Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
 
A.     LATAR BELAKANG
    Perkembangan industri dan proses produksi di Kabupaten Tana Toraja yang
berlangsung secara terus menerus tanpa disadari oleh banyak pihak telah
menghasilkan bahan  berbahaya dan beracun (B3)  dalam bentuk padat maupun
cair yang bersifat bahan berbahaya dan beracun (B3) maupun yang bukan B3. 
Pembuangan Limbah yang bebas tanpa pengaturan yang jelas dan tegas dapat
mengancam lingkungan hidup, menganggu kesehatan dan kelangsungan hidup
manusia.  Dengan bertambahnya industri dan/atau kegiatan yang menghasilkan
Limbah dengan kategori B3, maka resiko terjadinya pencemaran dan perusakan
lingkungan hidup semakin tinggi.
Menyikapi kondisi tersebut, pemerintah secara yuridis telah melakukan langkah-
langkah melalui penerbitan sejumlah peraturan perundang-undangan telah dilakukan
baik yang lansung terkait dengan pencegahan dan pengelolaan lingkungan maupun
konservasi sumber daya alam.  Misalnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH), Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 82
Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Penggunaanya, Peraturan
Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun, dan peraturan perundang-undangan lainnya.
Peran pemerintah berkawajiban menetapkan kebijakan dan peraturan,
pembinaan, dan bersama-sama melakukan pengawasan.
Menurut hasil identifikasi Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tana
Toraja menyebutkan persoalan terkait dengan Limbah B3, yaitu :
1.    Belum adanya kemampuan pihak pelaku pengusaha untuk melakukan
pengelohan Limbah B3 dengan baik.  Kemanpuan pihak pengusaha ini
sesungguhnya erat kaitannya dengan kesadaran hukum.  Namun kepatuhan
terhadap aturan hukum itupun terkait dengan pengetahuan yang biasanya diserap
melalui ada tidaknya sosialisasi suatu peraturan hukum.
2.    Belum tersedianya lokasi untuk melakukan pengelolaan B3 dan Limbah B3.
3.    Tidak terkontrolnya pembuangan Limbah B3 dari pelaku usaha ke media
lingkungan.
4.    Sudah adanya permohonan Izin  TPSLB3 dari pelaku usaha/atau kegiatan
sebagai persyaratan penilaian Proper Lingkungan.
5.    Belum tersedianya Perangkat Hukum di Daerah yang berfungsi sebagai
Instrumen pengadilan.
6.    Tidak adanya pelayanan perijinan yang terkait di Kantor Pelayanan Perizinan
Terpadu.
Berdasarkan hasil kajian, menemukan fakta bahwa sumber Limbah B3 di daerah
cukup beragam, yang dihasilkan oleh aktifitas sebagai berikut :
1.    Penghasil Limbah B3 dari Pelayanan Keshatan, terdiri dari Rumah Sakit,
Puskesmas, Laboratorium Kesehatan, dan Apotek.
2.    Penghasil Limbah B3 dari Lembaga pendidikan (sekolah) terdiri atas: Unit
laboratorium.
3.    Penghasil Limbah B3 Perhotelan, Pariwisata, dan Usaha Laundry.
4.    Penghasil Limbah B3 dari Bengkel kendaraan, seperti sisa oli bekas dan sisa
accu bekas.
5.    Penghasil Limbah B3 dari kegiatan usaha percetakan dan fotografi.
6.    Penghasil Limbah B3 dari rumah tangga, antara lain: lampu bekas, baterai bekas,
dan sprayer.
Terkait dengan persoalan-persoalan di atas, maka harus ada pemantaun dan
pembinaan terhadap pengusaha dalam mengelolah limbah B3, sehingga tidak
menimbulkan pencemaran, dan dicarikan solusi agar di Daerah memiliki
aturan/regualsi yang lebih tegas dan memberikan kewenangan pada Pemerintah
Daerah, khususnya dinas-dinas yang terkait untuk melakukan pengelolaan atas
Limbah.  Oleh sebab itu, kebijakan dan pengaturan terkait dengan limbah di Daerah
memilki sinergitas dengan kebijakan pemerintah.
 
B.   AREA PROYEK PERUBAHAN
Salah satu tugas dari Sub Bidang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun adalah melakukan penilaian terhadap berbagai bentuk perizinan yang
dapat menganggu lingkungan hidup.
Adapun area proyek perubahan dalam rangka melakukan penilaian terhadap
berbagai perizinan :
-          Adanya regulasi Izin PPLH berkaitan dengan Izin TPSLB3 di Kabupaten Tana
Toraja (pembentukan peraturan perundang-undangan).
-          Mempermudah akses dalam mendapatkan informasi perizinan sesuai
kebutuhan/harapan masyarakat (pelayanan publik).
 
C.   TUJUAN DAN MANFAAT PROYEK PERUBAHAN
Adapun tujuan dari proyek perubahan ini :
         Jangka Pendek
Pembuatan Rancangan Regulasi Izin Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup (PPLH) berkaitan dengan Izin Tempat Penyimpanan/Pengumpulan
Sementara  Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (TPSLB3) di Kabupaten Tana
Toraja.
         Jangka Menengah
Adanya Regulasi Izin Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH)
berkaitan dengan Izin Tempat Penyimpanan/Pengumpulan Sementara  Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun (TPSLB3) di Kabupaten Tana Toraja.
         Jangka Panjang
Diterapkannya Regulasi Izin Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(PPLH) berkaitan dengan Izin Tempat Penyimpanan/Pengumpulan Sementara 
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (TPSLB3) di Kabupaten Tana Toraja.
 
D.   MANFAAT PROYEK PERUBAHAN
Adapun manfaat yang diharapkan dalam proyek perubahan ini :
a.    Manfaat bagi Stakeholder :
         Membantu Pemerintah dalam melakukan Pengawasan.
         Membantu Pemerintah dalam Pengendalian Pencemaran Lingkungan
khususnya Limbah B3.
b.    Manfaat kepada pelaku Usaha/atau Kegiatan Penghasil Limbah B3 :
         Menciptakan kepedulian bagi pelaku Usaha/atau Kegiatan Penghasil Limbah B3
terhadap Pengelolaanya sesuai dengan aturan.
         Menciptakan kepedulian bagi pelaku Usaha/atau Kegiatan Penghasil Limbah B3
terhadap pencemaran lingkungan.
E.   RUANG LINGKUP AREA PERUBAHAN
a.    Perencanaan :
1.    Melapor ke Mentor tentang breaktrought II.
b.    Pengoorganisasian :
1.    Melakukan Rapat Kerja bersama Stakeholder Internal.
2.    Membuat Surat Keputusan Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten
Tana Toraja tentang Tim Kerja dan uraian tugas Tim Kerja.
c.    Pelaksanaan :
1.   Koordinasi dengan Stakeholder Internal dan Eksternal untuk penanda  tanganan
Fakta Integritas sebagai wujud komitmen dalam Proyek Perubahan.
2.  Melakukan Konsultasi ke Mentor terkait Sampel Adopsi dan Draft Rancangan
Regulasi.
3.  Melakukan Konsultasi (sampel adopsi) bagi Kabupaten/Kota yang sudah
menerbitkan Izin PPLH.
4. Membuat Telaan Staf Kepada Bupati Tana Toraja mengenai IzinPPLH.
5.  Melakukan Komunikasi bagi Stakeholder Eksternal dalam hal ini pelaku
Usaha/atau Kegiatan penghasil Limbah B3 dalam pengelolaan Limbah B3 sesuai
Peraturan Pemerintah yang berlaku.
6. Membuat Konsep Izin Penyimpanan/Pengumpulan Sementara Limbah B3 sesuai
Petunjuk Bupati.
d.       Monitoring dan evaluasi  pelaksanaan implementasi peroyek perubahan.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
BAB II
DESKRIPSI PROYEK PERUBAHAN
 
A.     Deskripsi Dan Analisis Milestone Proyek Perubahan
Tahapan kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai keberhasilan
pelaksanaan proyek perubahan ini adalah :
 
No. Milestone/Tahapan Kegiatan Output Waktu
1 2 3 4 5
1 Terwujudnya        Melapor kepada -     Dokumentasi
kesepakatan Mentor tentang Rencana  
area proyek Proyek Perubahan pada  
perubahan tahap Breakthrough 1
-          Draft
         Mengajukan
topik/judul  kepada Mentor  
       Penandatanganan -         
persetujuan topik/ judul
Rencana Proyek
Perubahan
       Melakukan konsultasi
dengan Coach tentang
judul yang disetujui oleh
Mentor
...

[Message clipped]  View entire message

Anda mungkin juga menyukai