OLEH
YOFI YOANDA
NIM. 1001112114
Fatimah binti Abdul Malik bin Marwan dibesarkan dalam sekolah Islam
dan terdidik dengan ilmu Al-Quran. Ayahnya adalah seorang khalifah. Abdul
Malik bin Marwan dan suaminya juga seorang khalifah, yakni Umar bin Abdul
Aziz.
Fatimah binti Abdul Malik bin Marwan dibesarkan dalam sekolah Islam
dan terdidik dengan ilmu Al-Quran. Ayahnya adalah seorang khalifah. Abdul
Malik bin Marwan dan suaminya juga seorang khalifah, yakni Umar bin Abdul
Aziz. Keempat saudaranya pun semua khalifah, yaitu Al Walid Sulaiman, Al
Yazid, dan Hisyam.
Ketika Fatimah dipinang untuk Umar bin Abdul Aziz, pada waktu itu
Umar masih layaknya orang kebanyakan bukan sebagai calon pemangku jabatan
khalifah.
"Demi Allah," kata Fatimah, "Aku tidak memilih pendamping lebih mulia
daripadamu, ya Amirul Mukminin. Inilah emas permata dan seluruh perhiasanku."
Kemudian Khalifah Umar bin Abdul Aziz menerima semua perhiasan itu
dan menyerahkannya ke Baitulmal, kas Negara kaum muslimin. Sementara Umar
bin Abdul Aziz dan keluarganya makan makanan rakyat biasa, yaitu roti dan
garam sedikit.
Pada suatu hari raya puteri-puterinya datang kepadanya, "Ya Ayah, besok
hari raya. Kami tidak punya baju baru…"
Ketika ajalnya hampir tiba, beliau meninggalkan 15 orang anak lelaki dan
perempuan. Banyak keluarganya yang datang menanyakan apa yang
ditinggalkannya pada keluarganya. Jawaban Umar bin Abdul Azis ialah, "Aku
tinggalkan untuk mereka ketaqwaan pada Allah. Kalau mereka tergolong orang
yang shaleh, maka Allah telah menjamin akan mengayomi mereka. Tetapi kalau
mereka tergolong orang yang tidak sholeh, aku tidak akan meninggalkan apa pun
yang bisa mereka gunakan untuk bermaksiat pada Allah."
Demikianlah Umar bin Abdul Aziz menginggalkan dunia yang fana ini.
Dia digantikan oleh iparnya, Yazid bin Abdul Malik.
Kekuasaan Khalifah Umar bin Abdul Aziz hanya berusia tiga puluh bulan,
tetapi kekuasaannya yang singkat itu bagi Allah Taala bernilai lebih dari tiga
puluh abad. Beliau meninggalkan dunia fana ini dalam usia muda, yakni pada usia
empat puluh tahun.
Pada zaman pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, pasukan kaum muslimin
sudah mencapai pintu kota Paris di sebelah barat dan negeri Cina di sebelah timur.
Pada waktu itu kekuasaan pemerintahan di Portugal dan Spanyol berada di bawah
kekuasaannya.
Wahai amirul mukminin, negeri kami ini telah rusak, alangkah baiknya
jika tuan memberi jalan untuk memulihkan negeri kami. Khalifah Umar
menjawab surat itu dengan berkata, Apabila engkau membaca suratku ini
hendaklah engkau memagari negerimu dengan keadilan dan bersihkanlah jalan-
jalannya dari kezaliman. Sesungguhnya itulah pemulihannya, wassalam.
Sebelum menjadi khalifah Saiyidina Umar bin Abdul Aziz adalah orang
yang hidup mewah dari harta yang halal. Namun begitu dilantik menjadi khalifah
segala harta bendanya diserahkan kepada baitul mal, beliau begitu serius
menjalankan amanah Allah hingga tidak ada waktu lagi untuk hal-hal lain.
Isterinya meriwayatkan bahwa setiap kali beliau pulang ke rumah malam hari,
beliau akan duduk di tempat sembahyang menangis dan berdoa hingga tertidur.
Apabila beliau terjaga beliau menangis dan berdoa lagi dan begitulah seterusnya
hingga subuh.
KEBERKATAN PIMPINANNYA
Malik bin Dinar (seorang ulama salaf yang terkenal) menceritakan bahwa
ketika Umar bin Abdul Aziz naik menjadi khalifah para penggembala kambing di
lembah dan kampung menjadi tertanya-tanya, siapakah gerangan lelaki soleh yang
menjadi khalifah ini? Keadilannya menahan srigala dari menerkam kambing-
kambing kami.
Umar bin Abdul Aziz bukan saja seorang pemimpin yang ditunjuk oleh
Allah bahkan beliau juga seorang ulama yang ulung di zamannya. Disebutkan
bahwa para alim ulama di zamannya hanyalah bertaraf murid-muridnya. Setiap
malam beliau akan berkumpul dengan ahli-ahli fiqih untuk bermuzakarah.