Anda di halaman 1dari 42

Cara Khilafah Mengatasi Krisis Ekonomi |1

Judul : Cara Khilafah Mengatasi Krisis Ekonomi

Penulis : Abu Umam

Desain & layout : Tim Follback Dakwah 2019


Daftar Isi

Daftar Isi ................................................................................ 3


Bagian 1
Cara Khilafah Mengatasi Krisis Ekonomi ...................... 5
Bagian 2
Cepat, Tepat, Komprehensif ........................................ 12
Bagian 3
Mengerahkan Bantuan dari Berbagai Daerah.............. 19
Bagian 4
Bertaubat dan Mengadu Kepada Allah SWT .............. 26
Bagian 5
Menghentikan Had Pencurian dan Pungutan Zakat ... 33

Cara Khilafah Mengatasi Krisis Ekonomi |3


4| Abu Umam
Bagian 1

Cara Khilafah
Mengatasi Krisis Ekonomi

P ernahkah Daulah Islam mengalami krisis ekonomi?


Yang membuat kehidupan masyarakat menjadi
hancur-lebur bahkan membuat kelaparan di mana-
mana? Tentu pernah.
Daulah Islam pada masa Khalifah Umar bin al-
Khaththab pernah mengalami krisis ekonomi yang hebat.
Rakyat Daulah Islam kelaparan massal. Yang sakit pun
ribuan. Roda ekonomi berjalan terseok-seok. Bahkan sudah
sampai level membahayakan. Di antara masyarakat ada yang
berani menghalalkan segala macam cara untuk memenuhi
kebutuhan pribadi dan keluarganya. Bahkan binatang buas
pun sampai berani masuk ke perkotaan.
Walhasil, krisis ekonomi ini, sungguh
adalah sunnatullah. Bisa dialami oleh sebuah negara.
Termasuk Daulah Islam. Yang menjadi pembeda adalah
bagaimana Khalifah peduli dan memikirkan jalan keluar
yang tepat dan cepat dalam mengatasi krisis ekonomi ini.

Cara Khilafah Mengatasi Krisis Ekonomi |5


Solusi yang tuntas dan menyeluruh. Bukan solusi tambal-
sulam. Apalagi hanya sekadar basa-basi penuh pencitraan.
Syariah Islam ternyata telah menuntun Khalifah Umar
dengan jelas hingga Ia mampu mengatasi krisis ekonomi
yang hebat tersebut dengan baik dan cepat. Dalam buku The
Great Leader of Umar bin Khathab, Kisah Kehidupan dan
Kepemimpinan Khalifah Kedua, diceritakan bahwa pada tahun
18 H, orang-orang di Jazirah Arab tertimpa kelaparan hebat
dan kemarau. Kelaparan kian menghebat hingga binatang-
binatang buas mendatangi orang. Binatang-binatang ternak
mati kelaparan. Tahun itu disebut sebagai tahun kelabu.
Angin saat itu menghembuskan debu seperti abu. Kemarau
menghebat. Jarang ada makanan. Orang-orang pedalaman
pergi ke perkotaan. Mereka mengadu dan meminta solusi
dari Amirul Mukminin.
Al-Faruq adalah sosok kepala negara yang paling peka
perasaannya terhadap musibah itu. Ia amat merasakan
beban derita rakyatnya. Ia segera mengambil langkah-
langkah penyelesaian yang komprehensif lagi cepat.
Hal pertama adalah menjadi teladan terbaik bagi
rakyatnya dalam menghadapi krisis ekonomi ini. Ia
mengambil langkah untuk tidak bergaya hidup mewah.
Makanan ia seadanya. Bahkan kadarnya sama dengan rakyat
yang paling miskin atau bahkan lebih rendah lagi.
Pada masa-masa krisis ekonomi tersebut, Khalifah Umar
diberi hadiah roti dengan campuran mentega. Ia kemudian

6| Abu Umam
mengajak seorang badui untuk makan bersama. Orang
Badui pun melahap roti berlemak. Khalifah Umar berkata
kepada dia, “Sepertinya kau membutuhkan roti berlemak
itu.”
Si Badui menjawab, “Benar. Saya tidak makan mentega
dan minyak. Saya juga tidak pernah melihat orang
memakannya sejak lama hingga hari ini.”
Seketika Khalifah Umar bersumpah untuk tidak
merasakan daging dan mentega hingga orang-orang
sejahtera.
Para perawi sepakat, Umar benar-benar tegas dan
sungguh-sungguh dalam memenuhi sumpah itu. Di
antaranya, saat seloyang mentega dan satu kantong berisi
susu dijual di pasar, pembantu Umar membelinya seharga
40 dirham. Kemudian datang dan berkata kepada Umar,
“Amirul Mukminin, engkau telah menunaikan sumpahmu
dan semoga Allah mengagungkan pahalamu. Ada sekantong
susu dan seloyang mentega dijual di pasar dan aku
membelinya seharga 40 dirham.”
Umar berkata, “Kau membelinya dengan harga yang
mahal, bersedekahlah dengan keduanya karena saya tidak
suka makan dengan berlebih-lebihan.”

Cara Khilafah Mengatasi Krisis Ekonomi |7


Selanjutnya Umar berkata, “Bagaimana saya bisa
memperhatikan kondisi rakyat bila saya tidak tertimpa apa
yang menimpa mereka.”1
Ini adalah sebuah sikap kepedulian yang luar biasa dari
seorang kepala negara terhadap penderitaan rakyatnya.
Khalifah Umar tahu bahwa tanggung jawab seorang kepala
negara sangatlah besar kelak di Hari Kiamat. Ia akan
dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya dalam
melayani urusan rakyatnya.
Pada masa krisis ekonomi itu, Khalifah Umar ikut
menderita hingga diceritakan warna kulitnya berubah.
Diriwayatkan dari Iyadh bin Khalifah, ia berkata, “Saya
melihat Umar pada tahun kelabu berkulit kelam. Ia tadinya
adalah orang Arab yang selalu makan mentega dan susu.
Saat rakyatnya tertimpa paceklik, Khalifah Umar
mengharamkan keduanya. Ia pun makan dengan minyak
hingga warna kulitnya berubah, lapar dan haus.”2
Dalam riwayat lain, Aslam berkata, “Kami pernah
mengatakan, ‘Andai Allah tidak melenyapkan musibah pada
tahun krisis itu, kami yakin Khalifah Umar akan mati
karena sedih memikirkan masalah kaum Muslim.’”3
Umar pun selalu berpuasa. Pada tahun kelabu, setiap
sore ia diberi roti dilumuri minyak. Pada suatu hari ia

1
Tarikh ath-Thabari, 5/78
2
Ath-Thabaqat, 3/314
3
Ath-Thabaqat, 3/315, Mahdh Ash-Shawab, 1/ 363

8| Abu Umam
menyembelih unta dan daging-daging terbaiknya diberikan
pada orang-orang. Masya Allah. Inilah pribadi seorang
kepala negara yang agung lagi mulia. Sosok kepala negara
yang hanya bisa terwujud jika dia menjalankan dan terikat
dengan syariat Islam semata.
Dalam riwayat lain diceritakan, pada suatu hari
seseorang datang menghadiahkan setungku daging punuk
dan hati. Umar bertanya, “Dari mana ini?”
Orang-orang menjawab, “Amirul Mukminin, dari unta
yang kita sembelih hari ini.” Umar berkata, “Bagus, seburuk-
buruk pemimpin adalah saya. Bila aku memakan daging
terbaik, sementara saya memberikan tulang-tulangnya pada
orang. Bawalah piring ini dan berikan kami makanan selain
makanan ini.”
Roti dan minyak pun diberikan padanya. Khalifah
Umar kemudian menyobek roti itu dengan tangannya dan
melumurinya dengan minyak lalu berkata, “Celakalah kau
Yarfa’.4 Bawalah mangkok besar ini. Bawalah ke penduduk
Yasmagh5 karena saya tidak menjenguk mereka sejak 3 hari.
Saya kira mereka memerlukan. Bagikan daging itu kepada
mereka.”6

4
Pelayan Khalifah Umar, bersama Umar sewaktu masa jahiliah. Menunaikan haji
bersama Umar di masa Khilafah Abu Bakar.
5
Tempat penyimpanan uang yang diwakafkan Umar di Madinah.
6
Ath-Thabaqat, 3/312, Asy-Syaikhan min Riwayat Al Baladzari, halaman 294

Cara Khilafah Mengatasi Krisis Ekonomi |9


Inilah Al-Faruq. Inilah teladan kepemimpinannya dalam
pemerintahan Islam yang sangat peduli dengan penderitaan
rakyatnya. Rakyat memakan makanan yang lebih baik dari
makanannya. Ia memikul beban pemerintahan dan beban
kehidupan yang juga lebih berat darin yang dipikul
rakyatnya. Ia lebih menderita dari derita yang menimpa
rakyatnya.
Khalifah Umar tidak hanya memberlakukan aturan dan
teladan tersebut bagi dirinya sendiri. Ia juga memberlakukan
hal itu kepada keluarganya. Mereka juga harus lebih
menderita dari derita yang dirasakan oleh rakyat.
Diriwayatkan, suatu ketika Khalifah Umar melihat buah
semangka di tangan salah satu anaknya pada tahun krisis
ekonomi. Ia langsung berkata padanya, “Bagus, bagus. Hai
anaknya Amirul Mukminin, kau memakan buah, sementara
umat Muhammad kurus kering.”
Anak itu pun keluar sambil lari dan menangis. Khalifah
Umar tidak diam hingga ia menanyakan hal itu dan
mengetahui bahwa anaknya membeli buah itu dengan
setapak tangan biji-bijian.7
Rasa tanggung jawabnya atas pemerintahan di hadapan
Allah yang membuatnya mampu mengatasi kesulitan-
kesulitan diri. Ia tidak membiarkan satu pun media agama
dan dunia untuk menanggulangi kemarau dan terhentinya

7
Ath-Thabaqat, 3/315, Mahdh Ash-Shawab, 1/ 363

10| Abu Umam


hujan melainkan pasti dipakai. Ia selalu mendirikan shalat,
selalu beristighfar, selalu gigih memenuhi kebutuhan makan
kaum Muslim, memikirkan rakyat yang berjalan ke Madinah
dan yang bertahan di perkampungan. Ia menaruh semua
beban rakyat dalam pundaknya hingga menyebabkan
karakter kerasnya menjadi begitu indah.
Begitulah sikap pertama yang dilakukan dan
ditunjukkan Khalifah Umar dalam mengatasi krisis
ekonomi. Ia menjadi orang yang pertama merasakan
penderitaan rakyatnya secara langsung dengan berperilaku
dan mengkonsumsi makanan dan minuman seperti yang
dialami oleh rakyatnya. Ia juga memerintahkan kepada
keluarganya agar bersikap yang sama. Ia sungguh-sungguh
menjalankannya, bukan semata basa-basi politik. Dengan
sikap seperti itu, Umar tahu betul bagaimana sengsaranya
beban yang diderita oleh rakyatnya. Dengan itu ia
bersungguh-sungguh memeras otak dan banting tulang
mencari solusi yang tepat lagi cepat dalam mengatasi krisis
ekonomi yang ada.
Adakah rezim-rezim yang ada di dunia, khususnya
Indonesia, bersikap seperti ini ketika ada krisis? Wajar jika
tidak ada. Karena mereka tidak menjalankan perintah
syariat Islam, sebagaimana Khalifah Islam menjalani itu
semua karena hanya melandaskan diri pada tuntunan
syariah Islam.
WalLâhu a’lam bi ash-shawâb.[]

Cara Khilafah Mengatasi Krisis Ekonomi |11


Bagian 2

Cepat, Tepat, Komprehensif

S ebagaimana diketahui, Khalifah Umar ra., ketika


krisis ekonomi, memberi contoh terbaik dengan cara
berhemat dan bergaya hidup sederhana, bahkan lebih
kekurangan dari masyarakatnya. Dengan itu beliau bisa
merasakan betul bagaimana penderitaan yang dialami oleh
rakyatnya. Beliau kemudian segera mengeluarkan kebijakan
untuk menanggulangi krisis ekonomi secara cepat, tepat dan
komprehensif. Untuk mengoptimalisasi keputusannya,
Khalifah segera mengerahkan seluruh struktur, perangkat
negara dan semua potensi yang ada untuk segera membantu
masyarakat yang terdampak.
Dalam buku The Great leader of Umar bin Khathab, Kisah
Kehidupan dan Kepemimpinan Khalifah Kedua, diceritakan
bahwa Khalifah Umar ra. langsung memerintahkan untuk
membuat posko-posko bantuan. Diriwayatkan dari Aslam:
Pada tahun kelabu (masa krisis), bangsa Arab dari
berbagai penjuru datang ke Madinah. Khalifah Umar ra.
menugaskan beberapa orang (jajarannya) untuk menangani

12| Abu Umam


mereka. Suatu malam, saya mendengar beliau berkata,
“Hitunglah jumlah orang yang makan malam bersama kita.”
Orang-orang yang ditugaskan pun menghitung orang-orang
yang datang. (Ternyata) berjumlah tujuh puluh ribu orang. Jumlah
orang-orang sakit dan yang memerlukan bantuan sebanyak empat
ribu orang. Selang beberapa hari, jumlah orang yang datang dan
yang memerlukan bantuan mencapai enam puluh ribu orang.
Tidak berapa lama kemudian, Allah mengirim awan. Saat hujan
turun, saya melihat Khalifah Umar ra. menugaskan orang-orang
untuk mengantarkan mereka ke perkampungan dan memberi
mereka makanan dan pakaian ke perkampungan. Banyak terjadi
kematian di tengah-tengah mereka. Saya melihat sepertiga mereka
mati. Tungku-tungku Umar sudah dinyalakan para pekerja sejak
sebelum subuh. Mereka menumbuk dan membuat bubur.8
Dari sini kita bisa membayangkan betapa berat kondisi
waktu itu. Dengan situasi dan kondisi saat peralatan dan
sarana-prasarana tidak semodern seperti sekarang, Khalifah
Umar ra. harus mengurus, mengelola dan mencukupi
rakyatnya yang terkena dampak krisis ini. Sungguh angka
yang sangat fantastis pada saat itu. Kerja berat dilakukan dan
dilalui oleh Khalifah Umar ra. sebagai bentuk tanggung
jawabnya melayani urusan rakyatnya.
Dengan situasi di atas, kita pun bisa tahu, bagaimana Al-
Faruq membagi tugas kepada para perangkat negara di
bawah beliau hingga level pekerja, bahu-membahu dan sigap
8
Tarikh Adz-Dzahabi, hlm. 274,

Cara Khilafah Mengatasi Krisis Ekonomi |13


menyelesaikan persoalan yang ada. Khalifah Umar ra. tidak
berpangku tangan atau sekadar perintah sana, perintah sini
saja. Beliau langsung turun tangan mengkomando dan
menangani krisis tersebut. Beliau langsung memerintahkan
mendirikan posko untuk para pengungsi, memastikan setiap
petugas memahami pekerjaan yang dilimpahkan dengan
benar tanpa kekurangan secara langsung dan tidak
mengerjakan pekerjaan petugas lain yang diberikan pada
yang lain.9
Khalifah Umar ra. langsung menugaskan beberapa
orang di berbagai penjuru Madinah untuk memantau
kondisi rakyat yang berkumpul mencari rezeki di sekitar
mereka karena kemarau dan kelaparan yang menimpa
mereka. Mereka bertugas membagikan makanan dan lauk-
pauk. Sore hari, orang-orang yang ditugaskan berkumpul
bersama Umar melaporkan peristiwa yang terjadi. Beliau
lalu memberikan pengarahan kepada mereka.10
Khalifah Umar ra. memberi makanan kepada orang-
orang badui dari Dar ad-Daqiq, sebuah lembaga
perekonomian yang berada pada masa pemerintahan Umar.
Lembaga ini bertugas membagi tepung, mentega, kurma dan
anggur yang berada di gudang kepada orang-orang yang
datang ke Madinah sebelum bantuan dari Mesir, Syam dan
Irak datang. Dar ad-Daqiq kian diperbesar agar bisa membagi

9
Al Kafa’ah Al Idariyyah, DR. Abdullah Qadiri, hlm. 08.
10
Ibid, hlm. 155.

14| Abu Umam


makanan kepada puluhan ribu orang yang datang ke
Madinah selama sembilan bulan, sebelum hujan tiba dan
memberi penghidupan.11
Apa yang dilakukan oleh Khalifah Umar ra. di atas
menunjukkan kecerdasan beliau dalam membuat
keputusan, mengatur dan mengelola seluruh struktur
pemerintahan di bawahnya sehingga bisa cepat, sigap dan
tuntas dalam melayani krisis ekonomi. Lembaga-lembaga
pemerintahan yang langsung berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan rakyat, baik yang bergerak dalam
bidang finansial atau yang lainnya, langsung diminta
bergerak cepat. Khalifah sendiri yang bekerja dalam posko-
posko tersebut, memastikan semua berjalan optimal.
Abu Hurairah ra. menceritakan dengan gamblang
bagaimana Khalifah Umar ra. melakukan itu semua. Ia
berkata:
Semoga Allah merahmati lbnu Hantamah. Saya pernah
melihat dia pada tahun kelabu memanggul dua karung di
atas punggungnya dan sewadah minyak berada di tangannya.
Ia meronda bersama Aslam. Saat keduanya melihatku,
Umar bertanya, “Dari mana engkau, wahai Abu Hurairah?”
Saya menjawab, “Dari dekat sini.”
Saya pun membantu dia memanggul. Kami memanggul
hingga tiba di perkampungan Dhirar. Tiba-tiba ada

11
Al-Madinah An-Nabawiyyah Farj Al-Islam. 2/37- 38.

Cara Khilafah Mengatasi Krisis Ekonomi |15


sekelompok orang berasal dari dua puluh kepala keluarga
datang. Umar bertanya, “Ada apa kalian datang?”
Mereka menjawab. “Lapar.”
Mereka pun mengeluarkan daging bangkai yang mereka
makan dan tumbukan tulang yang mereka telan. Saya (Abu
Hurairah) melihat Umar meletakkan selendangnya. Ia kemudian
memasak dan memberi mereka makan hingga kenyang.
Selanjutnya, Aslam tiba di Madinah dengan membawa kain
bordiran hingga berkeringat dan memberikannya kepada mereka.
Selanjutnya, ia selalu mendatangi mereka dan juga yang
lain hinggaa Allah menghilangkan musibah itu dari mereka.12
Perhatian dan pengorbanan Khalifah tergambar dan
terekam jelas dalam catatan emas sejarah.
Suatu ketika Khalifah Umar ra. mengimami shalat isya
bersama para jamaah yang lalu pulang, sementara ia terus
shalat hingga di penghujung malam. Setelah itu, Umar
keluar rumah mendatangi perkampungan dan meronda.
Abullah bin Umar ra. meriwayatkan, ia berkata:
Pada suatu malam di waktu sahur saya mendengar ia
berdoa, “Ya Allah, janganlah Kau binasakan umat
Muhammad saat saya menjadi pemimpin mereka.”
Ia pun berdoa, “Ya Allah, janganlah Kau binasakan
kami dengan kemarau dan lenyapkanlah musibah dari
kami.”

12
Akhbar Umar, hlm. 111, dinukil dari Ar-Riyadh An-Nadihirah.

16| Abu Umam


Ia mengulang-ulang kata-kata tersebut.13
Malik bin Aus (berasal dari Bani Nashr) juga
menceritakan bagaimana sepak terjang Khalifah Umar ra.
dalam menangani krisis ini. Ia berkata:
Saat terjadi tahun kelabu, Umar mendatangi kaumku.
Mereka berjumlah seratus kepala keluarga dan mereka
menempati padang pasir. Umar biasa memberi makan orang
yang mendatangi dirinya. Yang tidak datang dikirimi
tepung, kurma dan lauk-pauk ke rumahnya. la mengirim
bahan makanan kepada kaumku berbulan-bulan. Umar
biasa menjenguk orang sakit dan mengkafani orang mati.
Saya melihat kematian menimpa mereka hingga mereka
memakan kulit. Umar sendiri mendatangi mereka dan
menshalati mereka. Saya melihat ia menshalati sepuluh
jenazah sekaligus. Setelah salam, Umar berkata, “Keluarlah
dari kampung menuju tanah yang kalian nantikan.”
Umar membopong orang lemah hingga sampai ke negeri
mereka.14
Dalam riwayat lain, Hazm bin Hisyam, dari ayahnya,
berkata:
Saya melihat Umar bin al-Khaththab pada saat terjadi
tahun kelabu melintasi seorang wanita yang membuat

13
Ibid.
14
Akhbar Umar, hlm. 112, dinukil dari Ar-Riyadh An-Nadihirah, Ibnu Jauzi, hlm.
61.

Cara Khilafah Mengatasi Krisis Ekonomi |17


bubur. Umar berkata, “Tidak seperti ini cara membuat
bubur.”
Kemudian Umar mengambil pengaduk semacam
sendok dan berkata. “Seperti ini.”
Umar memperlihatkan kepadanya. Ia juga berkata,
“Janganlah salah satu dari kalian mencampurkan tepung hingga
air mendidih, tetapi biarkanlah sedikit demi sedikit dan diaduk
dengan alat pengaduknya karena hal itu lebih membuatnya
matang dan tidak mengendap (menyatu dan saling menumpuk
satu sama lain).”
Salah seorang wanita Arab berkata kepada Umar,
“Tidaklah Umar mendekati seorang wanita pun pada masa
kelabu kecuali ia melenyapkan duka orang-orang.”15
Diriwayatkan dari Anas, “Perut Umar bin al-Khathab
selalu keroncongan di tahun kelabu, sebab ia hanya makan dengan
minyak. Ia mengharamkan mentega untuk dirinya. Ia memukul
perut dengan jari-jarinya dan berkata, ‘Berbunyilah karena kita
tidak punya apa pun selain minyak hingga rakyat sejahtera.’”16
Bilakah ada kepala negara seperti Khalifah Umar ra. saat
ini?
WalLâhu a’lam bi ash-shawâb.[]

15
Ibid.
16
Al-Hulliyyah, 1/48.

18| Abu Umam


Bagian 3

Mengerahkan Bantuan
dari Berbagai Daerah

T atkala menanggulangi krisis, bisa jadi pemerintah


pusat tidak mampu menopang seluruh pembiayaan
dan kebutuhan yang ada. Ini adalah hal yang lumrah
saja. Bisa jadi karena kondisi kas keuangan dan faktor lain
yang tidak mencukupi. Ini pun pernah dialami pada masa
Khalifah Umar.
Tatkala menghadapi situasi tersebut, langkah ketiga yang
dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khaththab dalam
menyelesaikan krisis adalah dengan meminta bantuan ke
wilayah atau daerah bagian Kekhilafahan Islam yang kaya
dan mampu memberi bantuan.
Sebagaimana yang diceritakan di dalam buku The Great
Leader of Umar bin Khattab karya Dr. Muhammad ash-
Shalabi, Khalifah Umar langsung bertindak cepat ketika
melihat kondisi keuangan Baitul Mal tidak mencukupi
penanggulangan krisis. Khalifah Umar segera mengirim
surat kepada para gubernurnya di berbagai daerah kaya

Cara Khilafah Mengatasi Krisis Ekonomi |19


untuk meminta bantuan. Petugas Khalifah Umar langsung
mendatangi Amru bin al-Ash, gubernur di Mesir, “Dari
hamba Allah, Umar bin al-Khaththab, Amirul Mukminin,
untuk Amru bin al-Ash. Semoga kesejahteraan terlimpah
padamu. Selanjutnya, tegakah kau melihatku dan orang-
orang di sekitarku, sementara engkau dan orang-orang di
sekitarmu hidup penuh kenikmatan? Tolonglah kami,
tolonglah kami.”
Amru bin Ash membalas, “Untuk hamba Allah, Amirul
Mukminin, dari Amru bin al-Ash. Semoga kesejahteraan
terlimpah kepadamu. Saya memuji Allah yang tidak ada
Tuhan selain-Nya. Selanjutnya, bantuan akan segera tiba.
Untuk itu, bersabarlah. Saya akan mengirim kafilah
untukmu. Yang depan berada di dekatmu, sementara yang
belakang berada di dekatku. Saya berharap bisa membawa
bantuan melalui laut.”
Gubernur Mesir, Amru bin al-Ash mengirim seribu unta
yang membawa tepung melalui jalan darat dan mengirim
dua puluh perahu yang membawa tepung dan minyak
melalui jalur laut serta mengirim lima ribu pakaian kepada
Khalifah Umar.
Khalifah Umar juga mengirim surat kepada para
gubernurnya di Syam. “Kirimkan makanan yang layak untuk
kami karena sudah banyak yang binasa kecuali jika Allah
merahmati mereka.”

20| Abu Umam


Surat serupa juga dikirim kepada para gubernurnya di
Irak dan Persia. Semuanya mengirim bantuan untuk
Khalifah.
Fragmen di atas menunjukkan kesigapan pemimpin
kaum Muslim dalam menyelesaikan krisis; ketika
mendapati pemerintah pusat sudah tidak mampu lagi
menutupi semua kebutuhan dalam rangka menyelesaikan
krisis. Pemerintah pusat langsung memobilisasi daerah-
daerah wilayah Kekhilafahan Islam yang kaya dan mampu
untuk membantu menyelesaikan krisis tersebut. Khalifah
Umar langsung mengirim surat dan utusan langsung untuk
mengurusi hal ini, agar bantuan segera terkondisikan dan
disiapkan.
Dari fragmen di atas juga bisa dipahami, bahwa para
gubernur dengan semangat ukhuwah islamiyah dan
manajemen pemerintahan yang rapi serta saling menopang,
langsung sigap menyiapkan dan memberikan bantuan
dengan jumlah yang sangat banyak. Bantuan itu benar-benar
bisa membantu secara tuntas semua kebutuhan yang
diperlukan. Sebagaimana digambarkan oleh Gubernur
Amru bin Ash, bantuan masyarakat Mesir, ujung kepala
bantuan berada di Madinah, sedangkan ekornya berada di
Mesir. Bisa dibayangkan, betapa banyak bantuan yang
disiapkan dan diberikan oleh Gubernur Mesir untuk
pemerintah pusat. Belum lagi bantuan dari Syam dan Irak.
Itu semua dilakukan dengan spirit menjalankan syariah

Cara Khilafah Mengatasi Krisis Ekonomi |21


Islam dalam pengelolaan pemerintahan khususnya, bantuan
daerah kepada pusat dalam upaya penanggulangan krisis.
Ath-Thabari menuturkan, “Orang pertama yang datang
kepada Khalifah Umar adalah Abu Ubaidah bin Jarrah. Ia
membawa empat ribu kendaraan berisi makanan. Abu
Ubaidah menangani pembagian makanan untuk orang-
orang di sekitar Madinah. Ketika kembali, Abu Ubaidah
diberi empat ribu dirham. Abu Ubaidah berkata, ‘Saya tidak
memerlukannya, wahai Amirul Mukminin. Saya hanya
menginginkan Allah, jangan menyertakan dunia.’ Abu
Ubaidah tidak menerimanya. Khalifah Umar berkata,
‘Ambillah, tidak apa-apa bila kau tidak menginginkannya.’
Abu Ubaidah tetap enggan. Khalifah Umar berkata,
‘Ambillah, saya dulu pernah ditugaskan Rasulullah seperti
ini, Beliau berkata kepadaku seperti yang saya katakan
padamu. Saya pun mengatakan kepada beliau seperti yang
kau katakan kepadaku. Kemudian beliau memberiku.’ Abu
Ubaidah menerimanya kemudian pulang bersama orang-
orangnya lalu Khalifah Umar memeriksa kondisi rakyat.”
Kita bisa bayangkan, betapa banyak bantuan yang
berjumlah 4.000 kendaraan berisi makanan. Belum bantuan
pakaian, obat-obatan, dll. Sungguh, bantuan yang bisa
mencukupi seluruh warga yang terkena krisis, tanpa
terkecuali. Tidak ada satu pun warga ynag terkena krisis
yang tidak mendapatkan bantuan.

22| Abu Umam


Muawiyah bin Abu Sufyan mengirim tiga ribu unta
membawa makanan dan bantuan dari Irak datang membawa
tepung. Khalifah Umar segera membagikan bantuan
tersebut kepada seluruh penduduk Madinah yang
terdampak krisis dan kalangan badui yang datang ke
Madinah. Bantuan juga dikirim dan disebar ke berbagai
perkampungan. Khalifah Umar memerintahkan agar
bantuan itu dibagi secara merata kepada seluruh penduduk
tanpa terkecuali.
Zubair bin Awwam berkata, “Umar berkata kepadaku
pada tahun kelabu saat ia bersama kafilah unta membawa
tepung, lemak dan minyak untuk membantu penduduk
pedalaman, ‘Pergilah bersama kafilah ini dan datanglah ke
Najd. Bawakan untuk setiap kepala keluarga seukuran yang
bisa kau bawa dan juga yang tidak bisa kau bawa. Lewatilah
setiap rumah dan berikan semua yang dibawa satu unta. Beri
mereka dua pakaian. Satu pakaian untuk musim dingin dan
satu pakaian untuk musim panas. Sembelihlah unta dan
hendaklah mereka menyimpan lemaknya dan
mengeringkan dagingnya. Hendaklah mereka mengambil
lemak dan tepung untuk dimasak dan dimakan
hingga Allah memberi mereka rezeki.”
Khalifah Umar juga mengirimkan bantuan yang datang
dari berbagai daerah berupa makanan dan pakaian kepada
semua orang selama beberapa bulan. Tungku-tungku besar
sebagai dapur umum terus beroperasi yang dikerjakan oleh

Cara Khilafah Mengatasi Krisis Ekonomi |23


tangan-tangan ahli. Mereka memasak sejak fajar dan
membagikan makanan kepada orang-orang. Khalifah Umar
menyampaikan pengumuman, “Bila Allah tidak
mengentaskan kemarau maka setiap penghuni rumah akan
kami tangguhkan seperti mereka dan akan kami beri makan
semampu kami. Bila kami tidak mampu, kami memutuskan
setiap penghuni rumah yang memiliki perbekalan, kami
satukan dengan yang tidak punya perbekalan hingga Allah
mendatangkan hujan.”
Fragmen di atas memberi gambaran kepada kita bahwa
bantuan untuk orang-perorang yang tertimpa krisis
jumlahnya sangatlah banyak, berlebih bahkan cukup hingga
mereka mampu bekerja sendiri mencari rzeki. Para korban
krisis diceritakan mendapat batuan sebanyak apa yang
dibawa oleh satu unta. Kita sudah tahu bahwa unta mampu
membawa barang yang sangat banyak, melebihi berat
tubuhnya. Inilah gambaran, bagaimana Khilafah dalam
membantu para korban krisis benar-benar tercukupi
semuanya, orang-perorang, tanpa kecuali.
Selain itu, Al-Faruq menangani pembagian makanan
dan perbekalan untuk berbagai kabilah di tempat mereka
meski kendaraan yang ditunggangi bermasalah. Saat kafilah
unta Amru bin al-Ash tiba di ujung Syam, Khalifah Umar
mengirim orang yang menangani pembagiannya meski
termasuk dalam Jazirah Arab. Mereka beralih ke kanan dan
ke kiri menyembelih unta, membagikan tepung dan

24| Abu Umam


pakaian. Al-Faruq mengirim seseorang membawa makanan
yang dikirim oleh Amru dari Mesir melalui jalur laut. Ia
membawanya dan memberi makan untuk penduduk
Tihamah.
Begitulah totalitas Khilafah dalam menyelesaikan
sebuah krisis. Jika pemerintah pusat sudah tidak mampu
lagi, Khalifah akan memobilisasi bantuan dari wilayah-
wilayah di bawah kekuasaan Khilafah. Mereka didorong dan
dipacu untuk memberikan bantuan yang kualitas dan
kuantitasnya terbaik.
Adakah saat ini seorang kepala negara dan gubernurnya
yang bersikap seperti di atas?
WalLâhu a’lam bi ash-shawâb.[]

Cara Khilafah Mengatasi Krisis Ekonomi |25


Bagian 4

Bertaubat dan Mengadu


Kepada Allah SWT

B ukan hanya langsung memberi contoh pribadi


dalam bersikap dan bergaya hidup ketika tertimpa
bencana agar bisa merasakan penderitaan langsung
rakyatnya, Khalifah Umar juga membuat kebijakan yang
strategis, cepat, tepat dan tuntas. Dengan itu seberat apapun
bencana yang menimpa negeri Khilafah bisa langsung
tertangani dengan baik. Khalifah langsung mengontrol
pelaksanaannya. Khalifah juga menyerukan kepada para
kepala daerah di sekitarnya agar berbondong-bondong
membantu.
Lebih dari itu, Khalifah Umar juga bertobat dan
mengadu kepada Allah SWT atas seluruh dosa dan
kesalahan yang diperbuat selama ini. Bisa jadi, karena
banyaknya dosa dan kesalahan inilah yang mengundang
murka Allah SWT sehingga bencana itu datang.
Ini menunjukkan bagaimana Islam mengariskan bahwa
seorang kepala negara wajib senantiasa menyandarkan
seluruh penyelesaian bencana pada keimanan dan tuntunan

26| Abu Umam


syariah Islam. Semua disikapi berdasarkan sudut pandang
keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Bukan hanya
mendasarkan pada kecanggilan ilmu pengetahuan, keuletan
usaha dan logika matematis semata. Apalagi mengandalkan
pada hal-hal yang berbau kesyirikan. Inilah tuntunan Islam.
Semua bencana pasti atas kehendak dan campur tangan dari
Allah SWT. Oleh karena itu bencana wajib disikapi dengan
keimanan dan ketakwaan yang tinggi. Khalifah Umar
mencontohkan demikian.
Khalifah Umar menyampaikan khutbah di hadapan
orang-orang pada masa bencana. Ia berkata, “Wahai sekalian
manusia, bertakwalah kepada Allah pada diri kalian dan dalam
masalah kalian yang tidak tampak dari manusia. Saya tertimpa
musibah karena kalian. Kalian juga tertimpa musibah karena
saya. Saya tidak tahu apakah kemurkaan tiba karena saya, bukan
karena kalian ataukah karena kalian, dan bukan karena saya
ataukah karena kita semua. KemariIah, kita berdoa memohon
kepada Allah agar berkenan memperbaiki hati kita, merahmati
kita dan melenyapkan kemarau (bencana) dari kita.”
Pada hari itu, Khalifah Umar terlihat menengadahkan
tangannya dan berdoa memohon kepada Allah SWT.
Orang-orang pun turut berdoa. Khalifah Umar meneteskan
air mata. Orang-orang pun turut berlinangan air mata.
Selang beberapa waktu kemudian Umar turun.17

17
Ath-Thabaqat, 3/322, Syaikhan min Riwayat Al-Baladzari, hal: 323.

Cara Khilafah Mengatasi Krisis Ekonomi |27


Diriwayatkan juga dari Aslam: Saya mendengar Umar
berkata, “Wahai sekalian manusia, saya khawatir murka Allah
akan menimpa kita semua. Mengeluhlah pada Rabb kalian,
lepaskan dosa, kembalilah pada Rabb kalian dan lakukanlah
kebaikan’.”18
Diriwayatkan juga dari Abdullah bin Sa’idah: Saya
melihat Umar bila usai shalat Maghrib menyerukan, “Wahai
sekalian manusia, memintalah ampunan dan kembali pada Rabb
kalian, mohonlah karunia-Nya, mintalah hujan rahmat, bukan
hujan azab.” Umar terus menyampaikan hal itu hingga Allah
melenyapkan kemarau (bencana).19
Dalam riwayat lain dari Sya’bi dinyatakan:
Khalifah Umar keluar rumah meminta hujan kemudian
berdiri di atas mimbar dan membaca ayat-ayat
berikut: Lalu aku berkata kepada mereka,”’Mohonlah ampun
kepada Rabb kalian. Sungguh Dia adalah Maha Pengampun.
Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepada kalian dengan
lebat.” (TQS Nuh [71]: 10-11).
Khalifah Umar berkata, “Beristighfar dan bertobatlah
kepada-Nya.”
la lalu turun dari mimbar. Kemudian ada yang berkata,
“Apa yang menghalangi Anda untuk meminta hujan?”

18
Ath-Thabaqat, 3/322, Akhbar Umar, hal: 116.
19
Syaikhan min Riwayat Al-Baladzari, hal: 323.

28| Abu Umam


Khalifah Umar berkata, “Saya meminta hujan kepada
Allah Yang menurunkan hujan.”
Saat Khalifah Umar berketetapan hati untuk meminta
hujan dan keluar bersama orang- orang, ia mengirim surat
kepada seluruh gubernurnya untuk keluar pada hari
tertentu. Agar mereka tunduk pada Rabb mereka. Agar
mereka mengharap Allah melenyapkan bencana kemarau
dari mereka. Khalifah Umar keluar pada hari yang telah
ditentukan. Ia mengenakan selimut Rasulullah hingga
sampai di tempat shalat. Ia berkhutbah dengan merendah
diri dan kaum wanita memohon dengan mendesak.
Kebanyakan doa yang diucapkan Umar adalah istighfar
hingga saat hampir usai. la menengadahkan kedua tangan
seraya membentang dan mengubah selendangnya. Bagian
kiri diletakkan di sebelah kanan. Bagian kanan diletakkan di
sebelah kiri. Iamenengadahkan kedua tangan kemudian
meminta dengan mendesak, lama menangis hingga
jenggotnya basah.20
Dalam Shahih Al-Bukhari disebutkan riwayat dari Anas
bahwa Umar bin al-Khaththab meminta hujan saat tertimpa
(bencana) kemarau dengan perantara Abbas bin Abdul
Muthallib. Khalifah Umar berdoa, “Ya Allah, sungguh kami
dulu pernah bertawassul kepada-Mu dengan Nabi kami.
Kemudian Engkau memberi kami hujan. Sungguh kami (kini)

20
Ath-Thabaqat, 3/32/, 321, Tarikh Al-Madinah Al-Munawwarah, Ibnu Syabah,
2/742.

Cara Khilafah Mengatasi Krisis Ekonomi |29


bertawassul kepada- Mu dengan paman Nabi kami. Karena itu
berilah kami hujan.” Mereka pun diberi hujan.
Diriwayatkan, saat Khalifah Umar meminta hujan pada
masa bencana, di akhir kata-katanya ia berdoa, “Ya Allah,
sungguh saya lemah, sementara apa yang ada di sisi-Mu luas
untuk mereka,”
Kemudian Ia meraih tangan Abbas dan berdoa, “Kami
mendekatkan diri kepada-Mu dengan paman Nabi-Mu dan orang-
orangtuanya yang masih ada serta sahabat-sahabatnya yang besar.
Engkau mengucapkan firman-Mu yang mahabenar: Adapun
dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di
kota itu. Di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka
berdua, sedangkan ayahnya adalah seorang yang salih (TQS aI-
Kahfi [18]: 82). Saya menjaga keduanya demi kesalahan ayah
mereka. Karena itu jagalah, ya Allah, Nabi-Mu dalam diri
pamannya.”
Abbas pun berdoa dengan kedua mata berlinang, “Ya
Allah, tidaklah musibah menimpa melainkan karena dosa.
Tidaklah musibah dilenyapkan kecuali dengan tobat dan kaum
menghadap-Mu berkat posisiku dari Nabi-Mu. Inilah tangan-
tangan kami, yang kami bentangkan kepada-Mu dengan
membawa dosa-dosa, dan ubun-ubun kami, dengan tobat. Karena
itu turunkanlah hujan kepada kami dan jangan Kau jadikan
kami sebagai orang-orang yang berputus asa, wahai Zat yang
Maha Pemurah di antara semua yang pemurah…Ya Allah berilah
kami hujan-Mu sebelum tertimpa kemarau dan binasa karena

30| Abu Umam


sungguh tidak ada yang berputus asa dari rahmat-Mu kecuali
kaum kafir.”21
Tiba-tiba gumpalan timbul dari awan dan orang-orang
berkata, “Kalian lihat.” Gumpalan itu menyatu dan ditiup
angin kemudian tenang Ialu menurunkan hujan. Demi
Allah, belumlah hujan berhenti hingga mereka merangkul
tembok dan menaikkan kain sarung. Orang-orang
menghampiri Abbas berkata, “Selamat untukmu, wahai
Penyiram Haramain.”
Salah satu riwayat menyebutkan bentuk doa Abbas pada
peristiwa tersebut. “Ya Allah, sungguh tidaklah musibah
menimpa kecuali karena dosa dan tidaklah hilang kecuali dengan
tobat. Kaum menghadap kepada-Mu dengan perantaraanku
karena posisiku dari Nabi-Mu. Inilah tangan-tangan kami
membawa dosa dan ubun-ubun kami membawa tobat. Karena itu
turunkanlah hujan kepada kami.” Langit tertutup seperti
gunung hingga bumi pun menghijau dan orang- orang
sejahtera.22
Fragmen di atas menunjukkan bagaimana Khalifah
Umar benar-benar menggantungkan semuanya kepada Allah
SWT. Khalifah menyandarkan dan melandaskan
penyelesaian terhadap krisis yang melanda Madinah dalam
sudut pandang keimanan dan ketakwaan. Tentu dibarengi

21
Al-Bukhari, 1010.
22
Al-Khilafah Ar-Rasyidah wa Ad-Daulah Al-Umawiyah, Dr Yahya Yahya, hal: 302.

Cara Khilafah Mengatasi Krisis Ekonomi |31


dengan mengeluarkan kebijakan yang komprehensif, cepat
dan tuntas dengan pengawalan langsung, serta
mengkonsolidasi daerah-daerah sekitar agar segera
memberikan membantu.
WalLâhu a’lam bi ash-shawâb.[]

32| Abu Umam


Bagian 5
Menghentikan Had Pencurian
dan Pungutan Zakat

L angkah-langkah selanjutnya yang dilakukan oleh


Khalifah Umar bin al-Khaththab ra. ketika terjadi
bencana adalah menghentikan sementara hukuman
bagi pencuri. Hal ini dilakukan bukan karena mengabaikan
hukum yang sudah pasti dalam Islam, namun lebih
disebabkan karena syarat-syarat pemberlakuan hukum untuk
pencuri tidak terpenuhi. Saat itu orang mencuri dan
memakan barang milik orang lain karena sangat Iapar. Itu
semata untuk menyambung nyawanya karena memang tidak
bisa mendapatkan makanan. Mereka bukanlah orang yang
bertindak sekehendaknya dan tidak bermaksud mencuri.
Karena itu Khalifah Umar tidak memotong pencuri
yang mengambil unta lalu menyembe-lihnya. Justru Khalifah
memerintahkan pemimpin kabilahnya, Halib, untuk
membayar harga Unta tersebut.23

23
Al-Khilafah wa Al-Khulafa Ar-Rasyidin, Salim Al Bahnisawi, hal: 165.

Cara Khilafah Mengatasi Krisis Ekonomi |33


Khalifah Umar berkata, “Tidaklah tangan dipotong karena
kurma24 dan tidak pula pada masa paceklik (krisis/bencana).”25
Pendapat Khalifah Umar ini menjadi salah satu
sandaran hukum syariah berupa Ijmak Sahabat bagi pencuri
ketika mencuri untuk sekadar menyambung nyawanya. Para
Sahabat yang hidup pada masa Khalifah Umar mendiamkan
dan menyetujui pendapat Umar. Inilah Ijmak Sahabat
tentang hukum pencuri dalam situasi khusus tersebut. Tidak
sama hukumnya bagi pencuri di luar kondisi tersebut.
Sejumlah mazhab fikih menjadikan pemahaman Umar
ini menjadi rujukan. Disebutkan dalam Al-Mughni: Ahmad
berkata, “Tidak ada potong tangan pada masa kelaparan.
Maksudnya, orang yang sangat memerlukan, bila mencuri barang
untuk dimakan, tidaklah dipotong tangannya karena sama seperti
terpaksa.”
Jauzjani meriwayatkan dari Umar, ia berkata, “Tidak ada
potong tangan pada masa paceklik(krisis/bencana).” Ia berkata,
“Saya tanyakan hal itu pada Ahmad, ‘Kau berpendapat
demikian?’ Ahmad menjawab, ‘Demi usiaku, saya tidak memotong
tangannya bila kebutuhan mendorong dia, sementara orang-orang
berada dalam masa sulit dan lapar’.”26

24
Tidak diberlakukan hukum potong tangan selama kurma masih menempel
dipohonnya dan tiak di simpan.
25
Mushannaf Abdurrazzak, 10/242, Al Misbah Al Munir, hal: 292.
26
Al-Mughni, Ibnu Qudamah, 8/287.

34| Abu Umam


Ini merupakan pemahaman Umar yang mendalam
untuk tujuan-tujuan syariah. Khalifah Umar memandang
inti masalah ini dan tidak cukup melihat sisi luarnya saja.
Khalifah memandang faktor penyebab pencurian. Umar
menemukan faktor pendorongnya adalah rasa lapar yang
dinilai sebagai kondisi darurat yang membolehkan hal-hal
terlarang. Ini seperti yang ditunjukkan oleh perkataan Umar
dalam kisah anak-anak kecil pencari kayu bakar, “KaIian
mempergunakan mereka dan membuat mereka lapar hingga salah
satu di antara mereka bisa memakan sesuatu yang haram, baginya
halal.”27
Namun demikian, ini berbeda kasus jika terjadi
penjarahan-penjarahan yang dilakukan dengan brutal dan
mengerikan. Yang diambil bukan hanya barang yang untuk
di makan. Barang-barang lain pun diambil seperti; televisi,
ban motor/mobil, kulkas, dll. Ini jelas tidak termasuk dalam
kondisi pengkhususan di atas. Sebab barang-barang di atas
bukan barang-barang yang bisa langsung dimakan yang
menyebabkan rasa lapar jadi hilang sehingga nyawa bisa
tersambung lagi. Jika terjadi pencurian seperti ini maka
hukum had terkait dengan pencurian harus ditegakkan. Jika
memenuhi nishâb maka pencurinya harus dipotong
tangannya. Tidak ada pengecualian, karena sudah melebihi
batas pengkhususan hukum syariah.

27
A’lam Al Muwaqqi’in, 3/11, Al-Ijtihad fi Al-Fikih Al-Islami, hal: 136.

Cara Khilafah Mengatasi Krisis Ekonomi |35


Selain tidak menghukum pencuri yang mencuri karena
terpaksa demi sekadar menyambung hidup, Khalifah Umar
juga menunda pungutan zakat pada krisis/bencana.
Khalifah menghentikan pungutan kewajiban zakat pada
masa bencana/krisis. Saat kelaparan berakhir dan bumi
mulai subur, Umar kembali mengumpulkan zakat pasca
bencana/krisis. Artinya, Khalifah menilai itu sebagai hutang
bagi orang-orang yang mampu agar bisa menutupi
kelemahan bagi orang-orang yang memerlukan dan agar di
Baitul Mal ada dana setelah semuanya diinfakkan.28
Diriwayatkan dari Yahya bin Abdurrahman bin Hatib,
“Umar bin al-Khathab menunda zakat pada masa krisis/bencana
dan tidak mengirim para petugas penarik zakat. Pada tahun
berikutnya, Allah mengentaskan paceklik, kemudian Umar
memerintahkan mereka agar mengeluarkan zakat dan para
petugas zakat menarik zakat dua tahun. Kemudian mereka
diperintahkan untuk membagikan zakat satu tahun dan sedekah
satu tahunnya diberikan pada Umar.”29
Mâ syâ ALlâh. Beginilah tuntunan dari syariat Islam
kepada pemimpin ketika menangani krisis/bencana yang
melanda di tengah-tengah masyarakatnya.
Dari apa yang dipaparkan dari tulisan pertama hingga
terakhir ini, kita bisa memahami komprehensifnya syariah
Islam menuntun kepala negara dalam menyelesaikan

28
Al-Khilafah wa Al-Khulafa’ Ar-Rasyidin, Salim Al-Bahnisawi. hal: 166.
29
As-Syaikhan min riwayat Al-Baladzari, hal: 324.

36| Abu Umam


bencana/krisis. Dengan langkah-langkah strategis, taktis
juga full power. Khalifah wajib memberi contoh langsung dan
terbaik ketika ada bencana. Tidak makan-makanan enak
selama bencana/krisis. Makanannya dipastikan tidak lebih
enak dari makanan rakyatnya yang terkena bencana.
Demikian juga pakaian, tempat tidur dan gaya hidupnya.
Semuanya disesuaikan dengan kondisi yang dihadapi
masyarakatnya. Tujuannya satu, agar kepala negara bisa
merasakan langsung penderitaan rakyatnya. Bukan basa-basi,
namun nyata menyesuaikan seluruhnya dengan kondisi
masyarakat hingga selesai krisi/bencana. Tidak sekadar
pencitraan.
Selanjutnya memastikan semua penanganan berjalan
dengan baik. Seluruh aparat terlibat membantu dengan
optimal menanggulangi krisis/bencana tersebut. Tidak ada
ruang bagi ABS (asal Bapak senang). Kepala Negara
(Khalifah) memastikan betul bahwa program tanggap
darurat berjalan dengan baik dan bantuan sampai ke yang
membutuhkan dengan baik dan mencukupi pula. Tersebar
merata, tidak ada yang sampai kekurangan atau di satu titik
berlimpah, sedangkan di titik lain tidak ada sama sekali.
Selain itu, memobilisasi bantuan dari daerah sekitar.
Memotivasi agar berlomba-lomba meringankan saudaranya.
Wajar jika bantuan datang berduyun-duyun. Tercatat kepala
bantuan sudah sampai di tempat bencana/krisis, ekor

Cara Khilafah Mengatasi Krisis Ekonomi |37


bantuan masih dari asal bantuan. Ini adalah sikap
persaudaraan sejati.
Bukan hanya itu saja, Khalifah juga langsung
memimpin tawbat[an] nasûhâ. Bisa jadi bencana/krisis yang
ada akibat kesalahan-kesalahan atau dosa yang telah
dilakukan oleh Khalifah dan atau masyarakatnya. Khalifah
harus menyerukan tobat. Meminta ampun kepada Allah
agar bencana ini segera berlalu. Yang terakhir adalah apa
yang dilakukan Khalifah seperti di atas. Memberhentikan
sementara hukum had bagi pencuri dan menunda
pemungutan zakat.
Jelas tampak bahwa syariah Islam ada cara tersendiri dan
khas dalam menanggulangi krisis bencana. Religius,
strategis, totalitas, menyeluruh dan penuh keteladanan. Ini
semua dijalankan dalam bingkai keimanan dan ketakwaan
dalam Islam.
WalLâhu a’lam bi ash-shawâb.[]
Tulisan pernah dimuat di:
 https://alwaie.id/tarikh/cara-khilafah-mengatasi-krisis-ekonomi-bagian-1/
 https://alwaie.id/tarikh/cara-khilafah-mengatasi-krisis-ekonomi-cepat-tepat-
komprehensif-bagian-2/
 https://alwaie.id/tarikh/cara-khilafah-mengatasi-krisis-ekonomi-
mengerahkan-bantuan-dari-berbagai-daerah-bagian-3/
 https://alwaie.id/tarikh/cara-khilafah-mengatasi-krisis-ekonomi-bertaubat-
dan-mengadu-kepada-allah-swt-bagian-4/
 https://alwaie.id/tarikh/cara-khilafah-mengatasi-krisis-ekonomi-bagian-5-
habis-menghentikan-had-pencurian-dan-pungutan-zakat-bagian-5-habis/

38| Abu Umam

Anda mungkin juga menyukai