Anda di halaman 1dari 79

PERANAN KEPALA DESA DALAM PENCAPAIAN

TARGET PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN


DI DESA JATISARI KECAMATAN KARANGPAWITAN
KABUPATEN GARUT

THE ROLE OF THE VILLAGE HEAD IN COMPLYING


WITH THE TARGET LAND AND BUILDING TAXES IN
JATISARI VILLAGE DISTRICT OF KARANGPAWITAN
GARUT REGENCY

SKRIPSI

Untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna memperoleh gelar Sarjana pada Jurusan
Administrasi Negara

Oleh :
Rifki M Noufal
24012115083

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS GARUT
2020
PERANAN KEPALA DESA DALAM PENCAPAIAN
TARGET PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
DI DESA JATISARI KECAMATAN KARANGPAWITAN
KABUPATEN GARUT

THE ROLE OF THE VILLAGE HEAD IN COMPLYING WITH


THE TARGET LAND AND BUILDING TAXES IN JATISARI
VILLAGE DISTRICT OF KARANGPAWITAN GARUT
REGENCY

SKRIPSI

Untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna memperoleh gelar Sarjana pada Jurusan
Administrasi Negara

Oleh:
Rifki M Noufal
24012115083

Disetujui oleh tim pembimbing


pada tanggal seperti tertera dibawah ini
Garut…………………….

Sartibi Bin Hasyim, Drs., M.Si Erna Rustiana, S.Sos., M.Si


Pembimbing I Pembimbing II

Mengetahui,

Abdullah Ramdhani, SE., M.Si Dr. Hj. Ikeu Kania, Dra., M.Si
Dekan Ketua Jurusan
ABSTRAK
Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang tertuang oleh
yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat
prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan. Permasalahan dalam penelitian ini adalah
kurangnya kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak dan adanya kesenjangan
teori dan praktik, disini penulis menggunakan teori yang di paparkan oleh Mustafa
mengenai sosialisasi, yaitu “satu konsep umum yang dimaknakan sebagai proses
dimana kita belajar melalui interaksi dengan orang lain, tentang cara berfikir,
merasakan dan bertindak dimana kesemuanya itu merupakan hal-hal yang sangat
penting dalam menghasilkan partisipasi sosial yang efektif”. Oleh karena itu
penelitian ini memiliki tujuan, yaitu : (1) Untuk mengetahui peranan kepala Desa
dalam pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan di Desa Jatisari Kecamatan
Karangpawitan Kabupaten Garut; (2) Untuk mengetahui hambatan-hambatan
dalam pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan di Desa Jatisari Kecamatan
Karangpawitan Kabupaten Garut; dan (3) Untuk mengetahui pencapaian target
pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan di Desa Jatisari Kecamatan
Karangpawitan Kabupaten Garut. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini
meliputi peran kepala Desa yang meliputi: (1) peran sebagai mobilisator (2) peran
sebagai komunikator; (3) peran sebagai motivator; (4) peran sebagai inovator, (5)
peran sebagai reporting. Selain itu ada beberapa proses agar pemungutan Pajak
Bumi dan Bangunan berjalan lancara, yaitu : (1) sosialisasi; (2) pemberian
penyuluhan kepada wajib pajak; (3) meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak;
(4) memberikan penghargaan. Walaupun berbagai cara telah dilakukan agar
pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan berjalan lancer, akan tetapi selalu ada
hambatan-hambatan yang sering terjadi, yaitu sebagai berikut: (1) adanya
hambatan di dalam penyuluhan’ (2) adanya hambatan di dalam meningkatkan
pelayanan kepada wajib pajak; dan (3) adanya hambatan-hambatan di dalam
menerpakan pemberian penghargaan kepada wajib pajak. Kemudian dari adanya
proses yang dilakukan dalam pemungutan pajak oleh pemerintahan di Desa
Jatisari Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut dari tahun 2018-2020
mengalami penuruan dan kenaikan, walaupun belum mencapai target yang
ditentukan oleh Pemerintah Garut.

Kata Kunci : Kepala Desa, Pajak Bumi dan Bangunan


ABSTRACT
Taxes are contributions to the state (which can be enforced) which are stated by
those who are obliged to pay them according to regulations, without getting back
performance which can be directly appointed and the use is to finance general
expenses related to the state's duty to run the government. The problem in this
research is the lack of awareness of taxpayers in paying taxes and the gaps in
theory and practice, here the author uses the theory described by Mustafa
regardingsocialization, namely "a general concept which is interpreted as a
process where we learn through interaction with others, about a way of thinking,
feeling and acting, all of which are very important in generating effective social
participation”. Therefore, this study has the following objectives: (1) To
determine the role of the village head in the payment of land and building tax in
Jatisari Village, Karangpawitan District, Garut Regency; (2) To determine the
obstacles in the payment of Land and BuildingTax in Jatisari Village,
Karangpawitan District, Garut Regency; and (3) To determine the target
achievement of land and building tax payments in Jatisari Village,
Karangpawitan District, Garut Regency. The results obtained in this study
include the role of the village head which includes: (1) the role as a mobilizer (2)
the role as a communicator; (3) role as a motivator; (4) role as innovator, (5)
role as reporting. In addition, there are several processes to ensure that the
collection of Land andBuilding Tax runs smoothly, namely: (1) socialization; (2)
providing counseling to taxpayers; (3) improve services to taxpayers; (4) give
awards. Although various ways have been done so that the collection of Land and
Building Tax runs smoothly, there are always obstacles that often occur, namely
as follows: (1) there are obstacles in counseling '(2) there are obstacles in
improving services to taxpayers ; and (3) there are obstacles in implementing the
awarding of taxpayers. Then from the processcarried out in tax collection by the
government in Jatisari Village, Karangpawitan District, Garut Regency from
2018-2020 has experienced a decline and increase, even though it has not
reached the target set by the Garut Government.

Keywords: Village Head, Land and Building Tax


KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil‘alamin, dengan segala kerendahan hati, penulis panjatkan


puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas izin, rahmat serta hidayah-Nya,
penulisan skripsi ini dengan judul: “Peranan Kepala Desa dalam Pencapaian
Target Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Di Desa Jatisari Kecamatan
Karanpawitan Kabupaten Garut”.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan sebagai syarat untuk memperoleh gelar
sarjana Seminar Proposal Tesis Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Sosial
dan Politik Universitas Garut.
Penulis menyadari proposal ini masih belum mendekati kesempurnaan,
oleh karena itu penulis sangat mengharapkan koreksi dan saran yang sifatnya
membangun sebagai bahan masukan yang bermanfaat demi perbaikan dan
peningkatan diri dalam bidang ilmu pengetahuan.

Garut, November 2020

Rizki M Noufal
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................ii
ABSTRAK.................................................................................................iii
ABSTRACT................................................................................................iv
KATA PENGANTAR................................................................................v
DAFTAR ISI.............................................................................................vi
DAFTAR TABEL...................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................ix
BAB I PENDAHLUAN..............................................................................1
A. Latar Belakang Masalah............................................................1
B. Fokus Penelitian.........................................................................7
C. Identifikasi Masalah...................................................................8
D. Tujuan Penulisan........................................................................8
E. Kegunaan Penelitian..................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................10
A. Tinjauan tentang Administrasi Negara....................................10
B. Tinjauan tentang Efektivitas....................................................11
C. Tinjauan Umum tentang Kepala Desa.....................................12
D. Tinjauan tentang Pajak.............................................................15
BAB III METODE PENELETIAN........................................................19
A. Metode Penelitian....................................................................19
B. Instrumen Penelitian................................................................20
C. Informan Penelitian..................................................................20
D. Sumber dan Teknik Penelitian.................................................22
E. Teknik Analisis Data................................................................24
F. Pengujian Keabsahan Data......................................................27
G. Lokasi Penelitian dan Jadwal Penelitian..................................29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................30
A. Profil Desa Jatisari...................................................................30
B. Peranan Kepala Desa dalam Pembayaran Pajak Bumi Bangunan
di Desa Jatisari Kecamatan Karangpawitan
Kabupaten Garut......................................................................37
C. Langkah-langkah sebagai Pemungutan Pajak dan Bangunan (PBB)
di Desa Jatisari.........................................................................43

D. Hambatan-hambatan dalam pembayaran Pajak Bumi Bangunan


di Desa Jatisari Kecamatan Karapangpawitan
Kabupaten Garut......................................................................49
E. Pencapaian target pembayaran Pajak Bumi Bangunan di
Desa Jatisari Kecamatan Karangpawitan
Kabupaten Garut......................................................................59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...................................................62
A. Kesimpulan..............................................................................62
B. Saran........................................................................................63
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Realisasi Pajak Bumi dan Bangunan
Desa Jatisari Tahun 2018............................................................3
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian.......................................................................29
Tabel 4.1 Data Wilayah Administratif Desa Jatisari Kecamatan
Karangpawitan Kabupaten Garut..............................................35
Tabel 4.2 Realisasi Pajak Bumi dan Bangunan Desa Jatisari
Tahun 2018................................................................................60
Tabel 4.3 Target Penerimaan PBB Desa Jatisari Kecamatan
Karangpawitan 2019..................................................................61
Tabel 4.4 Target Penerimaan PBB Desa Jatisari Kecamatan
Karangpawitan 2020..................................................................61
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Komponen Analisis Data........................................................27
Gambar 4.1 Struktur Organinasi Kecamatan.............................................36
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang tertuang oleh

yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat

prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan gunanya adalah untuk

membiayai pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk

menyelenggarakan pemerintahan. Menurut Rochmat Soemitro dalam bukunya

Masdiasmoro (2011: 1) sebagai berikut:

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-undang


(yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra Prestasi)
yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum.”

Sedangkan menurut P. J. A. Andriani dalam bukunya Waluyo (2009:2),

pengertian pajak adalah sebagai berikut:

“Pajak adalah iuran masyarakat kepada Negara (yang dipaksakan) yang


terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum
(undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung
dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaranpengeluaran umum berhubung tugas Negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan.”

Dari kedua definisi di atas terdapat persamaan pandangan atau prinsip

mengenaii pajak. Perbedaan mengenai kedua definisi tersebut hanya pada


penggunaan gaya bahasa atau kalimatnya saja. Kedua pendapat tersebut

mempunyai unsur-unsur sebagai berikut:

1) Pajak dipungut berdasarkan Undang-undang.

2) Tidak ada timbal jasa (Kontraprestasi) secara langsung.

3) Dapat dipaksakan.

4) Hasilnya untuk membiayai pembangunan.

Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang dikenakan atas Bumi dan

bangunan. Subjek Pajak dalam PBB adalah orang atau badan yang secara nyata

mempunyai suatu hal atas bumi dan atau memperoleh manfaat atas bumi dan atau

memiliki penguasaan dan atau memperoleh manfaat atas bangunan. Wajib pajak

pbb belum tentu pemilik bumi dan atau bangunan, tetapi dapat pula orang atau

badan yang memanfaatkan Bumi dan atau Bangunan tersebut (Valentina Sri S. –

Aji Suryo, 2006:14-2)

Dilihat dari nilai yang terkandung dalam dasar negara (Pancasila) dengan

tujuan untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, maka

pengelolaan pajak perlu disesuaikan dengan merujuk pada regulasi/peraturan yang

mengatur operasional dari Pajak Bumi dan Bangunan yaitu UU RI Nomor 12

Tahun 1985 yang diubah dengan UU Nomor 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi

dan Bangunan. Mengingat pentingnya manfaat dari pungutan Pajak Bumi dan

Bangunan (PBB) pembiayaan pembangunan sehingga setiap tahap dari realisasi

penarikan pajak ini perlu untuk diperhatikan oleh semua pihak.


Pengelolaan PBB dilakukan oleh perangkat Desa dimasing-masing daerah.

Untuk bisa mencapai target yang sudah ditentukan oleh pemerintah pusat,

perangkat Desa harus memahami apa itu PBB dan prosedur beserta regulasi yang

tercantum dalam UU. Akan tetapi ada sebagian besar masyarakat di Desa Jatisari

yang tidak memenuhi kewajibanya membayar Pajak Bumi dan Bangunan maka

ada hambatan bagi perangkat Desa untuk lebih bisa bekerja dalam membantu

masyarakat terutama dalam pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) .

Hal tersebut terbukti dari hasil observasi yang peneliti lakukan di Desa

Jatisaribahwa masih banyak masyarakat yang kurang paham dalam pembayaran

Pajak Bumi dan Bangunan dikarenakan kurangnya sosialisasi pemerintah Desa

tentang pentingnya membayar Pajak Bumi dan Bangunan. Masih ada tanah yang

pemiliknya berada diluar kota sehingga menyulitkan petugas untuk menagih

pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan. Masih banyaknya masyarakat yang

kurang mampu untuk membayar Pajak Bumi dan Bangunan dikarenakan

minimnya penghasilan, buktiknya hasil pungutan Pajak Bumi dan Bangunan

masih belum mencapai target. Hal ini dapat dilihat dlam tabel 1.1 dibawah ini :

Tabel 1.1
Realisasi Pajak Bumi dan Bangunan Desa Jatisari Tahun 2018

No Nama Kolektor Target Realisasi Persentase Sisa

1 Eneng 25,487,635 18,460,500.00 71% 7,027,135.00

2 Sodikin 18,458,362.00 7,172,261.00 39% 11,286,101.00

3 Jajang Jaelani 18,017,942.00 8,141,936.00 45% 9,876,006.00

Jumlah 61,963,939.00 33,774,697.00 53% 28,189,242.00


Sumber: Desa Jatisari 2018

Sumber data Desa Jatisari Tahun 2018 dan ditunjang dari data yang

berdasarkan ditabel terlihat dari ketiga kolektor hampir semua tidak mencapai

target yang telah ditetapkan. Rata-rata dari semua kolektor 53% hampir

setengahnya belum terbayarkan.

Dari data yang telah dipaparkan diatas, hal itu disebabkan oleh berbagai faktor

sebagai berikut:

1. Sebagian masyarakat yang kurang sadar dalam memenuhi kewajibanya

dalam membayar pajak khususnya Pajak Bumi dan Bangunan, adalah

karena kurangnya sosialisasi dari Desa setempat untuk mememberikan

informasi mengenai pajak.

2. Dikalangan masyarakat terutama di Desa-Desa tidak semua mengerti

tentang pembayaran pajak, maka peranan perangkat Desa sangat penting

untuk bisa mensosialisasikan kepada masyarakat tentang pentingnya

membayar pajak, ada beberapa Desa khusunya Desa Jatisari Kecamatan

Karangpawitan Kabupaten Garut masih kurang mengetahui pembayaran

Pajak Bumi dan Bangunan dikarenakan kurangnya pengetahuan dan

pendapatan dari masyarakat setempat.


3. Tidak adanya sanksi yang tegas bagi wajib pajak yang telat membayar

pajak, hanya teguran saja dari petugas pemungut pajak sehingga tidak ada

efek jera bagi masyarakat itu sendiri.

4. Masalah yang timbul di Desa Jatisari Kecamatan Karangpawitan

Kabupaten Garut, yaitu peranan kolektor atau penagih masih kurang baik

dikarenakan hanya ada satu orang penagih yang ditugaskan untuk

mengumpulkan dana tersebut dan satu orang penagih tersebut usianya

sudah tua jadi sangat menghambat untuk mencapai target yangg sudah di

tentukan.

Hal ini perlu dilakukan agar penarikan pajak dari masyarakat dapat berjalan

dengan lancar agar keinginan pemerintah untuk mencapai target bisa terlaksana,

untuk dapat terlaksananya pembangunan dan penyelenggaraan negara dibutuhkan

suatu kerja sama antara masyarakat dengan pemerintah setempat yaitu Kepala

Desa. Sehingga dari fenomena diatas bahwa peranan dan fungsi Kepala Desa

sangat berperan penting dalam memegang dan mengendalikan kekuasaan

pengelolaan keuangan desa dan mewakili kepemilikan kekayaan milik Desa yang

dipisahkan (Pelaturan Menteri Dalam Negeri No 133 tahun 2014). Kepada Desa

sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan Desa sebagaimana dimaksud

pada UU No 6 tentang desa tahun 2014 ayat (1) memiliki kewenangan serta tugas

dan tanggungjawab pemerintah Desa adalah :

a. Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBD Desa,

b. Menetapkan PTPKD,

c. Menetapkan petugas yang melakukan pemungutan penerimaan Desa,


d. Menyetujui pengeluaran atas kegiatan yang ditetapkan dalam APBD Desa,

dan

e. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban APBD

Desa.

Sedangkan tugas dan tanggung jawab kepala Desa, diantaranya sebagai

berikut:

1. Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1995 serta melaksanakan dan mempertahankan dan

mememlihara keutuhan Negara Kesatuan Republik

mempertanggungjawabkan Indonesa.

2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memelihara ketentraman,

ketertiban masyarakat.

3. Melaksanakan kehidupan demokrasi.

4. Melaksanakan data prinsip pemerintahan Desa yang bersih dan bebas dari

KKN.

5. Menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja pemerintahan Desa.

6. Mentaati dan menegakkan seluruh peraturan perundang-undangan.

7. Melaksanakan adminitrasi pemerintahan Desa yang baik.

8. Melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan

Desa.

9. Melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan Desa.

10. Mendamaikan perselisihan masyarakat di Desa.


11. Mengembangkan pendapatan masyarakat dan Desa.

12. Membina, mengayomi, dan melestarikan nilai-nilai sosial budaya dan adat

istiadat.

13. Memberdayakan masyarakat dan kelembagaan yang ada di Desa.

14. Mengembangkan potensi sumberdaya alam dan melestarikan lingkungan

hidup (Peraturan Undang-Undang Pasal 14 Ayat 1 Tahun 2006).

Dengan adanya UU yang mengatur tentang kepala Desa, maka setidaknya

kepada Desa ada gambaran dan pedoman dalam melaksanakan semua aktivitas

khususnya aktivitas yang berhubungan dengan perpajakan masyarakat di Desa

setempat. Akan tetapi semua itu tidaklah selalu berjalan dengan lancar, karenadi

Desa Jatisari juga masih ada masyarakat sebagai wajib pajak yang tidak

membayar pajak tepat pada waktunya, bersifat acuh tak acuh dengan alasan belum

mendapatkan sosialisasi atau tidak mendapatkan pemberitahuan mengenai batas

waktu pembayaran pajak dari pemerintah setempat, sementara dipihak lain

rendahnya pengetahuaan masyarakat mengenai peraturan perpajakan yang berlaku

sangat berpengaruh terhadap kepatuhan masyarakat dalam membayar Pajak Bumi

dan Bangunan dan hal-hal seperti inilah yang menjadi kendala bagi pemerintah.

Selain itu fungsi dan peran kolektor sangat dibutuhkan dalam memunguti Pajak

Bumi dan Bangunan yang ada di Desa Jatisari Kecamatan Karangpawitan

Kabupaten Garut.

Jika hal ini dibiarkan maka sulit bagi pemerintah baik pusat maupun daerah

mengharapkan tumbuhnya kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi

dan Bangunan. Sehingga dari sanalah peneliti menjadi tertarik untuk meneliti
tentang “Peranan Kepala Desa Dalam Pencapaian Target Pembayaran Pajak

Bumi Bangunan Tahun 2018 Di Desa Jatisari Kecamatan Karangpawitan”.

B. Fokus Penelitian

Sebagaimana pembahasan dalam uraian latar belakang di atas, maka fokus

penelitian masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini dibatasi dalam peranan

perangkat Desa dalam pencapaian target pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan

di Desa Jatisari Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut.

Apa yang menjadi pokus penelitian kepada intisari yang akan dilakukan

dengan cara eksplisit dalam meneliti peranan perangkat Desa dalam pencapaian

target pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan di Desa Jatisari Kecamatan

Karangpawitan Kabupaten Garut.

C. Identifikasi Masalah

Dari permasalahan diatas maka penulis merumuskan identifikasi masalah

penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana peranan kepala Desa dalam pembayaran Pajak Bumi

Bangunan di Desa Jatisari Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut?

2. Apa saja hambatan dalam pembayaran Pajak Bumi Bangunan di Desa

Jatisari Kecamatan Karapangpawitan Kabupaten Garut ?

3. Bagaimana pencapaian target pembayaran Pajak Bumi Bangunan di Desa

Jatisari Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut?


D. Tujuan Penulisan

Sejalan dengan pokok permasalahan yang dijadikan objek penelitian, maka

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui data dan informasi tentang:

1. Peranan kepala Desa dalam pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan di

Desa Jatisari Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut.

2. Hambatan-hambatan dalam pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan di

Desa Jatisari Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut.

3. Pencapaian target pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan di Desa Jatisari

Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut.

E. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah illmu

pengetahuan Ilmu Admininistrasi Negara peranan kepala Desa dalam

pencapaian target pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan di Desa Jatisari

Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut agar pendapatan asli daerah

meningkat.

2. Kegunaan praktis, hasil penelitian di harapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran dan dapat dijadikan bahan masukan terhadap

pemerintah daerah Kabupaten Garut khususnya Kecamatan

Karangpawitan Kabupaten Garut.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Administrasi Negara

Administrasi negara merupakan bagian dari ilmu politik yang mempelajari

penentuan kebijaksanaan negara dalam suatu proses. Oleh sebab itu, sebagai suatu

ilmu yang diperoleh dari kedua pengetahuan ini, administrasi negara menghendaki

dua macam syarat jika hendak dipahami. Pertama, perlu mengetahui mengenai

administrasi umum. Kedua, harus diakui bahwa banyak permasalahan

administrasi negara yang timbul dalam kerangka politik.

Felix dan Llyod (dalam Syafiie, 2011:32) mengemukakan definisi

administrasi negara sebagai berikut:

a. Administrasi Negara adalah suatu kerjasama kelompok dalam lingkungan


pemerintahan.
b. Administrasi Negara meliputi ketiga cabang pemerintahan yaitu eksekutif,
legislative dan yudikatif.
c. Administrasi Negara mempunyai peranan penting dalam perumusan
kebijaksanaan pemerintah dan karenanya merupakan sebagian dari proses
politik.
d. Administrasi Negara sangat erat berkaitan dengan berbagai macam
kelompok dan perorangan dalam menyajikan pelayanan kepada
masyarakat.
e. Administrasi Negara dalam berbagai hal berbeda pada penempatan
pengertian dengan administrasi perseorangan.

Henry (dalam Mulyadi, 2015:34) mendefinisikan administrasi negara sebagai

berikut:

“Administrasi publik adalah suatu kombinasi yang kompleks antara teori dan
praktik dengan tujuan mempromosi pemahaman terhadap pemerintah dalam
hubungannya dengan masyarakat yang diperintah dan juga mendorong
kebijakan publik agar lebih responsif terhadap kebutuhan sosial. Administrasi
publik berusaha melembagakan praktik-praktik manajemen agar sesuai dengan
nilai efektifitas dan efisiensi.”

Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa

administrasi negara adalah proses kerjasama dari seluruh aparatur negara

berdasarkan garis-garis besar yang telah disepakati bersama untuk kepentingan

dan tujuan negara.

B. Tinjauan Tentang Efektivitas

Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang

telah ditentukan didalam setiap organisasi, kegiatan ataupun program. Disebut

efektif apabila tercapai tujuan ataupun sasaran seperti yang telah ditentukan. Hal

ini sesuai dengan pendapat Emerson yang dikutip Handayaningrat (2012:16) yang

menyatakan bahwa:

“Efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah


ditentukan sebelumnya. Jelaslah bila sasaran atau tujuan yang telah tercapai
sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya adalah efektif. Jadi kalau tujuan
atau sasaran itu tidak selesai sesuai dengan waktu yang ditentukan, pekerjaan
itu tidak efektif”.

Pengukuran efektivitas kerja pada dasarnya adalah target kerja dan waktu.

Apabila pekerjaan selesai tetap pada waktunya dan sesuai target maka kerjaan itu

efektif. Sebaliknya apabila pekerjaan tidak sesuai dengan target dan tidak tepat

waktu maka pekerjaan itu tidak efektif. Hal ini sejalan dengan pendapat Siagian

(dalam Ibrahim, 2010:175) memberikan pengertian tentang efektivitas bahwa

efektifitas berkaitan dengan pelaksanaan suatu pekerjaan, yaitu penyelesaian


pekerjaan tepat pada waktu yang telah ditetapkan. Artinya apakah pelaksanaan

suatu tugas dinilai baik atau tidak, terutama menjawab pertanyaan bagaimana cara

melaksanakannya, dan beberapa biaya yang dikeluarkan untuk itu.

Adapun efektivitas menurut pendapat Sedayamaryanti (2011:97) adalah

sebagai berikut:

“Efektivitas kerja berkaitan dengan pencapaian untuk kerja maksimal dalam


arti pencapaian untuk kerja yang maksimal dalam arti pencapaian tarhet yang
berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu”.

C. Tinjauan Umum Mengenai Kepala Desa

Kepala Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan

untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan

asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintah

Nasional dan berada di Daerah Kabupaten.

Menurut Suriakusumah dan Prayoga Bestari (2009:260) mengatakan bahwa

pengertian Kepala Desa sebagai berikut:

“Kepala Desa adalah Kepala Pemerintahan Desa. Tugas Kepala Desa


mempunyai tugas pokok memimpin dan mengkordinasikan Pemerintah Desa
dalam melaksanakan sebagian urusan rumah tangga Desa, urusan pemerintah
umum, pembinaan dan pembangunan masyarakat serta menjalankan tugas
pembantuan dari pemerintah atasnya.”

Dalam menyelenggarakan pemerintahan Desa, Kepala Desa bersamasama

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dibantu oleh perangkat Desa. Untuk

kelancaran penyelenggarakan pemerintah secara berdaya guna dan berhasil guna

sesuai tujuan pembangunan Desa, maka diperlukan kemampuan, kecerdasan,

keterampilan disamping persyaratan lain secara administratif.


Selanjutnya Kepala Desa merupakan pimpinan penyelenggaraan pemerintah

Desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama badan permusyawaratan

Desa (BPD). Masa jabatan kepala Desa adalah 6 tahun, dan dapat diperpanjang

lagi untuk satu kali masa jabatan. Menurut Ade Engkus Kusnadi (2007:44)

mengatakan:

“Kepala Desa juga memiliki wewenang menetapkan peraturan Desa yang


telah mendapat persetujuan bersama BPD. Kepala Desa dipilih langsung
melalui pemilihan kepala Desa (PILKADES) oleh penduduk Desa setempat”.

Dalam Pasal 202 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

Daerah, disebutkan bahwa Pemerintah Desa terdiri atas kepala Desa dan

perangkat Desa. Kepala Desa sebagaimana yang dimaksud (Pasal 202 Ayat 1)

dipilih langsung oleh dan dari penduduk Desa warga Negara republik Indonesia

yang syarat selanjutnya dan tata cara pemiliha diatur dengan perda yang

berpedoman kepada peraturan pemerintah.

Dari berbagai pendapat diatas, dapat dikatakan bahwa konsep Kepala Desa

dapat dikatakan sebagai unsur kepala dari organisasi Pemerintah Desa, sekaligus

juga merupakan seorang pemimpin yang melaksanakan fungsi kepemimpinan.

Sebagai unsur kepala, seorang Kepala Desa selalu ada dan melekat pada

organisasi yang dikepalainya, sedangkan sebagai seorang pemimpin seorang

Kepala Desa melaksanakan fungsi kepemimpinannya.

1. Tugas Kepala Desa

Kepala Desa sebagai penyelenggara Pemerintah Desa memiliki tugas dan

kewajiban antara lain:


a. Menyelenggarakan pemerintahan Desa

b. Membina Kehidupan masyarakat Desa.

c. Membina perekonomian Desa.

d. Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat.

e. Mendamaikan perselisihan masyarakat Desa.

f. Mewakili Desanya didalam dan diluar pengadilan dan dapat menunjuk

kuasa hukumnya.

Jika dilihat dari tugas dan fungsinya Kepala Desa mempunyai peranan yang

sangat menentukan dalam menggerakan, mendorong dan mengawasi program-

program pembangunan yang melibatkan masyarakat. Untuk menumbuhkan

partisipasi masyarakat dituntut kemampuan dan keterbukaan dari Kepala Desa

dalam setiap pembuatan maupun pelaksanaan pembangunan.

Melihat tugas dan peranan yang diemban oleh Kepala Desa maka diperlukan

kemampuan di berbagai bidang. Hal ini sejalan dengan pendapat Saparin (1986:3)

mengatakan, “Setiap pemimpin harus memiliki beberapa kemampuan yaitu

persepsi sosial, kemampuan berfikir abstrack dan keseimbangan sosial”.

Menurut PP No. 72 tahun 2005 tentang Desa, Kepala Desa memiliki tugas dan

wewenang sebagai berikut:

a. Memimpin penyelengaraan Pemerintahan Desa berdasarkan kebijakan

yang ditetapkan bersama BPD.

b. Mengajukan rancangan Peraturan Desa .

c. Menetapkan Peraturan Desa yang telah mendapat persetujuan bersama

(BPD).
d. Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan Desa mengenai Anggaran

Pendapat dan Belanja Desa (APD Desa) untuk dibahas dan ditetapkan

bersama BPD.

e. Membina kehidupan masyarakat Desa.

f. Membina perekonomian Desa.

g. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

D. Tinjauan Tentang Pajak

Pajak merupakan iuran yang diberikan oleh masyarakat kepada negara dan

merupakan hal yang dipaksakan menurut peraturan-peraturan serta akan

digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum yang nantinya

berfungsi untuk penyelenggaraan negara. Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan

didasarkan pada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan

Bangunan yang kini telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994.

Pajak merupakan peralihan kekayaan dari masyarakat kepada pemerintah,

yang digunakan untuk membiayai pengeluaran negara dengan tidak mendapatkan

kontraprestasi yang langsung. Hukum pajak bersifat imperatif, yakni

pelaksanaannya tidak dapat ditunda. Jika mengajuan keberatan sebelum ada

keputusan dari direktur Jenderal Pajak bahwa keberatan tersebut diterima, maka

wajib pajak yang mengajukan keberatan terlebih dahulu membayar pajak, sesuai

dengan yang telah ditetapkan.

Banyak para ahli telah mendefinisikan pengertian pajak dilihat dari berbagai

sudut pandang para berbagai definisi tersebut, walaupun dilihat dari sudut
pandang yang berbeda. Ada ahli yang memberikan definisi dari sudut pandang

ilmu hukum, tata negara, ekonomi dan bisnis. Berikut beberapa definisi tentang

pajak.

Menurut Rahmat Soemitru, dalam bukunya Dasar-Dasar Hukum Pajak dan

Pajak Pendapatan; Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan

undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa imbal

(kontraprestasi), yang langsung dapat di tunjukan dan dapat digunakan untuk

membayar pengeluaran umum. Rochmat Soemitro dalam bukunya Masdiasmoro

(2011:1) menyatakan bahwa:

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-undang


(yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra Prestasi)
yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum.”

P.J.A. Adriani mendefinisikan pajak sebagai pungutan yang oleh penguasa

digunakan untuk memperoleh uang dengan paksaan yuridis, guna membiayai

pengeluaran negara terhadap mana tidak dapat ditunjuk adanya suatu jasa timbal

(R. Santoso Brotodihardjo, 1993:2). Pandangan Seligman menjelaskan pajak

adalah suatu sumbangan paksaan dari perorangan kepada pemerintah untuk

membiayai pengeluaran yang bertalian dengan kepentingan orang banyak (umum)

tanpa dapat ditunjukkan adanya keuntungan khusus terhadapnya (Santoso

Brotodihardjo, 2010:3).

1. Jenis Pajak

Siti Kurnia Rahayu (2010:45-46), ditinjau dari segi Lembaga Pemungutan

pajak dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu:


1) Pajak Negara
a) Pajak penghasilan
b) Pajak pertambahan nilai Barang dan Jasa dan pajak penjualan atas
Barang Mewah.
c) Pajak Bumi dan Bangunan.
d) Pajak Bea Materai
e) Pajak Bea perolehan Ha katas Tanah dan Bangunan
f) Penerimaan Negara yang berasal dari Migas (Pajak dan Royalty)
2) Pajak Daerah
a) Pajak Daerah tingkat I (Provonsi)
(1) Pajak Kendaraan bermotor dan kendaraan diatas air
(2) Bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan diatas air
(3) Pajak bahan bakar motor
(4) Pajak pengambilan dan pemanfaatan air dibawah tanah dan air
permukaan
b) Pajak Daerah tingkat II
(1) Pajak hotel dan restoran
(2) Pajak hiburan
(3) Pajak reklame
(4) Pajak penerangan jalan
(5) Pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian golongan C
(6) Pajak parker

Berdasarkan pada jenis-jenis pajak yang telah disebutkan di atas,

dapat disimpulkan, bahwa pajak dibagi menjadi dua jenis. Pajak Negara dan

Pajak Daerah. Bisa dilihat bahwa PBB termasuk ke dalam jenis Pajak Negara.

2. Bumi dan Bangunan

Bumi dan Bangunan memberikan keuntungan dari kedudukan sosial

ekonomi yang lebih baik bagi orang atau badan yang mempunyai suatu hak

atasnya atau memperoleh dari padanya, dan oleh karena itu wajar apabila

mereka diwajibkan memberikan sebagian dari manfaat yang diperoleh kepada

negara melalui pajak.


Sistem perpajakan yang berlaku selama ini, khususnya pajak kebendaan

dan pajak kekayaan, telah menimbulkan beban pajak berganda bagi

masyarakat dan oleh karena itu perlu di akhiri melalui pembaharuan sistem

perpajakan yang sederhana, mudah, adil, dan memberikan kepastian hukum.

Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang bersifat kebendaan dan

besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah

dan/bangunan. Keadaan subjek (siapa yang membayar) tidak ikut menentukan

besar pajak (Erly Suandy, 2005:61).

Jadi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) merupakan pajak yang di kenakan

kepemilikan, penyesuaian dan pemanfaatan atas bumi dan bangunan. Jadi jika

ada seseorang yang mengaitkan buku kepemilikan tanah dengan

pemberitahuan objek pajak (SPOP) atau surat pemberitahuan pajak tentang

Pajak Bumi dan Bangunan (SPPT PBB). Jelas kurang tepat. Karena PBB

bukan bukti hukum kepemilikan, hanya kewajiban pajak tanah dan bangunan

bagi siapapun yang menempati per 1 januari.

3. Dasar Hukum Pajak Bumi dan Bangunan

Seperti yang telah dikemukakan pada sejarah PBB tentang Kodifikasi

aturan-aturan tentang sewa tanah atau PBB maka “Dasar Hukum Pajak Bumi

dan Bangunan (PBB) adalah undang-undang No. 12 Tahun 1985 sebagaimana

telah diubah dengan undang-undang No.12tahun 1994” (Mardiasmo,

2016:381).
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan

pendekatan kualitatif yang mana tujuannya dapat mengungkapkan secara

komprehensif dan mengetahui fenomena-fenomena di lapangan. Menurut

Moleong (2011:6) bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud

untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh objek penelitian

misalnya perilaku, persepsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu

konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode

alamiah.

Sedangkan menurut Sugiono (2011:9) metode penelitian kualitatif adalah

metode yang berdasarkan pada filsafat posptpositivisme, sedangkan untuk

meneliti pada objek alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci,

teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara triangulasi (gabungan). Analisis

data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna

daripada generalisasi. Kemudian mengumpulkan data dan informasi yang spesifik

bagaimana partisipasi masyarakat dalam pencapaian target pembayaran Pajak

Bumi dan Bangunan di Desa Jatisari Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut.


B. Instrumen Penelitian

Penelitian tentang partisipasi masyarakat dalam pencapaian target pembayaran

Pajak Bumi dan Bangunan di Desa Jatisari kecamatan Karangpawitan dalam

penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu

sendiri. Sebab peneliti itu sendiri yang menjadi alat penelitian yang terjun

langsung ke lapangan.

Peneliti merupakan alat pengumpul data utama, selanjutnya setelah fokus

penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan instrumen penelitian ini akan

berkembang sesuai dengan apa yang diharapkan sehingga dapat melengkapi data

dan dapat membandingkanya dengan data yang telah ditemukan dilapangan

melalui observasi dan wawancara. Peneliti akan terjun ke lapangan sendiri secara

langsung, mengumpulkan data, menganalisis dan membuat kesimpulan karena

peneliti sebagai alat penelitian.

C. Informan Penelitian

Informan pada penelitian ini adalah informan yang memahami tentang objek

penelitian. Informan yang dipilih harus memiliki kriteria supaya informasi yang

diperoleh dapat bermanfaat bagi penelitian yang dilakukan. Informan yang akan di

wawancarai adalah orang yang benar-benar memiliki pengetahuan serta

pengalaman yang terlibat langsung pada sautu aktivitas tertentu (Wawan,

2020:91). Dengan adanya pemilihan informan diharapkan mendapatkan berbagai


data-data serta informasi-informasi yang dibutuhkan terkait pencapaian target

pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan di Desa Jatisari Kecamatan

Karangpawitan Kabupaten Garut.

Informan penelitian ini diharapakan pada orang yang memberikan data dan

informasi yang relevan dengan masalah penelitian, oleh karena informan

merupakan narasumber atau sumber data primer yang sangat dibutuhkan dalam

penelitian. Adapun yang menjadi informan sebagai berikut:

a. Kepala Desa Jati sari. Dalam hal ini Kepala seksi Penerimaan pajak yang

menjadi informan kunci (key informan).

b. Kadus Desa Jatisari yang terlibat secara langsung dalam pelaksanaan

pencapaian target pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan di Desa Jatisari

kecamatan Karangpawitan yang diteliti.

c. Masyarakat Desa Jatisari Kecamatan Karangpawitan sebanyak 3 orang

yang dapat memberikan infromasi baik terlibat secara langsung dalam

merasakan dampak-dampak yang diteliti. Dalam hal ini masyarakat

merupakan infroman selaku objek dalam pencapaian target pembayaran

Pajak Bumi dan Bangunan di Desa Jatisari kecamatan Karangpawitan.

d. Orang yang termasuk wajib pajak sebanyak 5 orang.

Berdasarkan uraian di atas, maka informan ditentukan dengan teknik bola

salju (snow ball sampling)yaitu teknik pengambilan sumber data yang mulanya

sedikit kemudian lama-lama menjadi besar dengan teknik tersebut maka sumber

data akan bertambah, hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan deskripsi

informasi yang lebih luas, tidak menutup kemungkinan jika peneliti membutuhkan
atau menemukan informan sebagai sumber data yang dapat memberikan informasi

sesuai yang dibutuhkan oleh peneliti terkait dengan masalah penelitian.. Informan

pada penelitian ini adalah yang telah mewakili dan disesuaikan dengan

peranannya mengetahui partisipasi masyarakat dalam pencapaian target

pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan di Desa Jatisari kecamatan

Karangpawitan.

D. Sumber dan Teknik Penelitian

Data yang dikumpulkan merupakan data dan informasi yang sesuai dengan

pokok permasalahan yang berkaitan pemberdayaan masyarakat bambu kreatif.

Akan tetapi, untuk kelengkapan dan kebutuhan dari masalah yang diteliti maka

akan dikumpulkan pula data pelengkap yang berguna untuk melengkapi data

pokok. Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai

berikut:

a. Data Primer

Adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber

aslinya atau data objektif di lapangan, yang terdiri dari

a) Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

pengamatan secara langsung untuk mengamati perilaku individu

maupun aktivitas atau mencatat fenomena dilokasi penelitian.

Observasi yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan melakukan

pengamatan secara langsung kelapangan.


b) Wawancara

Dalam penelitian ini dilakukan wawancara yang sifatnya mendalam,

peneliti menyiapkan daftar wawancara atau pedoman wawancara yang

telah dibuat sebelumnya dengan pertanyaan-pertanyaan yang terbuka,

sehingga informasi yang digali dan diperoleh tidak akan keluar dari

konteks yang dibahas atau ada batasannya. Wawancara ini dilengkapi

dengan alat bantu seperti catatan kecil dan alat perekam (tape

recorder).

c) Dokumentasi

Dokumentasi dapat berupa tulisan, gambar maupun karya. Foto dan

vidio dapat menghasilkan data deskriptif yang penting, studi dokumen

merupakan pelengkap dari pengguna metode observasi dan wawancara

dalam penelitian kualitatif. Peneliti mencari data melalui dokumen-

dokumen penting, catatan harian, peraturan, kebijakan dan sebagainya

yaitu dengan cara menganalisis dan mengkaji data-data secara

mendalam mengenai partisipasi masyarakat dalam pencapaian target

pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan di Desa Jatisari Kecamatan

Karangpawitan.

b. Data sekunder

Adalah sumber data penelitian yang diperoleh dalam bentuk media

perantara yang tersedia di lapangan, seperti bukti catatan atau laporan historis
yang telah disusun dalam arsip (data dokumenter). Data tersebut seperti

catatan formal mengenai data taman maupun data lainnya yang bersumber dari

arsip di tempat penelitian.

E. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan

menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan

dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Dengan pengamatan yang

terus menerus tersebut mengakibatkan variasi data tinggi sekali.

Analisis data menurut Bogdan (dalam Sugiyono, 2013: 244) adalah proses

mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah

dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Data dianalisis

dengan cara mengatur, mengurutkan, mengelompokan, memberikan kode dan

mengkategorikan suatu data. Penelitian kualitatif, analisis data terdiri dari tiga

tahapan yaitu:

a. Reduksi Data (Data Reduction)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, maka perlu

dicatat secara teliti dan rinci. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data

melalui reduksi data. Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.

Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang
lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.

Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti komputer

mini, dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu.Peneliti

mengumpulkan data-data faktual mengenai partisipasi masyarakat dalam

pencapaian target pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan di Desa Jatisari

kecamatan Karangpawitan kemudian membuang data-data dan informasi yang

tidak sesuai dan tidak berhubungan partisipasi masyarakat dalam pencapaian

target pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan di Desa Jatisari kecamatan

Karangpawitan.

b. Penyajian Data (Data Display)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan

data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.

Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian

kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan

data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,

merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

Peneliti menyaring data-data yang dianggap penting tentang evaluasi

program amazing garut untuk diolah lebih sistematis sehingga dapat dianalisis

langsung pada pokok permasalahan, data-data tersebut hasil dari proses

obeservasi di lapangan serta wawancara dengan para informan mengenai


partisipasi masyarakat dalam pencapaian target pembayaran Pajak Bumi dan

Bangunan di Desa Jatisari kecamatan Karangpawitan.

c. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/Verification)

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan

Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang

dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan

bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap awal, di dukung oleh

bukti-bukti yang valid dan konsisten.

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat

menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga

tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah

dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang

setelah penelitian berada di lapangan.

Data yang telah direduksi dan di sajikan oleh peneliti maka tahap

selanjutnya yaitu data mengenai partisipasi masyarakat dalam pencapaian

target pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan di Desa Jatisari Kecamatan

Karangpawitan yang akan diverifikasi berdasarkan data-data yang faktual dan

analisa peneliti dilapangan untuk ditarik kesimpulan.

Untuk lebih jelasnya proses analisa data dapat dilihat dari gambar di

bawah ini:
Data Collection Data Display

Data Reduction

Conclusion
Drawingverifyng

Gambar 3.1
Komponen Analisis Data (Interactive Model )
Sugiyono (2017247)

F. Pengujian Keabsahan Data

Sugiyono (2017: 270) pengujian keabsahan data, metode penelitian kualitatif

menggunakan istilah yang berbeda dengan penelitian kuantitaitif yaitu meliputi

uji, credibility (validitas interval), transferability (validitas eksternal),

dependability (rehabilitas) dan confirmability (obyektivitas).

Disini untuk menguji keabsahan data peneliti menggunakan uji kredibilitas

yang terdiri dari:


a. Perpanjangan Pengamatan

Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan,

melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah

ditemui maupun yang baru. Dengan perpanjangan ini berarti hubungan

peneliti dengan narasumber akan semakin terbentuk rapport, semakin akrab

(tidak ada jarak lagi), semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak

ada informasi yang disembunyikan lagi. Bila telah terbentuk raport, maka

telah terjadi kewajaran dalam penelitian, di mana kehadiaran peneliti tidak lagi

mengganggu perilaku yang dipelajari.

b. Meningkatkan Ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih

cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan

urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Selain itu,

peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang didapatkan

itu benar atau salah, cukup atau masih kurang.

c. Menggunakan Bahan Referensi

Yang dimaksud dengan bahan referensi di sini adalah adanya pendukung

untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai contoh,

data hasil wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara.

Data tentang interaksi manusia, atau gambaran suatu keadaan perlu didukung

oleh foto-foto.
G. Lokasi Penelitian dan Jadwal Penelitian
1. Lokasi Penelitian

Lokasi tempat berlangsungnya penelitian ini adalah di Kecamatan

Karangpawitan Kabupaten Garut, dengan objek partisipasi masyarakat dalam

pencapaian target pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan di Desa Jatisari

Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut.

2. Jadwal Penelitian

Adapun lamanya penelitian diperkirakan selama 6 bulan dari Maret 2020

sampai Agustus 2020 yang waktu tersebut peneliti lakukan mulai dari

persiapan sampai selesai sebagaimana jadwal penelitian ini tercantum dalam

tabel sebagai berikut:

Tabel 3.1
Jadwal Penelitian

Bulan/2020-2021
No Pelaksanaan
Agst Sep Okt Nov Des Feb
1 Persiapan Penelitian
2 Penyusunan Usulan
Penelitian
3 Seminar Usulan
Penelitian
4 Pelaksanaan Penelitian
5 Penyusunan skripsi dan
konsultasi
6 Sidang Skripsi

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Desa Jatisari

1. Gambaran Umum Desa Jatisari

Desa Jatisari adalah satu dari 20 Desa yang ada di Kecamatan

Karangpawitan yang berjarak 9 km dari Pemerintahan Kabupaten Garut

dan terletak pada 700 mdpl Ketinggian tanah dari permukaan laut dengan

curah hujan tercatat setiap tahun 120 mm dan rata-rata temperatur suhu

harian 21.

Adapun iklim di Kecamatan Tarogong Kaler sebagaimana seperti

daerah lain di Indonesia yang termasuk ke dalam wilayah tropis

mempunyai iklim kemarau dan penghujan yang memberikan pengaruh

langsung terhadap pertumbuhan tanaman dan kelangsungan hidup

binatang ternak. Selain itu, kondisi geografis Desa Jatisari yang lahan

pertaniannya masih cukup produktif.

Adapun batas-batas sebagai berikut:

- Sebelah Utara : Desa Mekarsari


- Sebelah Selatan : Jl. Raya Karangpawitan / Desa.

Sindanggalih dan Desa Godog.

- Sebelah Barat : Kelurahan karangmulya dan Desa

Mekarsari

- Sebelah Timur : Desa Sindanglaya

2. Visi dan Misi Desa Jatisari Kecamatan Karangpawitan Kabupaten

Garut

a. Visi

Berdasarkan kondisi saat ini dan tantangan yang akan dihadapi dalam

6 (enam) tahun mendatang serta dengan mempertimbangkan modal yang

dimiliki, maka visi pembangunan Desa Jatisari tahun 2015-2021 adalah

Terwujudnya Desa Jatisari yang “RELIGIUS, SEJAHTERA, NYUNDA,

dan MANDIRI”. Visi tersebut dapat diringkas Nilai-nilai Agama, Subur

Makmur Gemah Ripah Repeh Rapih, Bru Dijuru Bro Dipanto, Ngalayah

Di Tengah Imah, Maju Dalam Segala Bidang, tidak tergantung pada orang

lain, serta selalu didasari oleh Budaya Sunda”.

b. Misi

a) Menciptakan kondisi lingkungan yang kondusif dan agamis,

ditunjang oleh tersedianya sarana peribadatan dan sumberdaya

manusia yang kompeten.

b) Membangun pola hidup sehat melalui pemberdayaan Kader

Kesehatan dan Optimalisasi “DESA SIAGA MUTIARA JAYA”.


c) Menyelenggarakan pemerintahan yang transparan, akuntabilitas,

partisipatif dan responsip.

d) Membangun sarana dan prasarana yang berbasis pada ekonomi

pertanian yang produktif, infrastruktur peDesaan, dalam upaya

peningkatan indeks daya beli masyarakat, serta peningkatan

sumber daya masyarakat Desa yang berkualitas melalui “Program

Desa Pendidikan” yang berwawasan ilmu pengetahuan dan

teknologi serta berwawasan global.

3. Keadaan Demografi

Secara administratif, Desa Jatisari membawahi 13 RW dan 39 RT.

Desa Jatisari merupakan Desa yang memiliki jumlah penduduk sebanyak

5.854 jiwa dan 1770 Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk laki-laki

sebanyak 2983 jiwa serta jumlah penduduk perempuan sebanyak 2871

jiwa.

4. Kondisi Masyarakat

Desa Jatisari yang resmi ditandai dengan kondisi lingkungan kehidupan

sosial yang makin dijiwai oleh keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang

Maha Esa sesuai dengan keyakinan masyarakat yang diakui dalam sistem

keagamaan nasional, kondisi ideal kehidupan agamis ditunjukan dari:

a) Meningkatnya jatidiri dan karakter masyarakat yang makin beriman

dan bertaqwa.
b) Menguatnya kemitraan dan tanggungjawab dalam pembangunan

pendidikan keagamaan serta sarana dan prasarana keagamaan di Desa

Jatisari.

c) Menguatnya kesalehan sosial masyarakat dan aparatur pemerintah

Desa serta memperkokoh silaturahmi antar dan inter umat beragama

untuk menguatkan pengalaman agama dalam kehidupan berkeluarga,

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Desa Jatisari yang sejahtera ditandai dengan kondisi kehidupan

masyarakat Desa Jatisari yang memenuhi standar kelayakan dalam pemenuhan

kebutuhan di bidang pendidikan, kesehatan, dan bermata pencaharian layak

serta jaminan keamanan dengan senantiasa mempertimbangkan kelestarian

daya dukung lingkungan yang berkelanjutan. Sementara itu kondisi ideal di

bidang pendidikan ditunjukkan dengan:

a) Meningkatnya tingkat pendidikan formal masyarakat yang dilihat dari

target pendidikan dasar telah tuntas dan memasuki tahapan pendidikan

menengah.

b) Tersedianya infrastruktur sarana prasarana pendidikan yang

dibutuhkan disertai pemerataan lokasi pendidikan.

c) Meningkatnya penguasaan keterampilan, ilmu pengetahuan dan

teknologi, serta mampu menjadikan masyarakat yang produktif.

d) Terwujudnya pendidikan yang berdaya guna dan berhasil guna untuk

memenuhi kebutuhan hidup.


Kondisi Desa Jatisari di bidang mata pencaharian layak dan

berkesinambungan ditunjukkan dengan:

a) Meningkatnya keterkaitan antara sektor primer, sektor sekunder, dan

sektor tersier dalam suatu sistem yang produktif, bernilai tambah dan

berdaya saing, serta keterkaitan pembangunan ekonomi antar wilayah.

b) Makin kokohnya perekonomian daerah yang berdaya saing, secara

regional, nasional, dan internasional, berbasis pada upaya

pengembangan keunggulan kompetitif dan kooperatif dalam

mendayagunakan potensi agribisnis pariwisata, dan industri.

c) Meningkatnya akses yang lebih berkeadilan terhadap sumberdaya

ekonomi masyarakat di Desa Jatisari.

d) Terjaminnya ketersediaan kebutuhan pokok masyarakat Desa Jatisari.

e) Meningkatnya pendapatan dan daya beli masyarakat.

f) Meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi, dan produk domestrik bruto

yang berdampak terhadap penurunan kemiskinan.

g) Meningkatnya pendayagunaan dan pemanfaatan potensi ekonomi

Desa.

h) Meningkatnya ketersediaan infrastrukur perekonomian Desa, terutama

jalan dan jaringan irigasi.

i) Terwujudnya pembangunan pemeliharaan infrastruktur Desa.

j) Meningkatnya penyediaan lapangan pekerjaan dan pendayagunaan

tenaga kerja yang berkualitas dan berdaya saing.


Kondisi ideal Desa Jatisari termaju ditunjukkan dengan kondisi Desa

menjadi yang terdepan, dan selalu menjadi percontohan dalam hal-hal positif

di segala bidang. Ditargetkan pada tahun terakhir masa kepemimpinan periode

kepala Desa ini, diharapkan Desa Jatisari menjadi Desa percontohan minimal

di tingkat Kabupaten. Upaya yang dilakukan adalah dengan memaksimalkan

semua potensi yang ada di Desa Sindanggalih.

Kondisi ideal Desa Jatisari yang nyunda ditunjukan dengan segala sesuatu

“tingkah paripolah” serta arah pembangunan didasari dan tidak terlepas dari

akar budaya Sunda yang menjadi Misi Garut sebagai “GARUT PASEUR

BUDAYA SUNDA”.

Kondisi ideal Desa Jatisari yang mandiri adalah ditunjukan dengan dapat

terpenuhinya segala kebutuhan yang prinsip (primer) tanpa mengandalkan

bantuan dari orang lain.

5. Data Wilayah

Tabel 4.1

Data Wilayah Administratif Desa Jatisari

Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut


1. Kabupaten : Garut

2. Kecamatan : Karangpawitan

3. Kantor Desa : Jatisari

4. Alamat Kantor Desa : Jl. Jatisari Kp. Sukamanah No.3

5. Nomor Telepon Kantor Desa : 081000007554

6. Jumlah RW : 13 RW

7. Jumlah RT : 39 RT

8. Jumlah Penduduk : 5.844 Jiwa

a. Laki-laki : 2.977 Jiwa

b. Perempuan : 2.867 Jiwa

9. Jumlah Kepala Keluarga : 1.770 Jiwa

10. Luas Wilayah 100,32 km2


Sumber: Desa Jatirasri 2020

6. Struktur Organisasi Desa Jatisari

KEPALA DESA
Abad Badrudin

SEKRETARIS
DESA
AA Juhana

KAUR KAUR KAUR


TATA USAHA KEUANGAN PERENCANAAN
Yopi Nurjaman Mila Amalia Rino Ariyono
KASI KASI KASI
PEMERINTAHAN KESEHATAN PELAYANAN
Tintin Aryanti Sahidin Dedi Mulyadi

KADUS I KADUS II KADUS III


Eneng Rofenti Santi Jajang Jaelani
Yuliasanti

Gambar 4.1

Struktur Organisasi Desa Jatisari

Kecamatan Karangpawitan

B. Peranan Kepala Desa dalam Pembayaran Pajak Bumi Bangunan di Desa

Jatisari Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut

Pemerintahan Desa Jatisari telah berusaha sebaik mungkin agar terpenuhi

capaian target Pajak Bumi dan Bangunan yang ditargetkan oleh Kabupaten Garut.

Hal ini dapat di lihat dari pemerintah Desa Jatisari yang selalu melakukan

berbagai upaya dan terus memberikan dorongan bagi masyarakat Desa Jatisari.

Untuk memberikan pemahaman terkait penting membayar iuran pajak sebagai

sumber pendapatan Negara dan Daerah, serta melakukan berbagai upaya kegiatan.

Adapun kegiatan yang dilakukan pemerintah Desa Jatisari salah satunya yaitu
berusaha untuk memperbaiki data administrasi dan konsultasi kepada

pemerintahan Kabupaten Garut. Seperti mana yang telah diakui oleh Abad

Badrudin selaku kepala Desa Jatisari yang menyatakan bahwa:

“Saya sudah berusaha penyampaikan informasi, konsultasi dan bimbingan


perpajakan secara berkesinambungan kepada pemerintah Kabupaten Garut
guna memperbaiki data-data administrasi yang masih jadi salah satu masalah
dalam meningkatkan pendapatan daerah Kabupaten Garut”.

Dalam memberikan kesadaran bagi masyarakat, peran pemerintah Desa

khususnya komunikasi kepala Desa mampu mendekatkan dirinya kepada

masyarakat serta melaksanakan kegiatan untuk merubah masyarakat menjadi lebih

baik. Dalam menjalankan tugas pemerintahan pusat dan daerah, pemerintah Desa

Jatisari memiliki peran serta tanggung jawab yang besar bagi pemerintah pusat

dan daerah dalam meningkatkan pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan

khususnya di Desa Jatisari Garut.

Sebagaimana dengan Undang-Undang Desa Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 1

Ayat 3 tentang dibentuknya lembaga kemasyarakatan Desa, seperti rukun

tetangga, rukun warga, pembinaan kesejahteraan keluarga, karang taruna, dan

lembaga pemberdayaan masyarakat atau yang disebut dengan nama lain. Lembaga

kemasyarakatan Desa bertugas membantu Pemerintah Desa dan merupakan mitra

dalam memberdayaan masyarakat.

Lembaga Desa yang ada di Desa Jatiasari Garut tentunya diharapkan dapat

membantu kepala Desa dalam meningkatkan kesadaran dan kepatuhan masyarakat

dalam membayar iuran Pajak Bumi dan Bangunan, sehingga dengan mudah dapat

tercapainya target yang telah ditetapkan oleh pemerintah Kabupaten Garut.


Kepala Desa Jatisari memberikan pemahaman kepada masyarakat Desa

tentang pentingnya Pajak Bumi dan Bangunan sebagai sumber pendapatan negara

dan daerah sehingga lembaga Desa seperti kadus dan ketua rukun tetangga dapat

dengan mudah menghimbau kepada warganya tentang pentingnya kegunaan uang

iuran pajak sebagai sumber pembangunan.

Lebih lanjut hal ini juga diakui oleh Abad Badrudin selaku Kepala Desa

Jatisari dalam kutipan wawancara sebagai berikut:

“Saya sudah memberikan arahan teknis kepada kepala dusun dan ketua rukun
tetangga agar menghimbau kepada setiap warganya untuk lebih cepat
membayar iuaran wajib PBB karena iuran tersebut nantinya akan digunakan
sebagai pembangunan nasional secara terus menerus dan berkelanjutan yang
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan pemerataan
pembangunan”.

Dalam melaksanakan tugas yang diberikan pemerintah Kabupaten Garut

kepada pemerintah Desa Jatisari sangat diperlukan adanya peranan lembaga Desa

dalam meningkatkan kesadaran masyarakat Desa Jatisari khususnya dalam

pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan peDesaan yang telah menjadi kewajiban

masyarakat.

Lembaga Desa seperti ketua rukun tetangga sangat diperlukan untuk

memberikan pemahaman tentang pentingnya pajak bagi pembangunan Desa

mengingat bahwa ketua rukun tetangga merupakan orang yang secara langsung

berbaur dengan masyarakat setiap hari, dengan begitu sosialisasi yang di lakukan

diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap membayar Pajak


Bumi dan Bangunan. Sebagaimana yang katakana oleh Ujang Suhendar ketua RT

03 Dusun I Desa Jatisari.

“Dalam melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat tentang kewajiban Pajak


Bumi dan Bangunan yang ada di Desa Jatisari biasanya terlebih dulu saya
memberi pemahaman kepada mereka tentang kegunaan uang iuran perpajakan
sehingga mereka sedikit memahami tentang perpajakan dan saya berharap
dengan begitu masyarakat dapat dengan taat membayar iuran Pajak Bumi dan
Bangunan yang ditetapkan oleh pemerintahan Kabupaten Garut. Sosialisasi
ini saya lakukan pada masyarakat Desa Jatisari saat saya memberikan Surat
Pemberitahuan Pajak Terhutang kepada warga masyarakat saya”.

Memberikan pemahaman kepada masyarakat memang menjadi tugas lembaga

Desa untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kewajibannya. Peran

dari ketua rukun tetangga mampu memberikan pemahaman terbaik pada

masyarakat sangat di harapkan. Hal ini juga menjadi tanggung jawab semua

perangkat Desa agar bisa bekerja sama, saling membantu dalam menghimbau

kepada masyarakat agar bisa membayar pajak tepat pada waktunya, maka dari itu

pemerintah Desa tidak henti-hentinya mensosialisasikan kepada masyarakat Desa

Jatisari untuk melakukan administrasi agar masyarakat lebih bersemangat dalam

melaksanakan kewajibannya membayar pajak.

Oleh karena itu, peran pemerintah khususnya peran kepala Desa sangat

menentukan dalam meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar Pajak

Bumi dan Bangunan. Menurut Sri Wahyuningsih (2014: 5-6), posisi sebagai

pemimpin di Desa karena menjabat kepala Desa memiliki semacam citra atau

gambaran sedemikian ini disebut sebagai konsep peranan:

1. Peran Sebagai Mobilisator


Suatu organisasi sudah tentu memiliki tujuan yang hendak dicapai, dan

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya suatu organisasi

melakukan berbagai upaya yang juga telah disepakati. Sehubungan dengan hal

tersebut, seseorang yang bisa mengarahkan biasanya diharapkan dari seorang

pemimpin, karena pemimpin yang kedudukannya paling tinggi dan memiliki

kewenangan untuk memerintah.

Adapun dalam hal ini kepala Desa, kepala Desa secaralangsung bersedia

memberi arahan langsung kepada tim pemungut pajak. Ini dilakukan dengan

cara ketika dilakukan rapat atau bahkan ketika pada sehari-harinya beliau

selalu bersedia memberi arahan kepadabawahannya. Sehingga, dapatdipahami

dalam menjalankan perannya sebagai mobilisator kepala Desa

mencerminkannya melalui tindakan pemebrian arahan secara langsung.

2. Peran Sebagai Komunikator

Pada hakikatnya berkomunikasi berarti mengalihkan suatu pesan dari satu

pihak kepada pihak lain. Sehingga, sebagai seorang pemimpin sebagai

penengah antara masyarakat dan pemerintah pusat, harus dapat

menyampaiakan apa yang menjadi aspirasi rakyat kemudian untuk dibahas

oleh pemerintah. Begitu pula sebaliknya, pemimpin harus menyampaikan apa

yang menjadi keputusan dari pemerintah kepada masyarakat. Pernannya

sebagai komunikator dilakukannya dengancara melakukan sosialisasi formal

yang dilaksanakan di Balai Desa Jatisari, juga selain diluar jam kerja ada
kegiatan yang juga dijadikan ajang untuk menyampaikan informasi kepada

masyarakat dengan mendatangi acara warga seperti pengajian. Sehingga, dari

kegiatan tersebut Kepala Desa dapat menyampaikan apa yang menjadi

ketentuan perpajakan serta dapat menampung keluhan dari masyarakat secara

langsung.

Dari uraian di atas, daat dipahami bahwa dalam menjalankan perannya

sebagai komunikator dilakukan dengan cara sosialisai di jam kerja maupun

diluar lingkungan kerja dan diluar jam kerja.

3. Peran sebagai Motivator

Setiap suatu tindakan yang dilakukan oleh manusia pasti ada alasan yang

melatar-belakangi mengapa mereka melakukan kegiatan tersebut. Sehingga,

dibutuhkan keseraian alasan antara pihak wajib pajak dengan pemerintah.

Oleh karena itu, sebagai seorang pemimpinyang merupakan orang tertinggi di

organisasinya harus mampu memberikan energi kepada warganya untuk

memiliki alasan agar mau melaksanakan apa yang menjadi kewajibannya.

Selanjutnya Kepala Desa dalam menciptakan alasan warga agar mau

membayar pajak adalah dengan memberikan hadiah kepada wajib pajak yang

membayar tepat waktu. Sedangkan untuk menciptakan kondisi agarpetugas

pemungut PBB selalu dapat memberikan pelayanan yang baik kepada wajib

pajak dalam melaksanakan tugasnya, maka Kepala Desa memberikan

upah kepada petugas pemungut pajak.

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa seorang pemimpin dalam

memberikan motivasi kepada masyarakatnya harus mengamati apa yang


menjadi kebiasaan warganya. Kebiasaan ini lah yang nanti dapat dijadikan

jalan untuk memotivasi warganya.

4. Peran Sebagai Inovator

Mengingat membayar pajak adalah suatu kewajiban masyarakat tanpa

mendapat timbal balik langsung, maka banyak wajib pajak yang enggan

membayarnya dengan berbagai alasan. Sehingga, untuk mengatasi masalah

tersebut dibutuhkan suatu inovasi cara pembayaran agar membayar pajak tidak

lagi menjadi beban bagi wajib pajaknya. maka langkah kepala Desa adalah

dengan mengadakan acara PBB berhadiah, sebagaimana yang telah dijelaskan

pada sub-bab sebelumnya. Sehingga, dengan hal tersebut jelas terlihat

dalamposisinya sebagai Kepala Desa mampu menjalankan perannya sebagai

Inovator.

5. Peran sebagai Reporting

Melaksanakan perannya sebagai pembuat laporan kepada bupati dan

camat, kepala Desa dengan tujuan kemudahan, sebelumnya telah memberikan

tugas kepada masing-masing petugas pemungut untuk membuat laporan

harian mereka, sehingga berdasarakan laporan harian tersebut kepala Desa

dapat dengan mudah melakukan evaluasi yang selanjutnya dilaporkan

kebupati dan camat.

C. Langkah-langkah sebagai Pemungutan Pajak dan Bangunan (PBB) di

Desa Jatisari
1. Sosialisasi

Peran Kepala Desa serta para pekerja lainnya sangat menentukan

keberhasilan dalam pengelolaan PBB di daerah sekitarnya. Oleh karena itu,

hasil wawancara dengan pihak-pihak terkait mengenai pengelolaan PBB di

Desa Jatisari Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut belum mencapai

target yang maksimal, telah dilakukan sosialisasi mengenai PBB tetapi tetap

saja penerimaah PBB belum mencapai target yang diinginkan. Sosialisasi

mengenai PBB dilakukan setiap tahun sekali di Aula Kecamatan Jatisari

Kecamatan Karangpawitan, dalam sosialisasi tersebut dijelaskan cara

pembayaran pajak, cara pengisian surat pemberitahuan objek pajak dan

menjelaskan Undang-Undang Perpajakan jika ada perubahan serta pelaporan

hasil penerimaan PBB dari pemungut pajak dari masyarakat ke pemerintahan

yang ada di Desa Jatisari Kecamatan Karangpawitan Garut.

Sosialisasi merupakan salah satu cara atau alat yang dapat digunakan untuk

menggugah dan memberikan pengetahuan kepada para wajib pajak tentang

peraturan, prosedur, serta waktu pembayaran PBB. Adanya sosialisasi perlu

dilakukan untuk menggugah kepatuhan dan kesadaran masyarakat dalam

membayar Pajak Bumi dan Bangunan. Pernyataan ini sesuai dengan apa yang

dikatakan oleh Kepala Desa Jatisari yaitu Abad Badrudin, yang menyatakan

bahwa:

“Pajak Bumi dan Bangunan adalah aturan pemerintah yang harus ditaati oleh
masyarakat khususnya masyarakat yang memiliki benda-benda seperti alat
transfortasi, rumah mewah dan lain sebagainya. Mereka wajib membayar
pajak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan oleh pemerintah setempat
maupun pemerintah pusat. Menurut saya keberhasilan dalam pemungutan
pajak tidak akan berhasil kalau salah satunya tidak ada sosialisasi kepada
masyarakat setempat terkait pentingnya masyarakat dalam pembayaran pajak.
Karena kalau tidak ada sosialisasi kepada masyarakat, maka kesadaran
masyarakat dalam membayar pajak akan kurang. Oleh karana itu, saya selaku
kepala Desa selalu melaksanakan sosialisasi terkait PBB itu, dan walaupun
hasilnya belum maksimal.

Berdasarkan hasil wawancara dengan aparat pemungutan pajak di Desa

Jatisari bahwa sosialisasi yang dilakukan setiap 1 tahun sekali, dan dalam

sosialisasi tersebut di jelaskan mengenai tatacara pemungutan pajak, dan

menyetorkan pajak kepada pemerintah setempat, dan Undang-Undang perpajakan

dan sanksi perpajakan, sosialisasi di sampaikan oleh aparat pemungutan pajak.

Setelah dilakukan sosialisasi aparat pemungut pajak lebih memahami tatacara

pembayaran pajak PBB. Jika terjadi kendala sepeti adanya wajib pajak yang tidak

membayar pajak dari tahun ketahun maka pemerintah setempat/Desa setempat

betindak sesuai dengan UU Perpajakan yang berlaku.

2. Pemberian Penyuluhan kepada wajib pajak

Dengan memberikan penyuluhan terhadap wajib pajak diharapkan dapat

memberikan informasi, konsultasi dan bimbingan tentang Pajak Bumi dan

Bangunan, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan wajib pajak tentang

peran pentingnya membayar Pajak Bumi dan Bangunan serta dapat

menumbuhkan kesadaran dan kemauan wajib pajak untuk melaksanakan

kewajiban mereka sebagai warga Negara dengan membayar Pajak Bumi dan

Bangunan. Berikut hasil wawancara dengan Eneng Rofenti selaku kolektor

PBB di Desa Jatisari pada tanggal 28 Oktober 2020 yang menyatakan bahwa:

“Menurut saya penyuluhan itu biasanya kami lakukan jika memang


penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan kurang dari target atau biasanya
kami memberikan atau penyuluhan kepada masyarakat jika terdapat bulan
pajak yang ditetapkan oleh pihak pemerintah, di dalam pemberian
informasi tersebut, kami lakukan dengan memberikan surat kepada tiap
RW untuk mengingatkan warganya agar segera membayar Pajak Bumi
dan Bangunan, atau kami memanggil langsung dengan memberikan surat
kepada masyarakat yang belum membayar Pajak Bumi dan Bangunan, dan
kami juga memasang spanduk di depan kantor Desa atau di jalan-jalan
yang dapat diketahui/dibaca oleh masyarakat. Sehingga masyarakat ada
kesadaran dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan”

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa kegiatan penyuluhan

dilakukan oleh Desa Jatisari Kecamatan Karangpawitan jika terdapat bulan

pajak saja. Penyuluhan tidak dilakukan secara bertahap kepada wajib pajak

oleh Desa Jatisari, dengan dilakukannya penyuluhan kepada wajib pajjak

diharapkan dapat mengunggah serta dapat memberikan kesadaran serta

pengetahuan yang luas kepada masyarakat khususnya kepada wajib pajak

tentang peran pentingnya Pajak Bumi dan Bangunan. Sehingga dengan

Dilakukan secara bertahap kepada wajib pjak oleh Desa Jatisari dengan

dilakukan penyuluhan kepala wajib pajak diharapkan dapat menggugah serta

dapat memberikan kesadaran serta pengetahuan yg luas kepada masyarakat

khususnya kepada wajib pajak tentang peran penting nya Pajak Bumi dan

Bangunan. Sehingga dengan dilakukan penyuluhan secara bertahap tanpa

meunggu adanya bulan pajak akan menggugah kesadaran masyarakat untuk

membayar Pajak Bumi dan Bangunan. Dengan dilakukan nya penyuluhan

diharapkan pemerintah dapat memberikan solusi kepada wajib pajak yang

memiliki pendapatan minim agar dapat membayar Pajak Bumi dan Bangunan

dengan tepat tanpa harus terlambat.


3. Meningkatkan Pelayanan kepada Wajib Pajak

Meningkatkan pelayanan kepada warga bisa ditingkatkan melalui pos2

pembayaran pajak ditempat-tempat yang telah ditentukan oleh pemerintah

yang tercantum disetiap SPPT yng diberikan kepada wajib pajak terdapat

informasi jika wajib pajak dapat membayar Pajak Bumi dan Bangunandi

BANK yang dekat ddengan rumah atau kediaman wajib pajak. Dapat dibayar

melalui kantor pos terdekat atau jika ditempat tinggal yang paling dekat

dengan ATM bisa d gunakan untuk membayar Pajak Bumi dan Bangunan

serta terdapat banyaknya kendala kendala yang dihdapi oleh petugas

diantaranya banyaknya SPPT yang harus dipilah pilah dengan RT/RW,

banyaknya tanah serta rumah kosong yang kepemilikan nya sudah beralih

tangan sehingga menyulitkan petugas kelurahan dalam proses penyaluran

SPPT dengan berbagai kendala yang dihadapi oleh petugas kelurahan dapat

menyelesaikan kendala kendala yang dihadapi. Sehingga tidak mengganggu

pelayana masyarakat dengan santi Yuliasari selaku kolektor PBB, wawancara

dilakukan tanggal 28 oktober 2020 yang menyatakan bahwa :

“Mulai 2011-2020 ini pelayanan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan


tidak lagi dilakukan secara manual di Desa Jatisari tetapi wajib pajak dapat
membayar melalui Bank,Kantor pos serta ATM yang dekat rumah wajib
pajak sehingga wajib pajak tidak perlu datang ke kantor kecamatan atau
Desa yang jarak dari rumah ke kecamatan jauh ,namun jika terdapat bulan
pajak kami memberikan pelayanan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan
,peningkatan pelayanan untuk untuk membayar Pajak Bumi dan Bangunan
kami lakukan dengan penyaluran SPPT dengan tepat waktu serta
memberikan informasi kepada wajib pajak tentang kenaikan Pajak Bumi
dan Bangunan ditiap tahun nya.”.

4. Memberikan Penghargaan
Memberikan Reward kepada wajib pajak mupun kepada pihak kcamatan

atau kelurahan dapat dilakukan untuk emotivasi dalam pencapaian serta

membayar Pajak Bumi dan Bangunan dengan maksimal. Dengan memberikan

reward diharapkan akan memacu upaya serta usaha yang dilakukan oleh pihak

kecamatan atau pihak kelurahan untuk dapat memksimalkan penerimaan Pajak

Bumi dan Bangunan sehingga target yang diharapkan akan tercapai. Berikut

hasil wawancara dengan Santi yuliasari, wawancara dilakukan pada tanggal 2

November 2020 yang menyatakan bahwa :

“Kalau penghargaan tidak ada selama ini, kalau didalam penerimaan Pajak
Bumi dan Bangunan kurang maksimal ya kami menunggu sampai akhir
tahun wajib pajak untuk membayar Pajak Bumi dan Bangunan”.

Dari hasil wawancara diatas diketahui bahwa tidak adanya penghargaan

kepada wajib pajak, pihak kelurahan serta kecamatan membuat para wajib

pajak enggan untuk membayar Pajak Bumi dan Bangunan dan tidak adanya

motivasi, sehingga hasil penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan tidak

maksimal. Pemberian penghargaan akan memotivasi untuk lebih

menoptimalkan upaya serta oenyuluhan yang diberikan pihak Desa

maupunkecamatan kepada wajib pajak.

Dari upaya yang dilakukan untuk mendapatkan meningkatkan kesadaran

masyarakat untuk membayar Pajak Bumi dan Bangunan yang sangat efektif

untuk dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membayar Pajak

Bumi dan Bangunan adalah sebagai berikut:

a. Dengan memberikan penyuluhan kepada wajib pajak, sehingga wajib

pajak mengetahui serta dapat menambah pengetahuan tentang mnfaat


serta peran pentingnya membyar Pajak Bumi dan Bangunan.

Membayar Pajak Bumi dan Bangunan dapat membantu pemerintah

dalam mensukseskan program pemerintah guna menjalankan roda

pemerintah. Pada hakekatnya membayar Pajak Bumi dan Bangunan

merupakan salah satu sarana kegotongroyongan nasional dalam

membantu pembiayaan Negara dan pembangunan nasional.

b. Dengan meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak dapat membantu

meningkatnya kesadaran untuk membayar Pajak Bumi dan Bangunan.

Dengan meningkatnya pelayanan yang dilakukan oleh kecamatan

dapat membantu wajib pajak.

c. Dengan memberikan reward dapat memotivasi wjib pajak serta

kelurahan untuk dapat lebih memaksimalkan upaya dengan pemberian

penyuluhan kepada wajib pajak sehingga wajib pajak dapat membayar

Pajak Bumi dan Bangunan dapat maksimal sehingga pemerintah

dengan mendapatkan reward dari pemerintah karena Pajak Bumi dan

Bangunan yang dapat memenuhi target penerimaan.

D. Hambatan - hambatan dalam Pencapaian Target Pembayaran Pajak

Bumi dan Bangunan Desa Jatisari Kecamatan Karangpawitan

Kabupaten Garut.

1. Hambatan didalam Penyuluhan.

Dalam menyampaikan informasi,konsultasi, serta penyuluhan yang

dilakukan berkesinambungan kepaa masyarakat tentang peran pentingnya


Pajak Bumi dan Bangunan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan

,kesadaran serta kemauan wajib pajak dan bangunan .

Hambatan yang terjadi dalam pmberian penyuluhan seperti hsil

wawancara dengan kolektor yaitu jajang jaelani,wawancara dilakukan pada

tanggal 2 November 2020 yang menyatakan bahwa :

“Hambatan yang kami hadapi selama penyuluhan kepada warga di Desa


Jatisari kecamatan Karangpawitan garut,biasanya kami sudah mmberi tahu
kepada pihak Rw maupun pada RT nya masing-masing serta mengundang
warga untuk datang ke kantor Desa, akan tetapi respon warga tidak seperti
yang kami harapkan, paling yang datang ke tempat penyuluhan itu hanya
beberapa orang saja, hambatan yang lain yaitu waktu biasanya kita harus
mencari waktu yang pas untuk mengadakan penyuluhan sehingga banyak
warga ikut, paling yang dirasa hambatan nya minat masyarakat kurang
kalau ada penyuluhan tentan Pajak Bumi dan Bangunan.”.

Berdasarkan hasil wawancara diataas dapat diketahui bahwa hanbatan

yang dihadapi oleh petugas Desa di dalam pemberian penyuluhan kepada

masyarakat akan kurangnya kesadaran masyarakat untuk ikut dalam program

penyuluhan yang diadakan oleh Desa Jatisari. Selain itu, yang dihadapi oleh

petugas Desa akan waktu penyuluhan harus disesuaikan dengan warga.

2. Hambatan dalam Upaya Peningkatan Pelayanan Kepada Wajib

Pajak Desa Jatisari Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut

Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan PBB

Upaya peningkatan oleh pemerintah serta des Jatisari dalam meningkatkan

ketaatan warga dengan memberikan pelayanan yang maksimal tetapi di dalam

pemberian pelayanan kepada wajib pajak terdapat hambatan yg dihadapi oleh


petugas. Seperti yang diutarakan oleh Jajang Jaelani, wawancara dilakukan

pada tanggal 5 november yang menyatakan bahwa :

“Didalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam pembayaran


Pajak Bumi dan Bangunan yang menjadi hambatan dalam pelayanan ini
adalah kurangnya petugas/kolektor dalam pemungutan Pajak Bumi dan
Bangunan. Sehingga hal ini menjadi salah satu hambatan pemungutan
pembayaran pajak.”

Dari hasil wawancara diatas bahwa Desa Jatisari hanya memiliki sedikit

kolektor untuk memunguti Pajak Bumi dan Bangunan kepada masyarakat.

Sehingga proses pengumpulan pajak agak sedikit terlambat. Oleh karena itu,

diperlukan penambahan kolektor untuk pemungutan pembayaranPajak Bumi

dan Bangunan (PBB). Sehingga, pemungutan PBB bisa berjalan baik dan

lancar.

3. Hambatan di dalam Menerapkan Pemberian Reward Kepada Wajib

Pajak Desa Jatisari Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan.

Didalam upaya untuk meningkatkan kesadaran wajib pajak untuk

membayar Pajak Bumi dan Bangunan terdapat hambatan di dalam upaya

pemberian penghargaan. Diharapkan dengan pemerintah memberikan

penghargaan dpat memberikan dorongnan kepada wajib pajak maupun

petugas agar selalu berupya membayar Pajak Bumi dan Bangunantepat waktu

dan dapat memaksimalkan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.

Hambatan yang terjadi dalam pemberian penyuluhan seperti hasil

wawancara dengan Eneng Rofenti, wawancara dilakukakn 3 November 2020


yang menyatakan “Pada tahun sebelumnya dan tahun ini tidak ada kebijakan

dari pemerintah untuk pemberian penghargaan, mungkin jika pemerintah

memberikan penghargaan kendala yang kami hadapi yaitu mengajak wajib

pajak memiliki pendapatan serta pekerjaan yang sama, jadi sulit untuk

mendorong wajib pajak membayar Pajak Bumi dan Bangunan dengan tepat

waktu mungkin itu mas “

Berdasarkan hasil wawancara diatas telah diketahui bahwa tidak adanya

kebijakan dari pemerintah dalam pemberian reward membuat wajib pajak

serta petugas/kolektor Desa tidak melakukan upaya optimal guna memberikan

dorongan serta motivasi kepada wajib pajak untuk membayar Pajak Bumi dan

Bangunan dengan tepat waktu. Hambatan yang mungkin dihadapi oleh

petugas Desa Jatisari jka kebijakan pemberian penghargaan yang diberlakukan

yaitu sulit mendorong wajib pajak untuk membayar Pajak Bumi dan

Bangunan, karena dengan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan dapat

membantu program pemerintah dalam upaya mensejahterakan rakyat.

Selain hambatan hambatan dalam meningkatkan kedaran untuk membayar

Pajak Bumi dan Bangunan terdpat juga hambatan yang dihadapi oleh wajib

pajak serta petugas kelurahan.Hambatan tersebut diantaranya :

a. Kenaikan beban Pajak Bumi dan Bangunan

Kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan memberikan sebagian warga

Desa Jatisari, dari hasil pengamatan bahwa tidak seluruhnya warga Desa

Jatisari memiliki pendapatan yang sama serta pekerjaan yang sama.

Khususunya warga yang bekerja sebagai petani, buruh bangunan dan


pedagang , pendapatan mereka tidak tetap, bisa untung bisa rugi. Jika ada

barang-barang yang mereka jual dapat terjual dan mendapatkan pekerjan

di bangunan pendapatan mereka hanya cukup untuk kebutuhn sehari hari.

Disamping itu, naiknya Pajak Bumi dan Bangunan setiap tahunnya

secara tidak langsung menambah anggaran wajib pajak untuk sedikit

menyisihkan pendapatan mereka untuk membayar Pajak Bumi dan

Bangunan, sedangkan bagi warga yang penghasilan nya menengah ke

bawah merasa beban serta keberatan untuk membayar pajak, dikarenakan

pendapatan mereka yang pas pasan, dan hanya cukup untun memenuhi

kebutuhan sehari hari. Bukan berarti warga yang tergolong kurang mampu

tidak memiliki kesadaran membayar pajak, karena merek tidak mampu

membayar pajak, sehigga mereka sesekali membayar tidak tepat waktu

dengan alasan tertentu.

Berikut hasil wawancara dengan Asep Iwan yang memiliki luas

bangunan seluas 72 m2 serta luas tanah selua 420 m 2 dan memiliki beban

pajak sebesar Rp. 22.0000 dan Sumanteri yang memilii luas bangunan

seluas 20 m2 dan luas tanah seluas 135 m2 dan memiliki beban pajak

68.840 yang dilakukan pada tanggal 6 November 2020 dan tanggal 7

november 2020 yang diketahui bahwa :

“Upami unggal tahun na naek teras mah bakal janten beban piken

abdi areng sakeluargi ge, komo deui naekna ageing paling bayar pajakna

nunggak. Upami aya rezeki nu langkung mah teu janten masalah pasti
abdi ge bakal tepat waktu bayarna. Tapi upami nuju teu gaduh artos mah

sok telat bayarna”

“Upami abdi kan pensiun A, jadi ya penghasilan na ceukap kangge

tuang sareng kebutuhan nu sanes. Upami bayar pajak tos aya waktosna

abdi ge ngusahaken kanggo mayar pajak heula, margina mayar pajak oge

mangrupiken kawajiban abdi oge salaku warga anu taat aturan

pamarentah,. Komo deui dugi ka teu acan bayar pjak, sok janten emutan

ka abdina”

Berdasarkan hasil wawancara dengan wajib pajak bahwa sebagian

warga atau wajib pajak sngat keberatan jika beban pajak setiap tahun naik

secara terus menerus, secara finansial sangat memberikan untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari mereka harus bisa mengatur keuangan.

Walaupun menjadi beban, mereka berusaha untuk membayar pajak

dengan sedikit demi sedikit menyisihkan uang dari pendapatan mereka

untuk membayar pajak. Wajib pajak juga menyadari akan kewajiban

mereka sebagai warga negara sehingga berupaya untuk membayar Pajak

Bumi dan Bangunan karena wajib pajak takut untuk denda jika terjadi

keterlambatan dalam membayar pajak.

Dari hasil pengaatan bahwa sebagian warga Desa Jatisari tidak

sepenuhnya memiliki tingkat pendapatan yang tinggi. Terbukti dengan

rumah runah yang sderhana namun ada juga warga yang memiliki tingkat

pendapatan yang tinggi terbukti dengan mampunya mereka untuk


membngun rumah yang bagus dan memiliki mobil namun tidak semua

warga Desa Jatisari memiliki tingkat pendapatan yang sama.

b. Kesalahan Teknis

Bedasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh wajib pajak serta

oleh petugas Desa Jatisari terdapat sejumlah hambatan yang dirasakan oleh

wajib pajak sja namun juga di rsakan oleh petugas Desa. Kesalahan teknis

yang dimaksud adalah ketika SPPT yang telah diterima oleh petugas Desa

di SPPT terdapat beberapa kesalahan yang sangat menyulitkan petugas

dan menghambat jalan nya penyaluran SPPT ke tangan wajib pajak.

Berdasarkan wawncara dengan ibu rohaeti dari Desa Jatisari dn

sugiarto pada tangga l 9 november 2020 selku petugas kelurahan

menyatakan “Kalau kendala ya banyak A, biasanya hambatannya itu

alamat yang tertera di SPPT kurang tepat pas disalurkan,memilah SPPT

yang banyak sangat menyulitkan, banyak tanah kosong yang pemiliknya

tidak diketahui atau djual pemiliknya tidak lapor ke Kelurahan".

Pernyataan serupa juga dikemukakan oleh Yanti Yuliasari selaku

petugas /kolektor Desa Jatisari pada tanggal 9 November 2020 yang

menyatakan bahwa :

“Wah kalau hambatan mah lumayan banyak paling ketidak cocokan

wajib pajak,banyak tanah atau rumah kosong yang sudah d jual atau

rumah dan tanah warisan yang sudah dibagi bagi ke anaknya dan sudah

ditempati namun SPPT masih menjadi satu, dan banyaknya SPPT yang

harus dipilah pilah A”


Pernyataan serupa juga tentang hambatan yang dialami oleh petugas

kelurahan juga dinyatakan oleh Kepala Desa Jatisari Abad Badrudin pada

tanggal 9 November 2020 sera petugas Desa Jatisari Jajang Jaelani, dari

hasil wawancara tersebut beliau menyatakan bahwa :

“Hambatan yang kami rasakan itu seperti tanah yang sudah dibagi

atau dipecahkan karena tanah warisan yang sudah dibagi – bagi kepada

warisnya dimana mereka sudah mengurus hak tanah mereka agar dapat

SPPT sendiri – sendiri tidak Bersama – sama namun SPPTnya masih sama

dengan SPPt terdahulu serta banyaknya tanah kosong atau rumah kosong

yang dijual atau pemiliknya sudah berganti namun pemilik baru itu tidak

melaporkannya kepada petugas Desa atau Kecamatan, sehingga sangat

menyulitkan petugas Desa dalam penyaluran PPT karena tidak tahu

pemilihnya”.

“Sepertinya hambatan – hambatan yang kami rasakan sama dengan

kelurahan Desa – Desa yang lain eperti alamat yang tidak jelas,

banyaknya tanah atau rumah kosong, SPPTmenyulitkan kami untuk

memilah – milah RT atau RW sehingga membuat penyaluran SPPT

terlambat” .

Hambatan juga dialami oleh petugas Desa selain kendala yang dialami

oleh wajib pajak.

Dari hasil wawancara diatas didapatkan beberapa kendala yang

dirasakan oleh petugas Desa yaitu alamat yang tertera di SPPT tidak sama

dengan yang kenyataannya, banyaknya SPPT sehingga menyulitkan


petugas dalam memilah – milah SPPT sesuai dengan RW maupum RT,

dan banyaknya tanah dan rumah / bangunan kosong yang sudah berpindah

tangan atau sudah dijual kepada pihak lain dan pemilik sebelum tidak

melaporkan kepada pihak Desa, sehingga sangat menyulitkan petugas

dalam penyaluran SPP, hambatan – hambatan yang dialami oleh petugas

dapat menghampat pendistribusian SPPT kepada wajib pajak akan

terlambat, sehingga sapat menjadikan factor wajib pajak terlambat dalam

membayarkan kewajibannya membayar Pajak Bumi dan Bangunan.

Namun dengan adanya hambatan yang terjadi tidak menyurutkan petugas

Desa untuk dapat menghimbau warga untuk membayar Pajak Bumi dan

Bangunan serta membuat petugas lebih bersemangat untuk mengatasi

hambatan – hambatan tersebut.Kendala juga dialami oleh petugas Desa

selain kendala yang dialami oleh wajib pajak. Dari hasil wawancara diatas

didapatkan beberpa kendala yang dihadapi oleh petugas Desa yaitu alamat

yang tertera di SPPT tidak sama dengan yang kenyataannya, banyaknya

SPPT sehingga menyulitkan petugas dalam memilah-milah SPPT sesuai

dengan RW maupun RT, dan banyaknya tanah dan bangunan kosong yang

sudah berpindah tangan atau sudah dijual kepada pihak lain dan pemilik

sebelumnya tidak melaporkan kepada pihak Desa, sehingga sangat

menyulitkan petugas dalam penyaluran SPPT, hambatan-hambatan yang di

alami oleh petugas dapat menghambat pendistrusian SPPT kepada wajib

pajak akan terlambat, sehingga dapat menjadikan faktor wajib pajak

terlambat dalam membayarkan kewajibannya membayar Pajak Bumi dan


Bangunan. Namun dengan adanya hambatan yang terjadi tidak

menyurutkan petugas Desa untuk dapat menghimbau warga untuk

membayar Pajak Bumi dan Bangunan serta membuat petugas lebih

bersemangat untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut.

Hambatan atau kesalahan teknis juga disarankan oleh wajib pajak tidak

hanya petugas namun wajib pajakpun mendapatkan hambatan berdasarkan

wawancara dengan Wawan Sumantri yang memiliki luas bangunan seluas

100 m2 serta luas tanah 178 m2 dan memiliki beban pajak sebesar Rp.

274.000 dan Mang Udung yang memiliki luas bangunan seluas 54 m 2 serta

luas tanah seluas 150 m2 dan memilik beban pajak sebesar Rp. 78. 3400,

wawancara dilakukan pada tanggal 10 November 2020 dan 11 November

2020 yang menyatakan bahwa :

“Pada tahun 2017 saya belum membayar pajak karena pas bayar

di bank ada Namanya tetapi datanya tidak keluar dan harus ngurus di

pusat, jadi saya enggak bayar, saya juga dulu pernah mmbayar PBB

sampi 10 tahun, karena itu SPPT tidak saya terima tapi pas saya

mengurusnya saya disuruh membayar PBB selama 10 tahun” .

“Kalau tahun kemarin aya telat membayar karena SPPTnya

terselip di tempat pak RT sehingga saya harus menunggu pak RT sampa

menemukan SPPT saya, sehingga saya terlambat PBB dan dikenai denda

5000 rupiah” .

Hambatan yang dialami oleh wajib pajak sesuai dengan wawancara

yang dilakukan oleh peneliti bahwa hambatan yang dihadapi oleh wajib
pajak yaitu ketika wajib pajak akan membayar Pajak Bumi dan Bangunan

yang telah tercantum di SPPT data – data tentang wajib pajak tidak keluar,

sehingga sangat menyulitkan bagi wajib pajak dan harus di urus di kantor

pajak. Selain hambatan di dalam membayar pajak hambatan yang dialami

wajib pajak salah satunya yaitu SPPT yang terselip atau terbawa ke RT

lain atau alamat lain, sehingg membuat wajib pajak harus mmenunggu

kejelasan SPPT. Kendala – kendala ini sangat mempengaruhi tingkat

kesadaran dalam membayar pajak, karena menghalangi wajib pajak untuk

membayar pajak. Dan terkadang dari kendala/hambatan tersebut

menjadikan mereka harus telat dalam membayar Pajak Bumi dan

Bangunan.

Berdasarkan hasil wawancara diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

di dalam meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar Pajak

Bumi dan Bangunan terdapat berbagai kendala atau masalah yang

seringkali menghambat ketercapainya target penerimaan Pajak Bumi dan

Bangunan di Desa Jatisari Kecamatan Karangpawitan, yaitu diantaranya :

a. Terlambatnya Pemberian SPPT kepada pihak wajib pajak, sehingga

terjadinya keterlambatan penyampaian SPPT kepada wajib pajak

biasanya dikarenakan adanya beberapa SPPT yang keliru, sehingga

perlu dilakukan pembetulan terlebih dahulu ke KPP Pratama. Adanya

kejadian tersebut maka masyarakat yang hendak melunasi Pajak Bumi

dan Bangunan terpaksa harus menunda untuk membayar Pajak Bumi


dan Bangunan. Pembagian SPPT biasanya dilakukan pada bulan April

atau Mei dan akan jatuh tempo pada bulan Agustus;

b. Kesulitan melacak wajib pajak yang tidak berdomisili di Desa Jatisari.

Hal ini biasanya terjadi karena objek pajak telah berpindah

kepemilikan, dan yang memiliki hak milik tidak bertempat tinggal di

Desa tersebut.

c. Kurangnya kesadaran wajib pajak dalam memenuhi kewajiban

mmbawar pajak salah satunya. Banyak pemilik tanah atau bangunan di

Desa Jatisari, terutama pemilik baru yang dengan sengaja tidak

mendaftarkan tanah dan atau bangunannya tersebut sebagai objek

pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Garut dan juga tidak melapor

kepada petugas Desa maupun petugas kecamatan. Mereka

beranggapan bahwa, kalau telah memiliki sertifikat berarti segala

urusan telah selesai , padahal seharusnya mereka masih memiliki

kewajiban lain yang harus dipenuhi yaitu membayar Pajak Bumi dan

Bangunan.

Bersadarkan Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hambatan

yang dapat menghambat kesadaran masyarakat untuk membayar Pajak

Bumi dan Bangunan yaitu:

1. Kendala di dalam pmberian penyuluhn kepada Wajib Pajak Desa

Jatisari dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan

2. Kenaikan Beban Pajak Bumi dan Bangunan

3. Adanya Kesalahan Teknis


E. Pencapaian target pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan di Desa

Jatisari Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut

Desa Jatisari merupakan salah satu Desa yang ada di Kecamatan

Karangpawitan Kabupaten Garut. Dalam rangka meningkatkan penyelenggaraan

perintah dan pembangunan di daerah diperlukan penyediaan fasilitas sumber

sumber pembiayaan, yang salah satunya adalah melalui pnghasilan pembayaran

Pajak Bumi dn Bangunan peDesaan pekotaan. Upaya meningkatkan penyediaan

fasilitas dari sumber tersebut, antara lain dilakukan dengan peningkatan kinerja

pemungutan, penyempurnaan dan peningkatan jumlah objek Pajak Bumi dan

Bangunan di Desa Jatisari. Pajak Bumi dan Bangunan sangat berkontribusi

dalam meningkatkanPendapatan Asli Daerah Khusunya pada Pemerintag

Kabupaten Garut.

Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan merupakan bentuk dan bukti

perwujudan kegotong royongan masyarakat wajib pajak dlam pembiayaan

Negara dan Pembangunan Nasional. Hal ini dimaksudkan untuk tercapainya

target penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sector bumi pajak dan

bangunan khususnya di Kabupaten Garut. Pajak Bumi dan Bangunan yang

merupakan pajak terbesar di Kabupaten Garut Menjadikan Pajak Bumi dan

Bangunan memiliki peranan yayng sangat penting terhadap peningatan

penerimaan Pendapatan Asli Daerah.

Pasal 79 Undang – Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pendapatan

Asli Daerah (PAD) merupakan sesuatu yang diperoleh pemerintah daerah yang
dapat diukur dengan uang karena kewenangan (otoritas) yang diberikan

masyarakat. Sumber – sumber pendapatan asli daerah terdiri dari pajak daerah,

retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan dan lain – lain,

Pendapatan Asli Daerah. Sumber – sumber Pendapatan Asli Daerah ini digali

sesuai dengan potensi dan kemampuan daerah masing – masing.

Untuk mengetahui perkembangan Pajak Bumi dan Bangunan Desa

Jatisari dapat dilihat dari data target dan Realisasi PBB-PB2 pada tahun

anggaran 2 (dua) tahun terakhir yaitu tuhan 2019-2020 yang telah diperoleh

peneliti dalam penelitian lapangan di Kantor Desa Jatisari Kecamatan

Karangpawitan Kabupaten Garut.

Tabel 4.2
Realisasi Pajak Bumi dan Bangunan Desa Jatisari Tahun 2019
(tabel terlampir)

Data diatas merupkan data yang memperlihatkan kontribusi Pajak Bumi

dan Bangunan terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Garut

pada tahun 2019.

Tabel 4.3

Target Penerimaan PBB Desa Jatisari Kecamatan Karangpawitang 2019

(tabel terlampir)

Data pada tabel tersebut merupakan data yang memperlihatkan kontribusi

Pajak Bumi dan Bangunan terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah

Kabupaten Garutpada tahun 2019.


Tabel 4.4

Target Penerimaan PBB Desa Jatisari

Kecamatan Karangpawitan 2020

(tabel terlampir)

Data pada tabel tersebut merupakan data yang memperlihatkan kontribusi

Pajak Bumi dan Bangunan terhapat peneriman Pendapatan asli Daerah Kabupaten

Garut pada tahun 2020.

Berdasarkan tabel – tabel tersebut dapat kita lihat bahwa pada tahun

2020 kontribusi PBB di Desa 53%, pada tahun 2019 kontribusi PBB di Desa

Jatisari mengalami penurunan sebesar 35,85%, pada tahun 2020 kontribusi PBB

di Desa Jatisari mengalami kenaikan sebesar 40,27% Dmpak penerimaan dari

sector PBB cukup baik namun setiap tahunnya masih fluktuatif. Penerimaan Pajak

Bumi dan Bangunan setiap tahunnya belum mencapai target yang telah diterapkan

oleh pemerintah Kabupaten Garut hal ini menimbulkan kesan yang kurang baik

bahwa pelaksanaan penegakan peraturan perundangan – undangan yang dilakukan

oleh pemerintah masih kurang di patuhi oleh masyarakat wajib pajak.

Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak nasional yang pada dasarnya

merupakan beban masyarakat, sehingga perlu dijaga agar kebijkan tersebut dapat

memberikan beban yang adil sejalan dengan sistem perpajakan nasional.

Berdasarkan perjalanan tersebut penerimaan pajak dapat memberikan manfaat

kepada masyarakat. Manfaat pajak bagi masyarakat Kabupaten Garut membiayai

dan melaksanakan tugas pembangunan maka yang berkaitan langsung dengan


kepentingan dan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu penerimaan daerah yang

di dalamnya terdapat PAD yang sumbernya diperoleh dari pajak khususnya Pajak

Bumi dan Bangunan dapat memberikan kontribusi terhadap anggaran yang

ditetapkan untuk kesejahteraan social.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah melakukan pembahasan terhadap data – data yang diperoleh dalam

penelitian, maka pada bab penutup tersebut penulis akan memberikan kesimpulan

dan saran agar selanjutnya upaya pemerintah Desa Jatisari menjadi lebih baik lagi

dalam hal meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dan menyadarkan masyarakat

melalui peran kepala Desa yang meliputi (1) peran sebagai mobilisator (2) peran

sebagai komunikator, (3) peran sebagai ivator, (4) peran sebagai inovator, (5)

peran sebagai reporting. Selain itu ada beberapa proses agar pemungutan Pajak

Bumi dan Bangunan berjalan lancara, yaitu : (1) sosialisasi; (2) pemberian

penyuluhan kepada wajib pajak: (3) meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak;

(4) memberikan penghargaan. Walaupun berbagai cara telah dilakukan agar

pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan berjalan lancer, akan tetapi selalu ada

hambatan-hambatan yang sering terjadi, yaitu sebagai berikut: (1) adanya

hambatan di dalam penyuluhan; (2) adanya hambatan di dalam meningkatkan

pelayanan kepada wajib pajak; dan (3) adanya hambatan-hambatan di dalam

menerpakan pemberian penghargaan kepada wajib pajak.

Kemudian dari adanya proses yang dilakukan dalam pemungutan pajak oleh

pemerintahan di Desa Jatisari Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut dari

tahun 2018-2020 mengalami penurunan dan kenaikan, walaupun belum mencapai

target yang ditetunkan oleh Pemerintah Garut.

62
63

B. Saran

Ada beberapa saran yang dapat diajukan berdasarkan hasil penelitian ini adalah

1. Bagi pengelola Pajak Bumi dan Bangunan agar dapat mengelola Pajak Bumi

dan Bangunan lebih baik dan ditingkatkan keprofesionalannya Pemerintahan

Desa Jatinan harus transparansi dan akuntabilitas dalam penggunaan uang

pajak sehingga masyarakat tidak ragu dengan uang yang mereka bayarkan

akan digunakan untuk apa, sehingga masyarakat wajib pajak tidak akan

enggan dalam membayar pajak.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat masih enggan dalam

membayar PBB lebih dapat diperhatikan oleh pemerintah Desa demi

meningkatkan penerimaan PBB dengan melakukan upaya yang lain seperti,

perlunya melakukan sosialisasi secara lebih detail kepada seluruh wajib

pajak, kembangkan sistem yang lebih terbuka atau transparan.

3. Penerimaan PBB harus terus ditingkatkan oleh pemerintah Desa hingga

mencapai target yang telah ditetapkan pemerintah daerah, sehingga PBB

dapat berkontribusi lebih terhadap peningkatan PAD di Kabupaten Garut.

4. Dalam upaya meningkatkan dan memperlancar pemungutan Pajak Bumi dan

Bangunan di sekitar Desa Jatisari, maka diperlukan rekrutmen atau

menembahan kolektor pemungutan pajak. Sehingga, dengan adanya

penambahan pengelola pajak, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan

dalam pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).


64

DAFTAR PUSTAKA

Adriani, P.J.A.waluyo. 2009. Akuntansi pajak. Jakarta penerbit: Salemba Empat.

Erly Suandy. 2005. Hukum Pajak, Edisi Ketiga, Jakarta: Salemba

Mardiasmo. 2016. Perpajakan. Yogyakarta: Andi.

Moleong, L.J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

R. Santoso Brotodihardjo. 1993. Pengantar Ilmu Hukum Pajak Edisi Ketiga.


Bandung: Eresco.

Setiawan, Wawan. 2020. “Budaya Marhabaan di Kalangan NU”. Bandung


(Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung).

Soemitro, Rocmat. 2011. Asas dan Dasar Perpajakan. Rafika Aditama, Bandung

Sri, Valentina dan Aji Suryo. 2006. Perpajakan Indonesia, Jakarta: Salemba
Empat.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

--------------2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

---------------2017. Metode Penelitian Kualitatif: Untuk penelitian yang bersifat:


eksploratif, enterpretif, interaktif, dan konstruktif. Bandung: Alfabeta

--------------2010. Pengantar Ilmu Hukum Pajak Edisi Keempat. Bandung: Refika


Aditama.

Mardiasmo. 2011. Perpajakan Edisi Revisi 2011. Yogyakarta: Andi.


65

Sri Wahyuningsing. 2014. Inovasi Kepala Desa Dalam Mencapai Target


Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Tahun 2012 (Artikel Ilmiah
Hasil Penelitian Mahasiswa)

UU Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 2 Ayat 2 Penentuan Pemungutan Pajak Daerah.

Anda mungkin juga menyukai