
sama sekitar 10 tahun yang lalu, perlangsungannya tidak lama dan sembuh
sendiri tanpa diobati
Riwayat keluhan sama pada keluarga (+) saudara pasien seminggu yang lalu
terkena cacar air
VII. Diagnosis : Herpes Zoster
A. Definisi
Herpes zoster adalah infeksi viral kutaneus pada umumnya melibatkan
kulit dengan dermatom tunggal atau yang berdekatan. Herpes zoster
merupakan hasil dari reaktivasi virus varisela zoster yang memasuki saraf
kutaneus selama episode awal chicken pox. Shingles adalah nama lain dari
herpes zoster.
B. Epidemiologi
Herpes zoster terjadi secara sporadis sepanjang tahun tanpa prevalensi
musiman. Terjadinya herpes zoster tidak tergantung pada prevalensi varisela,
dan tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa herpes zoster dapat diperoleh
oleh kontak dengan orang lain dengan varisela atau herpes. Sebaliknya,
kejadian herpes zoster ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi
hubungan host- virus.
C. Etiopatogenesis
Varisela sangat menular dan biasanya menyebar melalui droplet
respiratori. VVZ bereplikasi dan menyebar ke seluruh tubuh selama kurang
lebih 2 minggu sebelum perkembangan kulit yang erupsi. Pasien infeksius
sampai semua lesi dari kulit menjadi krusta. Selama terjadi kulit yang erupsi,
VVZ menyebar dan menyerang saraf secara retrograde untuk melibatkan
ganglion akar dorsalis di mana ia menjadi laten. Virus berjalan sepanjang saraf
sensorik ke area kulit yang dipersarafinya dan menimbulkan vesikel dengan
cara yang sama dengan cacar air. Zoster terjadi dari reaktivasi dan replikasi
VVZ pada ganglion akar dorsal saraf sensorik. Latensi adalah tanda utama
virus Varisela zoster dan tidak diragukan lagi peranannya dalam patogenitas.
Sifat latensi ini menandakan virus dapat bertahan seumur hidup hospes dan
pada suatu saat masuk dalam fase reaktivasi yang mampu sebagai media
transmisi penularan kepada seseorang yang rentan.1 Reaktivasi mungkin
karena stres, sakit immunosupresi, atau mungkin terjadi secara spontan.3 Virus
kemudian menyebar ke saraf sensorik menyebabkan gejala prodormal
dan erupsi kutaneus dengan karakteristik yang dermatomal. Infeksi
primer VVZ memicu imunitashumoral dan seluler, namun dalam
mempertahankan latensi, imunitas seluler lebih penting pada herpes zoster.
Keadaan ini terbukti dengan insidensi herpes zoster meningkat pada pasien
HIV dengan jumlah CD menurun, dibandingkan dengan orang normal.
D. Gambaran Klinis
Varisela biasanya dimulai dengan demam prodromal virus, nyeri otot,
dan kelelahan selama 1 sampai 2 hari sebelum erupsi kulit. Inisial lesi kutaneus
sangat gatal, makula dan papula eritematosa pruritus yang dimulai pada wajah
dan menyebar ke bawah. Papula ini kemudian berkembang cepat menjadi
vesikel kecil yang dikelilingi oleh halo eritematosa, yang dikenal sebagai
“tetesan embun pada kelopak mawar” ( “dew drop on rose petal” ). Setelah
vesikel matang, pecah membentuk krusta. Lesi pada beberapa tahapan evolusi
merupakan karakteristik dari varisela.
Manifestasi dari herpes zoster biasanya ditandai dengan rasa sakit yang
sangat dan pruritus selama beberapa hari sebelum mengembangkan
karakteristik erupsi kulit dari vesikel berkelompok pada dasar yang
eritematosa.
Gejala prodormal biasanya nyeri, disestesia, parestesia, nyeri tekan
intermiten atau terus menerus, nyeri dapat dangkal atau dalam terlokalisir,
beberapa dermatom atau difus. Nyeri prodormal tidak lazim terjadi pada
penderita imunokompeten kurang dari usia 30 tahun, tetapi muncul pada
penderita mayoritas diatas usia 60 tahun. Nyeri prodormal : lamanya kira –kira
2 – 3 hari, namun dapatlebih lama.
Gejala lain dapat berupa rasa terbakar dangkal , malaise, demam, nyeri
kepala, dan limfadenopati, gatal , tingling. Lebih dari 80% pasien biasanya
diawali dengan prodormal, gejala tersebut umumnya berlangsung beberapa hari
sampai 3 minggu sebelum muncul lesi kulit.
E. Diagnosis
Diagnosis herpes zoster pada anamnesis didapatkan keluhan berupa
neuralgia beberapa hari sebelum atau bersama-sama dengan timbulnya
kelainan kulit. Adakalanya sebelum timbul kelainan kulit didahului gejala
prodromal seperti demam, pusing dan malaise.
Kelainan kulit tersebut mula-mula berupa eritema kemudian
berkembang menjadi papula dan vesikula yang dengan cepat membesar dan
menyatu sehingga terbentuk bula. Isi vesikel mula-mula jernih, setelah
beberapa hari menjadi keruh dan dapat pula bercampur darah. Jika absorbsi
terjadi, vesikel dan bula dapat menjadi krusta.
Secara laboratorium, pemeriksaan sediaan apus tes Tzanck membantu
menegakkan diagnosis dengan menemukan sel datia berinti banyak. Demikian
pula pemeriksaan cairan vesikula atau material biopsi dengan mikroskop
elektron, serta tes serologik. Pada pemeriksaan histopatologi ditemukan
sebukan sel limfosit yang mencolok, nekrosis sel dan serabut saraf, proliferasi
endotel pembuluh darah kecil, hemoragi fokal dan inflamasi bungkus ganglion.
Partikel virus dapat dilihat dengan mikroskop elektron dan antigen virus herpes
zoster dapat dilihat secara imunofluoresensi.

VIII. DD Diagnosis
a. Varicella
Varicella adalah suatu penyakit infeksi akut primer oleh virus Varicella
Zoster yang menyerang kulit, mukosa dan selaput lendir, klinis terdapat gejala
konstitusi, kelainan kulit polimorf ditandai oleh adanya vesikel-vesikel,
terutama berlokasi di bagian sentral tubuh. Sinonimnya adalah cacar air,
chicken pox. Penyebab varisela adalah virus varisela-zoster (VVZ).
Masa inkubasi penyakit ini berlangsung 14 sampai 21 hari. Gejala
klinis mulai gejala prodromal, yakni demam yang tidak terlalu tinggi, malaise
dan nyeri kepala, kemudian disusul timbulnya erupsi kulit berupa papul
eritematosa yang dalam waktu beberapa jam berubah menjadi vesikel. Bentuk
vesikel ini khas berupa tetesan embun (tear drops). Vesikel akan berubah
menjadi keruh (pustul) dalam waktu 24 jam dan kemudian pecah menjadi
krusta. Biasanya vesikel menjadi kering sebelum isinya menjadi keruh.
Sementara proses ini berlangsung, dalam 3-4 hari erupsi tersebar disertai
perasaan gatal. Timbul lagi vesikel- vesikel yang baru di sekitar vesikula yang
lama, sehingga menimbulkan gambaran polimorfi. Stadium erupsi yang seperti
ini disebut sebagai stadium erupsi bergelombang.
Gambar 1 : Infeksi varicella pada penderita

Penyebaran terutama di daerah badan dan kemudian menyebar secara


sentrifugal ke muka dan ekstremitas, serta dapat menyerang selaput lendir
mata, mulut, dan saluran napas bagian atas. Jika terdapat infeksi sekunder
terdapat pembesaran kelenjar getah bening regional. Penyakit ini biasanya
disertai gatal.
Pada pasien yang belum mendapat vaksinasi, ruam dimulai dari muka
dan skalp, dan kemudian menyebar secara cepat ke badan dan sedikit ke
ekstremitas. Lesi baru muncul berturut- turut, dengan distribusi terutama di
bagian sentral. Ruam cenderung padat kecil-kecil di punggung dan antara
tulang belikat daripada skapula dan bokong dan lebih banyak terdapat pada
medial daripada tungkai sebelah lateral. Tidak jarang terdapat lesi di telapak
tangan dan telapak kaki, dan vesikula sering muncul sebelumnya dan dalam
jumlah yang lebih besar di daerah peradangan, seperti daerah yang terkena
sengatan matahari.
Gambar 2 : Infeksi varicella pada penderita dengan imunisasi

b. Impetigo vesikobullosa
Impetigo bulosa atau impetigo vesikobulosa atau cacar monyet
merupakan bentuk dari pioderma superfisialis yang disebabkan
stayphylococcus aureus.
Keadaan umum tidak dipengaruhi. Tempat predileksi di aksila, dada,
punggung. Sering bersama milliaria. Kelainan kulit berupa eritema, bula, dan
bula hipopion, terkadang bila pasien datang berobat vesikel/ bula telah pecah
sehingga yang nampak hanya koleret dan dasarnya masih eritematosa.

Gambar 3 : Impetigo vesikobullosa


IX. Terapi Farmakologi dan nonfarmakologi
- Sistemik
a. Obat Antivirus
Obat yang biasa digunakan ialah asiklovir dan modifikasinya,
misalnya valasiklovir dan famsiklovir. Asiklovir bekerja sebagai
inhibitor DNA polimerase pada virus. Asiklovir dapat diberikan peroral
ataupun intravena. Asiklovir Sebaiknya pada 3 hari pertama sejak lesi
muncul. Dosis asiklovir peroral yang dianjurkan adalah 5×800 mg/hari
selama 7 hari, sedangkan melalui intravena biasanya hanya digunakan
pada pasien yang imunokompromise atau penderita yang tidak bisa
minum obat. Obat lain yang dapat digunakan sebagai terapi herpes zoster
adalah valasiklovir. Valasiklovir diberikan 3×1000 mg/hari selama 7
hari, karena konsentrasi dalam plasma tinggi. Selain itu famsiklovir juga
dapat dipakai. Famsiklovir juga bekerja sebagai inhibitor DNA
polimerase. Famsiklovirdiberikan 3×200 mg/hari selama 7 hari.
b. Analgetik
Analgetik diberikan untuk mengurangi neuralgia yang
ditimbulkan oleh virus herpes zoster. Obat yang biasa digunakan adalah
asam mefenamat. Dosis asam mefenamat adalah 1500 mg/hari
diberikan sebanyak 3 kali, atau dapat juga dipakai seperlunya ketika
nyeri muncul.
c. Kortikosteroid
Indikasi pemberian kortikostreroid ialah untuk Sindrom Ramsay
Hunt. Pemberian harus sedini mungkin untuk mencegah terjadinya
paralisis. Yang biasa diberikan ialah prednison dengan dosis 3×20
mg/hari, setelah seminggu dosis diturunkan secara bertahap. Dengan
dosis prednison setinggi itu imunitas akan tertekan sehingga lebih baik
digabung dengan obat antivirus.
- Topical
Terapi topikal seperti krim EMLA, lidokain patches, dan krim
capsaicin dapat digunakan untuk neuralgia paska herpes. Solutio
Burrow dapat digunakan untuk kompres basah Kompres diletakkan
selama 20 menit beberapa kali sehari, untuk maserasi dari vesikel,
membersihkan serum dan krusta, dan menekan pertumbuhan bakteri.
Solutio Povidone- iodine sangat membantu membersihkan krusta dan
serum yang muncul pada erupsi berat dari orang tua. Acyclovir topikal
ointment diberikan 4 kali sehari selama 10 hari untuk pasien
imunokompromised yang memerlukan waktu penyembuhan jangka
pendek.

X. Komunikasi, informasi, dan edukasi


Beberapa edukasi yang dapat disampaikan kepada pasien berupa anjuran
untuk memulai pengobatan sesegera mungkin untuk mencegah komplikasi
yang terjadi, tidak menggaruk lesi, tetap membersihkan diri seperti mandi dan
sebagainya agar tetap menjaga kebersihan badan pasien, serta mengurangi
tingkat kecemasan pasien terhadap keluhan yang diderita. Tak lupa pula
melakukan pendekatan rohaniah kepada pasien bahwa keluhan pasien akan
sembuh jika pasien tetap percaya bahwa semua penyakit ada obatnya dan tetap
berpikir positif dan rajin melakukan pengobatan.
Selain itu, edukasi juga dapat dilakukan kepada pasien bahwa dapat
dilakukan pemberian booster vaksin varisela strain oka terhadap orang tua
untuk meningkatkan kekebalan spesifik terhadap VVZ sehingga dapat
memodifikasi perjalanan penyakit herpes zoster.
DAFTAR PUSTAKA

1. Amiruddin Dali Muh. Ilmu Penyakit Kulit. Makassar: FK Unhas. 2003


2. Davey P. At a glance medicine. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2006. h.287, 409.
3. Ganong, W. F. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC. 2009
4. Davey Patrick. At a Glance Medicine. Jakarta : Erlangga. 2006
5. Adhi Djuanda, dkk. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Edisi 6. Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
6. Siregar, R.S. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta:EGC.
7. Dorland. W.A. Kamus Kedokteran Dorlan. Jakarta: EGC. 2011.
8. Fitzpatrick, Freedeberg IM, Eisen AZ, Wolff K, Austen KF,
Goldsmith LA, Katz St. Dermatology in General Medicine. Edisi
6. New York. The Mc Graw-Hill Companies Inc. 2019.

Anda mungkin juga menyukai