Abstract
Kata Kunci : Pegawai Tidak Tetap, Pegawai Negeri Sipil, Sistem Merit,
1 Naskah diterima pada 05 September 2014, revisi pertama pada 06 Januari 2015, revisi kedua pada 27 Januari 2015, disetujui
terbit pada 02 April 2015
baik tingkat lokal maupun nasional oleh pegawai tidak tetap justru menjadi
dalam penentuan syarat maupun dilema tersendiri karena beban kerja
penentuan kuota nama bagi pegawai pegawai tidak tetap pada umumnya
tidak tetap merupakan cerminan lebih besar bila dibandingkan dengan
diskresi dan disposisi pejabat yang pegawai negeri sipil. Hal tersebut yang
perlu untuk direduksi atas nama kemudian berimplikasi komitmen
transparansi. Maka, adanya sistem keprofesionalitas pegawai di
perekrutan pegawai tidak tetap menjadi lingkungan instansi pemerintah untuk
CPNS yang bermasalah menunjukkan terus memberikan pelayanan publik
bahwa pemerintah belum memiliki kepada masyarakat.
arah kebijakan pengadaan pegawai Komitmen kepegawaian dalam
yang jelas. Yang nampak justru manajemen pelayanan publik
pemerintah memanfaatkan kebijakan pemerintah dapat dianalisa sebagai
pengadaan PNS sebagai upaya untuk bentuk suatu keyakinan salah satu
mendapatkan dukungan politis pihak bahwa membina hubungan
daripada calon-calon pegawai yang dengan pihak lain merupakan hal yang
kompeten dan handal. Pola rekrutmen penting yang berpengaruh terhadap
pada akhirnya hanya menjadi basis manfaat optimal yang didapat oleh
patronase dan loyalitas bagi pejabat kedua belah pihak dalam berhubungan.
tinggi birokrasi untuk memperkuat Masalahnya yang timbul adalah
pengaruhnya di salah satu instansi. ketiadaan legalitas yang dialami oleh
Implikasinya kemudian adalah pola pegawai tidak tetap sendiri seringkali
kinerja sebagai birokrat yang tidak dianaktirikan oleh pegawai tetap.
profesional dalam menjalankan tugas Misalnya dalam perbedaan proporsi
pokok fungsinya (tupoksi) dalam tugas pokok fungsi yang berbeda,
bertugas di instansi tersebut sehari- tunjangan, maupun pelaksanan hal
hari. teknis di lapangan lainnya yang
Selain masalah rekrutmen, menunjukkan adanya diferensiasi
masalah yuridis-sosiologis yang status antara pegawai tidak tetap
muncul dalam permasalahan status dan dengan pegawai tetap. Ketiadaan
posisi pegawai tidak tetap adalah legalitas juga menjadikan pegawai
melebarnya kesenjangan (gap) antara tidak tetap terjebak dalam dua hal yakni
pegawai negeri sipil maupun pegawai perbudakan modern (modern slavery)
tidak tetap dalam jenjang karir di maupun liyan (othering). Adapun
instansi tersebut yang cenderung tetap pengertian pertama merujuk pada
dan tidak tetap. Bagi pegawai negeri konsepsi bahwa hadirnya pegawai
sipil, gaji pegawai negeri sipil sudah tidak tetap dalam birokrasi modern
ditanggung oleh pemerintah melalui sejatinya hanyalah menjadi asistensi
skema APBN/APBD sedangkan gaji bagi birokrasi tetap. Adanya model
pegawai tidak tetap disesuaikan dengan asistensi tersebut tentu saja jika
kemampuan anggaran masing-masing dikaitkan dengan penciptaan hubungan
instansi pemerintah. Meskipun patron-client yang hendak
demikian, bila masalah ketimpangan dilanggengkan dalam sistem reformasi
gaji dikaitkan dengan masalah birokrasi (Jati,2012).
besarnya beban kerja yang dilakukan Hal tersebut sangatlah khas
kultur birokrasi tradisional yang dan posisi pegawai tidak tetap sendiri
terbangun atas kultur ngenger masih menjadi pertanyaan tersendiri.
(pengikut dan pengabdi) yang selama Adanya konversi menjadi CPNS
ini kental dalam mewarnai sistem mungkin bagian dari penegas
perekrutan birokrasi kita dimana calon keabsahan tersebut. Hal tersebut tidak
pegawai harus menjadi pembantu bagi cukup karena biasanya kebijakan yang
atasan pegawai atau pegawai lainnya dibuat bersifat insidental dan
untuk mendapatkan legitimasi surat seremonial. Maka dalam konteks ini
sakti untuk menjadi seorang pegawai. perlu diperhatikan konteks pegawai
Harus diakui bahwa menjadi pegawai tidak tetap sebagai bagian dari
negeri sipil adalah suatu keniscyaan manajemen kepegawaian yang tidak
maupun harapan bagi sebagian besar bisa dipisahkan.
masyarakat Indonesia yang Masalah yang berkembang
mendambakan untuk menjadi bagian menjadi kronis dalam sistem
penting korps baju dinas coklat kepegawaian kita dimana rekrutmen
tersebut. Adanya prestice maupun pegawai tidak tetap semakin membesar
previliege yang timbul menjadi daripada rekrutmen pegawai negeri
seorang pegawai akan berdampak pada sipil melalui jalur formal. Terhadap
status diri maupun status keluarga yang pola rekrutmen dan keberadaan
otomatis akan terdongkrak secara pegawai tidak tetap di instansi
instan dan cepat. Meskipun pemerintah pemerintah memang menjadi dilema.
tidak menerima pembukaan resmi Adanya kebutuhan pegawai yang besar
mengenai rekrutmen pegawai negeri namun anggaran negara yang terbatas
sipil, namun selalu saja ada celah untuk menjadikan kebutuhan akan pegawai
menjadi bagian dari pegawai negeri tidak tetap menjadi siasat dan solusi
tersebut salah satunya adalah dengan tersendiri. Namun demikian semakin
menjadi pegawai tidak tetap di membengkaknya jumlah pegawai tidak
lingkungan instansi pemerintah tetap justru menimbulkan fenomena
tertentu dengan harapan akan segera birokrasi miskin fungsi dikarenakan
diangkat menjadi pegawai negeri tetap. pegawai tidak tetap pada umumnya
Hal ini menunjukkan adanya kultur belum memiliki kemampuan yang
tradisional yang kemudian dilegalkan dibuktikan dengan kualifikasi
dalam Undang-Undang Nomor 8 pendidikan yang dibutuhkan. Pada
Tahun 1974, Undang-Undang Nomor akhirnya kemudian, beban kerja
43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok instansi pemerintah semakin berat
Kepegawaian yang mengatakan seiring dengan dinamika kebutuhan
kebutuhan akan pegawai tidak tetap, masyarakat yang ingin dilayani
maupun Undang-Undang Aparatur maupun perkembangan teknologi dan
Sipil Negara Tahun 2014 ini. Artinya informasi. Keberadaan pegawai tidak
kebutuhan pegawai tidak tetap menjadi tetap justru semakin tidak dibutuhkan
kebijakan sampiran yang diundangkan jika memakai analogi tersebut. Namun
oleh pemerintah untuk memenuhi SKPD maupun pemerintah juga tidak
kebutuhan berbagai dinas di daerah. tega apabila harus memecat massal
Meskipun demikian, pertanyaan para pegawai tidak tetap tersebut
mengenai keabsahan terhadap status karena lamanya pengabdian dan
dengan kompetensi yang dimiliki, dan menjadi terobosan sendiri dalam sistem
4) Struktur gaji belum/tidak dapat kepegawaian kita mengingat, pegawai
berfungsi sebagai pemicu peningkatan pemerintah tidak tetap biasanya hanya
kinerjakarena tidak terkait dengan berkutat pada masalah administrasi
kinerja, kompetensi dan tanggung maupun jabatan asistensi lainnya.
jawab. Maka yang menjadi core Mengingat, sistem yang diberlakukan
analysis dalam membahas kedudukan adalah meritokrasi. Sebenarnya
dan status pegawai tidak tetap dalam pegawai tidak tetap dengan perjanjian
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 kontrak bisa dengan sendiri
sendiri adalah meritokrasi berbasis mendapatkan hasil lebih dari sekedar
kompetensi maupun prestasi. menjadi pegawai administrasi saja.
Dalam hal ini, kompetisi Misalnya saja, memiliki kreativitas
dibuka secara terbuka dan melebar dalam bidang lain yang intinya bisa
antara pegawai negeri sipil dengan menjadi subtitusi pada bidang lainnya.
pegawai pemerintah dengan perjanjian Maka seiring dengan prestasi yang
kontrak sendiri dibuka dengan diraih oleh pegawai pemerintah
menyeluruh. Artinya kedudukan perjanjian kontrak, semakin tinggi pula
egaliter dan setara terjadi dalam kinerja reward yang akan didapatkan. Adapun
maupun pekerjaan di luar maupun besar kecilnya materi maupun prestasi
lapangan. Selain itu pula, hal menarik yang akan diukir oleh pegawai kontrak
lainnya adalah dimungkinkannya sangatlah tergantung pada pengukuran
pegawai tidak tetap sendiri memegang kinerjadi setiap lini, sebagaimana
jabatan fungsional sebagai bentuk dalam tabel berikut ini.
tugas kreativitas pegawai. Tentu itu
Tabel 1.
Indikator Kinerja Pegawai Berbasis Kompetensi dalam UU ASN
Sumber : Agustinus(2007:15)