PENDAHULUAN
yang cukup tinggi di dunia, dan merupakan infeksi yang ke- 3 teratas dalam jumlah
kematian. Walaupun didalam beberapa Negara yang sudah maju tidak dijumpai lagi
infeksi malaria, tetapi lebih dari 106 negara di dunia masih menangani infeksi
malaria, khususnya di daerah tropic maupun di negara yang sedang berkembang yaitu
di Afrika, sebagian besar Asia, sebagian besar Benua Amerika ( Amerika Latin).
WHO melaporkan dalam tahun 2009 masih terdapat 225 juta penderita malaria
Dalam 10 tahun terakhir ini sudah terjadi perubahan peta endemisitas infeksi
Mobilisasi penduduk yang cukup tinggi dan transfortasi yang semakin cepat
tereleminasi malaria.
1
Infeksi malaria tersebar lebuh dari 100 negara di Benua Afrika , Asia,
Amerika ( bagian selatan ) dan daerah Oceania dan Kepulauan Caribia. Lebih dari 1.6
triliun manusia terpapar oleh malaria dengan dugaan morbiditas 200 – 300 juta dan
mortalitas lebih dari 1 juta per tahun. Beberapa daerah yang bebas malaria yaitu
Hongkong, Japan, Taiwan, Korea, Brunei dan Australia. Negara tersebut terhindar
dari malaria Karena vector yang kontrolnya baik, walaupun demikian di Negara
tersebut makin banyak dijumpai kasus malaria yang di impor karena pendatang dari
malaria, di Afrika, Haiti dan papua nugini umumnya P.falciparum, P.vivax banyak di
amerika latin. Di amerika selatan, asia tenggara, Negara oceania dan india umumnya
timur mulai Kalimantan, Sulawesi trngah sampai ke utara, Maluku, irian jaya dan dari
Lombok sampai nusatenggara timur serta timor timur merupakan daerah endemis
malaria dengan P.falciparum dan P.vivax. beberapa daerah di sumatera mulai dari
lampung, riau, jambi dan batam kasus malaria cenderung meningkat. Populasi yang
beresiko terhadap malaria ialah 113 juta dari 218 juta masyarakat Indonesia.
Walaupun demikian jumlah kasus malaria telah menurun dari 2.8 juta tahun 2001
masyarakat terutama pada rakyat yang hidup di daerah terpencil. Hal ini tercermin
2
Pembangunan Jangka Menengah Naional tahun 2015 - 2019 dimana malaria
Malaria tetap menjadi penyebab penting penyakit dan kematian pada anak-
vektor) dan perawatan cepat dengan efektifagen antimalaria. Sejak penerbitan edisi
pertama Pedoman untukpengobatan malaria pada tahun 2006 dan edisi kedua pada
kombinasi (ACT). ACT umumnya sangat efektif dan baik ditoleransi. Ini telah
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Suatu penyakit infeksi tropis yang agent infeksinya protozoa dari genus
yang infektif.
terhadap P. vivax setiap tahun dengan beban terbesar yang diamati di Asia Selatan
dan Asia Timur (52%), Mediterania Timur (15%) dan Amerika Selatan (13%). Baru-
baru ini statistik ini ditantang oleh analisis menggunakan kombinasi sistem informasi
populasi, lingkungan, dan batas vekto. Direvisi perkiraan beban malaria global
ditemukan hingga 2,5 kali lebih tinggi daripada yang berasal dari statistik nasional.
Dalam pekerjaan pendahuluan, Hay dan rekannya juga menemukan bahwa malaria
dengan antara 132 - 391 juta kasus per tahun. Ketika kepadatan populasi daerah
endemik untuk P. vivax diambil sebagai pertimbangan, jumlah orang yang beresiko
infeksi mencapai 2,6 miliar, sedikit lebih besar daripada P. falciparum. Meskipun
4
perdebatan tentang metodologi terus berlanjut, itu kemungkinan bahwa beban
sebenarnya dari malaria vivax telah sangat kurang dihargai dan mungkin di wilayah
seperempat miliar kasus klinis per tahun. Di selatan dan tenggara Asia, di mana
sebagian besar malaria vivax terjadi, P. vivax menyumbang hingga 50% kasus
malaria dengan tingkat prevalensi antara 1-6% dari populasi. Beban vivax yang
proporsional bahkan lebih besar di Amerika Tengah dan Selatan, mencapai 71-81%
Di Afrika bagian timur dan selatan hanya 5% dari infeksi malaria yang
disebabkan oleh P. vivax, meskipun ini masih menyumbang antara 6-15 juta kasus
proporsi kasus malaria karena P. vivax; namun jumlah absolut P.vivax tetap tinggi.
rasio infeksi P. falciparum ke P. vivax telah turun. Di sebagian besar wilayah, beban
penyakit paling besar terjadi pada anak kecil dan bayi dengan kekebalan yang
biasanya berkembang pada 10-15 tahun usia 13. Dalam sebuah studi longitudinal dari
Thailand, tingkat kejadian bervariasi dari lebih dari 800 per 100 orang-tahun pada
anak di bawah 5 tahun hingga 200 per100 orang-tahun pada orang dewasa yang lebih
tua. Dalam pengaturan transmisi rendah ini, premunisi dan carriage asimptomatik
ditemukan bergejala. Mengeksplorasi angka ini dengan perkiraan jumlah total infeksi
P. vivax, menunjukkan bahwa ada antara 106 dan 313 juta kasus klinis malaria vivax
setiap tahun.
5
2.3Etiologi Malaria Vivax
Infeksi parasit malaria pada manusia mulai saat nyamuk anopheles betina
pembuluh darah dimana sebagian besar dalam dalam waktu 45 menit akan menuju ke
hati dan sebagian kecil sisanya akan mati di darah. Di dalam sel parenkim hati
mulailah perkembangan bentuk aseksual skizon intrahepatic atau skizon pre eritrosit.
Perkembangan ini memerlukan waktu 5.5 hari untuk plasmodium falciparum dan 15
hari untuk plasmodium malariae. Setelah sel parenkim hati terinfeksi, terbentuk
skizon hati apabila pecah akan dapat mengeluarkan 10.000 – 30.000 merozoit ke
sirkulasi darah. Pada P.vivax dan ovale, sebagian parasit di dalam sel hati membentuk
hipnozoit yang dapat bertahan sampai bertahun-tahun, dan bentuk ini yang akan
Setelah berada dalam sirkulasi darah merozoit akan menyerang eritrosit dan
dengan factor antigen Duffy Fya atau Fyb. Hal ini menyebabkan individu dengan
golongan darah Duffy negative tidak dapat terinfeksi malaria vivax. Dalamwaktu
kurang dari 12 jam parasit berubah menjadi bentuk ring, pada p. falciparummenjadi
membentuk pigmen yang disebut hemozoin yang dapat dilihat secara mikroskopik.
6
Eritrosit yang berparasit menjadi lebih elastic dan dinding berubah menjadi lonjong,
pada P. falciparum dinding eritrosit membentuk tonjolan yang disebut knob yang
nantinya penting dalam proses sitoaderens dan resetting. Setelah 36 jam invasi
kedalam eritrosit, parasit berubah menjadi skizon, bila skizon pecah akan
mengeluarkan 6-36 merozoit dan siap menginfeksi eritrosit yang lain. Siklus aseksual
ini pada P. falciparum, P. Vivax, dan P. ovale ialah 48 jam dan pada P. malariae
adalah 72 jam. Di dalam darah sebagian parasit akan membentuk gamet jantan dan
betina, bila nyamuk menghisap darah manusia yang sakit akan terjadi siklus seksual
dalam tubuh nyamuk. Setelah terjadi perkawinan akan terbentuk zigot dan menjadi
lebih bergerak menjadi ookinet yang menembus dinding perut nyamuk dan akhirnya
menjadi bentuk oocyst yang akan menjadi masak dan mengeluarkan sporozoit yang
akan bermigrasi ke kelenjar ludah nyamuk dan siap menginfeksi manusia (IPD, 2014)
Gejala klinis meliputi menggigil, muntah, malaise, sakit kepala, demam, dan mialgia.
Gejala-gejala ini tidak spesifik dan tidak dapat dibedakan secara akurat dari demam
lain atau malaria lainnya. Demam tinggi lebih sering terjadi pada malaria vivax
paroksismal klasik yang berlangsung selama 4-8 jam dan terjadi dengan periodisitas
48-56 jam, memerlukan beberapa siklus aseksual untuk berkembang pada infeksi
Plasmodium vivax memiliki reputasi sebagai infeksi jinak, jika dibandingkan dengan
manifestasi yang lebih banyak ini sering diamati dengan P. falciparum yang tidak
7
diobati. Namun pada era pra-antibiotik, vivax malaria mengakibatkan penyakit
demam kronis yang melemahkan yang dapat berlangsung selama bertahun-tahun dan
dikaitkan dengan hipoproteinemia dan edema serta penurunan berat badan yang
dramatis. Bahkan saat ini dengan akses ke antimalaria yang efektif, infeksi parah dan
fatal dapat terjadi dengan P. vivax. Telah lama diketahui bahwa ruptur limpa
vivax telah terbukti menyebabkan anemia, gangguan pernapasan, kekurangan gizi dan
mungkin koma.
puncaknya pada bayi muda dan anak-anak. Hemolisis berulang (baik dari sel darah
merah baik yang dipasparasi maupun yang tidak di ingangi parasit) dan
yang disebabkan oleh malaria vivax, di beberapa daerah infeksi P.vivax cenderung
menjadi penentu terpenting anemia pada bayi. Contoh kasus berasal dari papua
selatan, Indonesia di mana hampir 38% pasien yang dirawat di rumah sakit karena
malaria adalah anemia (Hb <7g / dl). Di wilayah ini 40% anemia berat (Hb <5 g / dl)
pada bayi dapat dikaitkan dengan infeksi P. vivax, tingkat hampir tiga kali lipat lebih
anemia mungkin lebih parah dan sering pada infeksi P.vivax daripada P. falciparum.
Ketika diperparah oleh fungsi pernafasan ringan dan malnutrisi derajat anemia seperti
8
Wanita hamil sangat rentan terhadap malaria. Beban kehamilan awal P. vivax kurang
dijelaskan dengan baik. P. vivax tampaknya tidak menyita dalam plasenta 36 dan
dikaitkan dengan perubahan histologis yang kurang jelas dalam plasenta, proses
memberikan efek buruk pada janin melalui anemia ibu dan induksi respons inflamasi
klinis dari Thailand dan India telah menunjukkan bahwa malaria vivax selama
signifikan (sekitar 110 g) yang sekitar 60% dari yang diamati dengan malaria
falciparum ini hampir pasti berkontribusi pada kematian bayi. Menariknya, berbeda
dengan malaria falciparum, penurunan berat badan lahir lebih besar pada
A. Anamnesis
a. Keluhan : demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit kepala, mual,
9
d. Riwayat tinggal di daerah endemis malaria.
B. Pemeriksaan fisik
c. Sklera ikterik
C. Pemeriksaan laboratorium
Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria, dengan
10
2.7 Pemeriksaan Penunjang Malaria
kali tidak ditemukan parasit. Hitung parasit dapat dilakukan pada tetes tebal
dengan menghitung jumlah parasit per 200 leukosit . Bila leukosit 10.000/ul
darah.
preparat darah tebal sulit. Kepadatan parasit dinyatakan sebagi hitung parasit
mengandung parasit per 1000 sel darah merah. Bila jumlah parasit >
timbul dengan jumlah parasit yang minimal. Pengecatan dilakukan dengan cat
11
2) Tes Antigen
Ada 2 jenis antigen yaitu Histidine Rich Protein IImendeteksi antigen dari
plasmodium lainnya. Deteksi sangat cepat hanya 3-5 menit, tidak memerlukan
latihan khusus, sensitivitasnya baik, tidak memerlukan alat khusus. Ada 86 tes
falciparum sedang yang lain deteksi pan-spesifik antigen (aldolase atau pan-
malaria pLDH). Sensitivitas sampai 95% dan hasil positif palsu lebih rendah dari
tes cepat (Rapid Test). Karena sensitivitas dan spesivitasnya tinggi tes ini sangat
bermanfaat untuk tes penyaring dan dapat dipakai sebagai tes deteksi parasit
untuk pemberian obat malaria ACT. Tes ini tidak dapat dipakai untuk
3) Tes Serologi
Tes serologi mulai diperkenalkan sejak tahun 1962 dengan memakai teknik
spesifik terhadap malaria atau pada keadaan dimana parasit sangat sedikit
jumlahnya. Tes ini kurang bermanfaat sebagai alat diagnostic sebab antiboodi
baru terjadi setelah 2 minggu terjadinya infeksi dan menetap 3-6 bulan. Tes ini
sangat spesifik dan sensitive, manfaat tes serologi terutama untuk digunakan
pada penelitian epidemiologi atau alat uji saring donor darah. Titer > 1:200
dianggap sebagai infeksi baru dan tes > 1:20 dinyatakan positif terinfeksi.
12
4) Tes Diagnosis Molekular
bersama dan jarang dilaporkan. Survei biasanya melaporkan tingkat kurang dari
2% dan penelitian klinis yang cermat mencatat tingkat hingga 30% dan angka ini
bahkan lebih tinggi ketika metode deteksi PCR digunakan. Infeksi bersamaan
Thailand di mana ini telah dipelajari secara khusus, infeksi campuran dengan P.
anaemia. Namun di daerah penularan yang lebih tinggi dan daerah resistansi obat
yang muncul, beban tambahan anemia malaria berat dan malaria ibu belum
untuk strategi vaksinasi saja vivax, dan penyebaran obat-obatan seperti klorokuin
13
Jumlah tablet per hari menurut berat badan
<4 kg 4-6kg >6-10 kg 11-17 18-30 31-40 41-59 ≥60 kg
Hari Jenis obat kg kg kg kg
0-1 2-5 <6-11 1-4 5-9 10-14 ≥15 ≥15
bulan bulan bulan tahun tahun tahun tahun tahun
1-3 DHP ⅓ ½ ½ 1 1½ 2 3 4
1-14 Primakui - - 1 1
¼ ¼ ½ ¾
n
Catatan :
berat badan tidak dapat dilakukan maka pemberian obat dapat berdasarkan
kelompok umur.
b.Apabila ada ketidaksesuaian antara umur dan berat badan (pada tabel pengobatan),
maka dosis yang dipakai adalah berdasarkan berat badan.
c. Untuk anak dengan obesitas gunakan dosis berdasarkan berat badan ideal.
pada pemberantasan parasit secara lengkap dari tubuh. Karena tidak ada obat
14
tunggal yang mencapai semua tujuan ini, kombinasi antimalaria diperlukan untuk
Individu yang tidak kekurangan G6PD, klorokuin tetap menjadi pengobatan lini
pertama di sebagian besar dunia karena ketersediaannya yang luas, biaya rendah,
P.vivax. Obat antimalaria yang paling umum digunakan juga aktif terhadap tahap
artesunat, saat ini telah memperoleh hasil yang positif dari European Medica
WHO. Artemisinin dalam kombinasi dengan obat pasangan yang efektif telah
15
Penerapan strategi berbasis ACT memungkinkan kebijakan yang tidak
mencoba ACT sebagai pengobatan lini pertama untuk malaria vivax.Ini termasuk
Telah dilaporkan terdapat malaria vivax yang parah, dari Indonesia, Papua
Nugini, India, dan Brasil. Manifestasi utama adalah anemia dan gangguan
pernapasan, syok hingga koma, dan disfungsi ginjal dan hati yang berhubungan
dengan malaria vivax juga telah dilaporkan. Plasmodium vivax sangat sensitif
• Kina: 20 mg garam kina / kg berat badan satu kali (infus intravena pada
dekstrosa 5%) / dekstrosa saline selama periode 4 jam) diikuti dengan dosis
16
pasien dapat menerima terapi oral, ACT oral lengkap harus diberikan kepada
1-14 Primakuin - - ¼ ¼ ½ ¾ 1 1
Catatan :
berat badan tidak dapat dilakukan maka pemberian obat dapat berdasarkan kelompok
umur.
a. Apabila ada ketidaksesuaian antara umur dan berat badan (pada tabel pengobatan),
maka dosis yang dipakai adalah berdasarkan berat badan.
bulan setelah pemberian obat dan pemeriksaan Sediaan Darah masih positif
selama 3 hari.
17
2.10 Pencegahan Malaria
terinfeksi maka gejala klinisnya tidak berat. Pencegahan ini ditujukan kepada orang
yang bepergian ke daerah endemis malaria dalam waktu yang tidak terlalu lama,
seperti turis, peneliti, pegawai kehutanan dan lain-lain Untuk kelompok atau individu
yang akan bepergian/tugas dalam jangka waktu yang lama, sebaiknya menggunakan
personaI protection seperti pemakaian kelambu, repellent, kawat kassa dan Iain-lain.
minggu. Obat tersebut diminum satu minggu sebelum masuk ke daerah endemis
18