Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
Oleh
Pembimbing:
dr. Marihot, Sp.OG
APRIL 2021
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa atas
segala rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tutorial klinik yang
berjudul “Hiperemesis Gravidarum”.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan tutorial klinik ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan
ucapan terimakasih kepada:
1. dr. I.G.A.A Sri M. Montessori, Sp.OG selaku Kepala SMF Obstetri dan Ginekologi
RSUD AWS Samarinda.
2. Dr. dr. Novia Fransiska Ngo, Sp.OG selaku Kepala Laboratorium Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman.
3. dr. Gusti Hesty Nuraini, Sp. OG sebagai dosen pembimbing klinik selama mengikuti
stase Obstetri dan Ginekologi.
4. Dosen-dosen klinik dan preklinik FK UNMUL khususnya staf pengajar Lab/SMF
Obstetri dan Ginekologi, terima kasih atas ilmu yang telah diajarkan kepada kami.
5. Rekan-rekan dokter muda di Lab/SMF Obstetri dan Ginekologi RSUD AWS/FK
UNMUL dan semua pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak
langsung yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
PENDAHULUAN 4
1.1.Latar Belakang..................................................................................................4
1.2 Tujuan...............................................................................................................5
1.3 Manfaat.............................................................................................................5
BAB 2 LAPORAN KASUS 6
BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA 14
3.1 Definisi......................................................................................................14
3.2 Etiologi dan Faktor Risiko.........................................................................14
3.3 Patofisiologi...............................................................................................14
3.4 Manifestasi Klinis......................................................................................21
3.5 Diagnosis...................................................................................................22
3.6 Diagnosis Banding.....................................................................................23
3.7 Penatalaksanaan.........................................................................................24
3.8 Komplikasi.................................................................................................28
3.9 Prognosis.............................................................................................................29
BAB 4 PEMBAHASAN 30
BAB 5 PENUTUP 33
DAFTAR PUSTAKA 34
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
diagnosis hiperemesis gravidarum secara tepat dan memberikan terapi secara akurat
untuk memperbaiki prognosis pasien.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui tentang hiperemis gravidarum, serta perbandingan antara teori
dengan kasus.
1.3 Manfaat
Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang kedokteran terutama
bidang Obstetri dan Ginekologi, khususnya mengenaihiperemis gravidarum.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Kehamilan ektopik ialah kehamilan, dengan ovum yang dibuahi,
berimplantasi dan tumbuh tidak ditempat yang normal yakni dalam endometrium
kavum uteri. Istilah kehamilan ektopik lebih tepat daripada istilah ekstrauterin
yang sekarang masih juga banyak dipakai, oleh karena terdapat beberapa jenis
kehamilan ektopik yang berimplantasi dalam uterus tetapi tidak pada tempat yang
normal, misalnya kehamilan pada pars interstitialis tuba dan kehamilan pada
serviks uteri.
Kehamilan ektopik merupakan keadaan emergensi yang menjadi penyebab
kematian maternal selama kehamilan trimester pertama. Karena janin pada
kehamilan ektopik secara nyata bertanggung jawab terhadap kematian ibu, maka
para dokter menyarankan untuk mengakhiri kehamilan.
6
ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0-14.6%. Sebagai
konsekuensinya, beberapa pasien melaporkan kehamilan ektopik
sebelumnya dan mengenal gejala-gejala sekarang yang serupa.
- Riwayat Infeksi Pelvis
Kira-kira sepertiga sampai separuh dari pasien dengan kehamilan
ektopik mempunyai Riwayat infeksi pelvis sebelumnya. Calon ibu
menderita infeksi akibat penyakit GO ataupun radang panggul. Hal
inilah yang menyebabkan ibu yang menderita keputihan harus
melakukan pemeriksaan untuk memastikan gejala yang dideritanya
adalah tanda infeksi atau hanya keputihan yang bersifat fisiologis.
- Riwayat Kontrasepsi
Riwayat kontrasepsi membantu dalam penilaian kemungkinan
kehamilan ektopik. Pada kasus-kasus kegagalan kontrasepsi pada
wanita yang menggunakan kontrasepsi oral atau dengan alat
kontrasepsi dalam Rahim (AKDR). Rasio kehamilan ektopik
dibandingkan dengan kehamilan intrauterine adalah lebih besar
daripada wanita-wanita yang tidak menggunakan metode
kontrasepsi. Kejadian kehamilan ektopik pada akseptor AKDR
dilaporkan 12 kali lebih tinggi dibandingkan dengan pemakai
kondom.
- Riwayat Operasi Tuba
Adanya Riwayat pembedahan tuba sebelumnya baik prosedur
sterilisasi yang gagal maupun usaha untuk memperbaiki infertilitas
tuba semakin umum sebagai resiko terjadinya kehamilan ektopik.
- Merokok
Merokok pada waktu terjadi konsepsi meningkatkan insidensi
kehamilan ektopik yang diperkirakan sebagai akibat perubahan
jumlah dan afinitas reseptor adrenergik dalam tuba.
7
a. Tuba fallopi.
95% kehamilan ektopik terjadi pada tuba fallopi. Pada kasus
kehamilan tuba, 65% terjadi kehamilan ektopik pada tuba
uterine kanan dan 35% kasus pada tuba uterine kiri. Lokasi-
lokasi tuba yang bisa terjadi kehamilan ektopik:
1.Pars interstisialis
2. Isthmus
3. Ampulla
4. Infundibulum
5. Fimbria
b. Uterus
1. Kanalis servikalis
2. Divertikulum
3. Kornua
4. Tanduk rudimeter
c. Ovarium
d. Intraligamenter
e. Abdominal
1. Primer
2. Sekunder
f. Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus.
8
Kehamilan ektopik belum terganggu sulit diketahui, karena biasanya penderita
tidak menyampaikan keluhan yang khas. Pada umumnya penderita menunjukkan
gejala-gejala seperti pada kehamilan muda yakni mual, pembesaran disertai rasa
agak sakit pada payudara yang didahului keterlambatan haid. Di samping
gangguan haid, keluhan yang sering ialah nyeri di perut bawah yang tidak khas,
walaupun kehamilan ektopik belum mengalami ruptur. Kadang-kadang teraba
tumor di samping uterus dengan batas yang sukar ditentukan.
Gejala dan tanda kehamilan ektopik terganggu sangat berbeda-beda, dari
perdarahan banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala
yang tidak jelas, sehingga sukar membuat diagnosisnya. Gejala dan tanda
bergantung pada lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba,
tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi, dan keadaan umum penderita
sebelum hamil.
Nyeri abdomen merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik. Nyeri dapat
unilateral atau bilateral, pada abdomen bagian bawah, seluruh abdomen, atau
hanya dibagian atas abdomen. Umumnya diperkirakan bahwa nyeri perut yang
sangat menyiksa pada suatu rupture kehamilan ektopik, disebabkan oleh darah
yang keluar kedalam kavum peritoneum.
9
- Ketoasidosis diabetes.
Pasien dicurigai menderita ketoasidosis diabetes jika sebelum hamil
mempunyai riwayat diabetes atau diketahui pertama kali saat hamil apalagi
disertai dengan penurunan kesadaran dan pernafasan Kussmaul. Perlu dilakukan
pemeriksaan keton urine untuk mendapatkan badan keton pada urine, pemeriksaan
gula darah, dan pemeriksaan gas darah (Cunningham, Leveno, & Gant, 2010)
- Gastritis dan ulkus peptikum.
Pasien dicurigai menderita gastritis dan ulkus peptikum jika pasien
mempunyai riwayat makan yang tidak teratur, dan sering menggunakan obat-obat
analgetik non steroid (NSAID). Keluhan nyeri epigastrium tidak terlalu dapat
membedakan dengan wanita hamil yang tanpa gastritis/ulkus peptikum karena
hampir semua pasien dengan hiperemesis gravidarum mempunyai keluhan nyeri
epigastrium yang hebat. Pemeriksaan endoskopi perlu dihindari karena berisiko
dapat menyebabkan persalinan preterm. Pasien dengan gastroenteritis selain
menunjukkan gejala muntah-muntah, juga biasanya diikuti dengan diare. Pasien
hiperemesis gravidarum yang murni karena hormon jarang disertai diare
(Cunningham, Leveno, & Gant, 2010)
- Hepatitis.
Pasien hepatitis yang menunjukkan gejala mual-muntah yang hebat
biasanya sudah menunjukkan gejala ikterus yang nyata disertai peningkatan
SGOT dan SGPT yang nyata. Kadang-kadang sulit membedakan pasien
hiperemesis gravidarum tingkat III (tanda-tanda kegagalan hati) yang sebelumnya
tidak menderita hepatitis dengan wanita hamil yang sebelumnya memang sudah
menderita hepatitis. Anamnesa yang cermat dapat membantu menegakkan
diagnosis. (Cunningham, Leveno, & Gant, 2010)
- Kehamilan Mola dan Kehamilan Ganda
Penting untuk mengevaluasi pasien untuk penyakit trofoblas gestasional
dan kehamilan multipel karena mungkin juga termasuk mual dan muntah yang
parah pada trimester pertama kehamilan. Pemeriksaan dapat dimulai dengan
USG,yang akan memastikan diagnosis dalam banyak kasus. Masalah kebidanan
trimester pertama lainnya termasuk kehamilan ektopik, yang gejalanya lebih khas
10
berupa sakit perut, sinkop, atau perdarahan vagina dan dapat dievaluasi lagi
dengan USG kebidanan dan kadar B-hCG (McCarthy, Lutomski, & Greene, 2014)
3.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan utama hiperemesis gravidarum adalah rehidrasi dan
penghentian makanan peroral. Pemberian antiemetik dan vitamin secara intravena
dapat dipertimbangkan sebagai terapi tambahan. Penatalaksanaan farmakologi
emesis gravidarum dapat juga diterapkan pada kasus hiperemesis gravidarum
(Gunawan, Menengkei, & Ocviyanti, 2011)
11
encephalopathy. Komplikasi ini jarang terjadi, tetapi perlu diwaspadai jika
terdapat muntah berat yang disertai dengan gejala okular, seperti perdarahan retina
atau hambatan gerakan ekstraokular (Gunawan, Menengkei, & Ocviyanti, 2011).
Fenotiazin atau metoklopramid diberikan jika pengobatan dengan
antihistamin gagal. Prochlorperazine juga tersedia dalam sediaan tablet bukal
dengan efek samping sedasi yang lebih kecil (Gunawan, Menengkei, & Ocviyanti,
2011)
Antagonis reseptor 5-hydroxytryptamine3 (5HT3) seperti ondansetron
12
Pengaturan Diet
Untuk pasien hiperemesis gravidarum tingkat III, diberikan diet
hiperemesis I. Makanan yang diberikan berupa roti kering dan buah-buahan.
Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam setelah makan. Diet
hiperemesis kurang mengandung zat gizi, kecuali vitamin C, sehingga diberikan
hanya selama beberapa hari (Gunawan, Menengkei, & Ocviyanti, 2011)
Jika rasa mual dan muntah berkurang, pasien diberikan diet hiperemesis II.
Pemberian dilakukan secara bertahap untuk makanan yang bernilai gizi tinggi.
Minuman tidak diberikan bersama makanan. Diet hiperemesis II rendah dalam
semua zat gizi, kecuali vitamin A dan D (Gunawan, Menengkei, & Ocviyanti,
2011)
Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis
ringan. Pemberian minuman dapat diberikan bersama makanan. Diet ini cukup
dalam semua zat gizi, kecuali kalsium (Gunawan, Menengkei, & Ocviyanti, 2011)
Terapi Alternatif
Terapi alternatif seperti akupunktur dan jahe telah diteliti untuk
penatalaksanaan mual dan muntah dalam kehamilan. Akar jahe (Zingiber
officinale Roscoe) adalah salah satu pilihan nonfarmakologik dengan efek yang
13
cukup baik. Bahan aktifnya, gingerol, dapat menghambat pertumbuhan seluruh
galur H. pylori, terutama galur Cytotoxin associated gene (Cag) A+ yang sering
menyebabkan infeksi. Empat random- ized trials menunjukkan bahwa ekstrak
jahe lebih efektif daripada plasebo dan efektivitasnya sama dengan vitamin B6.
Efek samping berupa refluks gastroesofageal dilaporkan pada beberapa penelitian,
tetapi tidak ditemukan efek samping signifikan terhadap keluaran kehamilan.
Dosisnya adalah 250 mg kapsul akar jahe bubuk per oral, empat kali sehari.
(Gunawan, Menengkei, & Ocviyanti, 2011)
Terapi akupunktur untuk meredakan gejala mual dan muntah masih
menjadi kontroversi. Penggunaan acupressure pada titik akupuntur Neiguan P6 di
pergelangan lengan menunjukkan hasil yang tidak konsisten dan penelitiannya
masih terbatas (Gunawan, Menengkei, & Ocviyanti, 2011).
14
Gambar 1. Guideline Penanganan Mual Muntah Pada Kehamilan (ACOG, 2018)
3.8 Komplikasi
Pada kasus hiperemesis yang parah, komplikasi termasuk defisiensi
vitamin, dehidrasi, dan malnutrisi, jika tidak ditangani dengan tepat. Ensefalopati
Wernicke, yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B1, dapat menyebabkan
kematian dan cacat permanen jika tidak ditangani. Selain itu, juga bisa terjadi
cedera sekunder akibat muntah yang kuat dan sering, termasuk ruptur esofagus
dan pneumotoraks. Kelainan elektrolit seperti hipokalemia juga dapat
menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang signifikan. Selain itu, pasien dengan
15
hiperemesis mungkin memiliki tingkat depresi dan kecemasan yang lebih tinggi
selama kehamilan (Jennings LK, 2014).
3.9 Prognosis
Mual dan muntah saat hamil sering terjadi. Gejala biasanya mulai sebelum
usia kehamilan 9 minggu dan sebagian besar kasus diselesaikan pada minggu ke
20 kehamilan. Sebagian kecil pasien, sekitar 3%, akan terus mengalami muntah
selama trimester ketiga. Sekitar 10% pasien dengan hiperemesis gravidarum akan
terpengaruh selama kehamilan (Jennings LK, 2014).
Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat
memuaskan. Sebagian besar penyakit ini dapat membaik dengan sendirinya pada
usia kehamilan 20-22 minggu. Namun demikian pada tingkatan yang berat
penyakit ini dapat membahayakan nyawa ibu dan janin.
Kriteria keberhasilan pengobatan dapat ditentukan sebagai berikut:
1. Rehidrasi berhasil dan turgor kulit kembali normal
2. Diuresis bertambah
3. Kesadaran komposmentis
4. Hasil pemeriksaan laboratorium (ketonuria negatif) (Jennings LK,
2014).
16
BAB 4
PEMBAHASAN
Pasien Ny. MNLS usia 25 tahun masuk RS pada tanggal 17 Febuari 2021
dengan keluhan utama mual dan muntah lebih dari 6 kali per hari sejak 4 hari terakhir
ini. Selama 1 hari terakhir, pasien selalu muntah jika diberikan makanan atau
minumanSelain itu, pasien juga mengeluhkan nyeri pada ulu hatinya Pasien
mengatakan sedang hamil muda.. BAB dan BAK dalam batas normal.
4.1. Anamnesis
Teori Kasus
Pasien mengeluhkan mual dan muntah Pasien G1P0A0 gravid 15-16 minggu
terus menerus, semua yang dimakan datang dengan keluhan utama mual
maupun diminum dimuntahkan, merasa muntah lebih dari 6 kali sehari sejak.
lemah, nafsu makan tidak ada, dan nyeri Keluhan ini muncul setiap hendak
ulu hati. Dapat di temui tanda-tanda makan dan minum serta muntahan
dehidrasi. Apabila dalam keadaan berat, berupa cairan.
dapat terjadi gangguan kesadaran. Nyeri ulu hati sejak 4 hari terakhir
BAK dan BAB tidak ada keluhan
Tidak ada riwayat penggunaan obat
17
Thorax
- Pulmo : dalam batas normal
- Cor : dalam batas normal
Abdomen: Membesar sesuai usia
kehamilan, linea nigra (-), Striae
gravidarum (-), bekas operasi (-)
Ekstremitas: edema (-/-), akral hangat (+/
+)
4.4 Penatalaksanaan
Teori Kasus
Stop makanan peroral. Rehidrasi dan - IVFD RL:DS (2:2) 20 tpm
penggantian mineral dan vitamin dengan - Neurobion drip 1 ampul/IV/24
kombinasi vitamin B. jam
Pemberian metoclopramide / ondansentron - Inj ranitidine 50mg 2x1
/ promethazine apabila terdapat dehidrasi ampul/IV
dan metoklopramide / - Inj ondansentron 4mg 3x1
trimethobenzamide /ondansetron apabila amp/IV
tanpa dehidrasi.. - Inj drip KCl 25meq dalam
NaCl 0,9% 1fl 12tpm, 1 kali
pemberian.
- Rawat inap di VK
18
BAB 5
PENUTUP
Telah dilaporkan kasus pasien atas nama Ny. MNLS berusia 25 tahun yang
dapat ke IGD Abdul Wahab Sjahrannie Samarinda dengan keluhan mual dan
19
muntah sejak 4 hari SMRS, bertambah parah sejak 1 hari yang halu. Selain itu,
pasien juga mengeluhkan nyeri ulu hati. Dari pemeriksaan fisik didapatkan
keadaan umum tampak sakit ringan. Pemeriksaan laboratorium darah didapatkan
adanya hipokalemia dan badan keton positif. Pemeriksaan urinalisa didapatkan
adanya ketone dalam urin. Pasien didiagnosis G1P0A0 dengan Hiperemesis
gravidarum derajat 1. Pada pasien ini diberikan tatalaksana berupa cairan sehidrasi
serta anti mual dan muntah. Penegakan diagnosis maupun tatalaksana pada pasien
ini sudah sesuai dengan teori.
20
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, F., Leveno, K., & Gant, N. (2010). Williams Obstetrics 23rd
Edition. New York: McGraw Hill.
Gde Manuaba, I.B. Ilmu Kebidanan,Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana.
Jakarta: EGC; 2001. Hal: 229-232
Gunawan, K., Menengkei, P. S., & Ocviyanti, D. (2011). Diagnosis dan
Tatalaksana Hiperemesis Gravidarum. Journal Indonesia Medical
Association.
Jennings LK, K. D. (2014). Hyperemesis Gravidarum. Treasure Island: StatPearl
McCarthy, F., Lutomski, J., & Greene, R. (2014). Hyperemesis Gravidarum:
Current Perspectives. International Journal of Women's Healt.
Prawirohardjo, S. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
21