OLEH :
PRESEPTOR:
dr. Irwandi, Sp.A, M.Biomed
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, dan segala
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah laporan kasus yang
berjudul “Anemia Defisiensi Besi” ini dengan sebagaimana mestinya.
Case ini merupakan salah satu tugas kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu
Anak RS M. Natsir Solok. Laporan kasus ini menyajikan mengenai Anemia
Defisiensi Besi beserta kasusnya.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pembimbing dr. Irwandi, Sp. A,
M.Biomed yang telah memberikan pengarahan dalam menyelesaikan laporan
kasus ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini masih
terdapat kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca. Atas perhatiannya, penulis mengucapkan
terimakasih.
Penulis
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pemeriksaan fisis13
a. Gejala klinis ADB sering terjadi perlahan dan tidak begitu diperhatikan
oleh keluarga.
b. Bila kadar Hb <5 g/dL ditemukan gejala iritabel dan anoreksia
c. Pucat ditemukan bila kadar Hb <7 g/dL
d. Tanpa organomegali
e. Dapat ditemukan koilonikia, glositis, stomatitis angularis, takikardia,
gagal jantung, protein-losing enteropathy
f. Rentan terhadap infeksi
g. Gangguan pertumbuhan
h. Penurunan aktivitas kerja
Pemeriksaan penunjang13
a. Darah lengkap yang terdiri dari: hemoglobin rendah; MCV, MCH, dan
MCHC rendah. Red cell distribution width (RDW) yang lebar dan MCV
yang rendah merupakan salah satu skrining defisiensi besi.
1. Nilai RDW tinggi >14.5% pada defisiensi besi, bila RDW normal
(<13%) pada talasemia trait.
2. Ratio MCV/RBC (Mentzer index) » 13 dan bila RDW index
(MCV/RBC xRDW) 220, merupakan tanda anemia defisiensi besi,
sedangkan jika kurang dari 220 merupakan tanda talasemia trait.
3. Apusan darah tepi: mikrositik, hipokromik, anisositosis, dan
poikilositosis.
b. Kadar besi serum yang rendah, TIBC, serum ferritin <12 ng/mL
dipertimbangkan sebagai diagnostik defisiensi besi
c. Nilai retikulosit: normal atau menurun, menunjukkan produksi sel darah
merah yang tidak adekuat
d. Serum transferrin receptor (STfR): sensitif untuk menentukan defisiensi
besi, mempunyai nilai tinggi untuk membedakan anemia defisiensi besi
dan anemia akibat penyakit kronik
e. Kadar zinc protoporphyrin (ZPP) akan meningkat
sideroblastik.11
Anemia akibat
Anemia Anemia
penyakit Thalassemia
defisiensi besi sideroblastik
kronik
Eritrosit
Menurun Normal Meningkat Meningkat
Feritinin serum
< 20 g/l 20-200 g/l >50 g/l >50 g/l
N N Hb. A2 N
Elektofoesis-Hb
Meningkat
Efek saping pemberian preparat besi peroral lebih sering terjadi pada
orang dewasa dibandingkan bayi dan anak. Pewarnaan gigi yang bersifat
sementara dapat dihindari dengan meletakkan larutan tersebut ke bagian belakang
lidah dan cara tetesan.
b. Pemberian preparat besi parenteral11
Pemberian besi secara intramuskular menimbulkan rasa sakit dan
harganya mahal. Dapat menyebabkan limfadenopati regional dan reaksi
alergi. Kemampuan untuk menaikkan kadar Hb tidak lebih baik dibanding
peroral
Pencegahan sekunder
a. Skrining ADB
- Skrining ADB dilakukan dengan pemeriksaan Hb atau Ht, waktunya
disesuaikan dengan berat badan lahir dan usia bayi. Waktu yang tepat
masih kontroversial. American Academy of Pediatrics (AAP)
menganjurkan antara usia 9-12 bulan, 6 bulan kemudian, dan usia 24
bulan. Pada daerah dengan risiko tinggi dilakukan tiap tahun sejak usia 1
tahun sampai 5 tahun.
- Skrining dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan MCV, RDW, feritin
serum, dan trial terapi besi. Skrining dilakukan sampai usia remaja.
- Nilai MCV yang rendah dengan RDW yang lebar merupakan salah satu
alat skrining ADB
- Skrining yang paling sensitif, mudah dan dianjurkan yaitu zinc
erythrocyte protoporphyrin (ZEP).
- Bila bayi dan anak diberi susu sapi sebagai menu utama dan berlebihan
sebaiknya dipikirkan melakukan skrining untuk deteksi ADB dan segera
memberi terapi.
b. Suplementasi besi
Merupakan cara paling tepat untuk mencegah terjadinya ADB di daerah
dengan prevalens tinggi. Dosis besi elemental yang dianjurkan:
- Bayi berat lahir normal dimulai sejak usia 6 bulan dianjurkan | mg/kg
BB/hari
- Bayi 1,5-2,0 kg: 2 mg/kgBBJhari, diberikan sejak usia 2 minggu
- Bayi 1,0-1,5 kg: 3 mg/kgBBJhari, diberikan sejak usia 2 minggu
- Bayi <I kg:4 mg/kgBB/hari, diberikan sejak usia 2 minggu
- Bahan makanan yang sudah difortifikasi seperti susu formula untuk bayi
dan makanan pendamping ASI seperti sereal.
2.2.10 Prognosis
Prognosis baik bila penyebab anemianya hanya karena kekurangan
besi saja dan diketahui penyebabnya serta kemudian dilakukan penanganan
yang adekuat. Gejala anemia dan manifestasi kinis lainnya membaik dengan
pemberian preparat besi. Jika terjadi kegagalan dalam pengobatan, perlu
dipetimbangkan beberapa kemungkinan sebagai berikut:11
o Diagnosis yang salah
o Dosis obat tidak adekuat
o Preparat Fe yang tdak tepat dan kadaluwarsa
o Perdarahan yang tidak teratasi atau perdarahan yang tidak tampak
berlangsung menetap.
o Disertai penyakit yang mempengaruhi absopsi dan pemakaian besi
(seperti infeksi, keganasan, penyaki hati, penyakit ginjal, penyakit
tiroid, penyakit karena defisiensi vitamin B12 dan asam folat)
o Gangguan absorpsi saluran cerna ( sepert pemberian anasid yang
berlebhan pada ulkus peptikum dapat menyebabkan pengikatan
pada besi)
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas
Nama : An.F
No.MR : 216745
Umur/Tanggal Lahir : 5 Tahun 4 Bulan / 12 April 2016
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Kampung Batu Dalam, Danau Kembar
Tanggal Kedatangan : 15 Juni 2021, pukul 10.00 WIB
1.2 Alloanamnesis
Keluhan utama
Nyeri ulu hati sejak 12 jam SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Demam sejak 1 bulan yang lalu, demam meningkat sejak 3 hari SMRS,
demam hilang timbul, demam terutama sore hari, berkeringat, tidak
menggigil, tidak ada kejang
Anak tampak lemah dan pucat sejak ± 3 hari SMRS.
Nafsu makannya berkurang sejak ±3 hari SMRS, makan hanya 1 kali sehari
dengan telur saja.
Nyeri ulu hati sejak 12 jam SMRS, nyeri di ulu hati, tidak menjalar,
dirasakan hilang timbul.
Muntah sejak 12 jam SMRS, muntah 1 kali, memuntahkan air bewarna
putih sebanyak ½ aqua gelas.
Muntah darah di igd, bewarna merah segar, muntah tidak menyemprot.
Pasien sesak nafas saat di igd, sesak tidak menciut, tidak dipengaruhi
aktifitas, makanan dan cuaca.
Pasien tidak ada batuk, pilek , tidak ada penurunan berat badan.
BAB dan BAK normal
Perdarahan yang berheti lama tidak ada, bintik perdarahan dikaki tidak ada,
muncul memar di badan, tanga, kaki tidak ada, gusi berdarah tidak ada
Pasien tidak ada mengkonsumsi obat-obatan sebelumnya
Riwayat paparan zat kimia tidak ada
23
Riwayat Penyakit Dahulu :
Tidak ada penyakit seperti ini sebelumnya
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga yang menderita keluhan yang sama dengan pasien
Riwayat Kehamilan dan Persalinan :
Lama hamil : Cukup bulan
Cara lahir : PN
Berat lahir : 3200 gr
Saat lahir : Langsung menangis kuat
Tidak ada riwayat biru dan kuning setelah lahir
Ditolong oleh : Bidan
Kesan : Sesuai masa kehamilan
Riwayat Makanan dan Minuman
-Anak : Makanan utama : Makanan keluarga 3 x sehari, menghabiskan 1 porsi
dengan 1 centong nasi
Daging : 1 kali/minggu
Ikan : 1 kali/minggu
Telur : 4 kali/minggu
Sayur : 1kali/minggu
Buah : 1 kali/minggu
Snack 2x perhari
Kesan : Kualitas buruk dan kuantitas baik
Riwayat Imunisasi:
IMUNISASI DASAR/UMUR Bosteer/umur
Hepatitis B -
1 Lahir
2 2 bulan
3 3 bulan
4 4 bulan
Polio -
0 1 bulan
1 2 bulan
2 3 bulan
3 4 bulan
24
BCG 1 bulan -
DPT -
1 2 bulan
2 3 bulan
3 4 bulan
Hib
1 2 bulan
2 3 bulan
3 4 bulan
Campak 9 bulan
Kesan : Imunisasi dasar lengkap
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Umur
Tertawa 3 bulan
Miring 3 bulan
Tengkurap 5 bulan
Duduk 6 bulan
Merangkak 9 bulan
Berdiri 8 bulan
Lari 15 bulan
Gigi pertama 6 bulan
Bicara 2 bulan
Membaca -
Prestasi di sekolah -
Pemeriksaan fisik :
25
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
Tekanan Darah : 90/50 mmHg
Nadi : 125 x/ menit
Nafas : 40 x/ menit
Suhu : 37,4 oC
SpO2 : 98%
Edema : Tidak ada
Ikterus : Ada di tangan dan kaki
Berat badan : 15 kg
Panjang badan : 106 cm
BB/U : 15/18 x 100% = 83,3% ( berat badan kurang )
TB/U : 106/109 x 100% = 97% ( perawakan normal )
BB/TB : 15/17 x 100 % = 88% ( gizi kurang)
Status gizi : Gizi kurang, perawakan normal
26
v
Kulit : Pucat ada, ikterik ada, sianosis tidak ada, turgor kulit
normal.
Kepala : Normocephal, LK = 39 cm, UUB datar
Rambut : Berwarna hitam, tidak mudah dicabut
Mata : Palpebra edema (-/-), reflek cahaya (+/+), pupil
isokor (2 mm/2mm), konjungtiva anemis(+/+), sklera
ikterik (+/+)
Telinga : Simetris kanan dan kiri, tidak ditemukan kelainan
Hidung : Nafas cuping hidung ada , tanda radang (-), secret
(-)
Tenggorokan : T1-T1, tidak hiperemis
Mulut : Mukosa bibir dan mulut basah, sianosis (-)
Leher : Tidak terdapat pembesaran KGB dan tiroid
27
Toraks
Inspeksi : Simetris dada kiri dan kanan, retraksi ringan di
interkostalis
Palpasi : Taktil fremitus sama kiri dan kanan
Perkusi : Sonor dikedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi : dalam batas normal
Auskultasi : Reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : Tidak tampak membuncit
Auskultasi : Bising usus (+)
Palpasi : Supel, nyeri tekan epigastrium dan hipokondrium
dextra , hepar dan lien tidak teraba, nyeri lepas tidak ada
Perkusi : timpani
Punggung : Tidak ada kelainan
Alat kelamin :Tidak dilakukan
Anggota gerak :Akral dingin, CRT < 2 detik, refleks fisiologis (+),
refleks patologis (-), tangan dan kaki ikterik
Pemeriksaan Laboratorium :
Darah Lengkap (15 Juni 2021)
Hemoglobin : 2,2 gr/dl (LL) 9,9-14,5 g/dl
Eritrosit : 1.48 x 106/mm3 (L) 3.8-5.2 x 106/mm3
Hematokrit : 9.1 % (L) 29-43 %
MCV : 61.5 fL (L) 73-87 fl
MCH : 14.9 pg/cell (L) 24-30 pg/cell
MCHC : 24.2 g/dl (L) 32-36 g/dl
RDW-CV : 21.0% (H) 11.5-14.5 %
Leukosit : 11.100/mm3 5.0-19.0 x 103/mm3
28
Trombosit : 543.000/mm3 150-450 x 103/ mm3
Hitung Jenis Leukosit
Basofil : 0% 0-0 %
Eosinofil : 1% 0-3%
Neutrofil Batang : 0% 6-12 %
Neutrofil Segmen : 65% 13-33 %
Limfosit : 32% 46-76 %
Monosit : 2% 0-5 %
Gambaran Darah Tepi
Eritrsoit : Mikrositik, hipokrom, polikrom (+), targer cell (+).
Teardrop cell (+), fragmentosit (+), cigar cell (+).
Ditemukan eritrosit berinti 2/100 leukosit
Leukosit :Jumlah cukup dengan neutrofilia relative
Trombosit :Jumlah meningkat, morfologi normal
Kesan :Anemia berat mikrositik hipokrom e.c susp thalasemia,
DD/ Fe; neutrofilia relative; trombositosis
Saran : pemeriksaan SI, TIBC, Ferritin dan Elektroforesis Hb
Daftar Masalah :
1. Febris
2. Takipneu
3. Anemia mikrositik hipokrom
4. Gizi kurang
Diagnosis Kerja:
Anemia mikrositik hipokrom ec susp Anemia Defisiensi Besi
Diagnosis Banding :
Et causa AHA
Et causa Thalasemia
Et causa Hemoglobinopati
Et causa Penyakit kronik
Et causa Keracunan timbal
29
Rencana Terapi
- Coombt test
- Cek retikulosit
- Cek LDH
- Kimia klinik ( SI, TIBC, Ferritin, SGPT, Bilirubin total, Ureum)
Penatalaksanaan
- O2 2 l/menit
- IVFD RL/12 jam
- Vitamin K 2 mg (IV)
- Ampisilin Sulbactam 3x250 (IV)
- Paracetamol 3x150 mg (PO)
- Transfusi darah cito : PRC 4x135 cc (4 hari)
- Cek ulang darah pre transfusi
- Cek DPL, GDR, gambaran darah tepi
-
Asuhan Nutrisi Pediatrik
1. Assesment : Menentukan status gizi dan masalah nutrisi
BB/U : 15/18 x 100% = 83,3 %
TB/U : 106/109 x 100% = 97%
BB/TB : 15/17 x 100% =88 %
Kesan : Gizi kurang perawakan normal
2. Penentuan Kebutuhan nutrisi
Kebutuhan kalori :
BB ideal x RDA menurut usia tinggi : 17 x 90 = 1530 kkal/ hari
3. Cara Pemberian :
Fungsi oromotor normal Oral
4. Penentuan jenis makanan :
Usia : 5 tahun , fungsi gastrointestinal normal = Polimerik ( Makanan
Keluarga)
5. Pemantauan dan evaluasi :
Reaksi simang tidak ada : tidak ada mual, muntah, BAB normal
30
Pertambahan BB : selama di rawat tidak ada penambahan BB
Follow Up :
Hari Perjalanan Penyakit
dan
Tanggal
Rawata Subjective Objective Assessment Planning
n ke
15/06/21 --demam -TTV : Anemia berat - IVFD RL 12
(16.00) (+) KU:sakit sedang e.c defisiensi jam /kolf
Bangsal -nafsu TD: 91/55mmHg besi dd/ - Ampisilin
anak makan HR: 125 x/i Thalasemia, Sulbactam
baik T : 36,3 AHA, 3x250 mg
-muntah -Pem. Fisik Keracunan - PCT 3x150
darah (-) Mata : timbal, mg
-pucat (+) Konjungtiva Hemoglobinoati - Tranfusi
-BAK dan Anemis (+/+) , PRC I (135
BAB Sklera ikterik (+) cc)
normal Kulit : ikterik (+) - Cek ulang
Abd: Nyeri tekan darah pre
epigastrium (+) tranfusi
16/06/21 -TTV:
Hari ke -demam KU: sakit sedang -Tranfusi PRC II
2 (-) HR:135 x/menit Anemia Berat (135 cc) mulai jam
Bangsal -nafsu RR : 20x/i mikrositik 20.30 sampai jam
anak makan T : 36,4° C hipokrom ec 23.30
membaik BC : -52,8 thalassemia DD/ -ampisilin
-muntah D: 2,86 ADB, AHA, sulbactam3x250 mg
darah (-) -Pem.Fisik : Hemoglobinopa -Cek LDH,
-pucat (+) Mata:Konjungtiv ti retikulosit, comb
-BAK dan a anemis (+) test, urin
BAB , Sklera Ikterik
normal (+) Pem.Labor
Kulit : ikterik (+) SI (85mg/dl)
Abd: Nyeri tekan TIBC (1587
epigastrium dan mg/dL)H
lumbal dextra Ferritin 20 ng/mL
SGPT (40 u/L)
Bil.Total (1,15mg/dl)
Ureum 25 mg/dl
Saturasi
Transferin: 5,35%
(L)
Indeks Metzer :
41,55
Indeks RDW : 827
(H)
31
17/06/21
Hari ke
3
Bangsal
anak
-TTV:
KU : sakit
-demam sedang
(-) TD : 98/50 Anemia berat
-Pucat (+) mmHg e.c AHA cold -Tranfusi PRC III
-BAB dan N : 125x/menit type DD/ 135 cc
BAK T : 36,3 hemoglobinopat -ampisilin sulbactam
dalam -Pem.Fisik : i, ADB, 3x250mg
batas -Konjungtiva Thalasemia, -metilprednisolon
normal Anemis (+), Keracunan 4x8mg (IV)
18/06/21 -nafsu sclera ikterik timbal
Hari ke makan Kulit : Ikterik
4 baik BC :+270
Bangsal -Nyeri D : 2,78
anak tekan Labor
epigastriu -retikulosit 7%
m dan (H)
lumbal -LDH 421u/L
kanan (-) H
- Coomb tes
negative
- urinalisa
keton +2
TTV:
KU : sakit Anemia berat
sedang e.c AHA cold -Tranfusi PRC IV
-demam N : 110x/menit type DD/ ADB, 135 cc
(-) T : 36,3 hemoglobinopat -Metilprednisolon
-Pucat (+) -Pem.Fisik : i, Thalasemia 4x8 mg (IV)
-BAB dan -Konjungtiva - cek ulang darah
BAK Anemis (-)
dalam Kulit : Ikterik (-)
batas
normal
-nafsu
makan
baik
-Nyeri
tekan
32
epigastriu
m dan
lumbal
kanan (-)
TTV :
19/04/21 -N:110x/menit Anemia berat
Hari ke -T:36,0°C e.c AHA cold -Pulang atas
5 Pem. Labor type DD/ ADB, permintaan sendiri
Bangsal -Hb post tranfusi hemoglobinopat
anak 11,8 g/dL i, Thalasemia
demam (-) -Ht: 35,8%
-Pucat (-) -Leukosit :
-BAB dan 12,3x103/mm3
BAK -trombosit :
dalam 383.000/mm3
batas
normal
-nafsu
makan
baik
-Nyeri
tekan
epigastriu
m dan
lumbal
kanan (-)
33
BAB IV
ANALISA KASUS
Seorang pasien anak laki-laki umur 5 tahun didiagnosa dengan anemia
berat et causa susp defisiensi besi. Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Pada anamnesis ditemukan pasien tampak lemas sudah sejak 1 bulan
sebelum masuk rumah sakit, lemas dirasakan semakin terlihat dengan anak yang
kurang aktif dan pucat sudah sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit disertai
penurunan nafsu makan sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien
mengeluhkan demam sejak 3 hari sebelum mauk rumah sakit. Pasien juga
mengeluhkan muntah sejak 12 jam sebelum masuk rumah sakit dan muntah darah
saat di igd. Dari pemeriksaan fisik ditemukan tanda pada mata konjungtiva
anemis, sclera ikterik, tangan dan kaki pucat dan tampak kuning. . pada
pemeriksaan darah tepi didapatkan hasil Hb: 2,2 g/dL, Eritrosit: 1.48x10 6/mm3,
Hematokrit 9,1%, MCV: 61.5 fL, MCH 14.9 pg/cell, MCHC 24.2g/dL, RDW
21%. Pada hasil gambaran darah tepi didapatkan eritrosit jumalah kurang bentuk
hipokrom, leukosit: jumlah cukup, bentuk neutrophilia, trombosit: jumlah
meningkat, bentuk normal. Sehingga dapat ditegakkan diagnosis kerjanya Anemia
berat mikrositik hipokrom susp et causa defisieni besi dengan diagnosa banding
thalassemia, AIHA, dan anemia penyakit kronik. Hal ini sesuai dengan teori
dimana dikatan Anemia berat pada anak usia 5 tahun apabila Hb < 8g/dL, MCV
dan MCH rendah, pada apusan darah tepi didapatkan gambaran anemia mikrositik
hipokrom dan berdasarkan teori, salah satu penyebab dari anemia defisiensi besi
yaitu kekurangan asupan besi dari makanan karena pada pasien ini ditemukan gizi
buruk dengan kualitas makanan yang buruk, sedangkan berdasarkan teori gejala
klinis AIHA berupa pucat, ikterus pada sklera, tangan dan kaki, nafsu makan
berkurang, dan demam yang pada AIHA dapat disebabkan oleh penyakit yang
terjadi post infeksi pada anak. Untuk menyingkirkan diagnosis banding perlu
34
dilakukan pemeriksaan SerumIiron, TIBC, Ferritin.
35
DAFTAR PUSTAKA
36
Indonesia, 2012;30-42.
12. Joyce C, McCann JC, Ames BN. An overview of evidence for a causal relation
between iron deficiency during development and deficits in cognitive or
behavioral function. Am J Clin Nutr. 2007;85(7); 31-45.
37