Anda di halaman 1dari 11

NAMA : ANGGI NATASYA

NIM : 4193341023

KELAS : PSPB 19 C

MATA KULIAH : ANAFISMAN

LATIHAN 1

Jelaskan istilah-istilah berikut ini beserta fungsinya

1. Otot skelet
otot rangka atau otot skelet, juga biasanya disebut otot bergaris atau otot lurik, adalah organ
somatik, yang fungsinya dipengaruhi oleh kemauan, oleh karena inervasinya dilakukan oleh
saraf motorik somatik tipe Aα. Fungsi utama otot rangka adalah berkontraksi dalam rangka
menggerakkan anggota tubuh dan fungsi yang lain adalah menghasilkan panas tubuh, memberi
bentuk tubuh serta melindungi organ yang lebih dalam. Otot dapat berkontraksi dan berelaksasi
karena tersedianya energi dari sistem energi. Melalui kontraksi otot, tubuh manusia mampu
melakukan kerja seperti mesin. Dengan kata lain, otot merupakan mesin pengubah energi kimia
menjadi energi mekanik, yang terwujud dalam suatu kerja atau aktivitas fisik. Otot
rangka/skelet tersusun oleh kumpulan 16 serabut sel otot bergaris (muscle fiber/skeletal
myocyte), mempunyai banyak inti yang terletak di tepi Dinding atau membran sel disebut
sarkolemma mempunyai kemampuan menghantarkan impuls (potensial aksi) kesemua arah
temasuk melanjutkan penghantaran sepanjang dinding tubulus transversalis (transvere
tubule/Ttub). Sitoplasma serabut otot atau sarkoplasma mengandung struktur kontraktil (suatu
sitoskeleton) yang berperanan terhadap fungsi utama otot rangka yaitu fungsi kontraksi
2. Fasiculli
berupa seikat otot yang kemudian membentuk suatu kompartemen. Kumpulan kompartemen ini
menyusun struktur otot yang disebut perimisium. Beberapa perimisium ini kemudian
membentuk suatu ikatan yang kemudian dilapisi oleh epimisium. Epimisium adalah lapisan
serat kolagen padat yang mengelilingi otot.
3. Muscle fibre
Muscle Fiber (Serat otot) Merupakan serabut sel yang panjang dan tidak bercabang. Muscle
fiber adalah sel yang berinti banyak dan menyebar di bagian pinggir

4. Myofibril

Myofibril. Dengan Elektro Myograph (EM) dapat dilihat, bahwa serabut otot bergaris terdiri
dari serabut-serabut otot yang di sebut myofibril. Myofibril berjalan longitudinal dan
mempunyai garis-garis melintang, tampak sebagai bintik-bintik yang dipisahkan oleh
sitoplasma yang berwarna pucat. Sitoplasma ini di sebut sarcoplasma. Pada otot terdapat sel-sel
yang berbentuk benang-benang halus dan panjang yang disebut miofibril. Miofibril merupakan
unit dasar dari otot yang mempunyai struktur berupa filamen yang berukuran sangat kecil yang
tersusun dari protein kompleks yaitu filamen aktin yang tipis dan filamen miosin yang tebal.
fungsi dari Myobril

5. Sarcomere

Sarcomere adalah bagian myofibril yang terletak diantara garis Z sampai garis Z berikutnya,
panjangnya 2-3 mm. Sarcomere adalah satu unit kontraktil otot bergaris. Pada waktu otot
berkontraksi, panjang satu sarcomere menjadi kira-kira 203 setengah dari pada waktu otot
dalam keadaan relaksasi. Pada sarcomere terdapat pula sepasang filamen yang mengandung
protein, yang tebal disebut myosin dan yang tipis disebut actin. Pada sarcomere yang sedang
berkontraksi, keadaannya sebagai berikut: Filamen-filamen tipis masuk lebih ke dalam di
antara filamenfilamen tebal. Pita H sama gelapnya dengan pita A di kanan kirinya, karena
sekarang pita H mengandung filamen-filamen halus dan kasar. Tenaga yang diperiwi^an untuk
menggerakan filamenfilamen tersebut berasal dari ATP ADP + tenaga. Tenaga ini diperlukan
oleh actin dan myosin untuk mengikat diri satu sama lainnya, sehingga terjadilah kontraksi.
Kemudian terbentuk lagi ATP kembali untuk membubarkan kontraksi

6. Myofilaments
Miofilamen adalah suatu benang-benang atau juga filamen halus yang berasal dari miofril.
Dibentuk dari protein, terutama pada myosin atau aktin. Maka pada bagian dalam miofilamen
ada sebuah protein kontaraktil yang dikenal dengan aktomiosin (aktin dan miosin), lalu
tropopin dan tropomiosin. Fungsi Miofilamen . Hal ini dimana kompleks protein yang tersusun
atas aktin myosin, protein kontraktil, dan terkadang biasa disebut juga dengan” actomyosin “.
Lalu pada otot lurik, contohnya seperti otot rangka dan juga jantung. Dimana dari filamen aktin
dan miosin ini masing-masing memiliki panjang cukup spesifik dan konstan dalam urutan di
dalam sejumlah mikrometer, dan bahkan jauh lebih kecil dibandingkan dengan panjang sel otot
memanjang (sejumlah milimeter dalam kasus manusia).
Lalu pada filamen tersusun atas beberapa subunit dengan ukuran sepanjang myofibril. Maka
pada subunit-subunit tersebut dikenal dengan sebutan sarkomer. Lalu sifat pada kontraktil
kompleks dari protein ini dengan didasarkan pada struktur filamen yang tebal dan tipis.
Dimana pada Filamen tebal, myosin, memiliki struktur berkepala dua, dimana pada kepala
tersebut diposisikan di ujung molekul yang saling berlawanan. Namun, selama proses kontraksi
otot berlangsung.
Lalu pada kepala filamen miosin melekat pada filamen tipis yang berorientasi pada aktin dan
selanjutnya menariknya antara satu dengan yang lainnya. Sehingga dari adanya Aksi ikatan
myosin dan gerakan aktin ini maka lalu memperoleh pemendekan sarkomer.

7. Actin and myosin

struktur filamen pada otot Memiliki polimer filamen yang panjang. Sruktur globular (G-actin)
terpilin spiral. Berbentuk double helixdengan diameter 5,6 nm. Miosin adalah struktur filmen
pada otot Terdiri dari 2 rantai berat yang identik dan 2 pasang rantai ringan. Rantai berat
berpilin membentuk ekor sedangkan penonjolan kecil pada ujung rantai berat membentuk
kepala yang berfungsi untuk mengikat ATP dan mengikat aktin.
Aktin adalah protein globular dengan massa sekitar 42-kDa dengan berbagai fungsi dasar,
hingga disebut protein sambi, dengan fungsi peran dalam proses seluler dari migrasi sel hingga
transpor membran. Aktin juga merupakan stimulan ekspresi faktor transkripsi mitokondrial
p43. Ekspresi terseut akan manginduksi aktivitas mitokondria, dan lintasan
Mitokondriogenesis Ekspresi tersebut akan menginduksi aktivitas mitokondria,
dan lintasan mitokondriogenesis meningkatkan suhu tubuh dan menurunkan plasma T3
Miosin adalah keluarga protein motor berbasis ATP yang antara lain berperan dalam
kontraksi otot serta beragam proses motilitas berbasis aktin pada eukariota. fungsi miosin
sangat berbeda antarspesies, tetapi semua jenis miosin memiliki sifat dasar yang mirip berupa
pengikatan aktin, hidrolisis ATP, serta transduksi.

8. Tendon

Tendon merupakan bagian dari sistem gerak, berupa jaringan ikat yang berfungsi sebagai
penghubung antara otot dan tulang yang memindahkan kekuatan dari otot ke tulang sehingga
menghasilkan gerakan. Hal ini merupakan perpaduan yang dinamis dan terintegrasi dari sel
yang membentuk struktur dan fungsi jaringan secara khusus. Tendon terdiri dari 70% air dan
dry mass 30% yang tersusun menjadi kolagen tipe I sebanyak 60%-80% dan 2% elastin
(Tresoldi et al,2013). Tendon yang sehat berwarna putih mengkilat dan mempunyai tekstur
fibroelastik, bila dilihat secara makroskopis mempunyai bentuk yang bervariasi, dapat
berbentuk bulat seperti tali atau pipih seperti sabuk (O’Brien et al,2005). Tendon terdiri dari
kelompok fesikel berupa kumpulan (bundle) berbahan utama kolagen, lapisan paling dalam
adalah endotendon dan dibungkus oleh epitenon sebagai lapisan terluarnya. Tendon terdiri dari
lapisan sel fibroblas (merupakan jenis sel terbanyak) dibungkus oleh fesikel yang terdiri dari
serat fibril (peritenon). Fibroblas sendiri terdiri dari serat kolagen. Kolagen membentuk 75%
berat kering tendon dan berfungsi untuk menahan dan memindahkan gaya antara otot dan
tulang

9. Epimysium

Epimisium merupakan pembungkus terluar, mengelilingi otot, memisahkan otot dari


jaringan dan organ sekitarnya. Mengandung pembuluh darah, limfe dan serabut saraf
10. Perimysium

Perimisium merupakan membungkus fasikulus otot, terdiri dari serat kolagen dan elastis,
mengandung pembuluh darah dan serabut saraf.

11. Serabut otot

Perimisium merupakan membungkus fasikulus otot, terdiri dari serat kolagen dan elastis,
mengandung pembuluh darah dan serabut saraf.

12. Reticulum sarkoplasma

Retikulum sarkoplasma merupakan retikulum sarkoplasma yang halus, berjalan longitudinal


dan mengelilingi setiap miofibril. Retikulum sarkoplasma membentuk ruangandi sekitar T-
tubules yang disebut terminal cisternae. Sebuah T-tubules dan 2 terminal cisternae membentuk
suatu kesatuan (triad). Retikulum sarkoplasma menyimpanCa++saat otot berada dalam keadaan
istirahat.

13. Sarcolemma

Sarcolema. Selaput yang membungkus serabut otot bergaris. Walaupun tipis sarcolema dapat
dilihat dengan baik pada penampang melintang. Fungsinya sebagai konduktor dalam
menyalurkan impuls pada waktu berkontraksi. kontraksi, sebab sarcolemma mempunyai
permialibilitas yang khas seperti halnya axolemma pada saraf, iialah dalam hal polaritas
elektrik. Sarcolemma dapat mempertahankan konsentrasi ion-ion Na dan Cl yang lebih tinggi di
luar dari pada di diam sel. Sebaliknya juga sarcolemma dapat mempertahankan konsentrasi ion-
ion K yang lebih tinggi di dalam dari pada di luar serabut otot. Sarcolemma juga sanggup
mempertahankan perbedan potensi kurang lebih 10 miliviolt antara luar dan dalam serabut otot.
Garisgaris Z berhubungan dengan sarcolemma melalui perantara atau sistem cytomembran
intern di dalam sitoplasma yang disebut “sarcoplasmic reticulum”. Sistem ini terdiri dari pipa-
pipa berselaput (memberan tubulus) yang di beberapa tempat melebar menjadi gelembung-
gelembung (vasikel).

14. Zona Z
Zona Z adalah tempat tumpang tindih miosin dan aktin

15. Troponin

Troponin merupakan kompleks dari 3 subunit, yaitu 1. troponin T (Tn T) melekat pada
tropomiosin, 2. Troponin C (Tn C) yang berfungsi untuk mengikat ion kalsium, dan 3.
Troponin I (Tn I) yang menghambat interaksi antara aktin dan miosin.

16. Tropomyosin

Tropomiosin merupakan molekul tipis dengan panjang sekitar 40 nm. Terdiri dari 2 rantai
polipeptida berbetntuk spiral. Berjalan sepanjang sisi luar benang aktin yang terpilin.
LATIHAN KE 2

NAMA : Anggi Natasya

NIM : 4193341023

KELAS : PSPB 19 C

SOAL

1. Jelaskan mekanisme kontraksi otot dan jelaskan unsur unsur yang berperan beserta fungsi
Jawaban

Mekanisme Kontraksi Otot

Setelah struktur otot dan komponen-komponen penyusunnya ditinjau, mekanisme atau interaksi
antar komponen-komponen itu akan dapat menjelaskan proses kontraksi otot.

a. Filamen-filamen tebal dan tipis yang saling bergeser saat proses kontraksi

Menurut fakta, kita telah mengetahui bahwa panjang otot yang terkontraksi akan lebih pendek
daripada panjang awalnya saat otot sedang rileks. Pemendekan ini rata rata sekitar sepertiga
panjang awal. Melalui mikrograf elektron, pemendekan ini dapat dilihatsebagai konsekuensi
dari pemendekan sarkomer. Sebenarnya, pada saat pemendekan berlangsung, panjang filamen
tebal dan tipis tetap dan tak berubah (dengan melihat tetapnya lebar lurik A dan jarak disk Z
sampai ujung daerah H tetangga) namun lurik I dan daerah H mengalami reduksi yang sama
besarnya. Berdasar pengamatan ini, Hugh Huxley, Jean Hanson, Andrew Huxley dan
R.Niedergerke pada tahun 1954 menyarankan model pergeseran filamen (=filament sliding).
Model ini mengatakan bahwa gaya kontraksi otot itu dihasilkan oleh suatu proses yang
membuat beberapa set filamen tebal dan tipis dapat bergeser antar sesamanya.

b. Aktin merangsang Aktivitas ATP pase Miosin


Model pergeseran filamen tadi hanya menjelaskan mekanika kontraksinya dan bukan asal-usul
gaya kontraktil. Pada tahun 1940, Szent-Gyorgi kembali menunjukkan mekanisme kontraksi.
Pencampuran larutan aktin dan miosin untuk membentuk kompleks bernama Aktomiosin
ternyata disertai oleh peningkatan kekentalan larutan yang cukup besar. Kekentalan ini dapat
dikurangi dengan menambahkan ATP ke dalam larutan aktomiosin. Maka dari itu, ATP
mengurangi daya tarik atau afinitas miosin terhadap aktin. Selanjutnya, untuk dapat
mendapatkan penjelasan lebih tentang peranan ATP dalam proses kontraksi itu, kita
memerlukan studi kinetika kimia. Daya kerja ATPase miosin yang terisolasi ialah sebesar 0.05
per detiknya. Daya kerja sebesar itu ternyata jauh lebih kecil dari daya kerja ATPase miosin
yang berada dalam otot yang berkontraksi. Bagaimanapun juga, secara paradoks, adanya aktin
(dalam otot) meningkatkan laju hidrolisis ATP miosin menjadi sekitar 10 per detiknya. Karena
aktin menyebabkan peningkatan atau peng-akti-vasian miosin inilah, muncullah sebutan aktin.
Selanjutnya, Edwin Taylor mengemukakan sebuah model hidrolisis ATP yang dimediasi /
ditengahi oleh aktomiosin. Pada tahap pertama, ATP terikat pada bagian miosin dari
aktomiosin dan menghasilkan disosiasi aktin dan miosin. Miosin yang merupakan produk
proses ini memiliki ikatan dengan ATP. Selanjutnya, pada tahap kedua, ATP yang terikat
dengan miosin tadi terhidrolisis dengan cepat membentuk kompleks miosin-ADP-Pi. Kompleks
tersebut yang kemudian berikatan dengan Aktin pada tahap ketiga. Pada tahap keempat yang
merupakan tahap untuk relaksasi konformasional, kompleks aktin-miosin-ADP-Pi tadi secara
tahap demi tahap melepaskan ikatan dengan Pi dan ADP sehingga kompleks yang tersisa
hanyalah kompleks Aktin-Miosin yang siap untuk siklus hidrolisis ATP selanjutnya. Akhirnya
dapat disimpulkan bahwa proses terkait dan terlepasnya aktin yang diatur oleh ATP tersebut
menghasilkan gaya vektorial untuk kontraksi otot.

c. Model untuk interaksi Aktin dan Miosin berdasar strukturnya

Rayment, Holden, dan Ronald Milligan telah memformulasikan suatu model yang dinamakan
kompleks rigor terhadap kepala S1 miosin dan Faktin. Mereka mengamati kompleks tersebut
melalui mikroskopi elektron. Daerah yang mirip bola pada S1 itu berikatan secara tangensial
pada filamen aktin pada sudut 45o terhadap sumbu filamen. Sementara itu, ekor S1 mengarah
sejajar sumbu filamen. Relasi kepala S1 miosin itu nampaknya berinteraksi dengan aktin
melalui pasangan ion yang melibatkan beberapa residu Lisin dari miosin dan beberapa residu
asam Aspartik dan asam Glutamik dari

aktin.

d. Kepala-kepala Miosin “berjalan” sepanjang filamen-filamen aktin

Hidrolisis ATP dapat dikaitkan dengan model pergeseran-filamen. Pada mulanya, kita
mengasumsikan jika cross-bridges miosin memiliki letak yang konstan tanpa berpindah-pindah,
maka model ini tak dapat dibenarkan. Sebaliknya, cross bridges itu harus berulangkali terputus
dan terkait kembali pada posisi lain namun masih di daerah sepanjang filamen dengan arah
menuju disk Z. Melalui pengamatan dengan sinar X terhadap struktur filamen dan kondisinya
saat proses hidrolisis terjadi, Rayment, Holden, dan Milligan mengeluarkan postulat bahwa
tertutupnya celah aktin akibat rangsangan (berupa ejeksi ADP) itu berperan besar untuk sebuah
perubahan konformasional (yang menghasilkan hentakan daya miosin) dalam siklus kontraksi
otot. Postulat ini selanjutnya mengarah pada model “perahu dayung” untuk siklus kontraktil
yang telah banyak diterima berbagai pihak. Pada mulanya, ATP muncul dan mengikatkan diri
pada kepala miosin S1 sehingga celah aktin terbuka. Sebagai akibatnya, kepala S1melepaskan
ikatannya pada aktin. Pada tahap kedua, celah aktin akan menutup kembali bersamaan dengan
proses hidrolisis ATP yang menyebabkan tegaknya posisi kepala S1. Posisi tegak itu
merupakan keadaan molekul dengan energi tinggi (jelas-jelas memerlukan energi). Pada tahap
ketiga, kepala S1 mengikatkan diri dengan lemah pada suatu monomer aktin yang posisinya
lebih dekat dengan disk Z dibandingkan dengan monomer aktin sebelumnya. Pada tahap
keempat, Kepala S1 melepaskan Pi yang mengakibatkan tertutupnya celah aktin sehingga
afinitas kepala S1 terhadap aktin membesar. Keadaan itu disebut keadaan transien. Selanjutnya,
pada tahap kelima, hentakan-daya terjadi dan suatu geseran konformasional yang turut menarik
ekor kepala S1 tadi terjadi sepanjang 60 Angstrom menuju disk Z. Lalu, pada tahap akhir, ADP
dilepaskan oleh kepala S1 dan siklus berlangsung lengkap.

2. Sumber sumber ATP atau energi utk kontraksi otot


Jawaban

Saat otot berkontraksi membutuhkan peranan ATP dan ion Ca+ . ATP diperlukan untuk
menimbulkan tenaga sedangkan ion CA+ berfungsi mengikat troponin C untuk membuka aktif
side. Dalam proses kontraksi otot, ATP akan dibebaskan melalui reaksi yang dikatalis oleh
enzim ATP-ase. Reaksi yang terjadi yaitu saat ATP dikatalis oleh enzim akan menghasilkan
ADP, H3PO4,energi untuk kontraksi, serta energi panas. karena menghasilkan energi panas, hal
inilah yang membuat suhu tubuh kita meningkat saat melakukan aktivitas seperti olahraga.
Selain menghasilkan ATP reaksi tersebut juga menghasilkan senyawa fosfat. senyawa ini akan
digunakan apabila dalam suatu aktivitas tubuh kekurangan ATP maka senyawa fosfat yang
berenergi tinggi yang disebut fosfagen akan memberikan gugus fosfatnya. fosfagen ini bisa
berupa fosfokreatin, fosforilarginin, fosforiltaurosiamin,fosforil glikosianin, atau
fosforrilambisin. Fosfagen yang melepaskan senyawa fosfatnya akan memberikannya ke ADP
untuk resistensis ATP. Maka kedua reaksi diatas dapat dikatakan sebagai reaksi bolak balik.
karena saat tubuh kelebihan ATP akan disimpan dalam bentuk fosfat di otot, dan saat tubuh
kekurangan ATP senyawa fosfat tadi akan di resistensis. Selain dengan reaksi bolak balik,
terdapat beberapa cara menghasilkan energi untuk melakukan kontraksi. yaitu glikolisis
anaerob dan dengan bantuan dari miokinase dan Mg++. biasanya reaksi ini terjadi jika otot
kontraksi dalam waktu yang lama. pada proses glikolisis anaerob, glukosa tidak teroksidasi
dengan sempurna. maka energi yang dihasilkan berasal dari glikolisis Anaerob. kontraksi otot
tidak terjadi secara langsung untuk kontraksi tetapi digunakan untuk sintesis fosfokreatin. Pada
proses dengan bantuann miokinase dan Mg++ terjadii saat menurunnya jumlah ATP,glikogen,
dan fosfokreatin sedangkan ADP,AMP, dan asam laktat meningkat kadarnya. saat itulah tubuh
akan merubah ADP menjadi ATP dengan bantuan Miokinase dan Mg++.

3. Bagaimana hutang oksigen terjadi bagaimana cara mengatasinya


Jawaban
Istilah hutang oksigen biasanya terjadi saat otot bekerja terlalu keras. Perlu diketahui bahwa
saat otot kita bekerja terlalu keras akan mengurangi pasukan oksigen ke otot sehingga glukosa
tidak teroksidasi dengan sempurna. maka energi yang dihasilkan berasal dari glikolisis
Anaerob. Dalam hal inilah otot dikatakan menghutang oksigen. selama proses glikolisis
anaerob ini juga akan dihasilkan asam laktat karena degradasi glukosa.
Mekanisme hutang oksigen ini terjadi saat kerja otot, pembuluh darah otot berdilatasi dan aliran
darah meningkat sehingga pasokan O2 meningkat juga. Hal ini menjadikan konsumsi O2 dan
energi sebanding, dan pemenuhan kebutuhan energi ini dengan proses aerobik. Namun jika
kerja otot sangat kuat dan pasokan O2 meningkat dengan sangat cepat maka resintesis aerobik
dengan simpanan energi tida dapat mengikuti kecepatannya. namun energi harus tetap
sebanding dengan O2 . sehingga tubuh akan melakukan sintesis ATP dengan bantuan fosfagen
melalui proses anaerob. tetapi proses anaerob ini bersifat terbatas, asam laktat yang dihasilkan
akan menumpuk di otot dan bisa menyebabkan penurunan PH dan menghambat kerja enzim.
Namun jika hanya digunakan dalam waktu dekat memungkinkan kerja otot yang jauh lebih
besar.
Hutang oksigen diukur dengan percobaan dengan menetapkan konsumsi oksigen setelah kerja
sampai dicapai konsumsi basal yang tetap, dan mengurangi konsumsi basal dari jumlah
keseluruhan. jumlah hutang oksigen ini dapat mencapai 6 kali konsumsi O2 basal, yang berarti
orang itu melakukan kerja sebesar 6 kali kemampuan yang tidak mungkin dilakukan tanpa
hutang oksigen.

Untuk mengatasi oxygen debt dengan cepat, dibutuhkan peningkatan jumlah oksigen
dalam darah. Hal ini sulit dicapai jika tidak ada perbedaan tekanan yang cukup bermakna antara
alveolar dengan pembuluh darah. Di sinilah, terapi oksigen hiperbarik punya peran
penting.Terapi oksigen hiperbarik sudah dilakukan lebih dari 100 tahun lalu dan digunakan
juga saat terjadi wabah flu spanyol. Namun setelah itu, terapi ini tenggelam karena
ketidakpahaman tentang mekanisme yang mendasarinya. Terapi hiperbarik sendiri memiliki
berbagai indikasi yang sudah ditetapkan oleh FDA, di antaranya untuk terapi penyakit
dekompresi pada penyelaman, ulkus diabetikum, keracunan CO, dan gangguan hipoksia lain.
Mekanismenya didasari konsep fisika yaitu hukum Henry, bahwa semakin tinggi tekanan
parsial gas di atas suatu cairan maka semakin tinggi kelarutan gas tersebut. Dengan
meningkatnya tekanan parsial oksigen dalam udara yang dihirup, maka semakin tinggi oksigen
yang larut dalam plasma sehingga memastikan oksigen terhantarkan hingga ke sel.

Anda mungkin juga menyukai