Anda di halaman 1dari 17

Departemen Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan


Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

REFERAT
MANIFESTASI KULIT PADA PASIEN COVID 19

OLEH:
Athiyah Ulya Arif (70700120037)

Rini Suherti (70700120041)

PEMBIMBING:
dr. Andi Alifia Ayu Delima, M.Kes
SUPERVISOR :
dr. Nurul Rumila Roem, Sp.KK

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN PROGRAM
PENDIDIKAN PROFESI DOKTER FAKULTAS
KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2021

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur yang sebesar – besarnya penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya kepada kita semua
bahwa dengan segala keterbatasan yang penulis miliki akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penulisan referat dengan judul “Manifestasi kulit pada pasien
COVID 19” dalam rangka tugas kepaniteraan klinik Departemen Ilmu Penyakit
kulit dan kelamin, Program Pendidikan Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar. Keberhasilan penyusunan referat ini
adalah berkat bimbingan, kerja sama, serta bantuan moril dan materil dari berbagai
pihak yang telah diterima penulis sehingga segala rintangan yang dihadapi selama
penulisan dan penyusunanreferat ini dapat terselesaikan dengan baik.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan memberikan
penghargaan yang setinggi-tingginya secara tulus dan ikhlas kepada yang
terhormat:
1. dr. Andi Alifia Ayu Delima, M. Kes selaku pembimbing.
2. dr. Nurul Rumila Roem, Sp. KK selaku supervisor.
Serta semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu-
persatu.
Tidak ada manusia yang sempurna maka penulis menyadari sepenuhnya
bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, sehingga dengan segala kerendahan
hati penulis siap menerima kritik dan saran serta koreksi yang membangun dari
semua pihak.

Makassar, 11 Agustus 2021

Athiyah Ulya Arif, Rini Suherti

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Referat dengan judul “Manifestasi Kulit pada Pasien COVID 19


Telah memenuhi persyaratan dan telah disetujui Pada Tanggal……….
Oleh:
Pembimbing

dr. Andi Alifia Ayu Delima, M. Kes

Supervisor

dr. Nurul Rumila Roem, Sp. KK

Mengetahui,
Ketua Program Pendidikan Profesi Dokter UIN Alauddin Makassar

dr. Azizah Nurdin, Sp.OG.,M.Kes

NIP: 198409052009012011

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii


LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iv
BAB I ............................................................................................................ 5
PENDAHULUAN ......................................................................................... 5
BAB I ............................................................................................................ 7
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 7
2.1 Ruam Makulopapular (Morbiliform rash) ......................................... 7
2.2 Urtikaria ............................................................................................. 8
2.3 Vesikular ............................................................................................ 9
2.4 Covid Toes ........................................................................................ 10
2.5 Livedo Racemosa.............................................................................. 11
2.6 Alopesia Androgenetik ..................................................................... 13
2.7 Ruam Petechiae/Purpura ................................................................. 13
BAB III ........................................................................................................ 14
KESIMPULAN ........................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 15

iv
BAB I

PENDAHULUAN

Pada akhir tahun 2019, pertama kali ditemukan kasus pneumonia yang
tidak teridentifikasi terjadi di Wuhan, Cina yang disebabkan oleh patogen novel
coronavirus, yang dinamai dengan Severe Acute Respiratory Syndrome Corona
Virus 2 (SARS-CoV-2). SARSCoV-2 menjadi patogen penyebab Coronavirus
Disease 2019 (COVID-19) dan dapat ditransmisikan melalui droplet.1 Sejak
Februari 2020, penyakit COVID-19 menyebar cepat ke luar Cina hingga ke dunia.
Pada 11 Maret 2020, WHO menyatakan COVID-19 sebagai pandemi.2
Manifestasi awal COVID-19 bervariasi berupa demam dan gejala respirasi, serta
manifestasi klinis yang melibatkan sistem organ multiple, termasuk manifestasi
kardiovaskular, gastrointestinal, dan kulit.3,4

WHO melaporkan terdapat 69 juta kasus terkonfirmasi COVID-19 di


dunia pada tanggal 11 Desember 2020. Termasuk di dalamnya 1,57 juta kematian.
Asia tenggara menjadi urutan ketiga dengan kasus terbanyak setelah Amerika dan
Eropa, yaitu pada tanggal 11 Desember 2020 terdapat 11,2 juta kasus
terkonfirmasi. Di Indonesia, sejak 3 Januari hingga 11 Desember 2020, WHO
melaporkan 598.933 kasus terkonfirmasi positif dengan 18.336 kematian.6

Manifestasi kelainan kulit pada COVID-19 pertama kali dilaporkan pada


awal April 2020 oleh dermatologis Perancis. Selain itu terdapat dermatologis
Italia dan Perancis menyadari lesi kulit ini, ketika angka kejadian COVID-19 yang
tinggi di negara tersebut. Kemudian disusul oleh laporan di negara Eropa dan
Amerika. Lesi kulit tersebut semakin banyak dilaporkan sejak dilaporkan pertama
kali oleh Recalcati.6 Galvan Casas et al telah melakukan penelitian prospektif
cepat di Spanyol terhadap 375 kasus kelainan kulit pada pasien COVID-19.7
Sachdeva et al juga melaporkan 3 kasus manifestasi kelainan kulit yang muncul
pada pasien COVID-19 di Milan.

5
Manifestasi kelainan kulit ini dapat berguna untuk mengidentifikasi orang
tanpa gejala COVID-19. Gejala kulit yang mungkin timbul sebelum gejala
respirasi pada pasien COVID-19, dapat meningkatkan kewaspadaan dengan
isolasi mandiri dan pemeriksaan segera, sehingga akan membantu untuk
menghambat laju transmisi dari virus yang sangat infeksius ini.8

6
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ruam Makulopapular (Morbiliform rash)


Ruam makulopapular merupakan manifestasi COVID-19 pada kulit yang
paling banyak ditemukan. Pada penelitian Sachdeva, dkk.,9 ruam makulopapular
ditemukan pada 36,1% kasus dan pada 47% kasus pada penelitian Casas, dkk.10
Ruam timbul akibat adanya vaskulitis mikrovaskular difus karena aktivasi
komplemen. Teori lain menyebutkan ditemukannya jumlah limfosit yang tinggi
tanpa eosinofil, edema pada stratum papilaris dermis, spongiosis epidermis, serta
infiltrat limfohistiositik.11,12

Ruam makulopapular terlihat pada penyakit COVID-19 yang agak berat.


Sebagian besar ruam ditemukan pada batang tubuh, ekstremitas, dan mukosa.
Selain ruam makulopapular, pada beberapa kasus ruam yang timbul menyerupai
lesi pada eritema multiforme.10,11,13,14

Gambar 1. Ruam Makulopapular


Sumber : Kepustakaan 15

Ruam dapat timbul disertai pruritus atau nyeri. Pruritus biasanya muncul
pada hari ketiga dan hilang dalam 8 hari.15 Sebuah laporan kasus di Indonesia oleh
Putra menemukan ruam makulopapular pada ekstremitas pasien yang disertai
nyeri. Keluhan tersebut muncul pada hari ke-4 dan 5 setelah demam hilang. Ruam

7
dapat juga timbul karena alergi obat; namun kasus ini tidak memiliki riwayat
konsumsi obat sejak 15 hari sebelumnya.16

Selain itu, ruam juga dapat ditemukan bersama petechiae seperti pada
sebuah laporan kasus di Thailand. Pasien tersebut memiliki ruam disertai
petechiae dengan trombositopenia seperti pada demam dengue. Pasien tersebut
awalnya didiagnosis demam dengue, namun selanjutnya pasien juga mengeluhkan
masalah respirasi.17

Beberapa penyakit lain yang juga memiliki lesi makulopapular ialah


eksantema viral, demam scarlet, rubella, erupsi obat, dan sifilis sekunder.
Sedangkan petechiae, selain pada demam dengue juga dapat ditemukan pada
lupus eritematosus, leukemia, trombositopenia, purpura idiopatik, vaskulitis, serta
defisiensi vitamin C.15 Banyaknya diagnosis banding ruam makulopapular
menjadi tantangan tersendiri bagi tenaga medis untuk menentukan diagnosis yang
tepat. Oleh sebab itu, di masa pandemi COVID-19 penting untuk dapat
membedakan etiologi ruam kulit untuk menghindari kesalahan diagnosis.

2.2 Urtikaria
Urtikaria terdapat pada 19% kasus pada penelitian di Spanyol. Lesi
tersebut banyak ditemukan pada pasien COVID-19 usia lanjut. Lesi biasanya
disertai rasa gatal dan dikaitkan dengan penyakit yang berat dengan tingkat
kematian 2%. Urtikaria dapat muncul di kepala, batang tubuh, ekstremitas, serta
telapak tangan dan kaki. Pada biopsi ditemukan infiltrat limfosit perivaskular,
eosinofil, edema pada lapisan dermis atas.10,11,15

Sebuah laporan kasus di Indonesia yaitu pasien COVID-19 usia 51 tahun


dengan keluhan batuk, demam, sesak napas, dan diare. Setelah 3 hari rawat inap
muncul urtikaria di wajah. Keluhan tersebut membaik dengan pemberian
antihistamin.18 Laporan kasus di Perancis juga menyebutkan pasien COVID-19
dengan urtikaria gatal pada wajah dan akral yang diikuti keluhan nyeri sendi.
Demam dan nyeri dada timbul 48 jam kemudian. Urtikaria tersebut muncul
sebelum adanya demam atau keluhan sistem respirasi yang biasa terdapat pada

8
pasien COVID-19.19 Namun, tidak seperti penelitian Wollina, dkk. dan Casas, dkk.
yang menemukan keterkaitan munculnya lesi urtikaria dengan derajat keparahan
penyakit, kedua pasien tersebut diketahui memiliki kondisi stabil. 10,13

Urtikaria dapat menjadi manifestasi klinis berbagai penyakit lainnya


seperti, reaksi alergi, reaksi anafilaksis, angioedema, hingga penyakit autoimun
seperti lupus eritematosus.15 Urtikaria disertai demam perlu diperhatikan karena
dapat menjadi tanda infeksi COVID-19.

Gambar 2. Urtikaria
Sumber : Kepustakaan 10

2.3 Vesikular
Sachdeva, dkk. menemukan 34,7% kasus COVID-19 dengan lesi
vesikular.6 Lesi tersebut muncul mendahului demam, batuk, dan sesak napas serta
sering ditemukan pada usia pertengahan dengan tingkat keparahan penyakit
sedang hingga berat. Lesi vesikular biasanya berukuran kecil dengan bentuk
monomorf dan muncul pada batang tubuh, ekstremitas, hingga seluruh tubuh. Lesi
vesikel berisi cairan dengan dasar eritema; juga dapat ditemukan vesikel dengan
perdarahan. Jimenez-Cauhe et al meneliti bahwa semua pasien dengan manifestasi
kelainan kulit, lesi kulit muncul pertama sebagai papul eritematosa yang secara
progresif berubah menjadi pseudo-vesikel.15 Gambaran histopatologi
menunjukkan adanya edema dinding pembuluh darah, infiltrat limfosit
perivaskular, serta ekstravasasi sel darah merah.6,8,10,20

9
Gambar 3. Lesi Vesikular
Sumber : Kepustakaan 13

Lesi vesikular biasanya terjadi pada usia dewasa dan tua. Dari laporan 22
kasus COVID-19 di Italia dengan lesi vesikular, rata-rata usia pasien 60 tahun.
Lesi tersebut bertahan selama ratarata 8 hari. Pada 72,7% kasus ditemukan lesi
vesikular yang menyebar dengan batas lesi difus pada 23,7% kasus. Rasa gatal
ringan juga ditemukan pada 40,9% kasus.21

Penyakit virus lain juga dapat menimbulkan lesi vesikular, misalnya pada
varisela, herpes zoster, herpes simpleks, dan pemfigoid.15 Onset dan tempat
predileksi timbulnya lesi kulit serta gejala yang menyertai dapat menjadi petunjuk
etiologi lesi vesikular tersebut.

2.4 Covid Toes


Covid toes biasanya ditemukan pada pasien COVID-19 yang sedikit berat
dan muncul di akhir perjalanan penyakit. Lesi tersebut sering ditemukan pada
pasien anak dan dewasa muda.8 Lesi diawali dengan munculnya papul eritema dan
edema diikuti rasa nyeri dan gatal; juga dapat ditemukan vesikel dan pustul
dengan area purpura pada jari tangan, siku, jari kaki dan bagian lateral dari kaki.23
Gejala ini serupa dengan lesi pada penyakit chilblains akibat respons terhadap

10
suhu dingin; sehingga covid toes sering disebut ”pseudo-chilblains”. Gambaran
histologi menunjukkan vaskulitis, trombus, atau keduanya.8

Gambar 4. Covid toes


Sumber : Kepustakaan 13

Casas, dkk. melaporkan 19% kasus COVID-19 dengan covid toes.10 Nyeri
ditemukan pada 32% kasus dan pruritus pada 30% kasus, Lesi tersebut biasanya
ditemukan pada tangan atau kaki. Tiga serial kasus di Italia melaporkan kasus
COVID-19 dengan covid toes pada pasien usia muda dengan predileksi serupa,
yaitu jari kaki.15 Keluhan awal berupa ruam eritema keunguan yang berkembang
lambat menjadi lesi purpura. Lesi tersebut kemudian menjadi ulkus dengan
jaringan nekrotik. Sensasi nyeri seperti terbakar dan gatal juga dirasakan pasien.

Manifestasi kulit menyerupai covid toes juga terlihat pada penyakit


perniosis, vaskulitis, fenomena Raynaud, lupus eritematosus, penyakit Buerger,
sklerosis sitemik, dan akrosianosis.20,22 Covid toes dapat menjadi salah satu tanda
infeksi COVID-19 pada pasien asimtomatik. Oleh sebab itu, penting
mempertimbangkan pemeriksaan COVID-19 pada pasien dengan keluhan tersebut.

2.5 Livedo Racemosa


Livedo racemosa adalah pola seperti jaring keunguan pada kulit. Sebanyak
21 kasus (6%) pada penelitian Casas, dkk.10 memiliki lesi tersebut dengan rata-
rata usia 63 tahun. Tiga di antaranya, disertai gatal. Rasa terbakar juga dirasakan 2
pasien lainnya, 1 pasien mengeluhkan sensasi terbakar pada lesi kulit tersebut.
Livedo racemosa banyak ditemukan pada kelompok usia tua dengan derajat

11
keparahan COVID-19 berat dengan tingkat mortalitas 10%. Lesi tersebut biasanya
muncul pada batang tubuh, paha, dan kaki. Jaringan nekrotik juga dilaporkan pada
beberapa kasus. Etiologi livedo racemosa adalah adanya koagulasi intravaskular
diseminata dan mikrotrombosis.8,10,15

Menurut penelitian yang dilakukan Galvan Casas et al gambaran erupsi


livedoid berupa pola seperti jaring keunguan, terjadi pada 21 kasus atau 6% kasus
penelitian.7 Pada COVID-19 berat bisa menyebabkan hiperkoagulasi dan
Disseminated Intravaskular Coagulation (DIC) dengan hasil pemeriksaan
laboratorium berupa peningkatan D-dimer, fibrinogen dan produk degradasi
fibrinogen dan pemanjangan prothrombin time. Hal ini bisa menyebabkan
akroiskemia dengan sianosis jari tangan dan kaki, bula kutaneus, dan gangren
kering.25 Lesi ini penting karna bisa menjadi secondary COVID-19 induced
vaskulopati thrombosis. Lesi livedoid ini bisa terjadi pada pasien COVID-19
dengan vaskulopati trombosis sistemik, penting untuk bisa mengenali tandanya,
selain itu lesi ini memiliki nilai prognostik bagi pasien.24

Selain pada penyakit COVID-19, livedo racemosa juga ditemukan pada


penyakit multiple myeloma, Sneddon syndrome, trombosis vena dalam, dan
koagulasi intravaskular diseminata.

Gambar 5. Livedo Racemos


Sumber : Kepustakaan 15

12
2.6 Alopesia Androgenetik
Alopesia androgenetik adalah kerontokan rambut yang dipengaruhi oleh
hormon androgen dengan pola spesifik, yaitu kerontokan pada daerah fronto-
temporal dan verteks.

Langkah pertama SARS-CoV-2 untuk menginfeksi manusia yaitu melalui


priming dengan TMPRSS2 oleh protein virus. Hanya aktivitas TMPRSS2 yang
dianggap berperan dalam penyebaran virus dan proses infeksi oleh virus. Hormon
androgen menghasilkan enzim protease yang merupakan enzim reseptor yang
diperlukan untuk transkripsi dari TMPRSS2. Oleh sebab itu, hormon androgen
berperan dalam proses infeksi SARS-CoV-2.13,27

Penelitian Goren, dkk. menunjukkan 71% pasien COVID-19 juga


menderita alopesia androgenetika (skala Hamilton-Norwood >2), 49% dengan
skala 4-7, dan 39% dengan skala 1-2. Penelitian lebih lanjut masih diperlukan
untuk mengetahui kaitan hormon androgen dengan derajat keparahan infeksi
COVID-19.13,26

2.7 Ruam Petechiae/Purpura


Kasus pertama yang dilaporkan di Thailand merupakan seorang pasien
dengan COVID-19 yang memiliki ruam kulit petechiae, yang mana misdiagnosis
sebagai dengue, karena masih tingginya angka dengue di negara tersebut. Setelah
dilakukan RT-PCR kemudian pasien terkonfirmasi COVID-19.10 Seorang pria 48
tahun memiliki gejala COVID-19 dari Spanyol dilaporkan mengalami manifestasi
kelainan kulit berupa makula eritematous, papul dan petechiae yang terdistribusi
asimetris di perifleksural.21

13
BAB III

KESIMPULAN

COVID 19 merupakan salah satu penyakit infeksi yang menyerang sistem


pernapasan. Manifestasi awal COVID-19 bervariasi berupa demam dan gejala
respirasi, serta manifestasi klinis yang melibatkan sistem organ multiple, termasuk
manifestasi kardiovaskular, gastrointestinal, dan kulit.

Selain manifestasi umum dan paru yang ditemukan, juga dapat ditemukan
manifestasi kulit, seperti ruam makulopapular, urtikaria, vesikular, covid toes,
livedo racemosa, alopesia androgenetik dan purpura.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Zhu N, Zhang D, Wang W, et al. A novel coronavirus from patients with


pneumonia in China, 2019. N Engl J Med. 2020; 382(8):727– 33.
2. Ng OT, Marimuthu K, Chia PY, et al. SARSCoV-2 Infection among travelers
returning from Wuhan, China. N Engl J Med. 2020 Mar 12.
3. Huang C, Wang Y, Li X, et al. Clinical features of patients infected with 2019
novel coronavirus in Wuhan, China. Lancet. 2020; 395(10223):497-506.
4. Muhammad Hanif, Mukarram Jamat Ali, Qianlan Xi, Muhammad Adnan
Haider, Muhammad Umer Ahmed, FNU Sundas, Mansoor Rahman.
Cutaneous Manifestations in Patients with COVID-19: A Review. Archives
of Internal Medicine Research 3 (2020): 162-167.
5. WHO Coronavirus Disease (COVID-19) Dashboard. Last Updated
11/12/2020. Tersedia dari : https://covid19.who.int/
6. Recalcati S. Cutaneous manifestations in COVID-19: a first perspective. J
Eur Acad Dermatol Venereol 2020 Mar 26.
7. Galván C, Casas A, Catal G. Carretero Hernández etal: Classification of the
cutaneous manifestations of COVID ‐19: a rapid prospective nationwide
consensus study in Spain with 375 cases. British Journal of Dermatology;
2020.
8. Daneshgaran. G, Dubin.D.P, and Gould.D.J. Cutaneous Manifestations of
COVID-19: An Evidence-Based Review. American Journal of Clinical
Dermatology. Agustus 2020.
9. Sachdeva M, Gianotti R, Shah M, Bradanini L, Tosi D, Veraldi S, et al.
Cutaneous manifestations of COVID-19: Report of three cases and a
review of literature. J Dermatol Sci. 2020;98:75-81.
https://doi.org/10.1016/j.jdermsci.2020.04.011.
10. Casas CG, Catala A, Hernandez G, Jimenez PR, Nieto DF, Lario AR, et al.
Classification of the cutaneous manifestations of COVID-19: A rapid
prospective nationwide consensus study in Spain with 375 cases. Br J
Dermatol. 2020;183:1-77.

15
11. Gupta S, Gupta N, Gupta N. Classification and pathophysiology of cutaneus
manifestations of COVID-19. Int J Res Dermatol. 2020;6(4):1-5.
http://dx.doi.org/10.18203/ issn.2455-4529.
12. Gottlieb M, Long B. Dermatologic manifestations and complications of
COVID-19. Am J Emerg Med. 2020. doi: 10.1016/j.ajem.2020.06.011.
13. Wollina U, Karadag AS, Rowland-Payne C, Chiriac A, Lotti T. Cutaneous
signs in COVID-19 patients: A review. Dermatol Ther. 2020;e13549.
https://doi.org/10.1111/ dth.13549.
14. De Giorgi V, Recalcati S, Jia Z, Chong W, Ding R, Deng Y, et al. Cutaneous
manifestations related to coronavirus disease 2019 (COVID-19): A
prospective study from China and Italy. J Am Acad Dermatol. 2020.
https://doi.org/10.1016/j.jaad.2020.05.073.
15. Gottlieb M, Long B. Dermatologic manifestations and complications of
COVID-19. Am J Emerg Med. 2020. doi: 10.1016/j.ajem.2020.06.011.
16. Putra BE, Adiarto S, Dewayanti SR, Juzar DA. Viral exanthem with “spins
and needles sensation” on extremities of a COVID-19 patient: A self-
reported case from an Indonesian medical frontliner. Internat J Infect Dis.
2020;96:1-4. https://doi.org/10.1016/j.ijid.2020.05.020.
17. Joob B, Wiwanitit V. COVID-19 can present with a rash and be mistaken for
dengue. J Am Acad Dermatol. 2020;82(5):177.
https://doi.org/10.1016/j.jaad.2020.03.036
18. Gunawan C, Angela A, Widysanto. Urticarial eruption in coronavirus disease
2019 infection: A case report in Tangerang, Indonesia. J Acad Dermatol
Venereol. 2020. DOI: 10.1111/jdv.16622
19. Henry D, Acerman M, Sanoelme E, Finon A, Esteve E. Urticarial eruption on
COVID-19 infection. J Eur Acad Dermatol Venereol. 2020;34:241-90. DOI:
10.1111/ jdv.16472.
20. Fernandez-Nieto, J. Jimenez-Cauhe, A. Suarez-Valle et al., “Comment on
“Characterization of acute acro-ischemic lesions in non-hospitalized patients:
a case series of 132 patients during the COVID-19 outbreak”” Journal of the
American Academy of Dermatology, In press.

16
21. Diaz-Guimaraens B, Dominguez-Santas M, Suarez-Valle A, et al. Petechial
skin rash associated with severe acute respiratory syndrome coronavirus 2
infection. JAMA Dermatol. 2020.
22. Guarneri C, Rullo EV, Pavone P, Berretta M, M Ceccarelli, Natale A, et al.
Silent COVID-19: What your sin can reveal. Lancet Infect Dis. 2020 [cited
2020 Jul 13]. Available from: https://doi.org/10.1016/S1473-3099(20)30402-
3.
23. Feldman SR and Freeman EE. Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) :
Cutaneous Manifestations and issues related to dermatologic care. 2020.
24. Otto MA. Skin manifestations are emerging in the coronavirus pandemic.
Dermatology News April 3, 2020. Tersedia dari :
https://www.mdedge.com/dermatology/arti cle/220183/coronavirus-
updates/skinmanifestations-are-emerging-coronaviruspandemic.
25. Zhang Y, Cao W, Xiao M, et al. Clinical and coagulation characteristics of 7
patients with critical COVID-2019 pneumonia and acroischemia. Zhonghua
Xue Ye Xue Za Zhi. 2020;41:E006.
26. Wambier CG, McCoy J, Gold MH, Kovacevic M. A preliminary observation:
Male pattern hair loss among hospitalized COVID-19 patients in Spain- A
potential clue to the role of androgens in COVID-19 severity. J Cosmet
Dermatol. 2020;19:1545-7. DOI: 10.1111/jocd.13443.
27. Wambier CG, Goren A. Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2
(SARS-CoV-2) infection is liely to be androgen mediated. J Am Acad
Dermatol. 2020;83(1):3089. https://doi.org/10.1016/j.jaad.2020.04.032.

17

Anda mungkin juga menyukai