Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MANDIRI ASISTENSI AGAMA ISLAM

Kisah Khalifah Umar Bin Abdul Aziz

OLEH
YOFI YOANDA
NIM. 1001112114

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSISAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS RIAU
2010
Kisah Khalifah Umar Bin Abdul Aziz

Fatimah binti Abdul Malik bin Marwan dibesarkan dalam sekolah Islam
dan terdidik dengan ilmu Al-Quran. Ayahnya adalah seorang khalifah. Abdul
Malik bin Marwan dan suaminya juga seorang khalifah, yakni Umar bin Abdul
Aziz.

Fatimah binti Abdul Malik bin Marwan dibesarkan dalam sekolah Islam
dan terdidik dengan ilmu Al-Quran. Ayahnya adalah seorang khalifah. Abdul
Malik bin Marwan dan suaminya juga seorang khalifah, yakni Umar bin Abdul
Aziz. Keempat saudaranya pun semua khalifah, yaitu Al Walid Sulaiman, Al
Yazid, dan Hisyam.

Ketika Fatimah dipinang untuk Umar bin Abdul Aziz, pada waktu itu
Umar masih layaknya orang kebanyakan bukan sebagai calon pemangku jabatan
khalifah.

Sebagai putera dan saudari para khalifah, perkawinan Fatimah dirayakan


dengan resmi dan besar-besaran, dan ditata dengan perhiasan emas mutu-
manikam yang tiada ternilai indah dan harganya. Namun sesudah perkawinannya
usai, sesudah Umar bin Abdul Aziz diangkat menjadi khalifah dan Amirul
Mukminin, Umar langsung mengajukan pilihan kepada Fatimah, isteri tercinta.
Umar berkata kepadanya, "Isteriku sayang, aku harap engkau memilih satu di
antar dua."

Fatimah bertanya kepada suaminya, "Memilih apa, kakanda?"

Umar bin Abdul Aziz menerangkan, "Memilih antara perhiasan emas


berlian yang kau pakai atau Umar bin Abdul Aziz yang mendampingimu."

"Demi Allah," kata Fatimah, "Aku tidak memilih pendamping lebih mulia
daripadamu, ya Amirul Mukminin. Inilah emas permata dan seluruh perhiasanku."

Kemudian Khalifah Umar bin Abdul Aziz menerima semua perhiasan itu
dan menyerahkannya ke Baitulmal, kas Negara kaum muslimin. Sementara Umar
bin Abdul Aziz dan keluarganya makan makanan rakyat biasa, yaitu roti dan
garam sedikit.

Pada suatu hari raya puteri-puterinya datang kepadanya, "Ya Ayah, besok
hari raya. Kami tidak punya baju baru…"

Mendengar keluhan puteri-puterinya itu, khalifah Umar berkata kepada


mereka. "Wahai puteri-puteriku sayang, hari raya itu bukan bagi orang yang
berbaju baru, akan tetapi bagi yang takut kepada ancaman Allah."
Mengetahui hal tersebut, pengelola baitulmal berusaha menengahi, "Ya
Amirul Mukminin, kiranya tidak akan menimbulkan masalah kalau untuk baginda
diberikan gaji di muka setiap bulan."

Umar bin Abdul Aziz sangat marah mendengar perkataan pengurus


Baitulmal. Ia berkata, "Celaka engkau! Apakah kau tahu ilmu gaib bahwa aku
akan hidup hingga esok hari!?"

Ketika ajalnya hampir tiba, beliau meninggalkan 15 orang anak lelaki dan
perempuan. Banyak keluarganya yang datang menanyakan apa yang
ditinggalkannya pada keluarganya. Jawaban Umar bin Abdul Azis ialah, "Aku
tinggalkan untuk mereka ketaqwaan pada Allah. Kalau mereka tergolong orang
yang shaleh, maka Allah telah menjamin akan mengayomi mereka. Tetapi kalau
mereka tergolong orang yang tidak sholeh, aku tidak akan meninggalkan apa pun
yang bisa mereka gunakan untuk bermaksiat pada Allah."

Kemudian Umar bin Abdul Aziz memerintahkan karib kerabat dan


isterinya, Fatimah agar meninggalkannya seorang diri. Ujarnya, "Fatimah isteriku,
keluarlah dan tinggalkan aku sendiri menyambut kedatangan makhluk asing yang
sedang memasuki kamarku ini. Mereka bertubuh nurani, beraneka ragam
sayapnya. Ada yang bersayap dua, tiga, dan empat. Tinggalkanlah aku sendirian
wahai sayangku. Rohku sudah siap menyertai para pengawal itu menjadi tamu
agung Allah Ar-Rahman."

Menjelang rohnya menginggalkan jasadnya, beliau mengulang-ulang


firman Allah swt : "Negeri akhirat itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak
ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di bumi. Dan kesudahan (yang
baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertaqwa."

Demikianlah Umar bin Abdul Aziz menginggalkan dunia yang fana ini.
Dia digantikan oleh iparnya, Yazid bin Abdul Malik.

Pada suatu hari Yazid memanggil saudarinya, Fatimah seraya berkata,


"Fatimah, aku tahu suamimu, Umar bin Abdul Aziz telah merampas semua
perhiasanmu dan memasukkannya ke Baitulmal. Kalau engkau mau, maka akan
kukembalikan lagi perhiasan itu kepadamu."

Dengan tegas Fatimah menjawab, "Ya Yazid, apakah kau hendak


memaksaku mengambil apa yang oleh Amirul Mukminin Umar bin Abdul Aziz
telah diberikan kepada Baitulmal? Demi Allah yang tiada Tuhan selain Dia, aku
tidak akan menaatinya pada waktu hidup dan menggusarkannya sesudah beliau
meninggal dunia walaupun hanya sedikit."

Kekuasaan Khalifah Umar bin Abdul Aziz hanya berusia tiga puluh bulan,
tetapi kekuasaannya yang singkat itu bagi Allah Taala bernilai lebih dari tiga
puluh abad. Beliau meninggalkan dunia fana ini dalam usia muda, yakni pada usia
empat puluh tahun.

Pada zaman pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, pasukan kaum muslimin
sudah mencapai pintu kota Paris di sebelah barat dan negeri Cina di sebelah timur.
Pada waktu itu kekuasaan pemerintahan di Portugal dan Spanyol berada di bawah
kekuasaannya.

ISYARAT KEROHANIAN MENGENAI KEPEMIMPINANNYA

Imam Tarmizi meriwayatkan dalam sebuah hadis bahwa khalifah Umar


Al-Khattab berkata : "Dari kalangan zuriatku akan ada seorang lelaki ;berparut di
wajahnya. Dia akan memenuhi dunia dengan keadilan." Ternyata isyarat in terjadi
kepada Sayidina Umar bin Abdul Aziz, sewaktu kecil beliau telah dilukai seekor
binatang tepat di dahinya. Bapaknya menyapu darah yang mengalir di kepalanya
lantas berkata, "Kalau engkau lah lelaki berparut di dahi yang diisyaratkan itu,
niscaya engkaulah orang yang bahagia."

Kisah ini diriwayatkan oleh Ibnu Asakir. Di zaman pemerintahan Khalifah


Al- Walid beliau dilantik menjadi gubernur Madinah dan pada tahun 99H beliau
resmi menjadi khalifah sesudah wafatnya Khalifah Sulaiman bin Abd, Malik.

CIRI-CIRI TAJDIDNYA DAN SUASANA DI ZAMANNYA

Di zaman itu imperium Islam makin meluas, kerajaan banyak mengutus


misi-misi ketenteraan untuk membuka negara Afrika, Khurasan dan lain-lain.
Mayoritas umat Islam adalah baik karena mereka masih berada dalam lingkungan
tiga kurun yang dijanjikan, namun Bani Umaiyah yang memerintah waktu itu
memang terkenal dengan kehidupan mereka yang bermewah-mewah dan banyak
melanggar perintah Allah.

Sistem kekhalifahan Bani Umaiyah mengikuti budaya para raja (monarki)


dimana sistem itu bertentangan dengan sunnah Khulafaur Rasyidin yang
mengamalkan sistem Syura. Karena itulah Khalifah Umar bin Abdul Aziz
mengembalikan sistem pemerintahan yang dijalankan oleh Khulafaur Rasyidin.
Pada hari pelantikannya Sayidina Umar bin Abdul Aziz naik ke atas mimbar
masjid Umawi di Damsyik lalu mengistiharkan peletakan jabatannya dan tidak
akan memerintah melainkan jika dilantik secara syura. Ketika beliau turun dari
mimbar, orang banyak membaiahnya dan melantiknya sekali lagi menjadi
khalifah berdasarkan sistem syura.
MENEGAKKAN KEADILAN

Beliau menegakkan keadilan di dalam pemerintahannya. Penguasa-


penguasa yang zalim dipecat dan digantikan dengan orang yang lebih layak untuk
memperbaiki keadaan masyarakat.

Yahya Al-Ghassani menceritakan : Seorang gubernur menulis surat


kepada beliau :

Wahai amirul mukminin, negeri kami ini telah rusak, alangkah baiknya
jika tuan memberi jalan untuk memulihkan negeri kami. Khalifah Umar
menjawab surat itu dengan berkata, Apabila engkau membaca suratku ini
hendaklah engkau memagari negerimu dengan keadilan dan bersihkanlah jalan-
jalannya dari kezaliman. Sesungguhnya itulah pemulihannya, wassalam.

SANGAT MEMBELA KESEJAHTERAAN RAKYAT

Beliau sangat memperhatikan kesejahteraan rakyatnya sehingga mereka


merasa tercukupi segala keperluannya. Pernah terjadi di zamannya seorang lelaki
membawa harta yang begitu besar jumlahnya kemudian ingin membagikan
kepada yang memerlukan, namun tidak ada seorang pun yang datang untuk
mengambil harta itu karena mereka telah tercukupi keperluannya.

Sebelum menjadi khalifah Saiyidina Umar bin Abdul Aziz adalah orang
yang hidup mewah dari harta yang halal. Namun begitu dilantik menjadi khalifah
segala harta bendanya diserahkan kepada baitul mal, beliau begitu serius
menjalankan amanah Allah hingga tidak ada waktu lagi untuk hal-hal lain.
Isterinya meriwayatkan bahwa setiap kali beliau pulang ke rumah malam hari,
beliau akan duduk di tempat sembahyang menangis dan berdoa hingga tertidur.
Apabila beliau terjaga beliau menangis dan berdoa lagi dan begitulah seterusnya
hingga subuh.

KEBERKATAN PIMPINANNYA

Malik bin Dinar (seorang ulama salaf yang terkenal) menceritakan bahwa
ketika Umar bin Abdul Aziz naik menjadi khalifah para penggembala kambing di
lembah dan kampung menjadi tertanya-tanya, siapakah gerangan lelaki soleh yang
menjadi khalifah ini? Keadilannya menahan srigala dari menerkam kambing-
kambing kami.

Pernah terjadi di zamannya Panglima Qutaibah bin Muslim ditugaskan


memimpin misi membuka kota Samarkand yang masih Nasrani pada waktu itu.
Qutaibah telah melaksanakan tugasnya dengan langsung menyerang Samarkand
tanpa memberi tiga pilihan (masuk Islam, membayar jizyah atau perang) terlebih
dahulu kepada penduduknya.

Pendeta-pendeta Samarkand tidak puas hati lalu mengutus surat


melaporkan hal itu kepada khalifah Umar dan menuntut Qutaibah beserta
tentaranya keluar dari Samarkand, karena mereka menaklukkannya tanpa
mengikuti syariat.

Khalifah mengakui perkara itu lantas mengarahkan agar tentaranya keluar


dari Samarkand tanpa syarat. Tentara-tentara beliau pun patuh dan masyarakat
Samarkand yang menyaksikan hal itu begitu terkesan dengan keadilan Islam
hingga mereka beramai-ramai mengucapkan 2 kalimah syahadat. Dengan berkat
kepemimpinannya juga zamannya merupakan zaman keemasan umat Islam dalam
pemerintahan Bani Umaiyah.

KEDUDUKANNYA DI SISI PARA ULAMA

Umar bin Abdul Aziz bukan saja seorang pemimpin yang ditunjuk oleh
Allah bahkan beliau juga seorang ulama yang ulung di zamannya. Disebutkan
bahwa para alim ulama di zamannya hanyalah bertaraf murid-muridnya. Setiap
malam beliau akan berkumpul dengan ahli-ahli fiqih untuk bermuzakarah.

Beliau wafat tahun 101H dalam usia 39 tahun, pemerintahannya yang


penuh berkat itu hanya berlangsung 2 tahun. Ketika wafatnya khalifah, Musa bin
AÕrun berkata, Pada zaman khalifah Umar bin Abdul Aziz kambing kami
digembala bersama-sama dengan serigala. Namun pada satu malam seekor
serigala telah menerkam kambing kami. Tidak lain pasti lelaki soleh ini (Umar bin
Abdul Aziz) telah wafat. Dan memang mereka mendapatkan beliau wafat pada
malam tersebut.

Anda mungkin juga menyukai