Anda di halaman 1dari 46

DASAR-DASAR KOMUNIKASI

KUMPULAN TUGAS DASAR-DASAR KOMUNIKASI


AKHIR SEMESTER

Dosen Pengampu
Dra. Khairani, M.Pd., Kons

OLEH :
Muhammad Ihsan
20006090

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
Tugas Pertemuan 10
Resume
A. Pengertian Sikap
Pengertian Sikap Seorang individu sangat erat hubunganya dengan sikapnya masing-
masing sebagai ciri pribadinya. Sikap pada umumnya sering diartikan sebagai suatu tindakan
yang dilakukan individu untuk memberikan tanggapan pada suatu hal. Pengertian sikap
dijelaskan oleh Saifudin Azwar (2010: 3) sikap diartikan sebagai suatu reaksi atau respon
yang muncul dari sseorang individu terhadap objek yang kemudian memunculkan perilaku
individu terhadap objek tersebut dengan cara-cara tertentu.
Gerungan (2004: 160) juga menguraikan pengertian sikap atau attitude sebagai suatu
reaksi pandangan atau perasaan seorang individu terhadap objek tertentu. Walaupun objeknya
sama, namun tidak semua individu mempunyai sikap yang sama, hal itu dapat dipengaruhi
oleh keadaan individu, pengalaman, informasi dan kebutuhan masing- masing individu
berbeda. Sikap seseorang terhadap objek akan membentuk perilaku individu terhadap objek.
Pengertian mengenai sikap juga disampaikan oleh Sarlito dan Eko (2009: 151), Sikap
adalah suatu proses penilaian yang dilakukan oleh seorang individu terhadap suatu objek.
Objek yang disikapi 10 individu dapat berupa benda, manusia atau informasi. Proses
penilaian seorang terhadap suatu objek dapat berupa penilaian positif dan negatif. Pengertian
sikap juga diuraikan oleh Slameto (1995: 191), sikap merupakan sesuatu yang dipelajari dan
menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari
oleh individu dalam hidupnya. Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai sikap, maka
dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu reaksi atau respon berupa penilaian yang muncul
dari seorang individu terhadap suatu objek. Sikap juga dapat dikatakan sebagai suatu
perwujudan adanya kesadaran terhadap lingkunganya.

B. Peranan Sikap Bagi Manusia


Sikap begitu pentingnya dalam kehidupan manusia sehingga dapat menjadi lebih penting
dari pada karakteristik fisik dan mental dalam suatu diri seseorang. Sikap yang positif begitu
kuatnya sehingga dapat memperkuat ciri-ciri kepribadian, adapun keuntungan sikap positif
antara lain:
1. Seseorang yang mempunyai sikap positif dapat mengubah kepribadian yang
membosankan menjadi kepribadian yang menarik.
2. Sikap positif dapat membuat orang cantik menjadi dua kali lebih cantik.
3. Sikap positif dapat menarik perhatian kepada ciri-ciri istimewa dalam suatu
kepribadian yang biasanya tidak menonjol.
4. Beberapa sikap positif tampaknya mencemerlangkan karakteristik- karakteristik
kepribadian yang lain dan dalam proses ini citra keseluruhan orang yang bersangkutan
menjadi lebih bersinar dan lebih menarik bagi orang lain.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Menurut Azwar S (2011, p.30) faktor-faktor yang
mempengaruhi sikap yaitu:
a. Pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi dapat menjadi dasar pembentukan sikap apabila pengalaman
tersebut meninggalkan kesan yang kuat. Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila
pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting


Individu pada umumnya cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah
dengan sikap seseorang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain
dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan untuk menghindari konflik dengan
orang yang dianggap penting tersebut.

c. Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan dapat memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat
asuhannya. Sebagai akibatnya, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis
pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah.

d. Media massa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita
yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif berpengaruh terhadap sikap
konsumennya.

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama


Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat
menentukan sistem kepercayaan. Tidaklah mengherankan apabila pada gilirannya
konsep tersebut mempengaruhi sikap.

f. Faktor emosional
Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang
berfungsi sebagai sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk
mekanisme pertahanan ego.

D. Teknik Pengubahan Sikap Komunikasi Antar Pribadi


Berikut beberapa hal yang dapat mengubah sikap komunikasi antar pribadi, yaitu:
1. Konsistensi kognitif
Semua orang berupaya mencari konsistensi di dalam pikiran mereka, baik dalam hal
keyakinan, nilai-nilai maupun persepsi. Jika tidak konsisten mereka akan berusaha
menjadikannya konsistesten.
2. Komunikasi persuasive
Ada beberapa syarat agar persuasi bisa merubah sikap. Baik penyampai persuasi atau
komunikator, isi pesan, maupun audiens (pihak yang dipersuasi) harus sama-sama
menunjang. Berikut beberapa fakta yang berhubungan dengan perubahan sikap dan
persuasi. Orang yang ahli lebih persuasif ketimbang yang tidak ahli. Pesan yang tidak
ditujukan untuk merubah sikap kadangkala lebih berhasil merubah sikap daripada
pesan yang sengaja ditujukan untuk merubah sikap.

Sumbrer:
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/121/jtptunimus-gdl-
kikaaldela-6006-2-
babii.pdf&ved=2ahUKEwj7ouSI8obtAhXvH7cAHa0DCDIQFjAMegQIExAB&usg=AOvVa
w0txaLdTN7tIUXlXkFFUz4P
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.uny.ac.id/21850/4/BAB
%2520II.pdf&ved=2ahUKEwj7ouSI8obtAhXvH7cAHa0DCDIQFjAJegQIERAB&usg=AOv
Vaw38H71AWUYM2Pgi5r7zw6B_&cshid=1605523927758
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://gubukpelajaranae.blogspot.com/2015/12/teori-
interpersonal-dan-perubahan-sikap.html%3Fm
%3D1&ved=2ahUKEwiC74X78obtAhWUIbcAHTMiBIMQFjAAegQIBBAB&usg=AOvVa
w1WJVKmvYnX9r3QjlV5W9m4

Rangkuman Hasil Diskusi


Sikap adalah sikap mental dan syaraf yang diatur melalui pengalaman yang memberikan
pengaruh atau terarah terhadap respon pada semua objek dan situasi yang berkaitan
(Widiyatun, 1999). Pesan yang tidak ditujukan untuk merubah sikap kadangkala lebih
berhasil merubah sikap daripada pesan yang sengaja ditujukan untuk merubah sikap. 
Komunikator  yang populer dan menarik lebih bisa merubah sikap daripada yang tidak
populer dan tidak menarik.  Teknik pegubahan sikap komunikasi antar pribadi yaitu 1)
Komunikasi kognitif. 2) Komunikasi Persuasif

Saran
Materi dalam ppt dan makalah berbeda, untuk itu agar kelompok lebih memperhatikan RPS
dalam pembuatan materi.
RESUME PERTEMUAN 11
KONSEP DIRI
A. Dimensi self : self concept; self awareness; self esteem
1. Self Concept (konsep diri)
a. Pengertian Self Concept
Self concept (konsep diri) merupakan faktor yang paling penting dan menentukan
dalam komunikasi antar pribadi. Kunci keberhasilan hidup adalah konsep diri konseling.
Konsep diri memainkan peranan yang sangat besar dalam menentukan keberhasilan
hidup seseorang, karena konsep diri dapat dianalogikan sebagai sesuatu operating sistem.
Konsep diri dapat mempengaruhi kemampuan berfikir seseorang.
Menurut Baron & Byrne (dalam Helmi, 1999) self concept merupakan suatu
asumsi-asumsi atau skema diri mengenai kualitas personal yang meliputi penampilan
fisik (tinggi, pendek, berat, ringan, dsb), trait / kondisi psikis (pemalu dan pencemas) dan
kadang-kadang juga berkaitan dengan tujuan dan motif utama. Self concept dapat
dikatakan merupakan sekumpulan yang dipegang oleh seseorang tentang dirinya.
Sedangkan  Calhoun dan Acocela (1990) menyatakan konsep diri adalah gambaran
mental individu yang terdiri dari pengetahuannya  tentang diri sendiri, pengharapan bagi
diri sendiri, dan penilaian terhadap diri sendiri.
Dari beberapa teori diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa self concept
merupakan sikap kepercayaan dirinya dan keyakinan mengenai kelemahan dan kelebihan
yang ada pada dirinya serta karakteristik fisiknya yang terbentuk melalui persepsi dan
interpretasi terhadap diri sendiri dan lingkungannya.
b. Dimensi Self Concept
Calhoun dan Acocella dalam (Desmita, 2012) menyebutkan 3 dimensi self concept
utama dari konsep diri, yaitu :
(1) Pengetahuan
Dimensi pertama dari self concept adalah apa yang kita ketahui tentang diri
sendiri atau penjelasan dari “siapa saya” yang akan memberikan gambaran tentang
diri saya. Gambaran diri tersebut pada gilirannya akan membentuk citra diri.
(2) Harapan
Dimensi kedua dari self concept adalah dimensi harapan atau diri yang dicita-
citakan dimasa depan. Pengharapan ini merupakan diri ideal (self ideal) atau diri
yang dicita-citakan. Cita-cita diri (self ideal) terdiri atas dambaan, aspirasi, harapan,
keinginan bagi diri kita, atau menjadi manusia seperti apa yang kita inginkan.
(3) Penilaian
Dimensi ketiga self concept adalah penilaian kita terhadap diri kita sendiri.
Penilaian diri sendiri merupakan pandangan kita tentang harga atau kewajaran kita
sebagai pribadi.
c. Ciri-ciri individu yang memiliki self concept
Books & Emmert (Muslikh, 2013) menjelaskan lima ciri-ciri individu yang
memiliki self concept yang positif dan negatif. Individu yang memiliki self concept
positif mempunyai ciri-ciri:
 Merasa yakin akan kemampuannya
 Merasa setara dengan orang lain
 Menerima pujian tanpa rasa malu
 Mampu memperbaiki diri karena sanggup mengungkapkan aspekaspek kepribadian
yang tidak disenangi atau berusaha mengubahnya.
Sedangkan ciri-ciri individu dengan self concept negatif adalah:
 Peka terhadap kritik
 Responsive terhadap ujian
 Tidak pandai atau tidak sanggup dalam mengungkapkan penghargaan atau pengakuan
pada orang lain atau hipersensitif
 Merasa tidak disenangi oleh orang lain
 Bersikap pesimis terhadap kompetisi yang terungkap dalam keengganan untuk
bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi.

2. Self Awareness (kesadaran diri)


a. Pengertian self awareness
Abraham Maslow dalam teorinya humanistic mengemukakan bahwa kesadaran diri
adalah mengerti dan memahami siapa diri kita yang sebenarnya, bagaimana menjadi diri
sendiri, potensi apa yang kita miliki, gaya apa yang dimiliki, apa langkahlangkah yang
harus diambil, apa yang dirasakan, nilai-nilai apa yang diyakini, dan kearah menuju
kearah mana perkembangan yang dirasakan.
Boyatzis pada tahun 1999 mengemukakan bahwa kesadaran diri merupakan
kecerdasan emosional dan orang yang memiliki kemampuan ini berarti dapat mengenali
emosinya sendiri.
Dalam memahami self awareness, individu memiliki kemampuan dalam diri
sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menghargai masalah-masalah
psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah
perkembangan individu untuk aktualsasi diri.
b. Jenis-jenis self awareness
Menurut Brigham (1991) Kesadaran diri terdiri dari dua jenis yaitu :
1) Kesadaran diri pribadi (private self awareness)
Berfokus pada aspek yang relative pada diri seperti mood, persepsi dan
perasaan. Orang yang memiliki kesadaran jenis ini yang dominan akan lebih cepat
memproses informasi yang mengacu pada dirinya dan memiliki gambaran tentang
diri sendiri yang lebih konsisten.
2) Kesadaran diri publik (public self awareness)
Perhatian diarahkan pada aspek tentang diri yang tampak atau kelihatan pada
orang lain seperti penampilan dan tindakan social. Orang yang memiliki kesadaran 9
publik yang tinggi akan cenderung menaruh perhatian pada identitas sosialnya dan
reaksi orang lain pada dirinya.
3. Self Esteem (harga diri)
a. Pengertian self esteem
Harga diri merupakan salah satu dimensi dari konsep diri. Harga diri adalah proses
evaluasi yang ditujukan indivu pada diri sendiri, yang nantinya berkaitan dengan proses
penerimaan individu terhadap dirinya. Dalam hal ini evaluasi akan menggambarkan
bagaimana penilaian individu tentang dirinya sendiri, menunjukan penghargaan dan
pengakuan atau tidak, serta menunjukkan sejauh mana individu tersebut merasa mampu,
sukses dan berharga. Secara singkat harga diri diartikan sebagai penilaian terhadap diri
tentang keberhargaan diri yang di ekspresikan melalui sikap-sikap yang dianut individu.
Coopersmith (dalam Ainur, 1997) menjelaskan bahwa harga diri adalah evaluasi
yangdibuat individu mengenai sesuatu yang berkaitan dengan dirinya, yang
diekspresikandalam suatu bentuk sikap setuju atau tidak setuju dan menunjukkan bahwa
individutersebut meyakini dirinya sendiri sebagai individu yang mampu, penting, dan
berharga.
b. Bentuk-bentuk self esteem
Secara sederhana bentuk harga diri dibagi menjadi dua kelompok, yakni sebagai
berikut :
1) Harga Diri Orang Perorang
Setiap orang memiliki harga diri, namun tingkatannya berbeda. Seseorang yang
memiliki harga diri yang cukup tinggi, yaitu orang yang mempu menjaga
kehormatannya supaya tidak ternoda. Ia akan merasa malu sekali bila harga diri dan
kehormatan dirinya terganggu. Oleh sebab itu, ia selalu patuh terhadap semua aturan
yang berlaku. Ia mencoba menjadi orang yang baik, dan suka menolong.
2) Harga Diri Suatu Kelompok
Harga diri suatu kelompok, yaitu dapat berupa suatu kelompok keluarga,
kelompok lingkungan tempat tinggal, kelompok sekolah, atau kelompok suatu
Negara.

B. Self Disclosure (Keterbukaan Diri)


1. Pengertian Self Disclosure
Self disclosure (pengungkapan diri) adalah bentuk komunikasi interpersonal dalam
bentuk membagi informasi diri pribadi berupa ide, perasaan dan fantasi serta
mengungkapkan reaksi dan tanggapan terhadap suatu situasi yang umumnya
disembunyikan namun disampaikan sehingga orang lain mengetahui apa yang dipikirkan,
dirasakan dan diinginkan.
Menurut Supratiknya (1995), pengungkapan diri adalah mengungkapkan reaksi
atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi serta memberikan informasi
tentang masa lalu yang relevan atau yang berguna untuk memahami tanggapan kita di
masa kini tersebut. 
Sedangkan Menurut Papu (2002), pengungkapan diri adalah pemberian informasi
tentang diri sendiri kepada orang lain. Informasi ini dapat mencakup berbagai hal seperti
pengalaman hidup, perasaan, emosi, pendapat, cita-cita, dan sebagainya.  
Pengungkapan diri yang dilakukan secara tepat merupakan indikasi dari kesehatan
mental seseorang. Dimana salah satu aspek penting dalam keterampilan sosial adalah
pengungkapan diri. Pengungkapan diri haruslah dilandasi dengan kejujuran dan
keterbukaan dalam memberikan informasi, atau dengan kata lain apa yang disampaikan
kepada orang lain hendaklah bukan merupakan suatu topeng pribadi atau kebohongan
belaka sehingga hanya menampilkan sisi yang baik saja.

2. Tujuan dan Fungsi Pengungkapan Diri 


Menurut Taylor dkk (2000), pengungkapan diri memiliki beberapa fungsi dan
tujuan yaitu sebagai berikut :
(a) Ekspresi
Kadang-kadang individu membicarakan perasaannya untuk pelampiasan.
Mengekspresikan perasaan adalah salah satu alasan untuk penyingkapan diri. 
(b) Penjernihan diri
Dalam proses berbagi perasaan atau pengalaman dengan orang lain, individu
mungkin mendapat self-awareness dan pemahaman yang lebih baik. Bicara kepada
teman mengenai masalah dapat membantu individu untuk mengklarifikasi pikirannya
tentang situasi yang ada. 
(c) Keabsahan sosial
Dengan melihat bagaimana reaksi pendengar pada pengungkapan diri yang
dilakukan, individu mendapat informasi tentang kebenaran dan ketepatan
pandangannya. 
(d) Kendali sosial
Individu mungkin mengungkapkan atau menyembunyikan informasi tentang
dirinya, sama seperti arti dari kontrol sosial. Individu mungkin menekan topik,
kepercayaan atau ide yang akan membentuk pesan yang baik pada pendengar. Dalam
kasus yang ekstrem, individu mungkin dengan sengaja berbohong untuk
mengeksploitasi orang lain.
(e) Perkembangan hubungan
Saling berbagi informasi dan saling mempercayai merupakan sarana yang paling
penting dalam usaha merintis suatu hubungan dan semakin meningkatkan keakraban.
3. Pengaruh Self Disclosure
Dalam sistem komunikasi interpersonal, self disclosure memiliki peran yang
sangat penting karena self disclosure memungkinkan kita untuk mengembangkan
pemahaman tentang diri sendiri, mengembangkan sikap yang lebih positif tentang diri
sendiri dan orang lain, dan memungkinkan kita untuk mengembangkan hubungan yang
lebih bermakna dengan orang lain. Dengan kata lain, membuka informasi pribadi tidak
hanya menyuguhkan atau memberikan dasar bagi orang lain untuk memahami diri kita
secara lebih baik namun juga menyampaikan tingkat kepercayaan dan penerimaan orang
lain. 
Pengaruh self disclosure dalam komunikasi antar pribadi atau komunikasi
interpersonal selengkapnya adalah sebagai berikut :
a. Pertumbuhan pribadi
Dengan bersedia membuka diri kepada orang lain, maka orang lain dapat
melihat diri kita yang sebenarnya. Hanya dengan cara terbuka dengan orang lain, kita
dapat mengenal dan memahami diri kita lebih baik. Dengan memahami diri lebih
baik, maka kita dapat tumbuh dan dapat mengaktualisaikan diri dengan baik.
b. Meningkatkan komunikasi
Bersikap terbuka kepada orang lain dapat meningkatkan komunikasi dengan
orang lain. Kita tidak akan sungkan untuk bertanya atau bahkan memberikan bantuan
kepada orang lain. Komunikasi yang efektif pun dapat tercapai.

c. Meningkatkan pengetahuan
Dengan membuka diri kepada orang lain, maka kita dapat meningkatkan
pengetahuan kita tentang diri kita sendiri dan juga orang lain. Begitu pula sebaliknya.
Pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang diri dan orang lain dapat
meningkatkan kualitas komunikasi yang dilakukan.
d. Mengkonfirmasi konsep diri
Membuka diri dapat mengkonfirmasi konsep diri. Dalam artian, kita dapat
mengkonfirmasi konsep diri sendiri dan juga konsep diri orang lain. Hal ini
dikarenakan konsep diri merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam
komunikasi interpersonal karena orang akan berperilaku sesuai dengan konsep diri
yang dimiliki. 
e. Menghindari sikap defensif
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa dengan membuka diri maka
kita dapat mengkonfirmasi konsep diri. Hal ini juga mengarah pada terhindarnya kita
dari sikap yang defensif.  Kita menjadi lebih terbuka pada hal-hal baru atau berbagai
ide baru serta menerima pengalaman-pengalaman baru.
f. Lebih cermat dalam mempersepsi orang lain
Dengan membuka diri, kita menjadi lebih berhati-hati dalam mempersepsi orang
lain. Karena jika kita melakukan kesalahan dalam mempersepsi orang lain dapat
mempengaruhi komunikasi yang dilakukan sehingga kegagalan komunikasi pun tidak
dapat dihindari.
g. Meningkatkan rasa percaya diri
Orang yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi tidak akan menghindari
situasi komunikasi dan tidak akan takut untuk berkomunikasi. Rasa percaya diri
sangat berpengaruh pada komunikasi karena dengan rasa percaya diri kita dapat
melakukan yang terbaik.
h. Meningkatkan atraksi interpersonal
Atraksi interpersonal merujuk pada ketertarikan kita kepada seseorang akan
meningkatkan kecenderungan kita untuk berkomunikasi dengan orang tersebut. Hal
ini tentunya tanpa kita sadari pernah mengalaminya. Kita suka pada seseorang,
kemudian berteman atau bersahabat, atau menjadikannya pasangan hidup akan
memberikan peluang semakin terbukanya kita pada orang tersebut.
i. Menciptakan rasa percaya kepada orang lain
Dengan saling membuka diri dapat menciptakan rasa percaya kita kepada orang
lain. Begitu pula sebaliknya. Ketika seseorang menunjukkan bahwa mereka cukup
menyukai dan mempercayai kita untuk berbagai informasi pribadi yang dimiliki maka
kita juga akan mulai untuk menyukai dan mempercayai mereka.
j. Membentuk norma interaksi
Sikap membuka diri kepada orang lain tentunya disesuaikan dengan tingkatan
atau derajat kedekatan yang kita miliki dengan orang lain. Walaupun kita bersikap
terbuka pada orang lain, ada batasan-batasan tertentu yang disesuaikan dengan etika
komunikasi antar pribadi dimana kita tidak dapat seratus persen untuk membuka diri
kepada orang lain. Karena hal ini justru dapat menimbulkan hambatan komunikasi
antar pribadi yang mengarah pada kegagalan komunikasi dan merusak hubungan
interpersonal.
4. Dimensi Self Disclosure
Menurut Devito (1997), aspek-aspek pengungkapan diri atau self disclosure
adalah sebagai berikut:
a. Amount, yaitu kuantitas dari pengungkapan diri dapat diukur dengan mengetahui
frekuensi dengan siapa individu mengungkapkan diri dan durasi dari pesan self-
disclosing atau waktu yang diperlukan untuk mengutarakan statemen self
disclosure individu tersebut terhadap orang lain. 
b. Valence, Valensi merupakan hal yang positif atau negatif dari penyingkapan diri.
Individu dapat menyingkapkan diri mengenai hal-hal yang menyenangkan atau
tidak menyenangkan mengenai dirinya, memuji hal-hal yang ada dalam dirinya
atau menjelek-jelekkan diri individu sendiri. Faktor nilai juga mempengaruhi sifat
dasar dan tingkat dari pengungkapan diri. 
c. Accuracy/Honesty, yakni ketepatan dan kejujuran individu dalam mengungkapkan
diri. Ketepatan dari pengungkapan diri individu dibatasi oleh tingkat dimana
individu mengetahui dirinya sendiri. Pengungkapan diri dapat berbeda dalam hal
kejujuran. Individu dapat saja jujur secara total atau dilebih-lebihkan, melewatkan
bagian penting atau berbohong. 
d. Intention, yaitu seluas apa individu mengungkapkan tentang apa yang ingin
diungkapkan, seberapa besar kesadaran individu untuk mengontrol informasi-
informasi yang akan dikatakan pada orang lain. 
e. Keakraban/Intimacy, yaitu individu dapat mengungkapkan detail yang paling intim
dari hidupnya, hal-hal yang dirasa sebagai periperal atau impersonal atau hal yang
hanya bohong.
5. Faktor Yang Mempengaruhi Self Disclosrue.
Devito (1997) mengemukakan ada delapan faktor yang mempengaruhi self disclosure,
yaitu:
a. Efek Dyadic
Seseorang melakukan pengungkapan diri bila bersama orang yang melakukan
pengungkapan diri pula. Efek diadik ini mungkin membuat seseorang merasa lebih
aman dan, nyatanya, memperkuat perilaku pengungkapan diri sendiri. Berg dan
Archer (dalam Devito, 1997) mengungkapkan bahwa pengungkapan diri menjadi
lebih akrab bila itu dilakukan sebagai tanggapan atas pengungkapan diri orang lain.
b. Besaran Kelompok
Pengungkapan diri lebih banyak terjadi dalam kelompok kecil daripada dalam
kelompok besar. Diad (kelompok yang terdiri atas dua orang) merupakan lingkungan
yang paling cocok untuk pengungkapan diri. Bila ada lebih dari satu orang pendengar,
pemantauan seperti ini menjadi sulit, karena tanggapan yang muncul pasti berbeda
dari pendengar yang berbeda.
c. Topik Bahasan
Seseorang lebih cenderung membuka diri tentang topik tentang pekerjaan atau hobi
daripada tentang kehidupan seks atau situasi keuangan (Jourarddalam Devito, 1997).
Umumnya, makin pribadi dan makin negatif suatu topik, makin kecil kemungkinan
kita mengungkapkannya.
d. Perasaan Menyukai
Seseorang membuka diri pada orang yang disukai atau dicintai dan bukan sebaliknya.
Peneliti, pengungkapan diri, John Berg dan Richard Archer (dalam Devito, 1997)
melaporkan bahwa tidak saja seseorang membuka diri pada mereka yang disukai.
Seseorang juga membuka diri lebih banyak kepada orang yang dipercayai (Wheeles
dan Grotz dalam Devito, 1997)
e. Jenis Kelamin
Faktor terpenting yang mempengaruhi pengungkapan diri adalah jenis kelamin.
Umumnya, pria lebih kuran g terbuka daripada wanita. Judy Pearson (dalam Devito,
1997) berpendapat bahwa peran seks-lah (sex role) dan buka jenis kelamin dalam arti
biologis yang menyebabkan perbedaan dalam hal pengungkapan diri ini.
f. Ras, Kebangsaan, dan Usia
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ras-ras tertentu yang lebih sering melakukan
self-disclosure dibandingkan denganras lainnya. Misalnya kulit putih Amerika lebih
sering melakukan selfdisclosuredibandingkan dengan orang negro. Begitu juga
dengan usia, self-disclosure lebih banyak dilakukan oleh pasangan yang berusia
antara 17-50 tahun dibandingkan dengan orang yang lebih muda atau lebih tua. Studi
yang menunjukkan bahwa orang-orang beragama lebih banyak mengungkapkan
masalah mereka kepada seseorang.
g. Mitra Dalam Hubungan
Dengan mengingat tingkat keakraban sebagai penentu kedalaman self-disclosure
maka lawan komunikasi atau mitra dalam hubungan akan menentukan self-disclosure.
Hal ini dimaksudkan bahwa self-disclosure yang dilakukan kepada individu yang
dianggap sebagai orang yang dekat misalnya suami/istri, teman dekat atau sesame
anggota keluarga.
h. Kepribadian
Orang-orang yang pandai bergaul (sociable) dan ekstrovert melakukan pengungkapan
diri lebih banyak daripada mereka yang kurang pandai bergaul dan introvert. Orang
yang kurang berani bicara pada umumnya juga kurang mengungkapkan diri daripada
mereka yang merasa lebih nyaman dalam berkomunikasi.
Sumber
Devito, Joseph. 1997. Komunikasi Antarmanusia. Jakarta: Professional Books.
http://digilib.uinsby.ac.id/411/5/Bab%202.pdf
Papu, Johanes. 2002. Pengungkapan Diri. Jakarta : Team e-psikologi.

Supratiknya. 1995. Tinjauan Psikologi Komunikasi Antar Pribadi. Yogyakarta : Kanisius.


Suranto Aw. 2011. Komunikasi Interpesonal. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Taylor C, Lillis C, Le More P. 2000. Fundamentals of nursing the art and scienceof nursing
care B. Philadhelpia : Lippincott.
Pengaruh self disclosure dalam komunikasi antar pribadi atau komunikasi
interpersonal selengkapnya adalah sebagai berikut :
1. Pertumbuhan pribadi
Dengan bersedia membuka diri kepada orang lain, maka orang lain dapat melihat diri
kita yang sebenarnya. Hanya dengan cara terbuka dengan orang lain, kita dapat mengenal
dan memahami diri kita lebih baik. Dengan memahami diri lebih baik, maka kita dapat
tumbuh dan dapat mengaktualisaikan diri dengan baik.
2. Meningkatkan komunikasi
Bersikap terbuka kepada orang lain dapat meningkatkan komunikasi dengan orang
lain. Kita tidak akan sungkan untuk bertanya atau bahkan memberikan bantuan kepada
orang lain. Komunikasi yang efektif pun dapat tercapai.
3. Meningkatkan pengetahuan
Dengan membuka diri kepada orang lain, maka kita dapat meningkatkan pengetahuan
kita tentang diri kita sendiri dan juga orang lain. Begitu pula sebaliknya. Pengetahuan dan
pemahaman yang baik tentang diri dan orang lain dapat meningkatkan kualitas
komunikasi yang dilakukan.
4. Mengkonfirmasi konsep diri
Membuka diri dapat mengkonfirmasi konsep diri. Dalam artian, kita dapat
mengkonfirmasi konsep diri sendiri dan juga konsep diri orang lain. Hal ini dikarenakan
konsep diri merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam komunikasi
interpersonal karena orang akan berperilaku sesuai dengan konsep diri yang dimiliki. 
5. Menghindari sikap defensive
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa dengan membuka diri maka kita
dapat mengkonfirmasi konsep diri. Hal ini juga mengarah pada terhindarnya kita dari
sikap yang defensif.  Kita menjadi lebih terbuka pada hal-hal baru atau berbagai ide baru
serta menerima pengalaman-pengalaman baru.
6. Lebih cermat dalam mempersepsi orang lain
Dengan membuka diri, kita menjadi lebih berhati-hati dalam mempersepsi orang lain.
Karena jika kita melakukan kesalahan dalam mempersepsi orang lain dapat
mempengaruhi komunikasi yang dilakukan sehingga kegagalan komunikasi pun tidak
dapat dihindari.
7. Meningkatkan rasa percaya diri
Orang yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi tidak akan menghindari situasi
komunikasi dan tidak akan takut untuk berkomunikasi. Rasa percaya diri sangat
berpengaruh pada komunikasi karena dengan rasa percaya diri kita dapat melakukan yang
terbaik.
8. Meningkatkan atraksi interpersonal
Atraksi interpersonal merujuk pada ketertarikan kita kepada seseorang akan
meningkatkan kecenderungan kita untuk berkomunikasi dengan orang tersebut. Hal ini
tentunya tanpa kita sadari pernah mengalaminya. Kita suka pada seseorang, kemudian
berteman atau bersahabat, atau menjadikannya pasangan hidup akan memberikan peluang
semakin terbukanya kita pada orang tersebut.

9. Menciptakan rasa percaya kepada orang lain


Dengan saling membuka diri dapat menciptakan rasa percaya kita kepada orang lain.
Begitu pula sebaliknya. Ketika seseorang menunjukkan bahwa mereka cukup menyukai
dan mempercayai kita untuk berbagai informasi pribadi yang dimiliki maka kita juga akan
mulai untuk menyukai dan mempercayai mereka.
10. Membentuk norma interaksi
Sikap membuka diri kepada orang lain tentunya disesuaikan dengan tingkatan atau
derajat kedekatan yang kita miliki dengan orang lain. Walaupun kita bersikap terbuka
pada orang lain, ada batasan-batasan tertentu yang disesuaikan dengan etika komunikasi
antar pribadi dimana kita tidak dapat seratus persen untuk membuka diri kepada orang
lain. Karena hal ini justru dapat menimbulkan hambatan komunikasi antar pribadi yang
mengarah pada kegagalan komunikasi dan merusak hubungan interpersonal.
Resume pertemuan 12
PEMBUKAAN PIRI (JUOHARI WINDOW) DAN PERANAN UMPAN BALIK
DALAM KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI

A. Pengenalan Diri Sendiri


Diri adalah kombinasi motif yang memiliki nilai dan perilaku yang bersifat khas
pribadi,serta diri akan membedakan seseorang dengan orang lain.Sejak kurang lebih 4 abad
SM, filsuf besar socrates dari yunani mengatakan : kenalilah diri sendiri .pengenalan diri
merupakan kemampuan seseorang untuk melihat kekuatan dan kelemahan yang ada pada
dirinya shingga dapat melakukan respn yang tepat terhadap tuntutan yang muncul dari dalam
maupun dari luar.
Salah satu cara untuk mengenali diri adalah melalui petak johari (Johari Window)yang
menggambarkan pengenalan diri kita.Jendela Johari (Johari Window) adalah model yang
menjelaskan tingkat keterbukaan dan tingkat kesadaran tentang diri kita. Model ini penting
dalam komunikasi antarpribadi. Johari Window berasal dari singkatan nama kedua
perumusnya, yaitu Joe Luft dan Hari Ingham, yang menyajikan sebuah model yang dapat
digunakan untuk belajar lebih mengenal diri seseorang. Dimana model tersebut adalah
membagi diri manusia ke dalam empat daerah kedirian, yang terlihat dalam bagan berikut:
Ada informasi tertentu tentang diri kita (kekuatan, dan kelemahan) yang diketahui oleh
diri sendiri maupun oleh orang lain (daerah I, kedirian yang terbuka). Informasi itu mungkin
diterima dari isyarat-isyarat visual, seperti mengenakan pakaian warna merah hari ini,
misalnya merasa takut terhadap ular atau memberikan suara untuk seorang calon tertentu
dalam pemilihan yang telah berlangsung. Isinya dapat berupa pikiran-pikiran  (kognitif ) atau
perasaan-perasaan afektif dan/ tingkah laku- tingkah laku.
Pada waktu yang sama, seseorang mungkin memiliki masalah pribadi, seperti
membutuhkan/ memerlukan uang, tapi takut berbicara didepan orang ramai, atau bingung,
dan sebagainya yang mungkin tidak ingin untuk mengemukakannya kepada orang lain. Hal
ini menggambarkan hanya diri sendiri yang mengetahuinya, sedangkan orang lain tidak
mengetahuinya (daerah II, kedirian yang tertutup/tersembunyi).
Disamping itu, mungkin ada informasi lain yang diketahui oleh orang lain, tetapi diri
sendiri tidak mengetahuinya. Misalnya, muka menjadi merah, memotong pembicaraan orang
lain, atau tubuh gemetar ketika berbicara. Informasi ini diketahui oleh orang lain, sementara
diri sendiri kadang kala tidak mengetahuinya (daerah III, buta diri).
Akhirnya, ada daerah informasi baik diri sendiri maupun orang lain tidak
mengetahuinya. Daerah ini disebut kedirian yang tak terungkapkan atau kedirian yang tak
disadari. Tujuan dari proses pembukaan diri ini adalah untuk meneruskan perolehan lebih
banyak tentang informasi berkenaan dengan diri sendiri (pengetahuan tentang diri), untuk
membuka daerah-daerah potensial yang tidak diketahui.

Keberanian membuka diri seperti tersebut diatas meliputi usaha untuk mencobakan
tingkah laku baru saling tukar pikiran dan perasaan dengan orang lain, serta berusaha
melakukan hal-hal yang mungkin dirasa sulit. Dengan cara ini, individu mulai mengenal lebih
banyak kemampuan-kemampuan dan kelemahan-kelemahannya, serta mengenal bagaimana
orang lain memandang  dan memberikan tanggapan terhadap dirinya.

B. Pengenalan Diri Orang Lain


Manusia sebagai mahluk sosial tentu tak bisa dipisahkan dari kebutuhan akan
berkomunikasi dengan orang lain kaarena itu manusai sebagai mahluk sosial tak bisa lepas
dari pergaulan sosial yang ada dalam kehidupan masyarakat, mulai dari lingkup keluarga,
tempat tinggal hingga tempat kerja .
Komunikasi memang merupakan suatu hal yang sangat penting dan kemapuan ini harus
dimiliki siapapun jika ingin merasakan kesuksesan dalam berbagai hal maupun profesi yang
digeluti dan banyak teori yang berusaha menjelaskan mengenai komunikasi dalam hal
mengenal diri sendiri dan orang lain karena tanpa mengenal diri sendiri dan orang lain
komunikasi tidak akan bisa dicapai.
Dan sala satu teori yang membahas komunuikasi dan dijadikan rujukan diberbagai
dunia sebagai bahan awal untuk melakukan komunikasi yang baik adalah teori Johari
Window atau Jendela Johari merupakan salah satu cara untuk melihat dinamika dari
selfawareness, yang berkaitan dengan perilaku, perasaan, dan motif kita Model yang
diciptakan oleh Joseph Luft dan Harry Ingham di tahun 1955 ini berguna untuk mengamati
cara kita memahami diri kita sendiri sebagai  bagian dari proses komunikasi.

C. Peranan Pembukaan Diri Dalam Layanan Konseling


Dalam pelayanan bimbingan dan konseling pembukaan diri akan sangat berperan
penting. Pembukaan diri disini tidak hanya dalam pembukaan diri dari konselor namun
bagaimana konselor beruaya agar kliennya mau melakukan pembukaan diri padanya. Dengan
adanya pembukaan diri dari klien dalam konseling, maka :
1. Konselor akan dapat lebih memahami pribadi kliennya.
2. Konselor akan mudah dalam menjelajahi permasalahan klien sehingga dapat membantu
klien untuk menyelesaikan masalahnya agar dapat mencapai KES dan terhindar dari
KEST.
3. Hasil konseling yang dilakukan akan dapat lebih optimal dan efesien.

D. Pengertian Umpan Balik Dalam Komunikasi Antar Pribadi


Komunikasi dinyatakan berhasil apabila komunikan mampu memberikan umpan balik
yang berbentuk tanggapan atau respon umpan balik adalah arus umpan balik dalam rangka
proses berlangsungnya komunikasi umpan balik merupakan hasil atau akibat yang berbalik
guna bagi rangsangan atau dorongan untuk bertindak lebih lanjut atau merupakan tanggapan
langsung dari pengamat sebagai hasil kelakuan individu terhadap individu lain.
Umpan balik adalah reaksi atau respon yang diberikan oleh penerima terhadap pesan
dari pengirim.Reaksi atau respon juga bisa berbentuk verbal atau nonverbal, ada yang
menyebutkan” umpan balik eksternal” (sesuatu yang kita lihat) atau “umpan balik
internal”(sesuatu yang kita tidak bisa melihat).Umpan balik sangat bermanfaat bagi seorang
komunikator untuk menyesuaikan pesannya agar lebih efektif, tanpa umpan balik tidak akan
ada cara untuk mengetahui apakah makna pesan telah berbagi atau sudah dimiliki oleh
penerima.Umpan balik menjelaskan bahwa penerima pesan menafsirkan informasi kemudian
dia merumuskan respon yang tepat atas pesan yang berasal dari pengirim.Respon penerima
sangat tergantung pada sejauh mana pesan asli itu terdengar atau terlihat sebagai benar atau
tidak benar.

E. Bentuk-Bentuk Umpan Balik


Dalam Ilmu Komunikasi dikenal beberapa jenis feedback. Tidak semuanya persis
merupakan variasi dari prinsip di atas. Ada di antaranya yang merupakan analogi pada
konteks komunikasi yang lain atau merupakan sifatnya. Jenis-jenis feedback tersebut adalah :
1. Feedback Positif – Feedback Negatif
Feedback positif adalah isyarat / gejala yang ditunjukkan oleh komunikan yang
menandakan bahwa ia / mereka memahami, membantu dan mau bekerja sama dengan
komunikator untuk mencapai sasaran komunikasi tertentu, dan tidak menunjukkan
perlawanan / pertentangan. Contohnya : komunikan mengangguk-angguk, memperhatikan
dengan serius, mencatat, responsif ketika ditanya.
Feedback negatif adalah isyarat / gejala yang ditunjukkan oleh komunikan yang
menandakan bahwa ia / mereka memiliki sikap serta perilaku yang dapat berkisar dari mulai
tidak setuju hingga tidak menyukai pesan, cara penyampaian, atau bahkan diri sang
komunikator. Segalanya sesuatu yang merupakan lawan dari feedback positif adalah
feedback negatif. Contohnya : sikap acuh tak acuh, melakukan hal lain yang tidak ada
hubungannya dengan yang sedang dibahas, mengobrol, mengganggu orang lain, nyeletuk,
memotong pembicaraan / interupsi secara tidak sopan, atau keluar ruangan / walk- out tanpa
izin dari komunikator, dan sebagainya.

2. Feedback Netral – Feedback Zero


Feedback Netral adalah jenis feedback yang sulit untuk dinilai sebagai isyarat / gejala
yang menunjukkan respon positif atau negatif. Dengan kata lain feedback netral adalah
feedback yang tidak jelas wujudnya; apakah itu positif atau negatif. Contohnya : perilaku
diam ketika ditanya mengerti atau tidak, …
Feedback Zero adalah feedback yang sulit dimengerti oleh komunikator. Komunikator
tidak tahu harus menafsirkan isyarat / gejala yang muncul dari komunikan. Contohnya : ada
yang tertawa ketika komunikator tidak sedang menyampaikan hal yang lucu, tiba-tiba ada
yang menangis, dan sebagainya.
3. Feedback Internal – Feedback Eksternal
Feedback Internal adalah yang menunjukkan sumber dari isyarat / gejala yang menjadi
feedback. Bila itu muncul dari dalam diri komunikator, maka itu disebut feedback internal.
Maksudnya, misalnya ketika komunikator telah mengatakan sesuatu, tapi kemudian ia ingat
sesuatu dan meralat apa yang telah ia katakan, maka yang kita lihat itu dapat kita katakan
sebagai hal yang terjadi karena ada feedback internal pada diri komunikator.
Feedback Eksternal adalah feedback yang munculnya berasal dari komunikan. Dalam
hal ini komunikan dapat menunjukkannya dengan memberikan ekspresi wajah tertentu,
gerak-gerik, perilaku atau bahkan suara-suara yang muncul ketika komunikasi tengah
berlangsung.
4. Feedback Verbal – Feedback Non-Verbal
Feedback Verbal menunjuk pada bentuk atau wujud dari apa yang disampaikan
komunikan sebagai reaksinya pada suatu perilaku komunikasi tertentu yang sedang
berlangsung. Contoh dari feedback verbal misalnya adalah interupsi (memotong
pembicaraan), nyeletuk (menyampaikan komentar secara spontan ketika komunikator sedang
menyampaikan pesannya), atau dapat pula berupa secarik kertas yang ditulisi yang
mengatakan sesuatu kepada yang sedang berbicara agar ia segera berhenti karena waktu
untuknya sudah habis. Harap diingat pengertian verbal di sini. Pesan komunikasi yang verbal
adalah yang bentuknya merupakan wujud dari penggunaan bahasa. Artinya, bisa berupa lisan
atau tulisan.
Feedback Non-Verbal adalah yang wujudnya bukan berupa lisan atau tulisan, seperti
ekspresi wajah, gerak-gerik, cara duduk, cara berdiri, cara menatap, bentuk senyuman, isyarat
tangan, dan sebagainya.
5. Feedback Langsung – Feedback Tidak Langsung
Feedback langsung (immediate feedback) adalah feedback yang ditunjukkan ketika
komunikasi sedang berlangsung, dan feedback tidak langsung (delayed feedback) adalah
feedback yang disampaikan ketika komunikasi telah selesai. Konteks dua jenis feedback ini
adalah pada perbandingan antara komunikasi interpersona dan komunikasi massa. Pada
komunikasi interpersona, jelas untuk sebagian besar feedbacknya akan bersifat langsung atau
segera. Artinya, orang yang berbicara / komunikator akan dapat segera mengetahui
bagaimana reaksi si komunikan ketika ia sedang menyampaikan pesan tertentu (karena
situasinya tatap muka). Ini berbeda dengan komunikasi massa. Surat kabar, misanya. Para
pembaca tidak dapat memberikan feedback yang segera. Feedback mereka dapat disampaikan
melalui surat pembaca yang biasanya waktunya adalah cukup lama sejak apa yang ditanggapi
terbit atau dibaca oleh komunikan, sehingga surat pembaca dapat dijadikan contoh sebagai
feedback tidak langsung.

F. Hambatan-Hambatan Dalam Menerima Umpan Balik


Setiap komunikasi yang dijalankan juga tak selamanya lancar dan mulus. Terkadang kita
menemukan hambatan dalam komunikasi. Banyak hal yang bisa menjadi hambatan dalam
komunikasi, diantaranya sebagai berikut:
1. Hambatan dalam penyandian/symbol
Hal ini dapat terjadi karena bahasa yang dipergunakan tidak jelas sehingga mempunyai
arti lebih dari satu, simbol yang dipergunakan antara si pengirim dan penerima tidak sama
atau bahasa yang dipergunakan terlalu sulit. Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi
dalam penggunaan media komunikasi, misalnya gangguan suara radio dan aliran listrik
sehingga tidak dapat mendengarkan pesan.Hambatan dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi
dalam menafsirkan sandi oleh si penerima.
2. Hambatan Fisik
Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif, misalnya cuaca dapat
mengganggu alat komunikasi.
3. Hambatan Semantik.
Kata-kata yang dipergunakan dalam komunikasi kadang-kadang mempunyai arti mendua
yang berbeda, tidak jelas atau berbelit-belit antara pemberi pesan dan penerima.
4. Hambatan Psikologis
Hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu komunikasi, misalnya;
perbedaan nilai-nilai serta harapan yang berbeda antara pengirim dan penerima pesan.

Sumber:
Liliweri, Alo. 2002. Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya.Yogjakarta: Lkis
Yogjakarta.
Supratiknya, A. 2004. Komunikasi Antar Pribadi (Tinjaun Psikologis). Yogjakarta: Kanisius
Widyarini, Nilam. 2009. Kunci Pengembangan Diri. Jakarta: Elex Media Komputindo
http://dasarilmukomunikasi.wordpress.com/2012/08/03/jenis-macam-macam-umpan-balik-
feedback-4/

Perbandingan Materi Umpan Balik dari Vidio dan Resum


Kelebihan
1. Dalam vidio terdapat materi hal yang perlu di perhatikan dalam umpan balik.
Kekurangan
1. Vidio tidak menempilkan materi jenis-jenis umpan balik lansung-tak langsung.
2. Vidio tidak menampilkan materi tentang hambatan dalam umpan balik.

Manfaat dalam kehidupan


1. Pengenalan diri bisa membuat orang lain memahami diri kita sehigga dapat
membantu dalam komunikasi antar pribadi. Pengenalan diri adalah model yang
menjelaskan tingkat keterbukaan dan tingkat kesadaran tentang diri kita. Model ini
penting dalam komunikasi antarpribadi. Ada informasi tertentu tentang diri kita
(kekuatan, dan kelemahan) yang diketahui oleh diri sendiri maupun oleh orang lain
(daerah I, kedirian yang terbuka). Informasi itu mungkin diterima dari isyarat-isyarat
visual, seperti mengenakan pakaian warna merah hari ini, misalnya merasa takut
terhadap ular atau memberikan suara untuk seorang calon tertentu dalam pemilihan
yang telah berlangsung. Isinya dapat berupa pikiran-pikiran  (kognitif ) atau perasaan-
perasaan afektif dan/ tingkah laku- tingkah laku. Disamping itu, mungkin ada
informasi lain yang diketahui oleh orang lain, tetapi diri sendiri tidak mengetahuinya.
Misalnya, muka menjadi merah, memotong pembicaraan orang lain, atau tubuh
gemetar ketika berbicara. Informasi ini diketahui oleh orang lain, sementara
diri sendiri kadang kala tidak mengetahuinya (daerah III, buta diri).
2. Umpan balik membuat komunikasi lebih efektif. Komunikasi dinyatakan berhasil
apabila komunikan mampu memberikan umpan balik yang berbentuk tanggapan atau
respon umpan balik adalah arus umpan balik dalam rangka proses berlangsungnya
komunikasi umpan balik merupakan hasil atau akibat yang berbalik guna bagi
rangsangan atau dorongan untuk bertindak lebih lanjut atau merupakan tanggapan
langsung dari pengamat sebagai hasil kelakuan individu terhadap individu lain.
3. Membuat kita lebih mengetahui kekurangan dan kelebihan diri, serta mengenal
bagaimana orang lain memandang  dan memberikan tanggapan terhadap dirinya.
Keberanian membuka diri seperti tersebut diatas meliputi usaha untuk mencobakan
tingkah laku baru saling tukar pikiran dan perasaan dengan orang lain, serta berusaha
melakukan hal-hal yang mungkin dirasa sulit.

Resume Pertemuan 13
ANALISIS TRANSAKSIONAL (Eric Berne)
1. Pengertian Analisis Transaksional
Menurut Dewa (1984:112) Analisis Transaksional (AT) adalah salah satu pendekatan
Psychotherapy yang menekankan pada hubungan interaksional. Transaksional maksudnya
ialah hubungan komunikasi antara seseorang dengan orang lain. Adapun hal yang dianalisis
yaitu meliputi bagaimana bentuk cara dan isi dari komunikasi mereka. Dari hasil analisis
dapat ditarik kesimpulan apakah transaksi yang terjadi berlangsung secara tepat, benar dan
wajar. Bentuk, cara dan isi komunikasi dapat menggambarkan apakah seseorang tersebut
sedang mengalami masalah atau tidak.
AT dikembangkan oleh Eric Berne tahun 1960 yang ditulisnya dalam buku Games
People Play. Analisis Transaksional (AT) dapat digunakan dalam konseling individual, tetapi
lebih cocok digunakan dalam konseling kelompok. Analisis Transaksional melibatkan suatu
kontrak yang dibuat oleh klien, yang dengan jelas menyatakan tujuan-tujuan dan arah proses
konseling. Pendekatan ini menekankan pada aspek perjanjian dan keputusan. Melalui
perjanjian ini tujuan dan arah proses terapi dikembangkan sendiri oleh klien, juga dalam
proses terapi ini menekankan pentingnya keputusan-keputusan yang diambil oleh klien. Maka
proses terapi mengutamakan kemampuan klien untuk membuat keputusan sendiri, dan
keputusan baru, guna kemajuan hidupnya sendiri.

2. Proses Komunikasi Menurut Analisis Transaksional


Pendekatan pada komunikasi manusia ini terdiri atas Beberapa elemen kunci. Sebuah
sumber (source) atau pengirim pesan, mengirimkan pesan (message) pada penerima
(receiver) yang akan menerima pesan tersebut. Si penerima adalah orang yang akan
mengartikan pesan tersebut. Semua dari komunikasi ini terjadi dalam sebuah saluran
(channel), yang merupakan jalan untuk berkomunikasi. Saluran biasanya berhubungan
langsung dengan indera penglihatan, perasa, penciuman, dan pendengaran.
Model komunikasi transaksional menggaris bawahi pengiriman dan penerimaan pesan
yang berlangsung secara terus-menerus dalam sebuah episode komunikasi. Komunikasi
bersifat transaksional berarti mengatakan bahwa proses tersebut kooperatif; pengirim dan
penerima sama-sama bertanggung jawab terhadap dampak dan efektifitas komunikasi yang
terjadi. Dalam komunikasi yang linear, makna dikirim dari satu orang ke orang lainnya.
Dalam model interaksional, makna dicapai melalui umpan balik dari pengirim dan penerima.
Dalam model transaksional, orang membangun kesamaan makna. Apa yang dikatakan orang
dalam sebuah transaksi sangat dipengaruhi oleh pengalamannya di masa lalu.
Berne (dalam Harris, 1981:4) juga mengajukan rekomendasinya untuk posisi dasar
seseorang jika berkomunikasi antarpribadi secara efektif dengan orang lain. Ada empat posisi
yaitu :

a. Saya OK, kamu OK (I’m OK., you’re OK)


b. Saya OK, kamu tidak OK (I’m OK, you’re not OK)
c. Saya tidak OK, kamu OK (I’m not OK, yo/ire OK)
d. Saya tidak OK, kamu tidak OK (I’m not OK, you’re not OK).

3. Bentuk-bentuk Transaksi (Komunikasi) menurut Analisis Transaksional


Berne (dalam Corey, 2005:89) mengajukan tiga jenis transaksi antarpribadi yaitu:
transaksi komplementer, transaksi silang, dan transaksi tersembunyi.
a. Transaksi komplementer jenis transaksi ini merupakan jenis terbaik dalam komunikasi
antarpribadi karena terjadi kesamaan makna terhadap pesan yang mereka pertukarkan,
pesan yang satu dilengkapi oleh pesan yang lain meskipun dalam jenis sikap ego yang
berbeda. Transaksi komplementer terjadi antara dua sikap yang sama, sikap dewasa.
Transaksi terjadi antara dua sikap yang berbeda namun komplementer. Kedua sikap itu
adalah sikap orang tua dan sikap anak-anak. Komunikasi antarpribadi dapat dilanjutkan
manakala terjadi transaksi yang bersifat komplementer karena di antara mereka dapat
memahami pesan yang sama dalam suatu makna.
b. Transaksi silang terjadi manakala pesan yang dikirimkan komunikator  tidak mendapat
respons sewajarnya dari komunikan. Akibat dari transaksi silang adalah terputusnya
komunikasi antarpribadi karena kesalahan dalam memberikan makna pesan. Komunikator
tidak menghendaki jawaban demikian, terjadi kesalahpahaman sehingga kadang-kadang
orang beralih ke tema pembicaraan lain.
Contoh:
Isteri    :  mengapa pulang lambat?
Suami  : kalau orang baru pulang jangan ditanya macam-macam. Ambilkan minum!
c. Transaksi tersembunyi jika terjadi campuran beberapa sikap di antara komunikator
dengan komunikan sehingga salah satu sikap menyembunyikan sikap yang lainnya. Sikap
tersembunyi ini sebenarnya yang ingin mendapatkan respons tetapi ditanggap lain oleh si
penerima. Bentuk-bentuk transaksi tersembunyi bisa terjadi jika ada 3 atau 4 sikap dasar
dari mereka yang terlibat dalam komunikasi antarpribadi namun yang diungkapkan hanya
2 sikap saja sedangkan 1 atau 2 lainnya tersembunyi. Jika terjadi 3 sikap dasar sedangkan
yang lainnya disembunyikan maka transaksi itu disebut transaksi tersembunyi 1 segi
(angular). Kalau yang terjadi ada 4 sikap dasar dan yang disembunyikan 2 sikap dasar
disebut dengan dupleks.

4. Penerapan dalam Konseling


Menurut Muhammad (2003:127) hakikat konseling dalam pendekatan analisis
transaksional yaitu perancangan status ego klien dalam bertransaksi sehingga klien mampu
mempromosikan dirinya dengan tepat. Serta berupaya untuk merangsang rasa tanggung
jawab pribadi klien atas tingkah lakunya sendiri, pemikiran yang logis, rasional, tujuan-tujuan
yang realistis, berkomunikasi dengan terbuka, wajar, dan pemahaman dalam berhubungan
dengan orang lain. Konseling dalam pendekatan ini cenderung ke arah aspek-aspek kognitif
dan behavioral dan dirancang untuk membantu orang-orang dalam mengevaluasi putusan-
putusan yang telah dibuatnya menurut kelayakan sekarang.
Menurut Eric Berne (Dewa Ketut Sukardi, 1984:114) empat tujuan yang ingin dicapai
dalam konseling  analisis transaksional, yaitu:
a. Konselor membantu klien yang mengalami kontaminasi status ego yang berlebihan.
b. Konselor membantu mengembangkan kapasitas diri klien dalam menggunakan semua
status egonya yang cocok, mencakup memperoleh kebebasan dan kemampuan yang
dapat ditembus diantara status egonya.
c. Konselor berusaha membantu klien dalam mengembangkan seluruh status ego
dewasanya. Pengembangan ini pada hakikatnya adalah menetapkan pikiran dan
penalaran individu, untuk itu individu membutuhkan kemampuan serta kapasitas yang
optimal dalam mengatur hidupnya sendiri.
d. Konselor membantu klien dalam membebaskan dirinya dari posisi hidup yang kurang
cocok serta menggantinya dengan rencana hidup yang baru yang lebih produktif.

DAFTAR PUSTAKA
Dewa Ketut, Sukardi.1984.Pengantar Teori Konseling. Jakarta: Ghalia  Indonesia.
Muhammad Surya. 2003. Teori-teori Konseling.  Bandung: Pustaka Bany Quraisy.
Harris, T. 1981. SAYA OKE-KAMU OKE. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka.
Corey Gerald. 2005. Teori dan Praktek Konseling dan Psikotrapi. Bandung: Rafika Aditama
KESIMPULAN PROSES DISKUSI
Analisis Transaksional (AT) adalah salah satu pendekatan Psychotherapy yang
menekankan pada hubungan interaksional. Transaksional maksudnya ialah hubungan
komunikasi antara seseorang dengan orang lain. Adapun hal yang dianalisis yaitu meliputi
bagaimana bentuk cara dan isi dari komunikasi mereka. Dari hasil analisis dapat ditarik
kesimpulan apakah transaksi yang terjadi berlangsung secara tepat, benar dan wajar. Bentuk,
cara dan isi komunikasi dapat menggambarkan apakah seseorang tersebut sedang mengalami
masalah atau tidak.
Bentuk-Bentuk Transaksi Transaksional ada tiga macam yaitu; transaksi
komplementer, transaksi silang, dan transaksi tersembunyi. Analisis transaksional terdiri dari
dua kata, analisis berarti pengujian secara detail agar lebih memahami atau agar dapat
menarik kesimpulan dari bahasa pengujian tersebut, sedangkan transaksional atau transaksi
adalah unit pokok dari sebuah hubungan sosial.
KELOMPOK 11
DASAR-DASAR KOMUNIKASI
“ETIKA DAN PENGARUH BUDAYA DALAM PROSES KOMUNIKASI”

DOSEN PENGAMPU :
Dra. KHAIRANI, M.Pd., Kons
DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD FARIS - 20006089
MUHAMMAD IHSAN - 20006090
MUTHIA ANDERESTA - 20006092

BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, sebab karna rahmat dan nikmat-
Nyalah kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya dan petunjuk
dari-Nya kami mungkin tidak akan dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik dan
tersusun secara sistematis.

Pembuatan makalah ini bertujua untuk menyelesaikan tugas yang telah dititipkan oleh
Dosen pembimbing kami, agar memenuhi tugas yang telah di tetapkan dan juga agar setiap
mahasiswa dapat terlatih dalam pembuatan makalah. Makalah ini kami susun dengan
menghadapi beberapa halangan, tapi pada akhirnya makalah dapat terselesaikan dengan baik.

Adapun sumber-sumber dalam pembuatan makalah ini, didapatkan dari berbagai buku
dan jurnal yang membahas tentang materi yang berkaitan dan juga melalui media internet.
Kami sebagai penyusun makalah ini, sangat berterima kasih kepada penyedia sumber walau
tidak dapat secara langsung untuk mengucapkannya.

Kami menyadari bahwa setiap manusia memiliki keterbatasan, begitupun dengan kami
yang masih seorang mahasiswa. Dalam pembuatan makalah ini mungkin masih banyak lagi
kekurangan-kekurangan yang di temukan, oleh karena itu kami mengucapkan maaf yang
sebesar-besarnya. Kami mengharapkan ada kritik dan saran dari para pembaca sekalian dan
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.
Padang, 13 Desember 2020
Kelompok 11
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Etika dalam Berkomunikasi


B. Budaya dan Komunikasi Antar Pribadi
C. Pemahaman Aspek Budaya dalam Proses Komunikas
D. Upaya Mengatasi Kegagalan dalam Komunikasi yang Ditimbulkan Oleh Faktor
Budaya

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia hidup dalam sebuah komunitas yang mempunyai kebijakan tentang sesuatu
yang mereka miliki bersama, dan komunikasi merupakan satu-satunya jalan untuk
membentuk kebersamaan itu. Komunikasi, seperti kata Robert E Park (1996) adalah
menciptakan atau membuat segala kebimbangan menjadi lebih pasti. Sebuah pengertian
bersama diantara individu - individu sebagai anggota kelompok sosial akan mudah
menghasilkan tidak hanya unit-unit sosial, tetapi juga unit-unit kultural atau kebudayaan
dalam masyarakat.

Dalam kehidupan bermasyarakat terdapat suatu sistem yang menetapkan tata cara
manusia bergaul. Tata cara pergaulan untuk saling menghormati kita kenal dengan sebutan
sopan santun. Tata cara pergaulan bertujuan untuk menjaga kepentingan komunikator dengan
komunikan agar merasa senang, tentram, terlindungi tanpa ada pihak lain yang dirugikan
kepentingannya dan perbuatan yang dilakukan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku
serta tidak bertentangan dengan hak asasi. Secara umum tata cara pergaulan, aturan perilaku,
kebiasaan manusia dalam bermasyarakat dan menentukan nilai baik dan nilai tidak baik
disebut sebagai etika.

Kadangkala adanya perbedaan budaya mampu menimbulkan konflik antara


komunikator dengan komunikan karena makna (meaning) yang diperoleh mengalami
ketidakpastian. Seperti yang di ungkapkan oleh Gudykunst dan Kim dalam Liliweri
(2002:19) menunjukkan bahwa orang-orang yang tidak saling kenal selalu berusaha untuk
mengurangi tingkat ketidakpastian melalui peramalan yang tepat atas relasi antarpribadi.
Ketidakpastian tersebut bisa dikurangi apabila komunikator dengan komunikan mampu
melakukan proses komunikasi yang efektif.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari Etika dalam berkomunikasi?
2. Bagaimana budaya terhadap komunikasi?
3. Apa saja aspek budaya dalam proses komunikasi?
4. Bagaimana cara mengatasi kegagalan komunikasi karena faktor budaya?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian etikda dalam berkomunikasi
2. Mengetahui budaya yang terjadi saat komunikasi
3. Mengetahui aspek-aspek budaya dalam proses komunikasi
4. Mengetahui cara mengatasi suatu kegagalan dalam berkomunikasi karena faktor
budaya.
BAB II

PEMABAHASAN

A. Etika dalam Berkomunikasi

Dalam kehidupan bermasyarakat terdapat suatu sistem yang menetapkan tata cara
manusia bergaul. Tata cara pergaulan untuk saling menghormati kita kenal dengan sebutan
sopan santun. Tata cara pergaulan bertujuan untuk menjaga kepentingan komunikator dengan
komunikan agar merasa senang, tentram, terlindungi tanpa ada pihak lain yang dirugikan
kepentingannya dan perbuatan yang dilakukan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku
serta tidak bertentangan dengan hak asasi.

Secara umum tata cara pergaulan, aturan perilaku, kebiasaan manusia dalam
bermasyarakat dan menentukan nilai baik dan nilai tidak baik disebut sebagai etika. Etika
berasal dari kata ethikus dan dalam bahasa Yunani disebut ethicos yang berarti kebiasaan
norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran baik dan buruk tingkah laku
manusia.

Jadi, etika komunikasi adalah norma, nilai, atau ukuran tingkah laku baik dalam
kegiatan komunikasi di suatu masyarakat. Adapun arti etika dari segi istilah, telah
dikemukakan para ahli dengan ungkapan yang berbeda-beda sesuai dengan sudut
pandangnya, yaitu:

 Menurut Ahmad Amin etika adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk,
menerangkan apa yang harus dilakukan manusia, pernyataan tujuan yang harus dituju
oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan
apa yang seharusnya diperbuat.
 Menurut Encyclopedia Britanica, etika dinyatakan sebagai filosofi, yaitu studi yang
sitematik mengenai dasar dari konsep-konsep nilai baik, buruk, harus, benar, salah,
dan sebagainya.

Dari definisi etika diatas, dapat diketahui bahwa “etika” berhubungan dengan empat
hal sebagai berikut:

1. Dilihat dari segi objek pembahasannya, etika berupaya membahas perbuatan yang
dilakukan oleh manusia.
2. Dilihat dari segi sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran atau filsafat. Sebagai
hasil pemikiran, maka etika tidak bersifat mutlak, absolute dan tidak pula universal. Ia
terbatas, dapat berubah, memiliki kekurangan, kelebihan, dan sebagainya. Selain itu,
etika juga memanfaatkan berbagai ilmu yang memebahas perilaku manusia seperti
ilmu antropologi, psikologi, sosiologi, ilmu politik, ilmu ekonomi dan sebagainya.
3. Dilihat dari segi fungsinya, etika sebagai berfungsi penilai, penentu dan penetrasi
terhadap sesuatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia, yaitu apakah perbuatan
tersebut akan merugikan, buruk, mulia, terhormat, dan sebagainya.Dengan demikian
etika lebih berperan sebagai konseptor terhadap sejumlah perilaku yang dilaksanakan
oleh manusia. Etika lebih mengacu pada pengkajian sistem nilai-nilai yang ada.
4. Dilihat dari segi sifatnya, etika alam relatif dapat berubah-ubah sesuai dengan
keadaan zaman.

Etika adalah cabang dari aksiologi, yaitu ilmu tentang nilai, yang menitikberatkan
pada pencarian salah dan benar atau dalam pengertian lain tentang moral dan immoral. Tugas
etika, tidak berusaha untuk melihat hal yang baik dan yang dikatakan buruk. Sedangkan
tujuan etika, adalah agar setiap manusia melihat dan menjalankan perilaku, sebab perilaku
yang baik itu bukan saja penting bagi dirinya saja, tapi juga penting bagi orang lain, bagi
masyarakat, bagi bangsa dan Negara, dan yang terpenting bagi Allah swt.

Setelah menjelajahi etimologi kata “etika”, mari kita berusaha menyingkap arti etika
secara lebih konprehensif.

 Pertama, secara konprehensif kata“etika” dapat dimaknai dalam arti nilai-nilai dan
norma-norma moral yang menjadi pegangan moral bagi seseorang atau suatu
kelompok dalam pembinaan tingkah lakunya.
 Kedua, kata “etika” juga dapat diartikan sebagai kumpulan asas atau nilai moral, yang
sering disebut sebagai kode etik, seperti kode etik periklanan yang dikeluarkan oleh
Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia, kode etik jurnalistik yang berasal dari
berbagai organisasi jurnalis, kode etik kehumasan, kode etik penyiaran dan
sebagainya.
 Ketiga, kata “etika” dapat berarti pula sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang hal yang baik dan buruk dalam masyarakat.

Secara umum, menurut A. Sonny Kreaf (1993: 41), etika dapat dibagi menjadi dua
bagian:
1. Etika Umum yang membahas kondisi dasar bagaimana manusia bertindak etis, dalam
mengambil keputusan etis, dan teori etika serta mengacu pada prinsip moral dasar
yang menjadi pegangan dalam bertindak dan tolok ukur atau baru untuk menilai baik
atau buruknya tindakan tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang.
2. Etika Khusus yaitu prinsip-prinsip prinsip dasar dalam bidang khusus, yaitu
bagaimana mengambil keputusan dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari pada
proses dan fungsional dari suatu organisasi. Etika khusus dibagi dua bagian yaitu,
Etika individu menjadi kewajiban dan perilaku manusia terhadap dirinya sendiri.
Etika sosial Berbicara mengenai kewajiban, sikap, dan perilaku sebagai anggota
masyarakat yang berkaitan dengan nilai-nilai sopan santun, tata krama dan saling
menghormati.
B. Budaya dan Komunikasi Antar Pribadi

Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, M.A mungkin merupakan pakar yang paling
meyakini, bahwa komunikasi antarpribadi adalah jenis komunikasi yang paling ampuh dalam
membentuk sikap dan perilaku orang lain. Sehingga fungsi ‘to persuade’ (mempersuasi)
terasa lebih kental dalam komunikasi jenis ini.

Ciri khas lain yang terdapat dalam komunikasi antarpribadi adalah feedback (umpan
balik)-nya terjadi secara langsung, seketika itu juga. Hmm... lantas bagaimana jika lawan
bicara tidak mengatakan apapun. Apakah itu termasuk feedback? Aku jawab “Ya!”. Karena
feedback tidak harus dalam bentuk verbal (kata-kata), tapi juga bisa non-verbal (tanda
isyarat). Seperti mengangguk, tersenyum ataupun mengernyitkan dahi itu juga termasuk
feedback. Hal ini musti kita pahami agar proses komunikasi berjalan efektif.

Selain itu, proses komunikasi ini juga menghendaki terjadinya interaksi timbal balik.
Baik antara komunikator maupun komunikannya. Sehingga pada saat-saat tertentu mereka
akan bertukar peran. Seperti komunikator berbicara - komunikan mendengar, dan komunikan
berbicara – komunikator mendengar.

Contoh: Khairul ingin melamar Humaira dihadapan Bapak dan Ibunya. Khairul
berkata, “Adapun tujuan saya kemari adalah untuk melamar putri Bapak dan Ibu, Humaira”.
Terus si Bapak berkata, “Kalau saya terserah si Ibunya saja”. Kemudian sang Ibu menimpali,
“Kalau Ibu mah gimana Humaira-nya saja”. Lantas, Khairul pun menatap ke arah Humaira
yang menunduk, malu-malu dan pipinya yang memerah. Apakah contoh ini termasuk jenis
komunikasi antarpribadi? Jawabannya adalah “Ya!”. Meskipun Humaira tidak menjawab
secara langsung, namungesture tubuh dan air mukanya menunjukkan bahwa ia menerima
pinangan Khairul. Alhamdulillah! Hahaha.

Menurut Joseph A. De Vito dalam bukunya “Interpersonal Communication Book”


(1984: 4), komunikasi antarpribadi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan antara
dua individu, atau antar individu dalam kelompok dengan beberapa efek dan umpan balik
seketika. Tapi harus digarisbawahi, bahwa komunikasi antarpribadi tidak melulu harus terjadi
secara tatap muka. Perkembangan teknologi sekarang ini meniscayakan individu-individu
yang berbeda tempat pun dapat tetap berinteraksi.

Contohnya: Tania yang dikurung oleh Tante Sarah, tetap bisa meminta tolong kepada
Eros lewat video call. Walaupun Eros dalam cerita itu berada di tempat yang berbeda
(Sinetron Berkah Cinta).

Effendy (1993: 61) menyatakan, komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara


dua orang, dimana kontak langsung terjadi dalam bentuk percakapan. Bisa langsung
berhadapan muka (face to face), atau bisa melalui media seperti telepon. Miss Cerewet
termasuk dosen yang meyakini definisi ini.

Menurut beberapa buku yang aku baca, terjadinya proses komunikasi antarpribadi
diukur dari suasana yang tercipta. Jika suasana komunikasi menjadi lebih formal dan kurang
bersifat pribadi, maka dapat dipastikan itu bukanlah komunikasi antarpribadi. Sebaliknya,
sekalipun komunikasi berlangsung dalam konteks lebih besar, seperti: komunikasi kelompok,
komunikasi organisasi, publik hingga media namun didalamnya memuat suasana privat,
maka itu termasuk komunikasi antarpribadi.

Setidaknya antara dua orang yang berbicara itu. Malcolm R. Parks mengatakan,
begitu ukuran kelompok bertambah besar maka komunikasi menjadi lebih formal dan kurang
bersifat pribadi. Contoh: Ketika Mario Teguh bertanya hal-hal yang sifatnya privasi pada
salah seorang hadirinnya, maka itu disebut komunikasi antarpribadi. Setidaknya antara beliau
dan hadirin tersebut (Mario Teguh Golden Ways, sekarang tidak tayang lagi –red).

Sedangkan menurut Miss cerewet, komunikasi antarpribadi terjadi apabila dilihat dari
sudut pandang sebagai berikut:

a. Situational, didalamnya terjadi dyadic communication (komunikasi antara dua orang),


ataupun dalam kelompok kecil berjumlah 10-15 orang.
b. Interactional, terjadinya interaksi dari cultural(homogen/heterogen) kepada psikologis
(intim)
c. Terjadinya perkembangan hubungan.

Kemudian muncul kembali pertanyaan di benak kita, “Bagaimana cara membedakan


komunikasi antarpribadi dan komunikasi non-antarpribadi? Jawabannya adalah “Mudah
saja!”. Cukup kita klasifikasikan ia kedalam beberapa hal, seperti:

a. Sifat Pengirimnya

Dalam komunikasi antarpribadi, pengirim telah akrab dengan komunikan, sehingga


terciptalah keterbukaan antara kedua belah pihak.

b. Sifat Pesannya

Dalam komunikasi antarpribadi, pesan bersifat pribadi dan cenderung tidak formal
(kaku).

c. Sifat Salurannya

Dalam komunikasi antarpribadi, saluran bisa berlangsung secara tatap muka ataupun
melalui media; gadget, video call,telepon dan sebagainya.

d. Sifat Komunikannya

Dalam komunikasi antarpribadi, komunikan telah akrab dengan komunikator,


sehingga terciptanya suasana intim (ctrl+c, ctrl+v, hahaha v:)

e. Sifat Feedback-nya

Dalam komunikasi antarpribadi, feedbackterjadi secara langsung, baik dalam bentuk


verbal maupun nonverbal.

Judy C. Pearson menyebut ada enam karakteristik komunikasi antarpribadi,


diantaranya:

a. Komunikasi antarpribadi dimulai dengan diri pribadi (self)

Komunikasi antarpribadi dimulai dari diri kita sendiri, dan bagaimana cara kita
memandang dunia (persepsi). Nah, persepsi itu sangat bergantung pada pengetahuan dan
pengalaman kita.

b. Komunikasi antarpribadi mencakup isi pesan, dan hubungan antarpribadi


Tidak hanya pesan yang bersifat pribadi, tapi juga hubungan didalamnya. Contoh:
Hubungan antarpribadi yang terjalin antara Tania dan Om Danar.Monggo dibaca resensinya
di blog saya berjudul “Resensi Novel: Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin”.
Promosi, wkwkwk.

c. Komunikasi antarpribadi mensyaratkan kedekatan fisik, antara pihak-pihak yang


berkomunikasi

Contoh: Yuki yang curhat kepada Ibunya, setelah mengalami mimpi buruk dikejar-
kejar harimau di hutan. Curhat Yuki tersebut terjadi karena adanya kedekatan fisik antara
Yuki sebagai anak dengan Ibunya. Monggo dibaca resensinya di blog-ku berjudul “Resensi
Novel: Gita Sendu Sepanjang Malam”. Lagi-lagi promosi, hehehe.

d. Komunikasi antarpribadi bersifat transaksional

danya persetujuan antara komunikator dan komunikan untuk saling tukar-menukar


pesan. Contoh:

Khairul : Ra, Aku cinta sama kamu!

Humaira : Terus?

Khairul : Kamu cinta gasama aku?

Humaira : Ga

Khairul : Hufffttt!Kenapa?

Humaira : Aku pengenfokus belajar!

Khairul : :(

Tamat.

e. Komunikasi antarpribadi melibatkan pihak-pihak yang saling tergantung satu sama


lainnya

Contoh: Tania (Kakak) meminta bantuan kepada Dede (adiknya), untuk mencari tahu
masalah keluarga Kak Ratna (Kakak Ipar) dengan Om Danar (abang angkat).

f. Komunikasi antarpribadi tidak dapat diubah maupun diulang

Pesan yang kita sampaikan bersifat irreversible (tidak dapat ditarik kembali). contoh:
Khairul : Adik macam apa kau, pergi tak pamit!

David : Urus saja urusanmu sendiri!

Khairul : Aku begini karena aku abangmu!

Mama : Sudah-sudah jangan ribut!

Khairul : Dasar anak durhaka!

David : Apa kau bilangheh?!

Dari contoh di atas, dapatlah disimpulkan, bahwa apa yang dikatakan Khairul tidak
dapat ditarik kembali. David pun bakal terus mengingat, bahwa si abang pernah marah
padanya, karena pergi tanpa pamit.

Menurut De Vito, komunikasi antarpribadi akan berjalan efektif apabila menjalankan


kiat-kiat berikut ini:

a) Adanya keterbukaan (openness) dalam berinteraksi.


b) Adanya rasa empati (empathy) dalam menanggapi pembicaraan. Terutama pada
pembicaraan-pembicaraan yang menyedihkan.
c) Adanya sikap saling mendukung (supportiveness) antara kedua belah pihak.
d) Adanya efek positif (positiveness) dari hasil pembicaraan.
e) Adanya kesetaraan (equality) dalam memandang lawan bicara.

Kata Miss Cerewet, kebudayaan adalah dasar untuk melakukan komunikasi


antarpribadi. Sekaligus mempengaruhi cara kita melakukan pendekatannya. Ya, budaya
berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti akal. Budaya adalah sesuatu yang kita yakini
kebenarannya dan menjadi kebiasaan hidup sehari-hari. Budaya tidak hanya mencakup tarian
tradisional ataupun pakaian adat yang dikenakan pada pawai 17-an. Lebih dari itu, budaya
adalah suatu hal yang kompleks. Mulai dari bahasa, makanan hingga nilai-nilai yang kita
anut. Kebudayaan inilah yang mendasari komunikasi antarpribadi. Apabila tidak dipahami
dengan baik dapat menyebabkan kesalahpahaman dan menimbulkan konflik.

Contoh:

a. Khairul (Muslim) berbicara dengan Ribka Roida Manullang (Kristen Katolik).


b. Khairul (Aceh) berbicara dengan Ribka Roida Manullang (Batak).
c. Khairul (Laki-laki) berbicara dengan Ribka Roida Manullang (Perempuan).
Tentu, perbedaan budaya ini menentukan bagaimana Khairul menyampaikan pesan,
dan bagaimana Ribka menanggapinya. Begitupula sebaliknya. Tentu Khairul dan Ribka harus
sama-sama bijak dalam menyandi maupun menanggapi pesan. Sehingga terciptalah suasana
komunikasi antarpribadi yang harmonis diantara keduanya.

Berbicara tentang komunikasi antarpribadi, maka yang dimaksud adalah dua orang
atau lebih orang terlibat dalam komunikasi verbal atau nonverbal secara langsung. Apabila
kita tambahkan dimensi ,perbedaan kebudayaan didalamnya, maka kita berbicara tentang
komunikasi antarbudaya. Maka acapkali dikatakan juga komunikasi antarbudaya merupakan
komunikasi antarpribadi dengan perhatian khusus pada faktor-faktor kebudayaan yang
mempengaruhinya.

C. Pemahaman Aspek Budaya dalam Proses Komunikasi


Komunikasi antar budaya adalah seni untuk memahami dan dipahami oleh khalayak
yang memiliki kebudayaan lain. (Sitaram, 1970). Komunikasi bersifat budaya apabila terjadi
diantara orang-orang yang berbeda kebudayaan. (Rich, 1974). Komunikasi antarbudaya
adalah komunikasi yang terjadi dalam suatu kondisi yang menunjukan adanya perbedaan
budaya seperti bahasa, nilai-nilai, adat, kebiasaan. (Stewart, 1974).

Komunikasi antarbudaya menunjuk pada suatu fenomena komunikasi di mana para


pesertanya memiliki latar belakang budaya yang berbeda terlibat dalam suatu kontak antara
satu dengan lainnya, baik secara langsung atau tidak langsung. (Young Yung Kim, 1984).
Dari defenisi tersebut nampak jelas penekanannya pada perbedaan kebudayaan sebagai faktor
yang menentukan dalam berlangsungnya proses komunikasi dan interaksi yang terjadi di
dalamnya.

Beberapa faktor yang menyebabkan pentingnya budaya dalam komunikasi

1. Mobilitas
Mobilitas masyarakat di seluruh dunia sedang mencapai puncaknya. Perjalanan dari
satu Negara ke Negara yang lain dan dari satu benua ke benua yang lain. Saat ini orang
seringkali mengunjungi budaya-budaya lain untuk mengenal daerah baru dan orang-orang
yang berbeda serta untuk menggali peluang-peluang ekonomis. Hubungan antarpribadi
kita semakin menjadi hubungan antarbudaya.
2. Saling Kebergantungan Ekonomi
Masa kini, kebanyakan Negara secara ekonomis bergantung pada Negara lain. Jika
kehidupan ekonomi bangsa bergantung pada bangsa lain oleh karena itu bergantung pada
kemampuan bangsa ini untuk berkomunikasi secara efektif dengan kultur-kultur yang
berbeda.
3. Teknologi Komunikasi
Meningkat pesatnya teknologi komunikasi telah membawa kultur luar yang
adakalanya asing masuk dalam rumah kita. Misalnya dengan adanya film-film impor
yang biasanya kita lihat kita mampu mengenal adat dan kebiasaan serta riwayat bangsa-
bangsa lain. Dengan melalui telepon kita bisa berhubungan langsung sampai kepelosok
dunia. Teknologi telah membuat komunikasi antarbudaya mudah, praktis, dan tak
terhindarkan.
4. Pola Imigrasi
Di hamper setiap kota besar di dunia kita dapat menjumpai orang-orang dari bangsa
lain. Kita bergaul, bekerja, atau bersekolah dengan orang-orang yang sangat berbeda dari
kita. Pengalaman sehari-hari kita telah menjadi semakin antarbudaya.
5. Kesehjateraan Politik
Kesehjateraan politik saat ini sangat tergantung pada kesehjateraan politik kultur
dengan Negara lain. Misaknya kekacauan politik dibelahan dunia lain afrika selatan,
polandia dan timur tengah. Komunikasi dan saling pengertian antarbudaya saat ini terasa
lebih penting ketimbang sebelumnya.

Ada beberapa faktor pendukung dalam dimensi komunikasi antarbudaya diantaranya sebagai
berikut :

1. Tingkat masyarakat kelompok budaya dari partisipan


Kebudayaan telah digunakan untuk merujuk pada macam-macam tingkat
lingkupan dan kompleksitas dari organisasi sosial.
2. Konteks sosial tempat terjadinya Komunikasi Antar-Budaya
Menyangkut Konteks Sosial, meliputi bisnis, organisasi, pendidikan,
akulturasi imigran politik, konsultasi terapi, dan sebagainya. Komunikasi dalam
semua konteks sosial tersebut pada dasarnya memilih persamaan dalam hal unsur-
unsur dasar an proses komunikasi (misalnya menyangkut penyampaian, penerimaan
dan pemrosesan). Tetapi adanya pengaruh kebudayaan yang tercakup dalam
latarbelakang pengalaman individu membentuk pola-pola persepsi pemikiran,
penggunaan pesan-pesan verbal dan non-verbal serta hubungan-hubungan antaranya.
3. Saluran yang dilalui oleh pesan-pesan Komunikasi Antar-Budaya (baik yang verbal
maupun non-verbal).
Ketiga berkaitan dengan saluran komunikasi. Menunjukan tentang saluran apa
yang dipergunakan dalam Komunikasi Antar-Budaya.

Khusunya komunikasi antabudaya ada berbagai faktor penghambat diantaranya adalah,

1. Mengabaikan perbedaan antara anda dan kelompok yang secara kultural berbeda.
Hambatan yang paling lazim adalah bilamana kita menganggap bahwa yang
ada hanya kesamaan dan bukan perbedaan. Ini terutama terjadi dalam hal nilai, sikap,
dan kepercayaan. Kita dapat dengan mudah mengakui dan menerima perbedaan tetapi
dalam hal nilai dan kepercayaan dasar kita mengganggap bahwa pada dasarnya
manusia itu sama. Itu tidak benar. Bila kita mengamsusikan persamaan dan
mengabaikan perbedaan, maka kita secara implisit mengkomunikasikan kepada lawan
bicara bahwa cara kitalah yang benar dan cara mereka tidak penting bagi kita.
2. Mengabaikan perbedaan antara kelompok kultural yang berbeda.
Dalam setiap kelompok kultural terdapat perbedaan yang besar dan penting
dan dalam setiap kultur terdapat banyak subkultur yang jauh berbeda satu sama lain
dan berbeda pula dari kultur mayoritasnya.
3. Mengabaikan perbedaan dalam makna (arti).
Dalam komunikasi antarbudaya terdapat prinsip yang menekankan kepada
makna bahwa makna tidak terletak pada kata-kata yang digunakan melainkan pada
orang yang menggunakan kata-kata itu.
4. Melanggar adat istiadat kultural.
Setiap kultur mempunyai aturan komunikasi sendiri-sendiri. Aturan ini
menetapkan mana yang patut dan mana yang tidak patut.
D. Upaya Mengatasi Kegagalan dalam Komunikasiyang Ditimbulkan Faktor Budaya
Berbagai hambatan komunikasi yang terjadi ini, bisa pula diatasi dan diperbaiki.
Untuk bisa mengatasi serta memperbaiki komunikasi yang ada sehingga tercipta komunikasi
yang lebih efektif, maka ada beberapa cara yang bisa dilakukan.

Berikut adalah cara mengatasi hambatan komunikasi menurut Bovee dan Thill, 2002, 22,
sebagai berikut :

 Memelihara iklim komunikasi agar senantiasa terbuka


 Bertekad untuk memegang teguh etika dalam berkomunikasi dan menjalannya dengan
baik
 Memahami akan adanya kesulitan komunikasi antar budaya
 Menggunakan pendekatan komunikasi yang berpusat pada penerima pesan.
 Menggunakan tekonogi yang ada secara bijaksana dan bertanggung jawab agar dapat
memperoleh dan membagi informasi dengan baik dan efektif.
 Menciptakan serta memproses pesan secara efektif dan juga efisien. Hal ini bisa
dilakukan dengan beberapa cara yakni : memahami penerima pesan, menyesuaikan
pesan dengan si penerima, mengurangi jumlah pesan, memilih salurah atau media
secara tepat, meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara umum tata cara pergaulan, aturan perilaku, kebiasaan manusia dalam
bermasyarakat dan menentukan nilai baik dan nilai tidak baik disebut sebagai etika. Etika
berasal dari kata ethikus dan dalam bahasa Yunani disebut ethicos yang berarti kebiasaan
norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran baik dan buruk tingkah laku
manusia. Etika komunikasi adalah norma, nilai, atau ukuran tingkah laku baik dalam kegiatan
komunikasi di suatu masyarakat.

Komunikasi antar budaya adalah seni untuk memahami dan dipahami oleh khalayak
yang memiliki kebudayaan lain. (Sitaram, 1970). Komunikasi bersifat budaya apabila terjadi
diantara orang-orang yang berbeda kebudayaan. (Rich, 1974). Komunikasi antarbudaya
adalah komunikasi yang terjadi dalam suatu kondisi yang menunjukan adanya perbedaan
budaya seperti bahasa, nilai-nilai, adat, kebiasaan. (Stewart, 1974).

Komunikasi antarbudaya menunjuk pada suatu fenomena komunikasi di mana para


pesertanya memiliki latar belakang budaya yang berbeda terlibat dalam suatu kontak antara
satu dengan lainnya, baik secara langsung atau tidak langsung. (Young Yung Kim, 1984).
Dari defenisi tersebut nampak jelas penekanannya pada perbedaan kebudayaan sebagai faktor
yang menentukan dalam berlangsungnya proses komunikasi dan interaksi yang terjadi di
dalamnya.

B. Saran

Dalam pembuatan makalah ini tentunya penulis memiliki kekeliruan yang mungkin
tidak disadari oleh penulis. Maka dari itu, diharapkan kepada seluruh pembaca, jika
menemukan kekeliruan dalam makalah yang kami buat ini, penulis berharap pembaca dapat
memberikan kritik dan saran yang membangun, supaya penulis tidak lagi melakukan
kesalahan yang sama. Dan demi mewujudkan karya-karya yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Dewa Ketut, Sukardi. 1984. Pengantar Teori Konseling. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Muhammad Surya. 2003. Teori-teori Konseling. Bandung: Pustaka Bany Quraisy.

Harris, T. 1981. SAYA OKE-KAMU OKE. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka.

Corey Gerald. 2005. Teori dan Praktek Konseling dan Psikotrapi. Bandung: Rafika Aditama.
Pertemuan 15
Pengaruh Media Massa/ Media Elektronik dalam Proses Komunikasi Antar Pribadi
A. Dampak Media Komunikasi dalam Kehidupan Sosial
Beberapa dampak nyata dari keberadaan serta perkembangan teknologi komunikasi antara
lain sebagai berikut.
1. Perubahan sistem nilai dan norma
Perubahan tidak dapat luput dari dua sifatnya, konstruktif dan destruktif. Seiring
dengan berkembangnya teknologi serta pemanfaatannya, perubahan sistem dan norma pun
tidak dapat dielakan. Perubahan konstruktif terjadi apabila pemanfaatan teknologi digunakan
untuk hal baik, bersifat profesional dan berintegritas. Artinya, bahwa penggunaan teknologi
telah membawa kehidupan sosial masyarakat ke arah yang lebih baik dan membangun.
Namun cukup disayangkan bahwa kondisi seperti ini sebagian besar hanya terjadi di negara
maju dengan tingkat pemahaman dan pendidikan yang cukup tinggi. Perubahan destruktif
terjadi apabila pemanfaatan teknologi yang memberikan segala kemudahan telah sampai pada
penyalahgunaannya.
2. Menciptakan ketergantungan
Dengan segala kemudahan yang diberikan oleh teknologi, maka masyarakat seolah
dimanjakan oleh ketersediaan segala kebutuhan hidupnya. Masyarakat pengguna teknologi
kian enggan untuk menggunakan alat-alat manual untuk alasan efektivitas dan efisiensi.
Masyarakat semakin sulit melepaskan diri dari serba kecanggihan teknologi dan hal ini akan
terus berlangsung dalam waktu lama dan kian membawa masyarakat pda ketergantungan
pada pemanfaatan teknologi. Sesuatu yang berlangsung lama inilah yang menyebabkan
perubahan kebudayaan pada suatu masyarakat.
3. Menciptakan kolonialisme
Kesenjangan akan selalu ada di muka bumi dan begitupun kesenjangan arus informasi
yang ada. Munculnya teknologi komunikasi menyebabkan arus informasi dari negaramaju ke
negara berkembang adalah tidak seimbang. Ketidakseimbangan ini menyebabkan masyarakat
negara tertentu lebih banyak mengonsumsi informasi dari negara yang rich 45 informations
(maju). Sehingga memungkinkan munculnya kolonialisasi. Kolonialisasi yang dimaksud di
sini bukannya taktik imperialisme dalam penaklukan negara lain melalui akuisisi tanah dan
wilayah, melainkan berupa penjajahan melalui arus informasi.

B. Fungsi Media dalam Berkomunikasi


Para pakar mengemukakan tentang sejumlah fungsi komunikasi yang memiliki
persamaan dan perbedaan. Pembahasan terkait fungsi komuniasi massa menjadi hal yang
penting untuk diidiskusikan. Beberapa pakar yang mengemukakan fungsi komunikasi massa
adalah Domminick yang terdiri dari surveillance (pengawasan), interpretations (penafsiran),
linkage (keterkaitan), transmissions of values (penyebaran nilai, dan entertainment (hiburan).
Kemudian Effendy juga memberikan fungsi komunikasi massa yakni sebagai informasi,
pendidikan, dan memengaruhi.Selanjutnya DeVito menyebutkan fungsi komunikasi massa
secara khusus adalah meyakinkan (to persuade), menganugerahkan status, membius
(narcotization), kenciptakan rasa kesatuan, privatiasi dan hubungan parasosial.McQuail
sendiri membedakan fungs komunikasi massa bagi masyarakat dan fungsi komunikasi massa
bagi individu. Fungsi komunikasi massa untuk individu yakni infomasi, korelasi,
kesinambungan, hiburan dan mobilisasi. Sedangkan fungsi komunikasi untuk individu yakni
informasi, identitas pribadi, integrasi dan interaksi sosial.
Dari beberapa fungsi yang dikemukakan oleh para pakar di atas dapat disimpulkan
beberapa fungsi media dalam berkomunikasi adalah:
1. Informasi
Fungsi informasi merupakan fungsi paling penting yang terdapat dalam komunikasi massa.
Kompenen paling urama untuk mengetahui fungsi informasi ini adalah berita-berita yang
disajikan. Iklan oun beberapa hal yang memiliki fungsi memberikan informasi disamping
fungsi-fungsi lain.Dari aspek ini, komunikasi massa menyediakan informasi tentang peristiwa
dan kondisi dalam mesyarakat dan dunia, menunjukkan hubungan kekuasaan, dan
memudahkan inovasi, adaptasi dan kemajuan.Fungsi informasi dapat diartikan bahwa media
massa adalah penyebar informasi bagi khalayak.
2. Fungsi pendidikan
Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayak (mass education), karena
banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik. Salah satu cara mendidik yang dilakukan
media massa adalah melalui pengajaran nilai, etika serta aturan-aturan yang berlaku kepada
pemirsa atau pembaca. Media massa melakukannya melalui drama, cerita, diskusi, dan
artikel.
3. Fungsi Memengaruhi
Fungsi memengaruhi dari media massa terdapat pada tajuk atau editorial, features, iklan
artikel, dan sebagainya. Khalayak dapat terpengaruh oleh iklan-iklan yang ditayangkan
televisi maupun surat kabar.Menurut DeVito, fungsi memengaruhi dianggap sebagai fungsi
yang oaling penting dari komunikasi massa. Memengaruhi bisa datang dari berbagai macam
bentuk yaitu:
a. Mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan atau nilai seseorang
b. Mengubah sikap, kepercayaan atau nilai seseorang
c. Menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu
d. Memperkenalkan etika atau menawarkan sistem nilai tertentu.
4. Fungsi Hiburan
Fungsi hiburan pada media elektronik menduduki posisi yang paling tinggi
dibandingkan dengan fungsi-fungsi yang lain karena masyarakat kebanyakan menggunakan
menggunakan televisi sebagai media hiburan. Sedangkan media cetak biasanya tidak
menempatkan hiburan pada posisi teratas tetapi informasi. Namun, media cetak juga hraus
member fungsi hiburan.Gambar-gambar berwarna yang kerap muncul pada beberapa rubric
atau pada rubric khusus menjadi bukti bahwa media cetak juga memberikan hiburan kepada
pembaca. Tujuan fungsi hiburan adalah menyediakan hiburan, pengalihan perhatian, dan
sarana relaksasi serta meredakan ketegangan sosial bagi masyarakat. Sedangkan bagi
individu berfungsi melepaskan diri diri atau terpisah dari permasalahan, bersantai,
memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis, dan mengisi waktu, penyaluran emosi.
1. Keterbatasan Cara-Cara Berkomunikasi
a. Sosio-kultural
Perbedaan sosio-kultural dapat menghambat proses komunikasi. Perbedaayaan
budaya akan menyebabkan perbedaan norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat.
Norma sosial mencerminkan sifat-sifat yang hidup pada suatu masyarakat dan dilaksanakan
sebagai alat pengawas secara sadar maupun tidak sadar oleh masyarakat terhadap
anggotanya.Hambatan yang terkait dengan hambatan sosiokultural yaitu hambatan semantik
dan hambatan pendidikan.
1) Interaksi verbal Hambatan ini terkait dengan pihak-pihak yang terlibat dalam proses
komunikasi massa, terutama pihak komunikan. Jenis-jenis hambatan interaksi verbal
dalam komunikasi massa antara lain :
 Polarisasi Polarisasi adalah kecenderungan untuk melihat dunia ini dalam bentuk
dikotomi yang saling berlawanan dan menguraikannya dalam bentuk ekstrim,
misalnya; baik atau buruk, kaya atau miskin, pandai atau bodoh dan sebagainya.
 Orientasi Intensional kecenderungan untuk melihat manusia, obyek dan kejadian
sesuai dengan ciri yang melekat pada mereka.
 Evaluasi statis adalah penilaian terhadap seseorang yang didasarkan pada kesan
pertama.
 Indiskriminasi Indiskriminasi adalah pengingkaran terhadap kekhasan atau
karakteristik seseorang
2) Mekanis Hambatan mekanis adalah hambatan teknis sebagai konsekuensi penggunaan
media massa. Hambatan mekanis terjadi karena adanya gangguan pada saluran
komunikasi. Misalnya pada media radio, hambatan ini terjadi saat stasiun atau pemancar
penerima mendapat gangguan baik secara teknis maupun akibat cuaca buruk sehingga
gambar yang diterima di pesawat televisi menjadi buruk.
2. Mengurangi Aspek “Mempribadi”
Komunikasi yang dilakukan secara massif kepada khalayak dengan menggunakan
media massa sebagai alat untuk menyampaikan pesan secara menyeluruh. Pesan yang
disampaikan kurang memiliki umpan balik, sehingga pesan hanya bersifat satu arah. Manfaat
dari komunikasi impersonal adalah pesan tersampaikan keseluruh pihak atau lapisan
masyarakat secara singkat, berbeda dengan komunikasi antar pribadi pemberian pesan dapat
tersampaiakan hanya pada sedikit orang atau orang tertentu. Kampanye pada media massa,
penyebaran iklan pada media cetak merupakan salah satu dari berbagai macam contoh
komunikasi impersonal.
3. Masalah Tanggung Jawab dan Akuntabilitas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, tanggung jawab adalah
keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Artinya, ketika seseorang memiliki tanggung
jawab untuk melakukan sesuatu, tetapi ia tidak melakukannya atau ternyata hasil
pekerjaannya tidak sesuai, ia akan mendapat konsekuensi. Dalam dunia kerja, tanggung
jawab membantu seseorang untuk berkomitmen terhadap pekerjaannya dan
menyelesaikannya sesuai yang diharapkan. Sedangkan, akuntabilitas mengacu pada suatu
keadaan di mana seseorang dapat dimintai pertanggungjawaban. Ketika Anda mendapatkan
tanggung jawab, Anda dituntut untuk memiliki akuntabilitas. Dengan akuntabilitas, Anda
memiliki dorongan dalam diri untuk menyelesaikan tanggung jawab tersebut. Biasanya,
orang yang tidak memiliki akuntabilitas akan menyalahkan orang atau pihak lain apabila
terjadi kesalahan pada suatu pekerjaan atau proyek yang menjadi tanggung jawabnya.
4. Berbagai contoh kasus permasalahan dalam berkomunikasi menggunakan media
a. Pelecehan yang kerap terjadi di media sosial oleh oknum tidak bertanggung jawab
b. Penyebaran berita hoax di media sosial
c. Maraknya terjadi pencucian otak dan hipnotis melalui media komunikasi
d. Berkurangnya kemampuan untuk berkomunikasi antar pribadi dengan orang lain setelah
memakai media sosial

DAFTAR PUSTAKA
McQuail, Teori Komunikasi Massa Terj. Agus Dharma dan Amiruddin; Jakarta: Erlangga,
1997
Nur Khoiri, 2011, Dampak Perkembangan Teknologi Komunikasi terhadap Kehidupan
Sosial, http://nurkhoirionline.blogspot.com.
Nasrullah, Rulli. Media Sosial Perspektif Komunikasi, Budaya dan Sosioteknologi. Bandung:
Rodakarya,2016

Anda mungkin juga menyukai