Disusun Oleh:
Vina Yuliawati 1610070100075
Mayasari Putri Yanna 1610070100076
Preseptor:
dr. Ade Ariadi, Sp.An
PENDAHULUAN
Sepsis adalah penyakit yang mengancam jiwa yang disebabkan
oleh disregulasi respon imun terhadap infeksi. Sepsis menjadi
penyebab mortalitas dan morbiditas utama di unit intensif care
(ICU). Peningkatan tingkat keparahan penyakit berkaitan langsung
dengan peningkatan insidens gagal organ. Gagal nafas merupakan
penyebab terbanyak dari dampak sepsis serta syok septik. Hal
tersebut sering berkelanjutan menjadi acute respiratory distress
syndrome (ARDS), acute kidney injury (AKI), disseminated
intravascular coagulation (DIC), ensefalopati dan delirium,
hipotensi serta syok juga merupakan akibat lanjut dari sepsis.
• Peritonitis adalah peradangan yang
disebabkan oleh infeksi atau kondisi aseptik
pada selaput organ .perut (peritonium).
Peritonium adalah selaput tipis yang jernih
yang membungkus organ perut dan dinding
peerut bagian dalam. Lokasi peritonitis bisa
terlokalisir atau difus dan riwayat akut atau
kronik.
ILUSTRASI KASUS
Identitas
Nama : Ny. D
Umur : 53 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Sijunjung
Seorang pasien perempuan usia 53 tahun datang ke
IGD rujukan RST dengan diagnosa peritonitis difus yang
membutuhkan ICU post operasi. Pasien mengeluhakan
nyeri seluruh perut dan tidak ada BAB sejak 2 hari yang
sebelum masuk rumah sakit . Pasien demam sejak 1 hari
yang lalu. Pasien juga mual dan muntah sebanyak 3 kali
sebelum masuk rumah sakit. Pasien tidak ada keluhan
batuk, keluhan sesak nafas, tidak ada keluhan nyeri dada.
Pasien sudah tidak BAK sejak 2 hari sebelum masuk rumah
sakit. Kesadaran pasien saat masuk di IGD somnolen
dengan GCS 11. Riwayat DM ada, riwayat hipertensi tidak
ada , iwayat penyakit jantung tidak ada , Riwayat penyakit
yang sama pada keluarga disangkal.Pasien direncanakan
untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium, EKG, dan Ro
Thorax
PEMERIKSAAN FISIK
• Keadaan : Berat
• Kesadaran : Somnolen
• Tekanan Darah : 90/60 mmhg
• Nadi : 109 kali/menit
• Nafas : 28 kali/menit
• Suhu : 38,5ᵒC
Status Generalisata
• Kepala : normochepal
• Wajah : tidak ada kelainan
• Mata : konjungtiva anemis (+/+), sclera ikterik (-/-)
• Leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid
• Paru-paru : vesikuler, wheezing (-/-), Rhonki (-/-)
• Jantung : regular, tidak ada gallop dan tidak ada mur-mur
• Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
Pemeriksaan Lokalis
• Abdomen : nyeri tekan (+) seluruh perut
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi
• Hemoglobin : 9,3 g/dL (L)
• Eritrosit : 3.540.000 mm3
• Hematokrit : 26,9% (L)
• Leukosit : 16.800 mm3 (H)
• Trombosit : 307.000 mm3
Kimia klinik
• Glukosa darah : 114 mg/dL
• Ureum : 204 mg/dL (H)
• Kreatinin : 6,19 mgdL (H)
• Kalsium : 7,14 mg/dl (L)
Elektolit Serum (Na-K-Cl)
• Natrium (Na) : 130,2 mEq/L (L)
• Kalium (K) : 4,8 mEq/L
• Clorida (Cl) : 100,5 mEq/L
EKG di IGD 28 April 2021 03.51 WIB
DIAGNOSIS
• Penurunan kesadaran ec. syok sepsis + peritonitis
difusa + akut on chronic kidney disesase + diabetes
mellitus tipe 2 terkontrol
PENATALAKSANAAN
O2 3L/menit
IVFD RL loading 1 kolf → RL 12 jam/kolf
Terpasang NGT
Terpasang kateter
Rontgen Thorak dan Rontgen abdomen
Meropenem 3x1 gr
Levofloxacin 1x750mg
Omeprazol 2x40 mg
Paracetamol 3x 500 gr
Nebu combivent 1/8 jam
Ca glukonas 1 gr
Asam folat 3x1
Bicnat 3x1
Drip norepineprin 0,05 mg/ml/menit dengan target MAP 65-75
FOLLOW UP
Hari I/ 28 MEI 2021 jam 06.00, DI ICU
S Penurunan kesadaran
Nyeri seluruh perut
Konjungtiva anemis
Demam
O Keadaan : Berat
Kesadaran : Somnolen
Tekanan darah : 90/45 mmhg
Nadi : 102 kali/menit
Nafas : 24 kali/menit
Suhu : 39,1ᵒC
Pemeriksaan Laboratorium 28 Mei 2021, 12.12 WIB
O Keadaan : berat
Kesadaran : koma
Tekanan darah : 119/58 mmhg
Nadi : 170 kali/menit
Nafas : 18 kali/menit
Suhu : 40,9ᵒC
EKG jam 06.00 WIB di ICU
Rontgen Thorak
Kesan :
- Gambaran
Bronkopneumonia denan
scalloping diafragma kanan
Rontgen Abdomen
FOLLOW UP
Hari II/ 29 MEI 2021 , DI ICU
A Post Laparotomi + penurunan kesadaran e.c sepsis + Akut on Chronic Kidney disease
+ diabetes melitus tipe 2 + bronkopneumonia
O -Status generalis :
KU : berat
Kesadaran : koma , GCS : E1M1V1
TD : 105/60 mmHg
HR : 170
RR : 24
T : 40 C
SPO2 : 96%
EKG : Atrial Fibrilasi
A Post Laparotomi + penurunan kesadaran e.c sepsis + Akut on Chronic Kidney disease
+ diabetes melitus tipe 2 + bronkopneumonia + AF rvr
p • Kardioversi 120 J
• Syr. Amiodaron
• Inj Ca Glukonas
EKG Jam 08.30
29-04-2021 / 09.30 WIB DI ICU
S Pasien Ekg dengan Atril fibrilasi
O -Status generalis :
KU : berat
Kesadaran : koma , GCS : E1M1V1
TD : 110/80mmHg
HR : 180
RR : 16
T : 40 C
SPO2 : 97%
A Post Laparotomi + penurunan kesadaran e.c sepsis + Akut on Chronic Kidney disease
+ diabetes melitus tipe 2 + bronkopneumonia + AF rvr
p • Kardioversi 120 J
• Syr. Amiodaron
29-04-2021 / 16.00 WIB DI ICU
S Pasien Ekg dengan Atril fibrilasi
O -Status generalis :
KU : berat
Kesadaran : koma , GCS : E1M1V1
TD : 92/40mmHg
HR : 100
RR : 20
T : 42 C
SPO2 : 93%
EKG : Atrial Fibrilasi
A Post Laparotomi + penurunan kesadaran e.c sepsis + Akut on Chronic Kidney disease
+ diabetes melitus tipe 2 + bronkopneumonia + AF rvr
O -Status generalis :
KU : berat
Kesadaran : koma , GCS : E1M1Von Tube
TD : -
HR : -
RR : -
T :-
SPO2 : 0%
EKG : asistole
A Cardiac arrest
p • RJP 15 menit
• Efinefrin
• Pasien ROSC
Hari 8 / 1-04-2021, 17.20 WIB DI ICU
S pasien mengalami henti nafas dan henti jantung
O -Status generalis :
KU : berat
Kesadaran : koma , GCS : E1M1Von Tube
TD : -
HR : -
RR : -
T :-
SPO2 : 0%
EKG : asistole
A Cardiac arrest
p • RJP
• Reflek puil (-), pupil midriasis maximal
• Nadi carotis (-)
• Pasien dnyatakan meninggal 17.45
TINJAUAN PUSTAKA
SEPSIS
Sepsis adalah disfungsi organ yg mengancam
jiwa karena disregulasi respon tubuh terhadap
infeksi.
Syok sepsis adalah Sepsis dengan hipotensi,
Kadar serum laktat ≥2 mmol/L yang menetap
walaupun telah diberikan terapi cairan sehingga
dibutuhkan pemberian vasopressor untuk
mempertahankan MAP > 65 mmHg
Kriteria sepsis
Apabila terdapat infeksi atau curiga infeksi lalu
nilai dengan Kriteria qSOFA, dinyatakan positif
apabila terdapat 2 dari 3 kriteria :
KRITERIA quick SOFA (qSOFA)
• Frekuensi nafas > 22x/menit
• Penurunan kesadaran
• Tekanan darah sistolik <100 mmHg
Pemeriksaan laboratorium
• Leukositosis atau leukopenia
• Trombositopenia
• Koagulapati intravaskular diseminata,
pemanjangan waktu protrombin
• Peningkatan ureum, kreatinin, bilirubin,
transaminase, laktat
• Alkalosis respiratorik kemudian menjadi
asidosis metabolik
TATALAKSANA
Tiga prioritas utama dalam terapi sepsis :
1. kontrol dan pemberantasan infeksi dengan tepat
dan antibiotik intravena tepat waktu, drainase
abses, debridement jaringan nekrotik, dan
pengangkatan benda asing yang terinfeksi.
2. pemeliharaan perfusi yang adekuat dengan cairan
intravena dan agen inotropik dan vasopressor.
3. Terapi suportif pada komplikasi seperti ARDS,
gagal ginjal, perdarahan gastrointestinal, dan DIC
Panduan ringkas penatalaksanaan sepsis berdasarkan
surviving sepsis campaign (1-Hour Bundle )
• Terapi cairan
Karena sepsis dapat menyebabkan syok disertai demam, venadilatasi dan diffuse
capillary leackage inadequate preload sehingga terapi cairan merupakan tindakan
utama
• Terapi vasopresor
Bila cairan tidak dapat mengatasi cardiac output (arterial pressure dan perfusi organ
tidak adekuat) dapat diberikan vasopresor potensial seperti norepinefrin, dopamine,
epinefrin dan phenylephrine.
• Terapi inotropik
Bila resusitasi cairan tidak adekuat tetapi kontraktilitas miokard masih mengalami
gangguan dimana kebanyakan pasien akan mengalami cardiac output yang turun
sehingga diperlukan inotropik seperti dobutamine.
Terapi Antibiotik
• Antibiotik intravena seharusnya dimulai dalam 1 jam
pertama setelah diketahui terjadinya sepsis berat,
setelah kultur diambil
• Terapi antibiotik awal secara empiris seharusnya
termasuk 1 atau lebih obat yang mempunyai aktifitas
melawan patogen yang dicurigai (bakterial atau fungal)
• Pemberian antimikrobial selalu ditinjau kembali setelah
48-72 jam
• Durasi terapi antibiotik berjalan selama 7-10 hari dan
berdasarkan respon klinis
Kontrol Sumber Infeksi
Setiap pasien sepsis seharusnya dievaluasi
terdapatnya fokus infeksi. Terutama drainase
abses atau fokus infeksi lokal, debridement
jaringan nekrotik terinfeksi, pelepasan peralatan
yang memungkinkan terinfeksi, atau kontrol
definitif sumber kontaminasi mikroba yang
masih ada.
STEROID
Kortikosteroid intravena Kortikosteroid tidak boleh
(hidrokortison 200-300 diberikan pada
mg/hari, selama 7 hari penatalaksanaan sepsis
dalam 3-4 dosis terbagi jika tidak terdapat syok
atau dengan infus kontinu) septik.
direkomendasikan pada
pasien dengan syok septik
yang memerlukan terapi
vasopresor
PEMBERIAN PRODUK DARAH
Transfusi sel darah merah Trombosit seharusnya
harus diberikan hanya jika diberikan apabila AT <
hemoglobin turun < 7 50000/mmᶟ meskipun
gr/dL untuk mencapai tidak muncul perdarahan.
target hemoglobin 7-9 Transfusi trombosit
gr/dL dipertimbangkan apabila
AT 5000-30000/mmᶟ dan
terdapat resiko perdarahan
Kontrol Glukosa
Dipertahankan kadar Pada pasien sepsis berat
glukosa darah kurang dari pengendalian glukosa
150 mg/dL (8.3 mmol/L) harus disertai pemberian
pada stabilisasi awal nutrisi yang diprioritaskan
pasien sepsis berat. melalui jalur enteral
pencegahan stress ulcer
Pencegahan stress ulcer seharusnya diberikan
pada semua pasien dengan sepsis berat. Inhibitor
reseptor H2 lebih bermanfaat bila dibandingkan
dengan sukralfat.
Pada pasien sepsis yang punya risiko perdarahan
Terapi Bikarbonat
Bertujuan memperbaiki Tidak direkomendasikan
hemodinamik atau untuk mengobati asidosis
menurunkan kebutuhan laktat terinduksi
vasopresor hipoperfusi dengan pH >
7.15
Peritonitis