Anda di halaman 1dari 5

RINGKASAN MATERI AKUNTANSI MANAJEMEN LANJUTAN

“Penggunaan Sistem Manajemen Biaya Untuk


Pengambilan Keputusan Stratejik - Produk”

Oleh:
Kelompok V
Sri Reskiawati Syam (A014202005)
Nur Khasanah Sahidin (A014202013)

PROGRAM PROFESI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
A. Product Profitability Analysis

I. Definisi Product Profitability Analysis

Menurut Hilton et al (2003) menyatakan bahwa profitabilitas berkaitan dengan profit atau laba
dan merupakan ukuran bagi perusahaan apakah telah menjalankan usahanya untuk
memenuhi kebutuhan konsumennya melalui produk atau jasa yang diproduksi oleh
perusahaan tersebut dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.
Sedangkan pengertian dari produk itu sendiri adalah hasil atau output dari proses manufaktur
yang akan ditawarkan di pasar untuk memuaskan kebutuhan pelanggan.
Berdasarkan definisi atas profitabilitas dan produk diatas, dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan profitabilitas produk merupakan laba atau profit yang diperoleh dari hasil
penjualan produk barang atau jasa kepada konsumen yang dapat menghasilkan laba bagi
perusahaan. Dengan demikian, Product Profitability Analysis merupakan sebuah analisis
terhadap profitabilitas produk atau analisis atas kemampuan produk dalam menghasilkan
laba bagi perusahaan. Hal ini dapat dilakukan dengan mencari selisih harga jual produk
tersebut dengan biaya produksinya.

II. Manfaat Product Profitability Analysis

Setelah mendapatkan informasi mengenai profitabilitas atas suatu produk yang dihasilkan
oleh perusahaan, pihak manajemen dapat menggunakan informasi tersebut untuk mengambil
keputusan strategis untuk dapat bersaing dengan perusahaan lain yang sejenis. Misalnya,
dengan cara menurunkan harga jual untuk produk yang menghasilkan keuntungan yang tinggi
sehingga produk tersebut mempunyai daya saing yang kuat di pasar atau menghentikan
produk yang ternyata menghasilkan kerugian bila terus menerus diproduksi oleh perusahaan.

III. Product Profitability Analysis dengan Activity Based Costing

Bila perusahaan menerapkan sistem perhitungan biaya menggunakan metode tradisional


dengan perataan biaya atau dengan satu standar alokasi biaya saja, perusahaan dapat
mengalami ketidakakuratan perhitungan biaya produksi yang dapat menyebabkan adanya
kekurangan biaya pada produk yang berarti sebuah produk yang sebenarnya membutuhkan
biaya sumber daya yang banyak tetapi justru perusahaan menetapkan biaya per unitnya lebih
rendah dari yang seharusnya. Sebaliknya, produk dapat kelebihan biaya yang berarti sebuah
produk yang sebenarnya mengonsumsi sumber daya dalam jumlah sedikit tetapi justru
perusahaan salah menetapkan biaya produksi per unit dengan menetapkan biaya produksi
per unit yang lebih tinggi dari yang seharusnya.
Oleh karena itu, dibutuhkan metode yang memberikan informasi yang lebih rinci dan akurat
terkait biaya produksi agar tidak berimbas pada kesalahan pembebanan biaya produksi per
unit yang tentunya juga akan berimbas pada perhitungan profitabilitas produk. Activity Based
Costing (ABC) System dapat memberikan informasi yang cukup akurat mengenai biaya
produksi suatu produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan sehingga pihak manajemen
dapat mengetahui produk-produk mana saja yang sebenarnya menghasilkan keuntungan dan
produk mana saja yang mungkin menghasilkan kerugian bagi perusahaan yang dapat
diketahui dengan cara mengurangi harga penjualan produk dengan biaya produk tersebut.

B. Target Costing

I. Definisi Target Costing

Sakurai (1996) mengatakan bahwa target costing dapat didefinisikan sebagai suatu alat
manajemen biaya yang dapat dipergunakan untuk mengurangi biaya dari suatu produk
selama masa hidup produk tersebut. Kato (1995) mengatakan bahwa dalam kenyataannya
target costing bukan merupakan suatu teknik untuk mengkuantifikasikan biaya, namun
merupakan suatu program pengurangan biaya yang menyeluruh, yang bahkan sudah dimulai
sebelum rancangan pertama dari produk tersebut disusun. Target costing merupakan suatu
pendekatan untuk mengurangi biaya dari suatu produk yang baru sepanjang masa hidup dari
produk tersebut.
II. Tujuan Target Costing

Menurut Malue (2013) tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan dengan menerapkan target
costing adalah untuk menurunkan total biaya dari total biaya sebelumnya sehingga
perusahaan pun bisa mendapatkan laba yang maksimal tanpa harus menaikkan harga
jualnya. Hal yang serupa juga disampaikan oleh Himawan dan Pendajaya (2005) yang
menyatakan bahwa metode target costing diterapkan dengan tujuan mengoptimalkan
perencanaan laba lewat penentuan produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen dan
mengurangi biaya pada tahap perancangan.
Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa perusahaan menerapkan target costing
dengan tujuan sebagai alat strategi perusahaan selama tahap perencanaan untuk
meminimalkan biaya produksi untuk mencapai laba yang diinginkan oleh perusahaan.
III. Kegunaan Target Costing

Target costing mempertimbangkan faktor eksternal perusahaan (pasar). Melalui analisis


pasar dan pesaing dapat membantu manajemen dalam merancang produk yang dibutuhkan
konsumen dengan harga yang kompetitif. Menurut Albano, Bird, Clifton, Townsend (2003),
metode target costing membantu perusahaan untuk:
1) Menjamin bahwa produk disesuaikan dengan kebutuhan konsumen dengan lebih baik.
2) Menyesuaikan harga dari keistimewaan produk dengan kesediaan konsumen untuk
membayarnya.
3) Mengurangi siklus pengembangan produk.
4) Mengurangi biaya produk secara signifikan.
5) Meningkatkan kerja sama antar departemen dalam perusahaan berkaitan dengan
penyusunan, pemasaran, perencanaan, pengembangan, pembuatan, penjualan,
pendistribusian, dan penempatan produk.
6) Menggunakan konsumen dan pemasok untuk merancang produk yang benar untuk
mengintegrasikan seluruh rantai persediaan dengan lebih efektif.

IV. Life Cycle Costing

Menurut Hansen dan Mowen (2011), definisi dari life cycle cost dapat dilihat dari dua sisi yaitu
Product Life Cycle & Consumable Life Cycle.

Dalam product life cycle, siklus hidup dari suatu produk dapat dibagi menjadi lima tahapan,
yaitu:
1) Tahap pengenalan (introduction stage). Dalam tahap ini, perusahaan melakukan
kegiatan-kegiatan seperti pra produksi dan start-up dengan tujuan untuk menempatkan
produk tersebut dipasar.
2) Tahap pertumbuhan (growth stage). Dalam tahap ini produk tersebut memiliki
pertumbuhan penjualan yang tinggi
3) Tahap maturitas (maturity stage). Dalam tahap ini tingkat pertumbuhan penjualan mulai
melambat dan mencapai titik stagnasi .
4) Tahap penurunan (decline stage). Dalam tahap ini produk tersebut mulai mengalami
penurunan penjualan, sampai akhirnya tidak dapat terjual lagi.
Sedangkan Consumable Life Cycle melihat siklus hidup produk dari sudut pandang
pemakaian oleh pelanggan. Model ini membagi siklus hidup produk menjadi empat tahap
yaitu:
1) Pembelian.
2) Pengoperasian.
3) Pemeliharaan.
4) Pembuangan (disposal).
V. Tahapan Penerapan Target Costing

Menurut Kaplan dan Norton (1999) terdapat empat tahapan yang barus dilalui perusahaan
dalam target costing. Keempat tahapan tersebut adalah:
1) Market driven costing.
2) Product level target costing.
3) Component level target costing.
4) Chained target costing.

C. Daftar Pustaka

Dicky, Yoanes. 2011. Penerapan Activity Based Costing (ABC) System dalam Perhitungan
Profitabilitas Produk. Jurnal Akuntansi Universitas Kristen Maranatha, Vol.3, No.1.

Himawan dan Pendajaya. 2005. Penerapan Metode Target Costing sebagai Alat Bantu
Manajemen dalam Mengoptimalkan Perencanaan Laba. e-Journal ESENSI, Vol. 8, No.2.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2015. Modul Chartered Accountant Indonesia. Jakarta: Ikatan
Akuntan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai