Anda di halaman 1dari 2

NAMA : ANDI ANITA PURNAMA

NPP : 29.1362
KELAS : J6
NO.ABSEN : 23
Kecerdasan Individu Dan Kolektif Dalam Bingkai Kearifan Lokal Dalam Penanggulangan
Bencana Di Indonesia
Penanggulangan bencana di Indonesia selama ini lebih terarah pada sikap tanggap darurat
sehingga banyak menimbulkan korban jiwa. Selain factor gegrafis yang tidak bisa kita hindari,
masyarakat Indonesia memilik kerentanan yang cukup tinggi. Demografi, keragaman social
budaya,pendidikan dan pengetahuan yang masih rendah, serta kesadaran akan budaya aman yang
rendah. Sehingga paradigma dari tanggap darurat harus diubah menjadi pengurangan risiko
bencana.
Bencana terjadi ketika bahaya dan kerentanan bergabung. Bahaya akan menjadi bencana
apabila masyarakat memiliki kemampuan lebih rendah dibanding bahaya yang datang, atau
kerentanan warga lebih tinggi dari bahaya. Semakin tinggi kerentanan seseorang/komunitas,
semakin besar risiko yang diterima.
Mitigasi bencana meliputi kesipasiagaan dan kewaspadaan. BNPB/BPBD merupakan
Lembaga pemerintah yang dibentuk untuk menanggulangi bencana di tingkat nasional maupun
daerah. Namun sekalipun ada badan tersebut, masyarakat harus tetap diberdayakan, dibekali
pengetahuan untuk menigkatkan kapasitas dalam menanggulangi bencana.
Kearifan lokal suku-suku pedalaman dalam upaya mencegah dan meminimalisir
terjadinya bencana (mitigasi bencana) yang merupakan pengetahuan tradisional yang telah
diturunkan sejak ratusantahun bahkan mungkin ribuan tahun yang lalu. Pengetahuan tersebut
biasanya diperoleh dari pengalaman empiris yang kaya akibat berinteraksi dengan
lingkungannya. Sayangnya,kini berbagai pengetahuan lokal dalam berbagai suku bangsa di
Indonesia banyak yangmengalami erosi atau bahkan punah dan tidak terdokumentasikan dengan
baik sebagai sumber ilmu pengetahuan. Padahal pengetahuan dan kearifan lokal dapat dipadukan
antara empirisme dan rasionalisme sehingga dapat pula digunakan antara lain untuk mitigasi
bencana alam berbasis masyarakat local (Iskandar, 2009).
Pandangan kolektif masyarakat di Kabupaten Maros dalam menyikapi dan melihat gejala
alam angin barubu dengan peralihan musim yang manjadi salah satu tanda awal yang
memungkinkan terjadinya bencana. Kesimpulan masayarakat terhadap pemahaman terhadap
tanda alam ini dengan melihat ada setiap kali terjadi angina barubu akan diawali dengan
degradasi warna pada awan.
Kepercayaan masayarakat terhadap hal tersebut sebagai salah satu upaya dalam menjaga
kearifan lokal yang masih ada. Memastikan hal tersebut terlaksana secara turun temurun akan
menciptakan upaya penanggulangan bencana yang bersifat kearifan local.

Anda mungkin juga menyukai