“DASAR-DASAR PERPAJAKAN”
Kelompok I
Ryan C20118280
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
KATA PENGANTAR
Teriring puji, salam, do’a dan syukur kami kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kuasa-Nya
melalui limpahan rahmat dan inayah-Nya yang membuat kami selaku kelompok 1 dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya, guna memenuhi tugas mata kuliah
“PERPAJAKAN”, dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai satu diantara beberapa acuan, petunjuk, maupun pedoman bagi
pembaca. Dan dapat membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Hal
tersebut dikarenakan pengalaman yang kami miliki masihlah sangat kurang. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kepada para pembaca untuk bersedia memberikan masukan-masukan
ataupun saran serta kritik yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah ini, serta
makalah-makalah kami berikutnya.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi pajak..............................…………….......................................................................
B. Fungsi pajak..........................................................................................................................
C. Hukum pajak..........................................................................................................................
D. Jenis pajak.............................................................................................................................
E. Tata cara pemungutan pajak.................................................................................................
F. Tarif pajak.............................................................................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang utama bagi
pelaksanaan dan peningkatan pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Pemungutan pajak dilaksanakan untuk
kepentingan rakyat, maka pemungutan pajak tersebut haruslah terlebih dahulu disetujui
oleh rakyatnya sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 23 ayat (2) UUD 1945 yang telah
diamandemenkan dalam Pasal 23A Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi : “Pajak
dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan Negara diatur dengan Undang-
Undang”. Hal ini memperlihatkan bahwa pajak yang dipungut harus berdasarkan
Undang-Undang sehingga menjamin adanya kepastian hukum, baik bagi pengumpul
pajak maupun bagi wajib pajak itu sendiri.
Secara umum pajak itu adalah iuran rakyat kepada Negara yang dipungut
berdasarkan Undang-Undang, yang pemungutannya dapat dipaksakan dengan tidak
mendapat kontra prestasi secara langsung yang dipergunakan untuk membiayai
pengeluaran rutin Negara. Untuk dapat menghimpun dana yang berasal dari masyarakat
yang dipungut melalui pajak harus berpijak pada asas legalitas. Maksud dan tujuan
penerapan asas legalitas di bidang perpajakan adalah agar tindakan atau perbuatan
pemerintah untuk menghimpun dana dari masyarakat melalui pemungutan pajak tidak
dikategorikan sebagai perbuatan melanggar hukum. Tanpa UndangUndang, pemungutan
pajak tidak mengikat masyarakat dan dianggap tidak sah.
B. Rumusan Masalah
A. Definisi pajak
B. Fungsi pajak
C. Hukum pajak
D. Jenis pajak
E. Tata cara pemungutan pajak
F. Tarif pajak
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah sebelumnya, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
makalah ini yaitu untuk mengetahui lebih jelas mengenai “Dasar-Dasar Perpajakan”
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi pajak
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang – Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar – besarnya kemakmuran rakyat.
menurut para ahli :
1. Prof. Dr. P. J. A. Andriani
Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan)
yang terutang yang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan – peraturan
umum (undangundang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung
dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan
pemerintahan.
2. Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro, SH
Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara
untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public
saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.
3. Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., & Brock Horace R
Pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor
pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan,
berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan
yang langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-
tugasnya untuk menjalankan pemerintahan.
B. Fungsi pajak
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara,
khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber
pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran
pembangunan. Silahkan disimak berbagai fungsi pajak pada uraian di bawah ini.
1. Fungsi Anggaran (Budgetair)
Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran negara. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin negara
dan melaksanakan pembangunan, negara membutuhkan biaya. Biaya ini dapat
diperoleh dari penerimaan pajak. Dewasa ini pajak digunakan untuk pembiayaan
rutin seperti belanja pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya.
Untuk pembiayaan pembangunan, uang dikeluarkan dari tabungan pemerintah,
yakni penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin. Tabungan
pemerintah ini dari tahun ke tahun harus ditingkatkan sesuai kebutuhan
pembiayaan pembangunan yang semakin meningkat dan ini terutama diharapkan
dari sektor pajak.
2. Fungsi Mengatur (Regulerend)
Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan
pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk
mencapai tujuan. Contohnya dalam rangka menggiring penanaman modal, baik
dalam negeri maupun luar negeri, diberikan berbagai macam fasilitas keringanan
pajak. Dalam rangka melindungi produksi dalam negeri, pemerintah menetapkan
bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.
3. Fungsi Stabilitas
Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan
kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat
dikendalikan, Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur peredaran
uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan
efisien.
4. Fungsi Redistribusi Pendapatan
Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai
semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan
sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat.
C. Hukum pajak
Hukum pajak adalah anak bagian dari hukum administrative, meskipun ada yang
menghendaki agar hukum pajak diberikan tempat tersendiri di samping hukum
administratif yang diartikan sebagai otonomi hukum pajak karena hukum pajak
mempunyai tugas yang bersifat lain dari pada hukum administrative yakni hukum
pajak dipergunakan juga sebagai alat untuk menentukan politik perekonomian,
selain itu hukum pajak pada umumnya mempunyai tata tertib dan istilah tersendiri
untuk lapangan pekerjaannya.
Adapun beberapa pengertian hukum pajak menurut para ahli yang diantaranya
yaitu:
1. Menurut Santoso Brotodihardjo, “1995:1”
Hukum pajak atau dikenal juag sebagai hukum fiskal merupakan aturan yang
meliputi wewenang atau hak pemerintah untuk mengambil kekayaan dari
seseorang dan kemudian memberikannya lagi ke masyarakat dengan cara
melalui kas negara. Hukum pajak ialah bagian dari hukum publik yang
dimana mengatur hubungan-hubungan orang atau badan hukum dengan
negara yang memiliki kewajiban untuk membayar pajak atau dikenal dengan
wajib pajak.
2. Menurut Bohari “2004:29”
Hukum fiskal atau hukum pajak merupakan kumpulan dari peraturan yang
dimana mengatur hubungan rakyat selaku pembayaran pajak dan pemerintah
selaku pemungut dari pajak.
3. Menurut Dr. Soeparman Soehamidjaja
Hukum pajak merupakan hukum yang mengatur masalah perpajakan, dimana
pajak tersebut yang akan meringankan biaya produksi barang dan jasa kolektif
untuk mencapai kesejahteraan umum.
D. Jenis pajak
1. Pajak Penghasilan (PPh)
PPh ialah salah satu pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau
badan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu Tahun Pajak.
Yang dimaksud dengan penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak baik yang berasal baik dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau
untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan dengan nama dan
dalam bentuk apapun.Dengan demikian maka penghasilan itu dapat berupa
keuntungan usaha, gaji, honorarium, hadiah, dan lain sebagainya.
Contoh Pajak :
1. Contoh Pajak Pemerintah Pusat
Pajak Penghasilan (PPh)
Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
Bea Materai
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB perkebunan, Perhutanan, Pertambangan)
1. Stelsel Pajak
Stelsel Nyata
Pengenaan Pajak didasarkan pada suatu objek (penghasilan yang nyata),
pemungutan dilakukan pada akhir tahun pajak setelah penghasilan
sesungguhnya diketahui. Pajak lebih realistis tapi baru dapat dikenakan di
akhir periode.
Stelsel Anggapan (Fictieve Stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada sebuah anggapan yang diatur Undang-
Undang. Tanpa menunggu akhir tahun dan tidak berdasarkan keadaan
sesungguhnya.
Stelsel Campuran
Merupakan salah satu kombinasi antara stelsel Nyata dan stelsel anggapan.
Pada awal tahun dihitung berdasarkan anggapan dan akhir tahun disesuaikan
dengan keadaan yang sebebnarnya.
F. Tarif pajak
Dasar pengenaan pajak merupakan nilai dalam bentuk uang yang dijadikan dasar
untuk menghitung pajak terutang.
1. Tarif Progresif
Tarif pajak progresif merupakan tarif pungutan pajak yang mana persentase akan
naik sebanding dengan dasar pengenaan pajaknya.
Di Indonesia itu sendiri, tarif pajak progresif ini diterapkan untuk pajak
penghasilan (PPh) wajib pajak orang pribadi, seperti:
Lapisan penghasilan kena pajak (PKP) sampai Rp50 juta, tarif pajaknya 5%.
Lapisan PKP lebih dari Rp50 – Rp250 juta, tarif pajaknya 15%.
Lapisan PKP lebih dari Rp250 -Rp500 juta, tarif pajakya 25%.
Lapisan PKP di atas Rp500 juta, tarif pajaknya 30%.
2. Tarif Degresif
Tarif degresif ini kebalikan dari tarif progresif. Artinya, tarif pajak ini merupakan
tarif pajak yang persentasenya akan lebih kecil dari jumlah yang dijadikan dasar
pengenaan pajak tinggi. Atau, persentase tarif pajak akan semakin rendah ketika
dasar pengenaan pajaknya semakin meningkat.
Jadi, jika persentasenya semakin kecil, jumlah pajak terutang tidak ikut mengecil.
Melainkan bisa jadi lebih besar karena jumlah yang dijadikan dasar pengenaan
pajaknya semakin besar.
3. Tarif Proporsional
Contohnya adalah Pajak Pertambahan Nilai (10%) dan PBB (0,5%) dari berapa
pun objek pajaknya.
4. Tarif Tetap/Regresif
Tarif tetap atau tarif pajak regresif adalah tarif pajak yang nominalnya tetap tanpa
memerhatikan jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajaknya.
Tarif tetap juga dapat diartikan sebagai tarif pajak yang akan selalu tetap sesuai
dengan peraturan yang telah diberlakukan, seperti Bea Meterai dengan nilai atau
nominal sebesar Rp3.000 dan Rp6.000.
Pengelompokan Pajak
Berdasarkan golongannya pajak terbagi menjadi 2, yaitu pajak langsung dan
pajak tidak langsung.
1. Pajak langsung merupakan pajak yang bebannya ditanggung sendiri oleh
wajib pajak dan tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain (contoh: Pajak
Penghasilan (PPh)).
2. pajak tidak langsung merupakan pajak yang bebannya bisa dialihkan oleh
pihak lain (contoh: Pajak Pertambahan Nilai).
Berdasarkan sifatnya, pajak terbagi menjadi 2 sifat, yakni pajak subjektif dan
pajak objektif.
1. Pajak subjektif adalah pajak yang melihat dan memerhatikan keadaan wajib
pajak. Jadi, pajaknya berpangkal pada subjeknya (contoh: Pajak Penghasilan
(PPh).Sedangkan pajak objektif memiliki arti sebaliknya (contoh: Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)).
Selanjutnya, berdasarkan lembaga pemungutannya. Lembaga pemungutan pajak
terbagi menjadi 2, yaitu pusat dan daerah.
1. Pajak pusat merupakan pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan pajaknya
digunakan untuk biaya pengeluaran atau biaya rumah tangga negara (contoh: PPh,
PPN, Bea Meterai, dan PPnBM).
2. pajak daerah dipungut oleh pemerintah daerah untuk biaya rumah tangga daerah.
Pajak daerah sendiri terdiri dari Pajak Provinsi (contoh: Pajak Kendaraan Bermotor
(PKB) dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor) dan Pajak Kabupaten/Kota
(contoh: Pajak Restoran, Pajak Hotel, dan Pajak Hiburan).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan materi di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa pajak adalah
pembayaran yang dilakukan rakyat, dan merupakan sumber dana untuk pembangunan. Selain itu
pajak berbeda dengan retribusi dan sumbangan. Dalam penetapan besaran pajak harus sesuai
dengan pancasila. Pajak sendiri memiliki banyak jenis dan asas yang digunakan pun beraneka
ragam. Tarif pajak berbeda tergantung dasar yang digunakan. Selain itu pemerintah telah
memberikan batasan segala hal yang berkaitan dengan pajak di dalam UU perpajakan nasional
yang merupakan modernisasi dari UU pajak jaman kolonial. Untuk menarik pajak yang ada di
luar negeri pemerintah melakukan kerja sama dengan negara lain dalam perpajakan yang lazim
diebut perjanjian traktat, yang hal tersebut diatur dalam HUKUM PAJAK INTERNASIONAL
DAFTAR PUSTAKA
https://kurniawanbudi04.wordpress.com/2013/05/20/pengertian-dasar-perpajakan-
makalah-sederhana-perpajakan/
https://www.pajak.go.id/index-belajar-pajak
http://repository.ut.ac.id/4448/1/PAJA3230-M1.pdf