p-ISSN : 2087-8508
H
T
IN
GG
I ILM
U
K
E
AT A N
SY E NT I K A
D Z A SA I
ABSTRAK
Salah satu masalah penting bidang obstetri adalah kehamilan dengan Ketuban Pecah Dini (KPD).
Beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian KPD antara lain usia ibu, paritas, infeksi,
anemia, kehamilan ganda, peningkatan tekanan intrauterin dan faktor keturunan. Di Rumah Sakit
Bhayangkara Padang kasus KPD merupakan kasus yang sering terjadi dan memiliki angka yang cukup
tinggi setiap tahunnya. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari Hubungan Faktor Risiko dengan
Ketuban Pecah Dini. Penelitian ini survey analitik dengan rancangan kohort, pendekatan retrospektif.
Penelitian dilaksanakan bulan Juli s/d Agustus 2019 di Instalansi Rekam Medik RS Bhayangkara Padang.
Populasi ibu bersalin sebanyak 665 orang, sampel 87 orang. Teknik pengambilan sampel systematik
random sampling. Analisis data univariat dan bivariat dengan uji Chi-Square. Hasil penelitian ini
didapatkan, 51 umur ibu beresiko, 50 (98%) KPD, p value 0,001. 46 ibu paritas beresiko, 45 (98%) KPD,
p value 0,001. 40 ibu riwayat KPD, 29 (72,5%) KPD, p value 0,216. 19 ibu kelainan letak, 17 (89,5%)
KPD, p value 0,02 . 8 ibu kehamilan kembar, 8 (88,9%) KPD, p value 0,149. 10 ibu infeksi, 8 (80%)
KPD, p value 0,484. Simpulan penelitian ini ada hubungan bermakna umur ibu, paritas, kelainan letak
dengan KPD dan tidak ada hubungan yang bermakna riwayat KPD, kehamilan kembar dan infeksi dengan
KPD di RS Bhayangkara Padang. Diharapkan kepada petugas kesehatan di fasilitas kesehatan
pratama/klinik/Bidan Praktek Mandiri dan di Rumah Sakit Bhayangkara Padang agar dapat memberikan
sosialisasi tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi KPD.
Kata Kunci : Umur, Paritas, Riwayat KPD, Kelainan Letak, Kehamilan Kembar, Infeksi, KPD
ABSTRACT
One of obstetrics main problem is premature rupture of membranes (PROM). Several risk factors that is
related to PROM are mother’s age, parity, infection, anemia, double pregnancy, enhancement of
intrauterine pressure, and descendant factor. In Bhayangkara Hospital, Padang, PROM case was the
most occurred case with high rate every years. The purpose of this research is to study the relationships
between risk factors with premature rupture of membranes. This is an analytical survey with cohort
project and retrospective approach. The research was conducted in July to August 2019 in medical
record installation of Bhayangkara Hospital, Padang. The maternity population was 665 persons, and the
sample was 87 persons. The sampling technique was random sampling. The analysis data was conducted
univariately and bivariately use test Chi-Square. This research found that 51 years old is the risky age, 50
persons (98%) PROM, p value 0,216. 19 pregnant women experienced breech presentation, 17 (89,5%)
PROM, p value 0,02. 8 pregnant women experienced twin pregnancy, 8 (88,9%) PROM, p value 0,149.
10 pregnant women infected, 8 (80%) PROM, p value 0,484. The conclusions are: there are relationship
between pregnant women’s age, parity, breech presentation with PROM history, and there is no
relationship between PROM, twin pregnancy, and infection with PROM in Bhayangkara Hospital,
Padang.
111
e-ISSN : 2540-9611
p-ISSN : 2087-8508
H
T
IN
GG
I ILM
U
K
E
AT A N
SY E NT I K A
D Z A SA I
Keywords: Age, Parity, PROM history, breech presentation, twin pregnancy, infection, PROM
PENDAHULUAN setiap tahunnya mengalami peningkatan. Pada
World Health Organization (WHO) tahun 2016 jumlah kasus Ketuban Pecah Dini
memperkirakan bahwa sekitar 15 % dari sebanyak 12 kasus, meningkat pada tahun
seluruh wanita yang hamil akan berkembang 2017 sebanyak 228 kasus dan pada tahun
menjadi komplikasi yang berkaitan dengan 2018 menjadi 240 kasus (Padang, 2016)..
kehamilannya, serta dapat mengancam jiwa Pada PPK II di RSUD dr. Rasidin Padang,
ibu dan janin. Sekitar 800 perempuan angka kejadian Ketuban Pecah Dini pada
meninggal setiap harinya diseluruh dunia, tahun 2015 sebanyak 81 kasus, meningkat
akibat komplikasi yang berkaitan dengan pada tahun 2016 sebanyak 144 kasus
kehamilan atau kelahiran.(DM, Fraser dan kemudian mengalami penurunan pada tahun
MA, 2009). Tahun 1990 sampai tahun 2010 2017 menjadi 77 kasus dari semua persalinan
Angka Kematian Ibu (AKI) di seluruh dunia (RSUD dr. Rasidin, 2018).
turun hampir 50% yaitu dari 543 per 100.000 Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi
Kelahiran Hidup tahun 1990, menjadi 287 per pada setiap kehamilan baik pada akhir
100.000 KH pada tahun 2010. Sementara kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
Angka Kematian Bayi (AKB) di seluruh melahirkan. Jika pecah ketuban sebelum usia
dunia, hanya menurun 1,1% per tahun yaitu kehamilan 37 minggu disebut KPD Preterm
dari 3.000.000 di Tahun 1995, menjadi dan jika setelah usia kehamilan 37 minggu di
2.600.000 pada tahun 2009.(Morgan, G dan sebut KPD aterm (Rukiyah, 2011). Beberapa
Hamiton, 2009) penelitian diluar negeri menyatakan bahwa
Target Angka Kematian Ibu (AKI) di insiden KPD terjadi 8 % pada kehamilan.
Indonesia pada tahun 2015 adalah 102 KPD aterm terjadi sekitar 5% sedangkan
kematian per 100.000 kelahiran hidup. preterm terjadi 3% (Popowski, T; Goffinet, F;
Sementara itu berdasarkan Survei Demografi Maillard, F; Schmitz, T; Leroy. S; Kayem,
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, 2011)
Angka Kematian Ibu (AKI) (yang berkaitan Menurut (Prawirohardjo, 2008)
dengan kehamilan, persalinan, dan nifas) penyebab kematian maternal merupakan suatu
sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. hal yang cukup kompleks, yang dapat
Angka ini masih cukup jauh dari target yang digolongkan pada faktor-faktor reproduksi,
harus dicapai pada tahun 2015.(Saifuddin, komplikasi obstertrik, pelayanan kesehatan
A.B, 2010) dan sosial ekonomi. Yang termasuk
Berdasarkan profil kesehatan Provinsi komplikasi obstetrik adalah infeksi. Infeksi
Sumatera Barat, jumlah kasus kematian ibu dapat terjadi pada pertolongan persalinan
pada tahun 2014 ada 86 kasus, meningkat yang tidak mengindahkan syarat-syarat
menjadi 129 kasus pada tahun 2015 dan pada asepsis-antisepsis, karena partus lama,
tahun 2016 ada 104 kasus, sedangkan untuk ketuban pecah dini, dan sebagainya. Menurut
tahun 2017 sampai bulan September 2017 (Oxom, 2012) ketuban pecah dini (KPD)
tercatat ada 63 kasus (Barat, 2018). Ditinjau merupakan salah satu penyebab terjadinya
dari Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) III infeksi. Pada sebagian besar kasus ketuban
data Rekam Medik RSUP. Dr. M. Djamil pecah dini berhubungan dengan infeksi intra
Padang angka kejadian Ketuban Pecah Dini partum.
112
e-ISSN : 2540-9611
p-ISSN : 2087-8508
H
T
IN
GG
I ILM
U
K
E
AT A N
SY E NT I K A
D Z A SA I
H
T
IN
GG
I ILM
U
K
E
AT A N
SY E NT I K A
D Z A SA I
114
e-ISSN : 2540-9611
p-ISSN : 2087-8508
H
T
IN
GG
I ILM
U
K
E
AT A N
SY E NT I K A
D Z A SA I
115
e-ISSN : 2540-9611
p-ISSN : 2087-8508
H
T
IN
GG
I ILM
U
K
E
AT A N
SY E NT I K A
D Z A SA I
b. Hubungan paritas ibu bersalin dengan Pada tabel 10, dilihat bahwa dari 40
Ketuban Pecah Dini responden riwayat KPD, terdapat 29
responden (72,5%) yang mengalami KPD.
Tabel 9 Setelah dilakukan uji statistik Chi-Square
Hubungan Paritas ibu bersalin dengan didapatkan p value = 0,216 (p > 0.05), berarti
Ketuban Pecah Dini di RS Bhayangkara Ha ditolak dan Ho diterima, sehingga
Padang disimpulkan bahwa ada hubungan antara
riwayat KPD dengan Kejadian Ketuban Pecah
p value 0,001, OR 122,727 (15,05-1000,80) Kejadian KPD
KP Total
Pada tabel 9, dilihat bahwa dari 46 No Paritas Tidak KPD
D
responden paritas yang berisiko, terdapat 45
responden (98%) yang mengalami KPD. f % f % f %
Setelah dilakukan uji statistik Chi-Square 1 Berisiko 45 98 1 2,0 46 100
didapatkan p value = 0,001 (p < 0.05), berarti 2 Tidak 11 26,8 30 73, 41 100
Ha diterima dan Ho ditolak, sehingga Berisiko 2
disimpulkan bahwa ada hubungan antara Dini. Hasil analisis menunjukkan nilai OR=
Paritas dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini. 1,95 artinya ibu dengan riwayat KPD
Hasil analisis menunjukkan nilai OR= 122,7 memiliki resiko 1 kali lebih terjadi ketuban
artinya ibu dengan paritas beresiko memiliki pecah dini saat bersalin dibanding dengan ibu
resiko 122 kali lebih terjadi ketuban pecah dini
yang tidak mengalami ketuban pecah dini.
saat bersalin dibanding dengan ibu yang tidak
mengalami ketuban pecah dini.
d. Hubungan kelainan letak ibu bersalin
c. Hubungan riwayat KPD ibu bersalin dengan Ketuban Pecah Dini
dengan Ketuban Pecah Dini
Tabel 11
Tabel 10 Hubungan Kelainan Letak ibu bersalin
Hubungan Riwayat KPD ibu bersalin dengan Ketuban Pecah Dini di RS
dengan Ketuban Pecah Dini di RS Bhayangkara Padang
Bhayangkara Padang Kejadian KPD
Kelainan Tidak Total
No KPD
Kejadian KPD Letak KPD
Riwayat Total f
% f % f %
No Tidak
KPD KPD 1 Ya 17
89, 2 10, 19 100
KPD
5 5
f % f % f % 2 Tidak 39 57, 29 42, 68 100
1 Ya 29 72,5 11 27,5 40 100 4 6
p value 0,02, OR 6,321 (1,352-29,541)
2 Tidak 27 45,74 20 42,6 47 100
Pada tabel 11, dilihat bahwa dari 19
P value 0,216, OR 1,95 (0,79-4,81) responden dengan kelainan letak, terdapat 17
responden (89,5%) yang mengalami KPD.
116
e-ISSN : 2540-9611
p-ISSN : 2087-8508
H
T
IN
GG
I ILM
U
K
E
AT A N
SY E NT I K A
D Z A SA I
117
e-ISSN : 2540-9611
p-ISSN : 2087-8508
H
T
IN
GG
I ILM
U
K
E
AT A N
SY E NT I K A
D Z A SA I
H
T
IN
GG
I ILM
U
K
E
AT A N
SY E NT I K A
D Z A SA I
resiko 122 kali lebih terjadi ketuban pecah mengantisipasi terjadinya ketuban pecah dini.
dini saat bersalin dibanding dengan ibu yang Untuk ibu yang tidak hamil sebaiknya sebagai
tidak mengalami ketuban pecah dini. tenaga kesehatan lebih aktif untuk
Hasil penelitian ini sesuai dengan memberikan konseling mengenai paritas yang
penelitian (Sari, E.K dan Henny, 2012) aman untuk melaksanakan kehamilan.
dengan judul hubungan Paritas dan kelainan
letak dengan kejadian ketuban pecah dini. 3. Hubungan riwayat KPD ibu bersalin
Penelitian tersebut mengemukakan bahwa ada dengan Ketuban Pecah Dini Rendah di
hubungan yang signifikan antara paritas lebih RS Bhayangkara Padang
dari 3 dengan kejadian ketuban pecah dini. Pada hasil penelitian didapatkan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, bahwa, dari 40 responden riwayat KPD,
kejadian ketuban pecah dini yang terjadi pada terdapat 29 responden (72,5%) yang
responden paritas > 3 disebabkan oleh mengalami KPD. Setelah dilakukan uji
beberapa faktor antara lain tidak teraturnya statistik Chi-Square didapatkan p value =
pemeriksaan kehamilan, terjadinya infeksi, 0,216 (p > 0.05), berarti Ha ditolak dan Ho
kurang nutrisi sehingga sehingga terjadi KPD. diterima, sehingga disimpulkan bahwa tidak
Oleh karena itu paritas 1-3 dianggap paritas ada hubungan antara riwayat KPD dengan
yang aman dan berisiko kecil mengalami Kejadian Ketuban Pecah Dini. Hasil analisis
KPD padahal penyebab KPD merupakan menunjukkan nilai OR= 1,95 artinya ibu
multifaktor yang saling berkaitan satu sama dengan riwayat KPD memiliki resiko 1 kali
lain. lebih terjadi ketuban pecah dini saat bersalin
Manuaba menyatakan bahwa paritas dibanding dengan ibu yang tidak mengalami
(multi/grande multipara) merupakan faktor ketuban pecah dini.
penyebab umum terjadinya ketuban pecah Hasil penelitian ini tidak selaras
dini, sedangkan menurut Geri Morgan dan dengan penelitian (Susilowati, E dan Lisa D,
Carole Hamilton, paritas merupakan salah 2010), yang berjudul Gambaran karakteristik
satu faktor yang mengakibatkan ketuban ibu bersalin dengan ketuban pecah dini di
pecah dini karena peningkatan paritas yang Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang
memungkinkan kerusakan serviks selama tahun 2009 bahwa ibu hamil dengan riwayat
proses kelahiran sebelumnya dan teori KPD merupakan salah satu faktor yang
Prasanthi yang menyebutkan bahwa risiko mempengaruhi terjadinya ketuban pecah dini
terjadinya pada grandemultipara yang pada kehamilan berikutnya. Wanita
disebabkan oleh motilitas uterus berlebih, mengalami KPD pada kehamilan atau
perut gantung, kelenturan leher rahim yang menjelang persalinan maka pada kehamilan
berkurang sehingga dapat terjadi pembukaan berikutnya akan lebih beresiko mengalami
(Legawati, 2018). kembali antara 3-4 kali dari wanita yang tidak
Peneliti beramsumsi bahwa ibu hamil mengalami KPD sebelumnya, karena
dengan paritas lebih dari 3 lebih baik tidak komposisi membran yang menjadi mudah
mengalami kehamilan namun bila tetap terjadi rapuh dan kandungan kolagen yang semakin
kehamilan agar ibu hamil tersebut lebih menurun pada kehamilan berikutnya.
menjaga kehamilannya dengan rajin Ketuban akan pecah dengan sendiri
memeriksakan kehamilan guna ketika pembukaan hampir lengkap. Tidak
119
e-ISSN : 2540-9611
p-ISSN : 2087-8508
H
T
IN
GG
I ILM
U
K
E
AT A N
SY E NT I K A
D Z A SA I
jarang ketuban harus dipecahkan ketika itu diperoleh pula OR = 2,442 artinya ibu
pembukaan hamper lengkap sehingga ibu yang mengalami kelainan letak janin saat
tidak mengalami KPD. Bila ketuban pecah kehamilan akan beresiko sebesar 2,4 kali
sebelum pembukaan mencapai 5cm pada mengalami ketuban pecah dini dibanding
multipara dan 3cm pada primipara disebut dengan ibu yang tidak mengalami kelainan
ketuban pecah dini (Prawirohardjo, 2008). letak janin.
Menurut asumsi peneliti riwayat KPD Presentasi bokong merupakan suatu
pada ibu bersalin yang pernah mengalami keadaan dimana janin dalam posisi
KPD sebelumnya cenderung akan membujur/memanjang, kepala berada pada
mengalaminya kembali. Hal ini dikarenakan fundus sedangkan bagian terendah adalah
pada ibu dengan riwayat KPD akan bokong (Manuaba, I.B.G, 2012). Letak
mempengaruhi komposisi membran pada sungsang adalah kehamilan dengan anak letak
uterus sehingga menjadi rapuh yang memanjang dengan bokong/kaki sebagai
mengakibatkan ketuban pecah dini, tetapi bagian terendah (Mochtar, 2012). Letak
semua dengan riwayat KPD berkemungkinan lintang terjadi bila sumbu memanjang ibu
akan mengalami ketuban pecah dini pada membentuk sudut tegak lurus dengan sumbu
kehamilan berikutnya. memanjang janin. Oleh karena seringkali
bahu terletak di atas PAP, keadaan ini disebut
4. Hubungan Kelainan letak ibu bersalin juga presentasi bahu. (Oxom, 2012). Pada ibu
dengan Ketuban Pecah Dini Rendah di bersalin dengan kelainan letak sangat rentan
RS Bhayangkara Padang terhadap kejadian ketuban pecah dini.
Pada hasil penelitian didapatkan Faktanya ibu bersalin dengan kelainan letak
bahwa, dari 19 responden kelainan letak, yang mengalami ketuban pecah dini cukup
terdapat 17 responden (89,5%) yang banyak yaitu sebesar 28,7%. (Rukiyah, 2011),
mengalami KPD. Setelah dilakukan uji menjelaskan bahwa kelainan letak merupakan
statistik Chi-Square didapatkan p value = 0,02 suatu penyulit persalinan yang sering terjadi
(p < 0.05), berarti Ha diterima dan Ho ditolak, karena keadaan atau posisi janin dalam rahim
sehingga disimpulkan bahwa ada hubungan yang tidak sesuai dengan jalan lahir
antara kelainan letak dengan Kejadian yangmenyebabkan terjadinya ketidakteraturan
Ketuban Pecah Dini. Hasil analisis bagian terendah janin untuk menutupi atau
menunjukkan nilai OR= 33,26 artinya ibu menahan Pintu Atas Panggul (PAP), serta
dengan kelainan memiliki resiko 33 kali lebih mengurangi tekanan terhadap membran
terjadi ketuban pecah dini saat bersalin bagian bawah dan bagian terendah ketuban
dibanding dengan ibu yang tidak mengalami langsung menerima tekanan intrauterin yang
ketuban pecah dini. dominan sehingga dapat menyebabkan
Hasil penelitian ini sesuai dengan ketuban pecah dini.
penelitian (Sari, E.K dan Henny, 2012), Peneliti beramsumsi bahwa seorang
mengenai hubungan Paritas dan kelainan letak ibu hamil yang mengalami kelainan letak
dengan kejadian ketuban pecah dini, janin menyebabkan permukaan tidak rata
diperoleh p value = 0.025 yang artinya dengan presentasi terendah pada PAP, kondisi
terdapat hubungan antara kelainan letak janin ini menyebabkan peregangan berlebihan pada
dengan kejadian ketuban pecah dini. Selain uterus. Perengangan berlebihan pada uterus
120
e-ISSN : 2540-9611
p-ISSN : 2087-8508
H
T
IN
GG
I ILM
U
K
E
AT A N
SY E NT I K A
D Z A SA I
tersebut memungkinkan untuk mendesak ibu bersalin yang di diagnosa tidak dengan
selaput ketuban pecah sebelum persalinan kehamilan ganda.
dimulai. Pengawasan secera intensif saat ibu Menurut (Manuaba, I.B.G, 2012),
sedang hamil perlu dilakukan dalam salah satu penyebab terjadinya ketuban pecah
pendeteksian terjadinya resiko kehamilan. dini adalah ketegangan rahim berlebihan
Bila diperlukan pemeriksaan intensif pada ibu seperti kehamilan ganda/kembar. Lebih lanjut
masa hamil yang dilakukan oleh dokter (Manuaba, I.B.G, 2012), menjelaskan bahwa
menggunakan USG membantu menegakan kehamilan ganda merupakan kehamilan
diagnose kelainan letak janin sehingga dengan ukuran uterus yang lebih besar
secepatnya dapat dilakukan tindakan sehingga dibanding umur kehamilannya, sehingga
resiko ibu mengalami kegawatdaruratan saat terjadi keregangan rahim berlebihan. Hal
peralinan dapat tangani dengan baik. tersebut akan meningkatkan tekanan
intrauterin, dengan tekanan yang berlebihan
5. Hubungan Kehamilan Kembar ibu ini vaskularisasi tidak berjalan dengan lancar
bersalin dengan Ketuban Pecah Dini yang dapat mengakibatkan selaput ketuban
Rendah di RS Bhayangkara Padang kekurangan jaringan ikat. Sehingga
Pada hasil penelitian didapatkan menyebabkan selaput ketuban tidak kuat atau
bahwa, dari 8 responden hehamilan kembar, lemah dan bila terjadi sedikit pembukaan
terdapat 8 responden (88,9%) yang servik saja maka selaput ketuban akan mudah
mengalami KPD. Setelah dilakukan uji pecah.
statistik Chi-Square didapatkan p value = Kemungkinan lain terjadinya ketuban
0,149 (p > 0.05), berarti Ha ditolak dan Ho pecah dini disebabkan oleh kehamilan ganda
diterima, sehingga disimpulkan bahwa tidak yaitu burhubungan dengan status pekerjaa ibu.
ada hubungan antara kehamilan kembar Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 83,6%
dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini. Hasil sebagai ibu rumah tangga. Ibu hamil
analisis menunjukkan nilai OR= 5,000 artinya melakukan pekerjaan rumah tangga setiap
ibu dengan kehamilan kembar memiliki hari mulai dari pagi hari sampai tidur
resiko 5 kali lebih terjadi ketuban pecah dini dimalamhari. Pekerjaan tersebut merupakan
saat bersalin dibanding dengan ibu yang tidak beban pekerjaan yang berat yang harus
mengalami ketuban pecah dini. dilakukannya ibu saat hamil, sehingga dapat
Hasil penelitian ini tidak selaras menimbulkan ketegangan semakin meningkat
dengan penelitian (Musilova, I; Kutova, R; pada otot-otot rahim sehingga mempengaruhi
Pliskova, L; Stepan , M; Menon, R; selaput ketuban menjadi lemah dan mudah
Jacobbson, B; Kacerovsky, 2015) tentang pecah. Ibu dengan kehamilan ganda juga
kehamilan ganda dengan ketuban pecah dini. sangat membutuhkan nutrisi yang lebih
Uji statistik menunjukkan ada hubungan yang dibanding kehamilan tunggal sehingga sering
signifikan antara kehamilan ganda dengan terjadi defisiensi nutrisi dapat menyebabkan
kejadian ketuban pecah dini dengan hasil selaput ketuban menjadi lemah dan mudah
analisa didapatkan nilai p value 0,03 dan ibu pecah. Bidan perlu menganjurkan pada ibu
bersalin yang di diagnosa dengan kehamilan dengan kehamilan ganda pada usia kehamilan
ganda dapat menyebabkan kejadian ketuban 30 minggu perlu istirahat yang cukup dan
pecah dini sebesar 5,752 kali lipat dibanding mengurangi beban pekerjaan yang berat.
121
e-ISSN : 2540-9611
p-ISSN : 2087-8508
H
T
IN
GG
I ILM
U
K
E
AT A N
SY E NT I K A
D Z A SA I
Selain itu asupan gizi/nutrisi meliputi seksual yang sehat yang dilakukan oleh ibu.
kebutuhan kalori, protein, mineral, vitamin Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
dan asam lemak lebih tinggi untuk mencegah (Tahir, 2012) menunjukkan bahwa infeksi
defisiensi nutrisi. yang disebabkan oleh clamidia adalah 0,7 kali
Peneliti berasumsi bahwa faktor lebih besar menyebabkan KPD, sedangkan
predisposisi ketuban pecah dini yaitu tekanan gonorhoe 1,2 kali lebih besar mengalami KPD
intra uterin yang meninggi atau meningkat dan bacterial vaginosis 1,6 lebih besar dapat
secara berlebihan (overdistensi uterus) salah menyebabkan KPD dibanding ibu yang tidak
satunya dikarenakan kehamilan mengalami infeksi tersebut.
ganda/gamelli. Selain itu menurut (Oxom, Infeksi adalah penyakit yang
2012), pengaruh kehamilan ganda pada disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme
persalinan, karena peregangan uterus yang yang menyebabkan pelepasan sitokinin
berlebihan karena besarnya janin, dua inflamasi, seperti interaleukin dan tumor
plasenta dan air ketuban yang banyak nicrosis factor (TNF) yang kemudian
menyebabkan terjadinya ketuban pecah awal merangsang produksi, prostaglandin (PGD).
dan merupakan salah satu sebab partus Prostaglandin (PGD) merangsang kontraksi
prematurus, tetapi bukan hanya dipengaruhi rahim sehingga menyebabkan degradasi
oleh faktor kehamilan ganda tetapi faktor lain matrix ekstraseluler pada membran janin dan
seperti umur, paritas, dan kelainan letak. menyebabkan KPD. (FG Cunningham, 2012).
Peneliti berasumsi bahwa infeksi
berpengaruh terhadap terjadinya KPD pada
6. Hubungan infeksi ibu bersalin dengan ibu hamil trimester III. Selain disebabkan oleh
Ketuban Pecah Dini Rendah di RS infeksi yang di tandai oleh keadaan demam
Bhayangkara Padang pada ibu, juga disebabkan oleh keputihan
Pada hasil penelitian didapatkan yang dialami oleh ibu hamil baik sebelum
bahwa, dari 10 responden infeksi, terdapat 8 hamil ataupun saat hamil, karena saat hamil
responden (80%) yang mengalami KPD. suhu tubuh ibu meningkat dan menyebabkan
Setelah dilakukan uji statistik Chi-Square lembab pada daerah genetalia ibu, ini
didapatkan p value = 0,484 (p > 0.05), berarti disebabkan esterogen meningkat menjadikan
Ha ditolak dan Ho diterima, sehingga mukosa vagina lebih gelap, sekresi vagina dan
disimpulkan bahwa ada hubungan antara darah ke vagina berlebihan. Jika hal tersebut
Infeksi dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini. tidak diperhatikan oleh ibu hamil dengan
Hasil analisis menunjukkan nilai OR= 2,417 menjaga kebersihan pakaian dalamnya dan
artinya ibu dengan infeksi memiliki resiko 2 mengganti tiap kali basah maka hal itu bisa
kali lebih terjadi ketuban pecah dini saat menyebabkan infeksi. Jika mengalami
bersalin dibanding dengan ibu yang tidak keputihan yang berwarna kuning, kental dan
mengalami ketuban pecah dini. berbau tidak diobati maka bakteri vagina akan
Berdasarkan penelitian di RSU PKU menginfeksi selaput ketuban bayi dan
Muhammadiyah Bantul tahun 2017 yang menyebabkan pecahnya selaput ketuban
mengalami kejadian KPD tidak mengalami tersebut. Tetapi, pada penelitian ini, tidak
infeksi 85 (100%), hal ini bisa disebabkan banyak ditemukan infeksi pada responden,
oleh faktor kebersihan diri dan aktivitas kemungkinan ada faktor lain yang
122
e-ISSN : 2540-9611
p-ISSN : 2087-8508
H
T
IN
GG
I ILM
U
K
E
AT A N
SY E NT I K A
D Z A SA I
H
T
IN
GG
I ILM
U
K
E
AT A N
SY E NT I K A
D Z A SA I
124