Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Masalah Utama
Defisit Perawatan Diri

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan
dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan
terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri
(Depkes, 2013). Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting)
(Nurjannah, 2010).
Menurut Poter Perry (2012), personal hygiene adalah suatu
tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana
seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya
(Tarwoto, 2013).

2. Faktor Predisposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk
perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan
dalam perawatan diri.

3. Faktor Presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah
kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas,
lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang
mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi
personal hygiene adalah:
a.  Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan
diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
peduli dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien
penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
g. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

4. Pohon Masalah
Kebersihan diri tidak adekuat (BAB/BAK, Makan minum dan berdandan)

Defisit perawatan diri

Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri

Isolasi sosial

5. Tanda dan Gejala


a. Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit
berdaki dan bau, serta kuku panjang dan kotor;
b. Ketidakmampuan berhias/berpakaian, ditandai dengan rambut acak-
acakan, pakain kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien
laki-laki bercukur, pada pasien perempuan tidak berdandan;
c. Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai oleh ketidakmampuan
mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makana tidak pada
tempatnya;
d. Ketidakmampuan eliminasi sevara mandiri, ditandai dengan buang air
besar atau buang air kecil tidak pada tempatnya, dan tidak
membersihakan diri dengan baik setelah BAB/BAK.
6. Akibat yang Ditimbulkan
Dampak yang ditimbulkan dengan keadaan defisit perawatan diri seperti 
pasien dikucilkan di dalam keluarga atau masyarkat sehingga terjadi isolasi
sosial dan bahkan kehilangan kemampuan dan motivasi dalam melakukan
perawatan terhadap tubuhnya.

7. Penatalaksanaan Medis
Pasien dengan gangguan  defisit  perawatan  diri tidak  membutuhkan
perawatan medis karena hanya mengalami gangguan jiwa, pasien lebih
membutuhkan terapai  kejiwaan melalui komunikasi terapeutik.

8. Asuhan Keperawatan
1. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
a. Data subyektif
Klien mengatakan saya tidak mampu mandi, tidak bisa melakukan
apa-apa,
b. Data obyektif
Klien terlihat lebih kurang memperhatikan kebersihan, halitosis,
badan bau, kulit kotor
2. Isolasi Sosial
a. Data subyektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri.
b. Data obyektif
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup,
Apatis, Ekspresi sedih, Komunikasi verbal kurang, Aktivitas
menurun, Posisi janin pada saat tidur, Menolak berhubungan, Kurang
memperhatikan kebersihan
3. Defisit Perawatan Diri
a. Data subyektif
1) Pasien merasa lemah;
2) Malas untuk beraktivitas;
3) Merasa tidak berdaya.
b. Data obyektif
1) Rambut kotor, acak – acakan;
2) Badan dan pakaian kotor dan bau;
3) Mulut dan gigi bau;
4) Kulit kusam dan kotor;
5) Kuku panjang dan tidak terawat.

Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri;
2. Isolasi sosial;
3. Defisit perawatan diri : kebersihan diri, berdandan, makan, BAB/BAK;

Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa 1 : Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
Tujuan Umum : Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk
memperhatikan kebersihan diri
Tujuan Khusus :
TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan
perawat.
Intervensi :
1. Berikan salam setiap berinteraksi;
2. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan;
3. Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien;
4. Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi;
5. Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien;
6. Buat kontrak interaksi yang jelas;
7. Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati;
8. Penuhi kebutuhan dasar klien.
TUK II : klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan diri.
Intervensi :
1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik;
2. Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara
menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda- tanda bersih.; Dorong
klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri;
3. Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan klien
terhadap hal yang berhubungan dengan kebersihan diri;
4. Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan memelihara
kebersihan diri;
5. Beri reinforcement positif setelah klien mampu mengungkapkan arti
kebersihan diri;
6. Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti: mandi 2 kali pagi
dan sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah makan dan sebelum
tidur), keramas dan menyisir rambut, gunting kuku jika panjang.

TUK III : Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan


perawat.
Intervensi :
1. Motivasi klien untuk mandi;
2. Beri kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien untuk
mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang benar;
3. Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari;
4. Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan rambut;
5. Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilitas perawatan
kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar mandi;
6. Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas kebersihan diri
seperti odol, sikat gigi, shampoo, pakaian ganti, handuk dan sandal.

TUK IV : Klien dapat melakukan kebersihan perawatan diri secara


mandiri.
Intervensi :
Monitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur, ingatkan untuk
mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju dan pakai sandal.

TUK V : Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara


mandiri.
Intervensi :
Beri reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan diri.

TUK VI : Klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan


kebersihan diri.
Intervensi :
1. Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga
kebersihan diri;
2. Diskusikan bersama keluarga tentang tindakanyang telah dilakukan klien
selama di RS dalam menjaga kebersihan dan kemajuan yang telah dialami di
RS;
3. Anjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi terhadap
kemajuan yang telah dialami di RS;
4. Jelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap dalam menjaga
kebersihan diri klien;
5. Anjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga kebersihan
diri;
6. Diskusikan bersama keluarga cara membantu klien dalam menjaga
kebersihan diri;
7. Diskusikan dengan keluarga mengenai hal yang dilakukan misalnya:
mengingatkan pada waktu mandi, sikat gigi, mandi, keramas, dan lain-lain.

Diagnosa 2 : Isolasi sosial


Tujuan Umum : klien tidak terjadi perubahan sensori persepsi
Tujuan Khusus :
TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya
Intervensi :
1. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat
kesepakatan dengan jelas tentang topik, tempat dan waktu;
2. Beri perhatian dan penghaargaan: temani klien walau tidak menjawab;
3. Dengarkan dengan empati: beri kesempatan bicara, jangan terburu-buru,
tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.

TUK II : Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri


Intervensi :
1. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya;
2. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab
menarik diri atau mau bergaul;
3. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta
penyebab yang muncul;
4. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.

TUK III : Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan


dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain.
Intervensi :
1. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan
dengan orang lain
a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan prang lain;
b. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang
lain;
c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.
2. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan
orang lain
a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan
orang lain;
b. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain;
c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.

TUK IV : Klien dapat melaksanakan hubungan social


Intervensi :
1. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain;
2. Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain;
3. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai;
4. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan;
5. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu;
6. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan;
7. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan.

TUK V : Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan


orang lain
Intervensi :
1. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan
orang lain;
2. Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan orang
lain;
3. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan
manfaat berhubungan dengan oranglain.

Diagnosa 3 : Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan,


makan, BAB/BAK
Tujuan Umum : Pasien tidak mengalami defisit perawatan diri
Tujuan Khusus :
1. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri;
2. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik;
3. Pasien mampu melakukan makan dengan baik;
4. Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri.
Intervensi :
1. Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri
a. Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri;
b. Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri;
c. Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri;
d. Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri.
2. Melatih pasien berdandan/berhias
Untuk pasien laki-laki latihan meliputi :
a. Berpakaian;
b. Menyisir rambut;
c. Bercukur
Untuk pasien wanita, latihannya meliputi :
a. Berpakaian;
b. Menyisir rambut;
c. Berhias
3. Melatih pasien makan secara mandiri
a. Menjelaskan cara mempersiapkan makan;
b. Menjelaskan cara makan yang tertib;
c. Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan;
d. Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
4. Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
a. Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai;
b. Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK;
c. Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK
DAFTAR PUSTAKA

Depkes. 2013. Standar Pedoman Perawatan Jiwa. Edisi 7. Jakarta : EGC


Perry, Potter. 2012 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Tarwoto. 2013. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan Psikiatri.
Edisi 3. Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai