Anda di halaman 1dari 2

Nama: Mifta Alimatul Sa’diah

NIM: 20006087

1. Landasan yuridis

Layanan pendidikan bagi anak berbakat telah mendapat tempat di dalam sistem pendidikan
nasional di Indonesia. Landasan yuridis mengenai pelayanan pendidikan anak berbakat terdapat
pada Undang Undang No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu pasal 5 ayat (4)
“warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh
pendidikan khusus.” Pada pasal 32 ayat (1) pun demikian, “pendidikan khusus merupakan
pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses
pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan memiliki potensi kecerdasan
dan bakat istimewa.” Selain itu juga terdapat pada Undang-undang No. 23/2002 tentang
Perlindungan Anak dalam pasal 52 yaitu “anak yang memiliki keunggulan diberikan kesempatan
dan aksesibilitas untuk memperoleh pendidikan khusus.”

Berdasarkan landasan yuridis tersebut menunjukkan bahwa anak berbakat telah mendapat
perhatian khusus dalam mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhannya. Salah satu
perhatian khusus yang diberikan untuk mengembangkan potensi anak berbakat yaitu
dicanangkannya program akselerasi. Akselerasi adalah suatu proses percepatan pembelajaran
yang dilakukan oleh siswa yang memiliki kecerdasan dan kemampuan luar biasa dalam
akademiknya. Program ini menuntut siswa untuk belajar lebih cepat dari siswa lainnya.
Colangelo (1991, dalam Hawadi, 2004:5) menyebutkan bahwa akselerasi dipandang sebagai
model pelayanan yang diberikan dan model kurikulum yang disampaikan. Dalam model
pelayanan, pengertian akselerasi termasuk juga taman kanak-kanak atau perguruan tinggi pada
usia muda, meloncat kelas, dan mengikuti pelajaran tertentu pada kelas di atasnya. Sedangkan
sebagai model kurikulum, akselerasi berarti mempercepat bahan ajar dari yang seharusnya
dikuasai oleh siswa saat itu. Namun seiring dengan pergantian kurikulum, banyak sekolah-
sekolah di Indonesia yang sudah tidak lagi mengadakan program akselerasi diketahui bahwa
alasan mengapa tidak membuka angkatan baru lagi di kelas akselerasi dan kemudian memilih
membuka kelas CI adalah karena beban kurikulum baru yang sangat berat urikulum terbaru yang
saat ini digunakan di Indonesia adalah Kurikulum Tahun 2013, dimana kurikulum ini lebih mirip
dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Model kurikulum ini ditandai oleh pengembangan
kompetensi berupa sikap, pengetahuan, keterampilan berpikir, dan keterampilan psikomotorik
yang dikemas dalam berbagai mata pelajaran. Kurikulum ini memandang bahwa masing-masing
peserta didik memiliki potensi yang perlu digali dan dikembangkan, sehingga kelak dapat
bermanfaat di dalam kehidupan bermasyarakat. Peran peserta didik di dalam kegiatan
pembelajaran lebih diutamakan, sehingga potensi-potensi yang ada di dalam diri peserta didik
menjadi lebih tersalurkan dan dapat berkembang. Dapat dikatakan bahwa dalam kurikulum ini
guru hanya sebagai fasilitator, dan peserta didik berada pada posisi sentral dan aktif dalam
belajar.
Sumber

Jayanti, R. (2014). Hubungan antara Tuntutan Orangtua terhadap Prestasi dengan


Perfeksionisme pada Anak Berbakat di SMA Negeri 1 Gresik (Doctoral dissertation,
UNIVERSITAS AIRLANGGA).

Anda mungkin juga menyukai