Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan
infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia
akibat infeksi virus HIV. Pengertian AIDS menurut beberapa ahli antara lain :
1. AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang dimana mengalami
penurunan sistem imun yang mendasar(sel T berjumlah 200 atau kurang) dan
memiliki antibodi positif terhadap HIV.(Anwar Hafis,2014)
2. AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir
dari infeksi oleh HIV. (Anwar Hafis,2014) HIV yang dahulu disebut virus
limfotrofik sel T manusia tipe III (HTLV-III) atau virus limfadenapati(LAV),
adalah suatu retrovirus manusia sitopatik dari famili lentivirus. Retrivirus
mengubah asam ribonukleatnya (RNA) menjadi asam deoksirilbonukleat (DNA)
setelah masuk ke dalam sel pejamu. HIV -1 dan HIV -2 adalah lentivirus sitopatik,
dengan HIV-1 menjadi penyebab utama AIDS diseluruh dunia.(Anwar Hafis,2014)
Saat ini, kita dikejutkan dengan kemunculan virus jenis baru yang belum pernah
diidentifikasi sebelumnya pada manusia yaitu Coronavirus Disease (COVID-19).
Coronavirus (CoV )adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai
dari gejala ringan sampai berat. Adasetidaknya dua jenis coronavirus yang
diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti
Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS).
Coronavirus Disease (COVID-19) adalah virus jenis baru yang belum pernah
diidentifikasisebelumnya pada manusia. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan
antara hewan dan manusia).Penelitian menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan
dari kucing luwak (civet cats) ke MERS dari unta ke manusia. Beberapa corona
virus yang dikenal beredar pada hewan namun belum terbukti menginfeksi
manusia. Manifestasi klinis biasanya muncul dalam 2 hari hingga 14hari setelah
paparan. Tanda dan gejala umum infeksi coronavirus antara lain gejala
gangguanpernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Pada kasus yang
berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan
bahkan kematian

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas penulis merusmuskan masalah sebagi berikut : “ HIV-
AIDS Dan Covid-19”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan pembuatan makalah ini
adalah untuk memberikan gambaran pasien dengan HIV-AIDS terpapar
Covid-19.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui Konsep Medis HIV-AIDS
b. Mengetahui Konsep Medis Covid-19
c. Penatalaksanaan HIV-AIDS dan Covid-19
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Medis HIV-AIDS


1. Definisi
HIV adalah sebuah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh
manusia.11AIDS adalah kependekan dari Acquired Immune Deficiency
Syndrome. Acquired berartididapat, bukan keturunan. Immunoterkait dengan
sistem kekebalan tubuh kita. Deficiencyberarti kekurangan. Syndromeatau
sindrom berarti penyakit dengan kumpulan gejala, bukan gejala tertentu. Jadi
AIDS berarti kumpulan gejala akibat kekurangan atau kelemahan sistem
kekebalan tubuh yang dibentuk setelah kita lahir.
AIDS muncul setelah virus (HIV) menyerang sistem kekebalan tubuh
kita selama lima hingga sepuluh tahun atau lebih.11HIV (Human
Immunodeficiency Virus) merupakan virus yang dapat menyebabkanAIDS
dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat
merusak sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS (Acquired Immuno Deficiency
Syndrome) atau kumpulan berbagai gejala penyakit akibat turunnya kekebalan
tubuh individu akibat HIV. Ketika individu sudah tidak lagi memiliki sistem
kekebalan tubuh maka semua penyakit dapat dengan mudah masuk ke dalam
tubuh. Karena sistem kekebalan tubuhnya menjadi sangat lemah, penyakit yang
tadinya tidak berbahaya akan menjadi sangat berbahaya.
Orang yang baru terpapar HIV belum tentu menderita AIDS. Hanya saja
lama kelamaan sistem kekebalan tubuhnya makin lama semakin lemah,
sehingga semua penyakit dapat masuk ke dalam tubuh. Pada tahapan itulah
penderita disebut sudah terkena AIDS.

2. Penyebab HIV-AIDS
Virus masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui perantara darah,
semen, dan sekret vagina. Setelah memasuki tubuh manusia, maka target utama
HIV adalah limfosit CD 4 karena virus mempunyai afinitas terhadap molekul
permukaan CD4. Virus ini akan mengubah informasi genetiknya ke dalam
bentuk yang terintegrasi di dalam informasi genetik dari sel yang diserangnya,
yaitu merubah bentuk RNA (ribonucleic acid) menjadi DNA (deoxyribonucleic
acid) menggunakan enzim reverse transcriptase.DNA pro-virus tersebut
kemudian diintegrasikan ke dalam sel hospes dan selanjutnya diprogramkan
untuk membentuk gen virus. Setiap kali sel yang dimasuki retrovirus membelah
diri, informasi genetik virus juga ikut diturunkan.
Cepat lamanya waktu seseorang yang terinfeksiHIV mengembangkan
AIDS dapat bervariasi antar individu. Dibiarkan tanpa pengobatan, mayoritas
orang yang terinfeksi HIV akan mengembangkan tanda-tandapenyakit terkait
HIV dalam 5-10 tahun, meskipun ini bisa lebih pendek. Waktu antara
mendapatkan HIV dan diagnosis AIDS biasanya antara 10–15 tahun, tetapi
terkadang lebih lama. Terapi antiretroviral (ART) dapat memperlambat
perkembangan penyakit dengan mencegah virus bereplikasi dan oleh karena itu
mengurangi jumlah virus dalam darah orang yang terinfeksi (dikenal sebagai
'viral load').

3. Penularan HIV-AIDS
a. Media Penularan HIV-AIDS
HIV dapat ditularkan melalui pertukaran berbagai cairantubuhdari
individu yang terinfeksi, seperti darah, air susu ibu, air mani dan cairan
vagina. Individu tidak dapat terinfeksi melalui kontak sehari-hari biasa
seperti berciuman, berpelukan, berjabat tangan, atau berbagi benda pribadi,
makanan atau air.
b. Cara Penularan HIV-AIDS
1) Hubungan seksual : hubungan seksual yang tidak aman dengan orang
yang telah terpapar HIV.
2) Transfusi darah : melalui transfusi darah yang tercemar HIV.
3) Penggunaan jarum suntik : penggunaan jarum suntik, tindik, tato, dan
pisau cukur yang dapat menimbulkan luka yang tidak disterilkan secara
bersama-sama dipergunakan dan sebelumnya telah dipakai orang yang
terinfeksi HIV. Cara-cara ini dapat menularkan HIV karena terjadi
kontak darah.
4) Ibu hamil kepada anak yang dikandungnya
- Antenatal : saat bayi masih berada di dalam rahim, melalui plasenta.
- Intranatal : saat proses persalinan, bayi terpapar darah ibu atau
cairan vagina.
- Postnatal : setelah proses persalinan, melalui air susu ibu.
Kenyataannya 25-35% dari semua bayi yang dilahirkan oleh ibu
yang sudah terinfeksi di negara berkembang tertular HIV, dan 90%
bayi dan anak yang tertular HIV tertular dari ibunya.

4. Perilaku berisiko yang menularkan HIV/AIDS


a. Melakukan seks anal atau vaginal tanpa kondom.
b. Memiliki infeksi menular seksual lainnya seperti sifilis, herpes, klamidia,
kencing nanah, dan vaginosis bakterial.
c. Berbagi jarum suntik yang terkontaminasi, alat suntik dan peralatan suntik
lainnya dan solusi obat ketika menyuntikkan narkoba.
d. Menerima suntikan yang tidak aman, transfusi darah, transplantasi jaringan,
prosedur medis yang melibatkan pemotongan atau tindakan yang tidak
steril.
e. Mengalami luka tusuk jarum yang tidak disengaja, termasuk diantara
pekerja kesehatan.
f. Memiliki banyak pasangan seksual atau mempunyai pasangan yang
memiliki banyak pasangan lain.

5. Pencegahan HIV
Lima cara untuk mencegah penularan HIV, dikenal konsep “ABCDE” sebagai
berikut :
A (Abstinence): artinya Absen seks atau tidak melakukan hubungan seks bagi
yang belum menikah.
B (Be faithful): artinya Bersikap saling setia kepada satu pasangan seks (tidak
berganti-ganti pasangan).
C (Condom): artinya Cegah penularan HIV melalui hubungan seksual dengan
menggunakan kondom.
D (Drug No): artinya Dilarang menggunakan narkoba.
E (Education): artinya pemberian Edukasi dan informasi yang benar mengenai
HIV, cara penularan, pencegahan dan pengobatannya.

6. Patofisiologi
Penyakit AIDS disebabkan oleh virus HIV. Masa inkubasi AIDS
diperkirakan antara 10 minggu sampai 10 tahun. Diperkirakan sekitar 50%
orang yang terinfeksi HIV akan menunjukan gejala AIDS dalam 5 tahun
pertama, dan mencapai 70% dalam sepuluh tahun akan mendapat AIDS.
Berbeda dengan virus lain yang menyerang sel target dalam waktu singkat,
virus HIV menyerang sel target dalam jangka waktu lama. Supaya terjadi
infeksi, virus harus masuk ke dalam sel, dalam hal ini sel darah putih yang
disebut limfosit. Materi genetik virus dimasukan ke dalam DNA sel yang
terinfeksi. Di dalam sel, virus berkembang biak dan pada akhirnya
menghancurkan sel serta melepaskan partikel virus yang baru. Partikel virus
yang baru kemudian menginfeksi limfosit lainnya dan menghancurkannya.
(Anwar Hafis,2014)
Virus menempel pada limfosit yang memiliki suatu reseptor protein yang
disebut CD4, yang terdapat di selaput bagian luar. CD4 adalah sebuah marker
atau penanda yang berada di permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama
sel-sel limfosit. Sel-sel yang memiliki reseptor CD4 biasanya disebut sel CD4+
atau limfosit T penolong. Limfosit T penolong berfungsi mengaktifkan dan
mengatur sel-sel lainnya pada sistem kekebalan tubuh (misalnya limfosit B,
makrofag dan limfosit T sitotoksik), yang kesemuanya membantu
menghancurkan sel-sel ganas dan organisme asing. Infeksi HIV menyebabkan
hancurnya limfosit T penolong., sehingga terjadi kelemahan sistem tubuh dalam
melindungi dirinya terhadap infeksi dan kanker. (Anwar Hafis,2014) Seseorang
yang terinfeksi oleh HIV akan kehilangan limfosit T penolong melalui 3 tahap
selama beberapa bulan atau tahun.
Seseorang yang sehat memiliki limfosit CD4 sebanyak 800-1300 sel/mL
darah. Pada beberapa bulan pertama setelah terinfeksi HIV, jumlahnya menurun
sebanyak 40-50%, selama bulan-bulan ini penderita bisa menularkan HIV
kepada orang lain karena banyak partikel virus yang terdapat di dalam darah.
Meskipun tubuh berusaha melaw virus, tetapi tubuh tidak mampu meredakan
infeksi. setelah sekitar 6 bulan, jumlah partikal virus di dalam darah mencapai
kadar yang stabil, yang berlainan pada setiap penderita. Perusakan sel CD4+
dan penularan penyakit pada orang lain terus berlanjut. Kadar partikel virus
yang tinggi dan kadar limfosit CD4+ yang rendah membantu dokter dalam
menentukan orang-orang yang beresiko tinggi menderita AIDS. 1-2 tahun
sebelum terjadinya AIDS, jumlah limfosit CD4+ biasanya menurun drastis. Jika
keduanya mencapai 200 sel/Ml darah, maka penderita menjadi rentan terhadap
infeksi. (Anwar Hafis,2014)
Infeksi HIV juga menyebabkan gangguan pada fungsi limfosit B
(limfosit yang menghasilkan antibodi) dan seringkali menyebabkan Produksi
antibodi yang berlebihan. Antibodi ini terutama ditujukan untuk melawan HIV
dan infeksi yang dialami penderita, tetapi antibodi ini tidak banyak membantu
dalam melawan berbagai infeksi oportunistik pada AIDS. Pada saat yang
bersamaan, penghancuran limfosit CD4+ oleh virus menyebabkan
berkurangnya kemampuan sistem kekebalan tubuh dalam mengenali organisme
dan sasaran baru yang harus diserang. (Anwar Hafis,2014)
Setelah virus HIV masuk ke dalam tubuh dibutuhkan waktu selama 3-6
bulan sebelum titer antibodi terhadap HIV positif . fase ini disebut “periode
jendela” (window period). Setelah itu penyakit seakan berhenti berkembang
selama lebih kurang 1-20 bulan, namun apabila diperiksa titer antibodinya
terhadap HIV tetap positif (fase ini disebut fase laten). Beberapa tahun
kemudian baru timbul gambaran klinik AIDS yang lengkap (merupakan
sindrom/kumpulan gejala). Perjalanan penyakit infeksi HIV sampai menjadi
AIDS membutuhkan waktu sedikitnya 26 bulan, bahkan ada yang lebih dari 10
tahun setelah diketahui HIV positif. (Anwar Hafis,2014)

7. Komplikasi
Adapun komplikasi klien dengan HIV/AIDS. (Anwar Hafis,2014) antara lain :
a. Pneumonia pneumocystis(PCP)
b. Tuberculosis(TBC)
c. Esofagitis
d. Diare
e. Toksoplasmositis
f. Leukoensefalopati multifocal prigesif
g. Sarcoma kaposi
h. Kanker getah bening
i. Kanker leher rahim(pada wanita yang terkena HIV). (Anwar Hafis,2014)

8. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik untuk penderita AIDS. (Anwar Hafis,2014)adalah :
a. Lakukan anamnesis gejala infeksi oportunistik dan kanker yang terkait
dengan AIDS.
b. Telusuri perilaku berisiko yang memungkinkan penularan.
c. Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda infeksi oportunistik dan kanker
terkait.jangan lupa perubahan kelenjar, pemeriksaan mulut, kulit, dan
funduskopi.
d. Dalam pemeriksaan penunjang dicari jumlah limfosit total, antibodi HIV,
dan pemeriksaan rontgen. (Anwar Hafis,2014)
Bila hasil pemeriksaan antibodi positif maka dilakukan pemeriksaan
jumlah CD4, protein purufied derivative (PPD),serologi toksoplasma, serologi
sitomegalovirus, serologi PMS,hepatitis, dan papsmear. Sedangkan pada
pemeriksaan follow up diperiksa jumlah CD4.Bila >500 maka pemeriksaan
diulang tiap 6 bulan. Sedangkan bila jumlahnya 200-500 maka diulang tiap 3-6
bulan, dan bila < 200 diberikan profilaksi pneumonia ( pneumocystis carinii ).
Pemberian profolaksis INH tidak tergantung pada jumlah CD4 .( Anwar Hafis,
2014 )
Perlu juga dilakukan pemeriksaan viral load untuk mengetahui awal
pemberian obat antiretroviral dan memantau hasil pengobatan. (Anwar
Hafis,2014) Bila tidak tersedia peralatan untuk pemeriksaan CD4 (mikroskop
fluoresensis atau flowcytometer) untuk kasus AIDS dapat digunakan rumus
CD4 = (1/3 x jumlah limfosit total)-8. (Anwar Hafis,2014)
B. Konsep Medis COVID-19
1. Definisi Covid-19
Coronavirus Disease (COVID-19) adalah virus jenis baru yang belum
pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Penyakit Corona virus 2019
(COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh sindrom
pernapasan akut coronavirus 2(SARS-CoV-2).Coronavirus atau virus corona
merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan infeksi saluran pernapasan
atas ringan hingga sedang, seperti penyaki tflu. Banyak orang terinfeksi virus
ini, setidaknya satu kali dalam hidupnya. Namun, beberapa jenis virus corona
juga bias menimbulkan penyakit yang lebih serius, seperti:
- Middle East Respiratory Syndrome(MERS-CoV).
- Severe Acute Respiratory Syndrome(SARS-CoV).
- Pneumonia
SARS yang muncul pada November 2002 diTiongkok, menyebar ke
beberapa Negara lain. Mulai dari Hongkong, Vietnam, Singapura, Indonesia,
Malaysia, Inggris, Italia, Swedia, Swiss, Rusia, hingga Amerika Serikat.
Epidemi SARS yang berakhir hingga pertengahan 2003 itu menjangkiti 8.098
orang di berbagai negara. Setidaknya 774 orang mesti kehilangan nyawa akibat
penyakit infeksi saluran pernapasan berat tersebut. Sampai saat ini terdapat
tujuh corona virus (HCoVs) yang telah diidentifikasi, yaitu:
- HCoV-229E.
- HCoV-OC43.
- HCoV-NL63.
- HCoV-HKU1.
- SARS-COV (yang menyebabkan sindrom pernapasan akut).
- MERS-COV (sindrom pernapasan TimurTengah).
- COVID-19 atau dikenal juga dengan Novel Coronavirus (menyebabkan
wabah pneumonia di kota Wuhan, Tiongkok pada Desember 2019, dan
menyebar ke Negara lainnya mulai Januari 2020. Indonesia sendiri
mengumumkan adanya kasus covid19 dari Maret2020.

2. Faktor Resiko Infeksi Corona Virus


Siapa pun dapat terinfeksi virus corona. Akan tetapi, bayi dan anak kecil,
serta orang dengan kekebalan tubuh yang lemah lebih rentan terhadap serangan
virus ini. Selain itu, kondisi musim juga mungkin berpengaruh. Contohnya, di
Amerika Serikat, infeksi virus corona lebih umum terjadi pada musim gugur
dan musim dingin.Di samping itu, seseorang yang tinggal atau berkunjung ke
daerah atau negara yang rawan virus corona, juga berisiko terserang penyakit
ini. Misalnya, berkunjung ke Tiongkok, khususnya kota Wuhan, yang pernah
menjadi wabahCOVID-19 yang bermulai pada Desember2019.

3. Tanda Dan Gejala


Demam adalah gejala yang paling umum, meskipun beberapa orang yang lebih
tua dan mereka yang memiliki masalah kesehatan lainnya mengalami demam di
kemudian hari. Dalam satu penelitian, 44% orang mengalami demam ketika
mereka dating kerumah sakit, sementara89% mengalami demam dibeberapa
titik selama dirawat dirumah sakit. Gejala umum lainnya termasuk batuk,
kehilangan nafsu makan, kelelahan,sesak napas, produksi dahak, dan nyeri otot
dan sendi. Gejala seperti mual, muntah, dan diare telah diamati dalam berbagai
persentase. Gejala yang kurang umum termasuk bersin, pilek, atau sakit
tenggorokan. Beberapa kasus di China awalnya hanya disertai sesak dada dan
jantung berdebar. Penurunan indra penciuman atau gangguan dalam rasa dapat
terjadi. Kehilangan bau adalah gejala yang muncul pada 30% kasus
yangdikonfirmasi di Korea Selatan. Seperti yang umum dengan infeksi, ada
penundaan antara saat seseorang pertama kali terinfeksi dan saat ia mengalami
gejala. Ini disebut masa inkubasi . Masa inkubasi untuk COVID-19 biasanya
lima sampai enam hari tetapi dapat berkisar dari dua hingga 14 hari, meskipun
97,5% orang yang mengalami gejala akan melakukannya dalam 11,5 hari
infeksi.Sebagian kecil kasus tidak mengembangkan gejala yang terlihat pada
titik waktu tertentu. Pembawatan gejala ini cenderung tidak diuji, dan perannya
dalam transmisi belum sepenuhnya diketahui. Namun, bukti awal menunjukkan
bahwa mereka dapat berkontribusi pada penyebaran penyakit. Pada Maret 2020,
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KCDC)melaporkan
bahwa 20% dari kasus yang dikonfirmasi tetap tanpa gejala selama tinggal
dirumah sakit.

4. Penularan
COVID-19 adalah penyakit baru, dan cara penyebarannya di antara
orang-orang sedang diselidiki, termasuk: peran utama tetesan kecil, sejauh
mana dan bagaimana ia dapat ditularkan melalui udara, dan berapa lama tetesan
yang dikeluarkan tetap menular pada permukaan. Penyakit ini menyebar selama
kontak dekat, sering kali oleh tetesan kecil yang dihasilkan selama batuk,
bersin, atau berbicara.Selama kontak dekat, (1 hingga 2 meter, 3 hingga 6 kaki),
orang tertular penyakit ini setelah menghirup tetesan yang terkontaminasi yang
dihembuskan oleh orang yang terinfeksi. Namun,tetesannya relative berat dan
biasanya jatuh ke tanah atau permukaan,dan tidak menular pada jarak yang
jauh. Setelah tetesan jatuh ke lantai atau permukaan, mereka masih dapat
menginfeksi orang lain, jika mereka menyentuh permukaan yang
terkontaminasi dan kemudian mata, hidung atau mulut mereka dengan tangan
yang tidak dicuci.
Pada permukaan, jumlah virus aktif berkurang dari waktu ke waktu
hingga tidak lagi menyebabkan infeksi. Namun,secara eksperimental, virus
dapat bertahan diberbagai permukaan selama beberapa waktu, (misalnya
tembaga atau kardus selama beberapa jam, dan plastic atau baja selama
beberapa hari). Permukaan mudah didekontaminasi dengan desinfektan rumah
tangga yang membunuh virus diluar tubuh manusia atau ditangan. Desinfektan
atau pemutih bukanlah pengobatan untukCOVID-19, dan menyebabkan
masalah kesehatan jika tidak digunakan dengan benar,seperti didalam tubuh
manusia.
Dahak dan air liur membawa sejumlah besar virus. Beberapa prosedur
medis dapat menyebabkan virus ditransmisikan lebih mudah dari biasanya
untuk tetesan kecil seperti itu, yang dikenal sebagai transmisi udara. Virus ini
paling menular selama tiga hari pertama setelah timbulny agejala, meskipun
penyebaran diketahui terjadi hingga dua hari sebelum gejala muncul (penularan
secara asimptomatik) dan pada tahap selanjutnya dari penyakit. Beberapa orang
telah terinfeksi dan pulih tanpa menunjukkan gejala, tetapi ketidakpastian tetap
dalam hal penularan asimptomatik. Meskipun COVID-19 bukan infeksi
menular seksual, dicium, hubungan intim, dan ruteoral feses diduga menularkan
virus Awalnya, virus corona jenis COVID-19 diduga bersumber dari hewan.
Virus corona COVID-19 merupakan virus yang beredar pada beberapa hewan,
termasuk unta, kucing, dan kelelawar. Sebenarnya virus ini jarang sekali
berevolusi dan menginfeksi manusia dan menyebar ke individu lainnya.
Namun, kasus diTiongkok kini menjadi bukti nyata kalau virus ini bias
menyebar dari hewan ke manusia. Bahkan, kini penularannya bias dari manusia
ke manusia.
5. Komplikasi
Pada beberapa orang, penyakit ini dapat berkembang menjadi
pneumonia, kegagalan multi-organ, dan kematian. Manifestasi neurologis
termasuk kejang, stroke, ensefalitis, dan sindrom Guillain-Barré. Komplikasi
yang berhubungan dengan kardiovaskular mungkin termasuk gagal jantung,
aktivitas listrik yang tidak teratur, pembekuan darah,dan peradangan jantung.
Pada beberapa orang, COVID-19 dapat mempengaruhi paru-paru yang
menyebabkan pneumonia .Pada mereka yang paling parah terkena dampaknya,
COVID-19 dapat dengan cepat berkembang menjadi sindrom gangguan
pernapasan akut (ARDS) yang menyebabkan kegagalan pernapasan, syok
septik, atau kegagalan multi-organ. Komplikasi yang terkait dengan COVID-19
termasuk sepsis, pembekuan abnormal, dan kerusakan pada jantung, ginjal, dan
hati. Abnormalitas pembekuan, khususnya peningkatan waktu protrombin, telah
dijelaskan pada 6% dari mereka yang dirawatdirumah sakit dengan COVID-19,
sementara fungsi ginjal abnormal terlihat pada 4% dari kelompok ini. Sekitar
20-30% orang yang hadir denganCOVID-19 menunjukkan peningkatan enzim
hati ( transaminase ). Cedera hati seperti yang ditunjukkan oleh penanda darah
kerusakan hati sering terlihat pada kasus yang parah.

6. Pemberian Obat-obatan
Tak ada perawatan khusus untuk mengatasi infeksi virus corona.
Umumnya pengidap akan pulih dengan sendirinya. Namun, ada beberapa upaya
yang bias dilakukan untuk meredakan gejala infeksi virus corona. Contohnya:
- Minum obat yang dijual bebas untuk mengurangi rasa sakit, demam, dan
batuk. Namun, jangan berikan aspirin pada anak-anak. Selain itu, jangan
berikan obat batuk pada anak dibawah empat tahun.
- Gunakan pelembap ruangan atau mandi air panas untuk membantu
meredakan sakit tenggorokan dan batuk.
- Perbanyak istirahat.
- Perbanyak asupan cairan tubuh.
- Jika merasa khawatir dengan gejala yang dialami, segeralah hubungi
penyedia layanan kesehatan terdekat.
Khusus untuk virus corona yang menyebabkan penyakit serius,seperti
SARS, MERS, atau infeksi COVID-19,penanganannya akan disesuaikan dengan
penyakit yang diidap dan kondisi pasien.
Bila pasien mengidap infeksi novel corona virus, dokter akan merujuk ke
RS Rujukan yang telah ditunjuk oleh Dinkes(Dinas Kesehatan) setempat. Bila
tidak bisa dirujuk karena beberap aalasan, dokter akan melakukan:
- Isolasi
- Serial foto toraks sesuai indikasi.
- Terapi simptomatik.
- Terapi cairan.
- Ventilator mekanik (bila gagal napas)
- Bila ada disertai infeksi bakteri, dapat diberikan antibiotik.

C. Penatalaksanaan

DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2238/3/BAB%20II.pdf

Coronavirus,https://www.halodoc.com/kesehatan/coronavirusHepati
tis,
https://www.alodokter.com/hepatitisPenyakitMenular:MacamJenis,P
enyebab,DampakAkibat,danContoh,jagad.id/penyakit-
menular/Penyakit Virus Corona 2019,
https://translate.googleusercontent.com/translate_c?
client=srp&depth+1&hl+id&nv=1&rurl=translate.google.com&sl=en&
sp=nmt4&tl=id&u=https://en.m.wikipedia.org/wiki/Coronavirus_dise
ase_2019&usg=ALkjrhjQuvcZ3dbZh-RwbBxKOGTf-rM24ARotavirus,
https://www.alodokter.com/rotavirus

Anda mungkin juga menyukai