Dosen Pengampu
Dra. Khairani, M.Pd., Kons
OLEH :
Muhammad Ihsan
20006090
c. Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan dapat memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat
asuhannya. Sebagai akibatnya, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis
pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah.
d. Media massa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita
yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif berpengaruh terhadap sikap
konsumennya.
f. Faktor emosional
Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang
berfungsi sebagai sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk
mekanisme pertahanan ego.
Sumbrer:
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/121/jtptunimus-gdl-
kikaaldela-6006-2-
babii.pdf&ved=2ahUKEwj7ouSI8obtAhXvH7cAHa0DCDIQFjAMegQIExAB&usg=AOvVa
w0txaLdTN7tIUXlXkFFUz4P
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.uny.ac.id/21850/4/BAB
%2520II.pdf&ved=2ahUKEwj7ouSI8obtAhXvH7cAHa0DCDIQFjAJegQIERAB&usg=AOv
Vaw38H71AWUYM2Pgi5r7zw6B_&cshid=1605523927758
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://gubukpelajaranae.blogspot.com/2015/12/teori-
interpersonal-dan-perubahan-sikap.html%3Fm
%3D1&ved=2ahUKEwiC74X78obtAhWUIbcAHTMiBIMQFjAAegQIBBAB&usg=AOvVa
w1WJVKmvYnX9r3QjlV5W9m4
Saran
Materi dalam ppt dan makalah berbeda, untuk itu agar kelompok lebih memperhatikan RPS
dalam pembuatan materi.
RESUME PERTEMUAN 11
KONSEP DIRI
A. Dimensi self : self concept; self awareness; self esteem
1. Self Concept (konsep diri)
a. Pengertian Self Concept
Self concept (konsep diri) merupakan faktor yang paling penting dan menentukan
dalam komunikasi antar pribadi. Kunci keberhasilan hidup adalah konsep diri konseling.
Konsep diri memainkan peranan yang sangat besar dalam menentukan keberhasilan
hidup seseorang, karena konsep diri dapat dianalogikan sebagai sesuatu operating sistem.
Konsep diri dapat mempengaruhi kemampuan berfikir seseorang.
Menurut Baron & Byrne (dalam Helmi, 1999) self concept merupakan suatu
asumsi-asumsi atau skema diri mengenai kualitas personal yang meliputi penampilan
fisik (tinggi, pendek, berat, ringan, dsb), trait / kondisi psikis (pemalu dan pencemas) dan
kadang-kadang juga berkaitan dengan tujuan dan motif utama. Self concept dapat
dikatakan merupakan sekumpulan yang dipegang oleh seseorang tentang dirinya.
Sedangkan Calhoun dan Acocela (1990) menyatakan konsep diri adalah gambaran
mental individu yang terdiri dari pengetahuannya tentang diri sendiri, pengharapan bagi
diri sendiri, dan penilaian terhadap diri sendiri.
Dari beberapa teori diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa self concept
merupakan sikap kepercayaan dirinya dan keyakinan mengenai kelemahan dan kelebihan
yang ada pada dirinya serta karakteristik fisiknya yang terbentuk melalui persepsi dan
interpretasi terhadap diri sendiri dan lingkungannya.
b. Dimensi Self Concept
Calhoun dan Acocella dalam (Desmita, 2012) menyebutkan 3 dimensi self concept
utama dari konsep diri, yaitu :
(1) Pengetahuan
Dimensi pertama dari self concept adalah apa yang kita ketahui tentang diri
sendiri atau penjelasan dari “siapa saya” yang akan memberikan gambaran tentang
diri saya. Gambaran diri tersebut pada gilirannya akan membentuk citra diri.
(2) Harapan
Dimensi kedua dari self concept adalah dimensi harapan atau diri yang dicita-
citakan dimasa depan. Pengharapan ini merupakan diri ideal (self ideal) atau diri
yang dicita-citakan. Cita-cita diri (self ideal) terdiri atas dambaan, aspirasi, harapan,
keinginan bagi diri kita, atau menjadi manusia seperti apa yang kita inginkan.
(3) Penilaian
Dimensi ketiga self concept adalah penilaian kita terhadap diri kita sendiri.
Penilaian diri sendiri merupakan pandangan kita tentang harga atau kewajaran kita
sebagai pribadi.
c. Ciri-ciri individu yang memiliki self concept
Books & Emmert (Muslikh, 2013) menjelaskan lima ciri-ciri individu yang
memiliki self concept yang positif dan negatif. Individu yang memiliki self concept
positif mempunyai ciri-ciri:
Merasa yakin akan kemampuannya
Merasa setara dengan orang lain
Menerima pujian tanpa rasa malu
Mampu memperbaiki diri karena sanggup mengungkapkan aspekaspek kepribadian
yang tidak disenangi atau berusaha mengubahnya.
Sedangkan ciri-ciri individu dengan self concept negatif adalah:
Peka terhadap kritik
Responsive terhadap ujian
Tidak pandai atau tidak sanggup dalam mengungkapkan penghargaan atau pengakuan
pada orang lain atau hipersensitif
Merasa tidak disenangi oleh orang lain
Bersikap pesimis terhadap kompetisi yang terungkap dalam keengganan untuk
bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi.
c. Meningkatkan pengetahuan
Dengan membuka diri kepada orang lain, maka kita dapat meningkatkan
pengetahuan kita tentang diri kita sendiri dan juga orang lain. Begitu pula sebaliknya.
Pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang diri dan orang lain dapat
meningkatkan kualitas komunikasi yang dilakukan.
d. Mengkonfirmasi konsep diri
Membuka diri dapat mengkonfirmasi konsep diri. Dalam artian, kita dapat
mengkonfirmasi konsep diri sendiri dan juga konsep diri orang lain. Hal ini
dikarenakan konsep diri merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam
komunikasi interpersonal karena orang akan berperilaku sesuai dengan konsep diri
yang dimiliki.
e. Menghindari sikap defensif
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa dengan membuka diri maka
kita dapat mengkonfirmasi konsep diri. Hal ini juga mengarah pada terhindarnya kita
dari sikap yang defensif. Kita menjadi lebih terbuka pada hal-hal baru atau berbagai
ide baru serta menerima pengalaman-pengalaman baru.
f. Lebih cermat dalam mempersepsi orang lain
Dengan membuka diri, kita menjadi lebih berhati-hati dalam mempersepsi orang
lain. Karena jika kita melakukan kesalahan dalam mempersepsi orang lain dapat
mempengaruhi komunikasi yang dilakukan sehingga kegagalan komunikasi pun tidak
dapat dihindari.
g. Meningkatkan rasa percaya diri
Orang yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi tidak akan menghindari
situasi komunikasi dan tidak akan takut untuk berkomunikasi. Rasa percaya diri
sangat berpengaruh pada komunikasi karena dengan rasa percaya diri kita dapat
melakukan yang terbaik.
h. Meningkatkan atraksi interpersonal
Atraksi interpersonal merujuk pada ketertarikan kita kepada seseorang akan
meningkatkan kecenderungan kita untuk berkomunikasi dengan orang tersebut. Hal
ini tentunya tanpa kita sadari pernah mengalaminya. Kita suka pada seseorang,
kemudian berteman atau bersahabat, atau menjadikannya pasangan hidup akan
memberikan peluang semakin terbukanya kita pada orang tersebut.
i. Menciptakan rasa percaya kepada orang lain
Dengan saling membuka diri dapat menciptakan rasa percaya kita kepada orang
lain. Begitu pula sebaliknya. Ketika seseorang menunjukkan bahwa mereka cukup
menyukai dan mempercayai kita untuk berbagai informasi pribadi yang dimiliki maka
kita juga akan mulai untuk menyukai dan mempercayai mereka.
j. Membentuk norma interaksi
Sikap membuka diri kepada orang lain tentunya disesuaikan dengan tingkatan
atau derajat kedekatan yang kita miliki dengan orang lain. Walaupun kita bersikap
terbuka pada orang lain, ada batasan-batasan tertentu yang disesuaikan dengan etika
komunikasi antar pribadi dimana kita tidak dapat seratus persen untuk membuka diri
kepada orang lain. Karena hal ini justru dapat menimbulkan hambatan komunikasi
antar pribadi yang mengarah pada kegagalan komunikasi dan merusak hubungan
interpersonal.
4. Dimensi Self Disclosure
Menurut Devito (1997), aspek-aspek pengungkapan diri atau self disclosure
adalah sebagai berikut:
a. Amount, yaitu kuantitas dari pengungkapan diri dapat diukur dengan mengetahui
frekuensi dengan siapa individu mengungkapkan diri dan durasi dari pesan self-
disclosing atau waktu yang diperlukan untuk mengutarakan statemen self
disclosure individu tersebut terhadap orang lain.
b. Valence, Valensi merupakan hal yang positif atau negatif dari penyingkapan diri.
Individu dapat menyingkapkan diri mengenai hal-hal yang menyenangkan atau
tidak menyenangkan mengenai dirinya, memuji hal-hal yang ada dalam dirinya
atau menjelek-jelekkan diri individu sendiri. Faktor nilai juga mempengaruhi sifat
dasar dan tingkat dari pengungkapan diri.
c. Accuracy/Honesty, yakni ketepatan dan kejujuran individu dalam mengungkapkan
diri. Ketepatan dari pengungkapan diri individu dibatasi oleh tingkat dimana
individu mengetahui dirinya sendiri. Pengungkapan diri dapat berbeda dalam hal
kejujuran. Individu dapat saja jujur secara total atau dilebih-lebihkan, melewatkan
bagian penting atau berbohong.
d. Intention, yaitu seluas apa individu mengungkapkan tentang apa yang ingin
diungkapkan, seberapa besar kesadaran individu untuk mengontrol informasi-
informasi yang akan dikatakan pada orang lain.
e. Keakraban/Intimacy, yaitu individu dapat mengungkapkan detail yang paling intim
dari hidupnya, hal-hal yang dirasa sebagai periperal atau impersonal atau hal yang
hanya bohong.
5. Faktor Yang Mempengaruhi Self Disclosrue.
Devito (1997) mengemukakan ada delapan faktor yang mempengaruhi self disclosure,
yaitu:
a. Efek Dyadic
Seseorang melakukan pengungkapan diri bila bersama orang yang melakukan
pengungkapan diri pula. Efek diadik ini mungkin membuat seseorang merasa lebih
aman dan, nyatanya, memperkuat perilaku pengungkapan diri sendiri. Berg dan
Archer (dalam Devito, 1997) mengungkapkan bahwa pengungkapan diri menjadi
lebih akrab bila itu dilakukan sebagai tanggapan atas pengungkapan diri orang lain.
b. Besaran Kelompok
Pengungkapan diri lebih banyak terjadi dalam kelompok kecil daripada dalam
kelompok besar. Diad (kelompok yang terdiri atas dua orang) merupakan lingkungan
yang paling cocok untuk pengungkapan diri. Bila ada lebih dari satu orang pendengar,
pemantauan seperti ini menjadi sulit, karena tanggapan yang muncul pasti berbeda
dari pendengar yang berbeda.
c. Topik Bahasan
Seseorang lebih cenderung membuka diri tentang topik tentang pekerjaan atau hobi
daripada tentang kehidupan seks atau situasi keuangan (Jourarddalam Devito, 1997).
Umumnya, makin pribadi dan makin negatif suatu topik, makin kecil kemungkinan
kita mengungkapkannya.
d. Perasaan Menyukai
Seseorang membuka diri pada orang yang disukai atau dicintai dan bukan sebaliknya.
Peneliti, pengungkapan diri, John Berg dan Richard Archer (dalam Devito, 1997)
melaporkan bahwa tidak saja seseorang membuka diri pada mereka yang disukai.
Seseorang juga membuka diri lebih banyak kepada orang yang dipercayai (Wheeles
dan Grotz dalam Devito, 1997)
e. Jenis Kelamin
Faktor terpenting yang mempengaruhi pengungkapan diri adalah jenis kelamin.
Umumnya, pria lebih kuran g terbuka daripada wanita. Judy Pearson (dalam Devito,
1997) berpendapat bahwa peran seks-lah (sex role) dan buka jenis kelamin dalam arti
biologis yang menyebabkan perbedaan dalam hal pengungkapan diri ini.
f. Ras, Kebangsaan, dan Usia
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ras-ras tertentu yang lebih sering melakukan
self-disclosure dibandingkan denganras lainnya. Misalnya kulit putih Amerika lebih
sering melakukan selfdisclosuredibandingkan dengan orang negro. Begitu juga
dengan usia, self-disclosure lebih banyak dilakukan oleh pasangan yang berusia
antara 17-50 tahun dibandingkan dengan orang yang lebih muda atau lebih tua. Studi
yang menunjukkan bahwa orang-orang beragama lebih banyak mengungkapkan
masalah mereka kepada seseorang.
g. Mitra Dalam Hubungan
Dengan mengingat tingkat keakraban sebagai penentu kedalaman self-disclosure
maka lawan komunikasi atau mitra dalam hubungan akan menentukan self-disclosure.
Hal ini dimaksudkan bahwa self-disclosure yang dilakukan kepada individu yang
dianggap sebagai orang yang dekat misalnya suami/istri, teman dekat atau sesame
anggota keluarga.
h. Kepribadian
Orang-orang yang pandai bergaul (sociable) dan ekstrovert melakukan pengungkapan
diri lebih banyak daripada mereka yang kurang pandai bergaul dan introvert. Orang
yang kurang berani bicara pada umumnya juga kurang mengungkapkan diri daripada
mereka yang merasa lebih nyaman dalam berkomunikasi.
Sumber
Devito, Joseph. 1997. Komunikasi Antarmanusia. Jakarta: Professional Books.
http://digilib.uinsby.ac.id/411/5/Bab%202.pdf
Papu, Johanes. 2002. Pengungkapan Diri. Jakarta : Team e-psikologi.
Keberanian membuka diri seperti tersebut diatas meliputi usaha untuk mencobakan
tingkah laku baru saling tukar pikiran dan perasaan dengan orang lain, serta berusaha
melakukan hal-hal yang mungkin dirasa sulit. Dengan cara ini, individu mulai mengenal lebih
banyak kemampuan-kemampuan dan kelemahan-kelemahannya, serta mengenal bagaimana
orang lain memandang dan memberikan tanggapan terhadap dirinya.
Sumber:
Liliweri, Alo. 2002. Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya.Yogjakarta: Lkis
Yogjakarta.
Supratiknya, A. 2004. Komunikasi Antar Pribadi (Tinjaun Psikologis). Yogjakarta: Kanisius
Widyarini, Nilam. 2009. Kunci Pengembangan Diri. Jakarta: Elex Media Komputindo
http://dasarilmukomunikasi.wordpress.com/2012/08/03/jenis-macam-macam-umpan-balik-
feedback-4/
Resume Pertemuan 13
ANALISIS TRANSAKSIONAL (Eric Berne)
1. Pengertian Analisis Transaksional
Menurut Dewa (1984:112) Analisis Transaksional (AT) adalah salah satu pendekatan
Psychotherapy yang menekankan pada hubungan interaksional. Transaksional maksudnya
ialah hubungan komunikasi antara seseorang dengan orang lain. Adapun hal yang dianalisis
yaitu meliputi bagaimana bentuk cara dan isi dari komunikasi mereka. Dari hasil analisis
dapat ditarik kesimpulan apakah transaksi yang terjadi berlangsung secara tepat, benar dan
wajar. Bentuk, cara dan isi komunikasi dapat menggambarkan apakah seseorang tersebut
sedang mengalami masalah atau tidak.
AT dikembangkan oleh Eric Berne tahun 1960 yang ditulisnya dalam buku Games
People Play. Analisis Transaksional (AT) dapat digunakan dalam konseling individual, tetapi
lebih cocok digunakan dalam konseling kelompok. Analisis Transaksional melibatkan suatu
kontrak yang dibuat oleh klien, yang dengan jelas menyatakan tujuan-tujuan dan arah proses
konseling. Pendekatan ini menekankan pada aspek perjanjian dan keputusan. Melalui
perjanjian ini tujuan dan arah proses terapi dikembangkan sendiri oleh klien, juga dalam
proses terapi ini menekankan pentingnya keputusan-keputusan yang diambil oleh klien. Maka
proses terapi mengutamakan kemampuan klien untuk membuat keputusan sendiri, dan
keputusan baru, guna kemajuan hidupnya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Dewa Ketut, Sukardi.1984.Pengantar Teori Konseling. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Muhammad Surya. 2003. Teori-teori Konseling. Bandung: Pustaka Bany Quraisy.
Harris, T. 1981. SAYA OKE-KAMU OKE. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka.
Corey Gerald. 2005. Teori dan Praktek Konseling dan Psikotrapi. Bandung: Rafika Aditama
KESIMPULAN PROSES DISKUSI
Analisis Transaksional (AT) adalah salah satu pendekatan Psychotherapy yang
menekankan pada hubungan interaksional. Transaksional maksudnya ialah hubungan
komunikasi antara seseorang dengan orang lain. Adapun hal yang dianalisis yaitu meliputi
bagaimana bentuk cara dan isi dari komunikasi mereka. Dari hasil analisis dapat ditarik
kesimpulan apakah transaksi yang terjadi berlangsung secara tepat, benar dan wajar. Bentuk,
cara dan isi komunikasi dapat menggambarkan apakah seseorang tersebut sedang mengalami
masalah atau tidak.
Bentuk-Bentuk Transaksi Transaksional ada tiga macam yaitu; transaksi
komplementer, transaksi silang, dan transaksi tersembunyi. Analisis transaksional terdiri dari
dua kata, analisis berarti pengujian secara detail agar lebih memahami atau agar dapat
menarik kesimpulan dari bahasa pengujian tersebut, sedangkan transaksional atau transaksi
adalah unit pokok dari sebuah hubungan sosial.
KELOMPOK 11
DASAR-DASAR KOMUNIKASI
“ETIKA DAN PENGARUH BUDAYA DALAM PROSES KOMUNIKASI”
DOSEN PENGAMPU :
Dra. KHAIRANI, M.Pd., Kons
DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD FARIS - 20006089
MUHAMMAD IHSAN - 20006090
MUTHIA ANDERESTA - 20006092
Pembuatan makalah ini bertujua untuk menyelesaikan tugas yang telah dititipkan oleh
Dosen pembimbing kami, agar memenuhi tugas yang telah di tetapkan dan juga agar setiap
mahasiswa dapat terlatih dalam pembuatan makalah. Makalah ini kami susun dengan
menghadapi beberapa halangan, tapi pada akhirnya makalah dapat terselesaikan dengan baik.
Adapun sumber-sumber dalam pembuatan makalah ini, didapatkan dari berbagai buku
dan jurnal yang membahas tentang materi yang berkaitan dan juga melalui media internet.
Kami sebagai penyusun makalah ini, sangat berterima kasih kepada penyedia sumber walau
tidak dapat secara langsung untuk mengucapkannya.
Kami menyadari bahwa setiap manusia memiliki keterbatasan, begitupun dengan kami
yang masih seorang mahasiswa. Dalam pembuatan makalah ini mungkin masih banyak lagi
kekurangan-kekurangan yang di temukan, oleh karena itu kami mengucapkan maaf yang
sebesar-besarnya. Kami mengharapkan ada kritik dan saran dari para pembaca sekalian dan
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.
Padang, 13 Desember 2020
Kelompok 11
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia hidup dalam sebuah komunitas yang mempunyai kebijakan tentang sesuatu
yang mereka miliki bersama, dan komunikasi merupakan satu-satunya jalan untuk
membentuk kebersamaan itu. Komunikasi, seperti kata Robert E Park (1996) adalah
menciptakan atau membuat segala kebimbangan menjadi lebih pasti. Sebuah pengertian
bersama diantara individu - individu sebagai anggota kelompok sosial akan mudah
menghasilkan tidak hanya unit-unit sosial, tetapi juga unit-unit kultural atau kebudayaan
dalam masyarakat.
Dalam kehidupan bermasyarakat terdapat suatu sistem yang menetapkan tata cara
manusia bergaul. Tata cara pergaulan untuk saling menghormati kita kenal dengan sebutan
sopan santun. Tata cara pergaulan bertujuan untuk menjaga kepentingan komunikator dengan
komunikan agar merasa senang, tentram, terlindungi tanpa ada pihak lain yang dirugikan
kepentingannya dan perbuatan yang dilakukan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku
serta tidak bertentangan dengan hak asasi. Secara umum tata cara pergaulan, aturan perilaku,
kebiasaan manusia dalam bermasyarakat dan menentukan nilai baik dan nilai tidak baik
disebut sebagai etika.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari Etika dalam berkomunikasi?
2. Bagaimana budaya terhadap komunikasi?
3. Apa saja aspek budaya dalam proses komunikasi?
4. Bagaimana cara mengatasi kegagalan komunikasi karena faktor budaya?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian etikda dalam berkomunikasi
2. Mengetahui budaya yang terjadi saat komunikasi
3. Mengetahui aspek-aspek budaya dalam proses komunikasi
4. Mengetahui cara mengatasi suatu kegagalan dalam berkomunikasi karena faktor
budaya.
BAB II
PEMABAHASAN
Dalam kehidupan bermasyarakat terdapat suatu sistem yang menetapkan tata cara
manusia bergaul. Tata cara pergaulan untuk saling menghormati kita kenal dengan sebutan
sopan santun. Tata cara pergaulan bertujuan untuk menjaga kepentingan komunikator dengan
komunikan agar merasa senang, tentram, terlindungi tanpa ada pihak lain yang dirugikan
kepentingannya dan perbuatan yang dilakukan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku
serta tidak bertentangan dengan hak asasi.
Secara umum tata cara pergaulan, aturan perilaku, kebiasaan manusia dalam
bermasyarakat dan menentukan nilai baik dan nilai tidak baik disebut sebagai etika. Etika
berasal dari kata ethikus dan dalam bahasa Yunani disebut ethicos yang berarti kebiasaan
norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran baik dan buruk tingkah laku
manusia.
Jadi, etika komunikasi adalah norma, nilai, atau ukuran tingkah laku baik dalam
kegiatan komunikasi di suatu masyarakat. Adapun arti etika dari segi istilah, telah
dikemukakan para ahli dengan ungkapan yang berbeda-beda sesuai dengan sudut
pandangnya, yaitu:
Menurut Ahmad Amin etika adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk,
menerangkan apa yang harus dilakukan manusia, pernyataan tujuan yang harus dituju
oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan
apa yang seharusnya diperbuat.
Menurut Encyclopedia Britanica, etika dinyatakan sebagai filosofi, yaitu studi yang
sitematik mengenai dasar dari konsep-konsep nilai baik, buruk, harus, benar, salah,
dan sebagainya.
Dari definisi etika diatas, dapat diketahui bahwa “etika” berhubungan dengan empat
hal sebagai berikut:
1. Dilihat dari segi objek pembahasannya, etika berupaya membahas perbuatan yang
dilakukan oleh manusia.
2. Dilihat dari segi sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran atau filsafat. Sebagai
hasil pemikiran, maka etika tidak bersifat mutlak, absolute dan tidak pula universal. Ia
terbatas, dapat berubah, memiliki kekurangan, kelebihan, dan sebagainya. Selain itu,
etika juga memanfaatkan berbagai ilmu yang memebahas perilaku manusia seperti
ilmu antropologi, psikologi, sosiologi, ilmu politik, ilmu ekonomi dan sebagainya.
3. Dilihat dari segi fungsinya, etika sebagai berfungsi penilai, penentu dan penetrasi
terhadap sesuatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia, yaitu apakah perbuatan
tersebut akan merugikan, buruk, mulia, terhormat, dan sebagainya.Dengan demikian
etika lebih berperan sebagai konseptor terhadap sejumlah perilaku yang dilaksanakan
oleh manusia. Etika lebih mengacu pada pengkajian sistem nilai-nilai yang ada.
4. Dilihat dari segi sifatnya, etika alam relatif dapat berubah-ubah sesuai dengan
keadaan zaman.
Etika adalah cabang dari aksiologi, yaitu ilmu tentang nilai, yang menitikberatkan
pada pencarian salah dan benar atau dalam pengertian lain tentang moral dan immoral. Tugas
etika, tidak berusaha untuk melihat hal yang baik dan yang dikatakan buruk. Sedangkan
tujuan etika, adalah agar setiap manusia melihat dan menjalankan perilaku, sebab perilaku
yang baik itu bukan saja penting bagi dirinya saja, tapi juga penting bagi orang lain, bagi
masyarakat, bagi bangsa dan Negara, dan yang terpenting bagi Allah swt.
Setelah menjelajahi etimologi kata “etika”, mari kita berusaha menyingkap arti etika
secara lebih konprehensif.
Pertama, secara konprehensif kata“etika” dapat dimaknai dalam arti nilai-nilai dan
norma-norma moral yang menjadi pegangan moral bagi seseorang atau suatu
kelompok dalam pembinaan tingkah lakunya.
Kedua, kata “etika” juga dapat diartikan sebagai kumpulan asas atau nilai moral, yang
sering disebut sebagai kode etik, seperti kode etik periklanan yang dikeluarkan oleh
Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia, kode etik jurnalistik yang berasal dari
berbagai organisasi jurnalis, kode etik kehumasan, kode etik penyiaran dan
sebagainya.
Ketiga, kata “etika” dapat berarti pula sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang hal yang baik dan buruk dalam masyarakat.
Secara umum, menurut A. Sonny Kreaf (1993: 41), etika dapat dibagi menjadi dua
bagian:
1. Etika Umum yang membahas kondisi dasar bagaimana manusia bertindak etis, dalam
mengambil keputusan etis, dan teori etika serta mengacu pada prinsip moral dasar
yang menjadi pegangan dalam bertindak dan tolok ukur atau baru untuk menilai baik
atau buruknya tindakan tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang.
2. Etika Khusus yaitu prinsip-prinsip prinsip dasar dalam bidang khusus, yaitu
bagaimana mengambil keputusan dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari pada
proses dan fungsional dari suatu organisasi. Etika khusus dibagi dua bagian yaitu,
Etika individu menjadi kewajiban dan perilaku manusia terhadap dirinya sendiri.
Etika sosial Berbicara mengenai kewajiban, sikap, dan perilaku sebagai anggota
masyarakat yang berkaitan dengan nilai-nilai sopan santun, tata krama dan saling
menghormati.
B. Budaya dan Komunikasi Antar Pribadi
Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, M.A mungkin merupakan pakar yang paling
meyakini, bahwa komunikasi antarpribadi adalah jenis komunikasi yang paling ampuh dalam
membentuk sikap dan perilaku orang lain. Sehingga fungsi ‘to persuade’ (mempersuasi)
terasa lebih kental dalam komunikasi jenis ini.
Ciri khas lain yang terdapat dalam komunikasi antarpribadi adalah feedback (umpan
balik)-nya terjadi secara langsung, seketika itu juga. Hmm... lantas bagaimana jika lawan
bicara tidak mengatakan apapun. Apakah itu termasuk feedback? Aku jawab “Ya!”. Karena
feedback tidak harus dalam bentuk verbal (kata-kata), tapi juga bisa non-verbal (tanda
isyarat). Seperti mengangguk, tersenyum ataupun mengernyitkan dahi itu juga termasuk
feedback. Hal ini musti kita pahami agar proses komunikasi berjalan efektif.
Selain itu, proses komunikasi ini juga menghendaki terjadinya interaksi timbal balik.
Baik antara komunikator maupun komunikannya. Sehingga pada saat-saat tertentu mereka
akan bertukar peran. Seperti komunikator berbicara - komunikan mendengar, dan komunikan
berbicara – komunikator mendengar.
Contoh: Khairul ingin melamar Humaira dihadapan Bapak dan Ibunya. Khairul
berkata, “Adapun tujuan saya kemari adalah untuk melamar putri Bapak dan Ibu, Humaira”.
Terus si Bapak berkata, “Kalau saya terserah si Ibunya saja”. Kemudian sang Ibu menimpali,
“Kalau Ibu mah gimana Humaira-nya saja”. Lantas, Khairul pun menatap ke arah Humaira
yang menunduk, malu-malu dan pipinya yang memerah. Apakah contoh ini termasuk jenis
komunikasi antarpribadi? Jawabannya adalah “Ya!”. Meskipun Humaira tidak menjawab
secara langsung, namungesture tubuh dan air mukanya menunjukkan bahwa ia menerima
pinangan Khairul. Alhamdulillah! Hahaha.
Contohnya: Tania yang dikurung oleh Tante Sarah, tetap bisa meminta tolong kepada
Eros lewat video call. Walaupun Eros dalam cerita itu berada di tempat yang berbeda
(Sinetron Berkah Cinta).
Menurut beberapa buku yang aku baca, terjadinya proses komunikasi antarpribadi
diukur dari suasana yang tercipta. Jika suasana komunikasi menjadi lebih formal dan kurang
bersifat pribadi, maka dapat dipastikan itu bukanlah komunikasi antarpribadi. Sebaliknya,
sekalipun komunikasi berlangsung dalam konteks lebih besar, seperti: komunikasi kelompok,
komunikasi organisasi, publik hingga media namun didalamnya memuat suasana privat,
maka itu termasuk komunikasi antarpribadi.
Setidaknya antara dua orang yang berbicara itu. Malcolm R. Parks mengatakan,
begitu ukuran kelompok bertambah besar maka komunikasi menjadi lebih formal dan kurang
bersifat pribadi. Contoh: Ketika Mario Teguh bertanya hal-hal yang sifatnya privasi pada
salah seorang hadirinnya, maka itu disebut komunikasi antarpribadi. Setidaknya antara beliau
dan hadirin tersebut (Mario Teguh Golden Ways, sekarang tidak tayang lagi –red).
Sedangkan menurut Miss cerewet, komunikasi antarpribadi terjadi apabila dilihat dari
sudut pandang sebagai berikut:
a. Sifat Pengirimnya
b. Sifat Pesannya
Dalam komunikasi antarpribadi, pesan bersifat pribadi dan cenderung tidak formal
(kaku).
c. Sifat Salurannya
Dalam komunikasi antarpribadi, saluran bisa berlangsung secara tatap muka ataupun
melalui media; gadget, video call,telepon dan sebagainya.
d. Sifat Komunikannya
e. Sifat Feedback-nya
Komunikasi antarpribadi dimulai dari diri kita sendiri, dan bagaimana cara kita
memandang dunia (persepsi). Nah, persepsi itu sangat bergantung pada pengetahuan dan
pengalaman kita.
Contoh: Yuki yang curhat kepada Ibunya, setelah mengalami mimpi buruk dikejar-
kejar harimau di hutan. Curhat Yuki tersebut terjadi karena adanya kedekatan fisik antara
Yuki sebagai anak dengan Ibunya. Monggo dibaca resensinya di blog-ku berjudul “Resensi
Novel: Gita Sendu Sepanjang Malam”. Lagi-lagi promosi, hehehe.
Humaira : Terus?
Humaira : Ga
Khairul : Hufffttt!Kenapa?
Khairul : :(
Tamat.
Contoh: Tania (Kakak) meminta bantuan kepada Dede (adiknya), untuk mencari tahu
masalah keluarga Kak Ratna (Kakak Ipar) dengan Om Danar (abang angkat).
Pesan yang kita sampaikan bersifat irreversible (tidak dapat ditarik kembali). contoh:
Khairul : Adik macam apa kau, pergi tak pamit!
Dari contoh di atas, dapatlah disimpulkan, bahwa apa yang dikatakan Khairul tidak
dapat ditarik kembali. David pun bakal terus mengingat, bahwa si abang pernah marah
padanya, karena pergi tanpa pamit.
Contoh:
Berbicara tentang komunikasi antarpribadi, maka yang dimaksud adalah dua orang
atau lebih orang terlibat dalam komunikasi verbal atau nonverbal secara langsung. Apabila
kita tambahkan dimensi ,perbedaan kebudayaan didalamnya, maka kita berbicara tentang
komunikasi antarbudaya. Maka acapkali dikatakan juga komunikasi antarbudaya merupakan
komunikasi antarpribadi dengan perhatian khusus pada faktor-faktor kebudayaan yang
mempengaruhinya.
1. Mobilitas
Mobilitas masyarakat di seluruh dunia sedang mencapai puncaknya. Perjalanan dari
satu Negara ke Negara yang lain dan dari satu benua ke benua yang lain. Saat ini orang
seringkali mengunjungi budaya-budaya lain untuk mengenal daerah baru dan orang-orang
yang berbeda serta untuk menggali peluang-peluang ekonomis. Hubungan antarpribadi
kita semakin menjadi hubungan antarbudaya.
2. Saling Kebergantungan Ekonomi
Masa kini, kebanyakan Negara secara ekonomis bergantung pada Negara lain. Jika
kehidupan ekonomi bangsa bergantung pada bangsa lain oleh karena itu bergantung pada
kemampuan bangsa ini untuk berkomunikasi secara efektif dengan kultur-kultur yang
berbeda.
3. Teknologi Komunikasi
Meningkat pesatnya teknologi komunikasi telah membawa kultur luar yang
adakalanya asing masuk dalam rumah kita. Misalnya dengan adanya film-film impor
yang biasanya kita lihat kita mampu mengenal adat dan kebiasaan serta riwayat bangsa-
bangsa lain. Dengan melalui telepon kita bisa berhubungan langsung sampai kepelosok
dunia. Teknologi telah membuat komunikasi antarbudaya mudah, praktis, dan tak
terhindarkan.
4. Pola Imigrasi
Di hamper setiap kota besar di dunia kita dapat menjumpai orang-orang dari bangsa
lain. Kita bergaul, bekerja, atau bersekolah dengan orang-orang yang sangat berbeda dari
kita. Pengalaman sehari-hari kita telah menjadi semakin antarbudaya.
5. Kesehjateraan Politik
Kesehjateraan politik saat ini sangat tergantung pada kesehjateraan politik kultur
dengan Negara lain. Misaknya kekacauan politik dibelahan dunia lain afrika selatan,
polandia dan timur tengah. Komunikasi dan saling pengertian antarbudaya saat ini terasa
lebih penting ketimbang sebelumnya.
Ada beberapa faktor pendukung dalam dimensi komunikasi antarbudaya diantaranya sebagai
berikut :
1. Mengabaikan perbedaan antara anda dan kelompok yang secara kultural berbeda.
Hambatan yang paling lazim adalah bilamana kita menganggap bahwa yang
ada hanya kesamaan dan bukan perbedaan. Ini terutama terjadi dalam hal nilai, sikap,
dan kepercayaan. Kita dapat dengan mudah mengakui dan menerima perbedaan tetapi
dalam hal nilai dan kepercayaan dasar kita mengganggap bahwa pada dasarnya
manusia itu sama. Itu tidak benar. Bila kita mengamsusikan persamaan dan
mengabaikan perbedaan, maka kita secara implisit mengkomunikasikan kepada lawan
bicara bahwa cara kitalah yang benar dan cara mereka tidak penting bagi kita.
2. Mengabaikan perbedaan antara kelompok kultural yang berbeda.
Dalam setiap kelompok kultural terdapat perbedaan yang besar dan penting
dan dalam setiap kultur terdapat banyak subkultur yang jauh berbeda satu sama lain
dan berbeda pula dari kultur mayoritasnya.
3. Mengabaikan perbedaan dalam makna (arti).
Dalam komunikasi antarbudaya terdapat prinsip yang menekankan kepada
makna bahwa makna tidak terletak pada kata-kata yang digunakan melainkan pada
orang yang menggunakan kata-kata itu.
4. Melanggar adat istiadat kultural.
Setiap kultur mempunyai aturan komunikasi sendiri-sendiri. Aturan ini
menetapkan mana yang patut dan mana yang tidak patut.
D. Upaya Mengatasi Kegagalan dalam Komunikasiyang Ditimbulkan Faktor Budaya
Berbagai hambatan komunikasi yang terjadi ini, bisa pula diatasi dan diperbaiki.
Untuk bisa mengatasi serta memperbaiki komunikasi yang ada sehingga tercipta komunikasi
yang lebih efektif, maka ada beberapa cara yang bisa dilakukan.
Berikut adalah cara mengatasi hambatan komunikasi menurut Bovee dan Thill, 2002, 22,
sebagai berikut :
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara umum tata cara pergaulan, aturan perilaku, kebiasaan manusia dalam
bermasyarakat dan menentukan nilai baik dan nilai tidak baik disebut sebagai etika. Etika
berasal dari kata ethikus dan dalam bahasa Yunani disebut ethicos yang berarti kebiasaan
norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran baik dan buruk tingkah laku
manusia. Etika komunikasi adalah norma, nilai, atau ukuran tingkah laku baik dalam kegiatan
komunikasi di suatu masyarakat.
Komunikasi antar budaya adalah seni untuk memahami dan dipahami oleh khalayak
yang memiliki kebudayaan lain. (Sitaram, 1970). Komunikasi bersifat budaya apabila terjadi
diantara orang-orang yang berbeda kebudayaan. (Rich, 1974). Komunikasi antarbudaya
adalah komunikasi yang terjadi dalam suatu kondisi yang menunjukan adanya perbedaan
budaya seperti bahasa, nilai-nilai, adat, kebiasaan. (Stewart, 1974).
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini tentunya penulis memiliki kekeliruan yang mungkin
tidak disadari oleh penulis. Maka dari itu, diharapkan kepada seluruh pembaca, jika
menemukan kekeliruan dalam makalah yang kami buat ini, penulis berharap pembaca dapat
memberikan kritik dan saran yang membangun, supaya penulis tidak lagi melakukan
kesalahan yang sama. Dan demi mewujudkan karya-karya yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Dewa Ketut, Sukardi. 1984. Pengantar Teori Konseling. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Harris, T. 1981. SAYA OKE-KAMU OKE. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka.
Corey Gerald. 2005. Teori dan Praktek Konseling dan Psikotrapi. Bandung: Rafika Aditama.
Pertemuan 15
Pengaruh Media Massa/ Media Elektronik dalam Proses Komunikasi Antar Pribadi
A. Dampak Media Komunikasi dalam Kehidupan Sosial
Beberapa dampak nyata dari keberadaan serta perkembangan teknologi komunikasi antara
lain sebagai berikut.
1. Perubahan sistem nilai dan norma
Perubahan tidak dapat luput dari dua sifatnya, konstruktif dan destruktif. Seiring
dengan berkembangnya teknologi serta pemanfaatannya, perubahan sistem dan norma pun
tidak dapat dielakan. Perubahan konstruktif terjadi apabila pemanfaatan teknologi digunakan
untuk hal baik, bersifat profesional dan berintegritas. Artinya, bahwa penggunaan teknologi
telah membawa kehidupan sosial masyarakat ke arah yang lebih baik dan membangun.
Namun cukup disayangkan bahwa kondisi seperti ini sebagian besar hanya terjadi di negara
maju dengan tingkat pemahaman dan pendidikan yang cukup tinggi. Perubahan destruktif
terjadi apabila pemanfaatan teknologi yang memberikan segala kemudahan telah sampai pada
penyalahgunaannya.
2. Menciptakan ketergantungan
Dengan segala kemudahan yang diberikan oleh teknologi, maka masyarakat seolah
dimanjakan oleh ketersediaan segala kebutuhan hidupnya. Masyarakat pengguna teknologi
kian enggan untuk menggunakan alat-alat manual untuk alasan efektivitas dan efisiensi.
Masyarakat semakin sulit melepaskan diri dari serba kecanggihan teknologi dan hal ini akan
terus berlangsung dalam waktu lama dan kian membawa masyarakat pda ketergantungan
pada pemanfaatan teknologi. Sesuatu yang berlangsung lama inilah yang menyebabkan
perubahan kebudayaan pada suatu masyarakat.
3. Menciptakan kolonialisme
Kesenjangan akan selalu ada di muka bumi dan begitupun kesenjangan arus informasi
yang ada. Munculnya teknologi komunikasi menyebabkan arus informasi dari negaramaju ke
negara berkembang adalah tidak seimbang. Ketidakseimbangan ini menyebabkan masyarakat
negara tertentu lebih banyak mengonsumsi informasi dari negara yang rich 45 informations
(maju). Sehingga memungkinkan munculnya kolonialisasi. Kolonialisasi yang dimaksud di
sini bukannya taktik imperialisme dalam penaklukan negara lain melalui akuisisi tanah dan
wilayah, melainkan berupa penjajahan melalui arus informasi.
DAFTAR PUSTAKA
McQuail, Teori Komunikasi Massa Terj. Agus Dharma dan Amiruddin; Jakarta: Erlangga,
1997
Nur Khoiri, 2011, Dampak Perkembangan Teknologi Komunikasi terhadap Kehidupan
Sosial, http://nurkhoirionline.blogspot.com.
Nasrullah, Rulli. Media Sosial Perspektif Komunikasi, Budaya dan Sosioteknologi. Bandung:
Rodakarya,2016