Anda di halaman 1dari 2

Nama : Mega Putri Ananda

Kelas : VIII - A
Cerita Inpiratif Tentang Adil

HAKIM SYURAIH YANG ADIL, KISAH YANG HARUS MENJADI INSPIRASI BAGI
PARA HAKIM SAAT INI

Setiap pagi, Syuraih bin Al Harits Al Kindi berangkat ke tempat kerjanya. Wajah dan
sorot matanya tenang menyiratkan kearifan pribadinya. Dari kearifannya itu pula keluar
sikap dan pendiriannya yang teguh. Ia adalah seorang Hakim yang disukai dan disegani
masyarakat.
Syuraih terbiasa menghakimi kalangan Kaum Muslimin maupun orang-orang bukan
muslim. Di pengadilannya, Syuraih tidak membedakan antara Pejabat atau Rakyat Kecil,
kaya atau miskin, muslim atau bukan muslim. Jika ia bersalah tetap tidak boleh dibela.
Semua orang mendapat perlakuan yang adil dan bijaksana.
Hari itu Syuraih kedatangan Amirul Mukminin, Umar bin Khaththab. Rupanya,
Khalifah ‘Umar sedang mendapat masalah dengan seorang Pedagang Desa. Keduanya
menghadap Syuraih untuk mendapatkan keputusan atas perkara yang dihadapinya.
Dengan wajah yang tenang dan berwibawa, Syuraih memimpin sidang pengadilan.
“Silakan Tuan Pedagang, apa yang mau Anda sampaikan ?” tanya Syuraih.
“Pak Hakim yang mulia, beberapa hari yang lalu Amirul Mukminin membeli seekor kuda
dari saya,” kata Pedagang. “Tapi kemarin, tiba-tiba ia ingin mengembalikannya lagi dan
meminta ganti,” lanjutnya.
Syuraih lalu berpaling pada Khalifah ‘Umar. “Dan sekarang giliran Anda, ya Amirul
Mukminin,” kata Syuraih.
“Aku ingin mengembalikan kuda itu padanya karena kudanya cacat dan berpenyakit
sehingga larinya tidak kencang,” kata ‘Umar bin Khattab.
“Bagaimana Tuan ?” tanya Syuraih lagi.
“Saya tidak akan menerimanya lagi, karena saya sudah menjual kuda itu dalam keadaan
sehat dan tidak cacat,” sahut Pedagang Kuda itu. Syuraih mendengarkan semua
keterangan dari kedua pihak dengan seksama. Lalu, Syuraih pun bertanya pada Umar bin
Khattab.
“Apakah ketika Amirul Mukminin membeli kuda itu, keadaannya sehat dan tidak cacat ?”
tanya Syuraih seraya menatap Umar.
“Ya benar !” jawab ‘Umar jujur.
Hakim Syuraih pun memberi keputusan atas perkara itu. “Nah, kalau begitu,
peliharalah apa yang Anda beli. Atau bila ingin mengembalikannya, kembalikanlah seperti
ketika Anda menerimanya,” tukas Syuraih dengan mantap.
Hati Amirul Mukminin merasa tidak puas. Kekecewaan memenuhi rongga dadanya.
Hakim Syuraih berada dipihak pedagang desa itu.
“Begitukah keputusanmu, Hakim Syuraih ?” tanya ‘Umar setengah memprotes keputusan
itu. Syuraih menganguk pasti. Keputusannya tidak bisa diganggu gugat.
Khalifah ‘Umar merenung beberapa saat. Benar sekali apa yang dikatakan hakim
itu. Syuraih telah memberikan keputusan yang bijaksana dan penuh keadilan. Dengan
lapang dada, ‘Umar dapat menerimanya. Jangan mentang – mentang ia pejabat, lalu
harus selalu dimenangkan perkaranya. Sementara nasib Rakyat Kecil tidak diperhatikan.
Begitulah, orang-orang selalu mempercayakan perkaranya diputuskan oleh
Syuraih. Pengadilannya adalah tempat mendapatkan tempat yang seadil-adilnya. Hingga
pemerintahan ‘Ali bin Abu Thalib, Syuraih tetap memangku jabatan Hakim yang amat
disegani dan dipercaya masyarakat kota Khuffah.

Amanat :

Anda mungkin juga menyukai