Kasus 1
SUBJEKTIF
Tn. S 61tahun datang dengan keluhan sesak nafas sejak 2 hari smrs. Menurut os semakin
memberat sejak tadi pagi. Sesak saat istirahat, terbangundari tidur malam akibat sesak. Pasien
mengeluh kaki dan perut membengkak. Pasien juga mengeluh batuk pada malam hari dan
tidak berdahak. Pasien juga merasa cepat lelah. Os memiliki riwayat hipertensi terkontrol
sejak 1 tahun terakhir..
OBJEKTIF
Vital Sign
KeadaanUmum : Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanandarah : 227/141 mmHg
Nadi : 126x/menit
Pernafasan : 36x/menit, pernafasan cepat dan dalam
Temp : 37.1C
Keadaan Spesifik
Kulit
Warna sawo matang, efloresensi (-), Scar (-), Ikterus pada kulit (-), pucat pada telapaktangan
dan kaki (+), eritema palmar (-), pertumbuhan rambut normal.
KGB
Tidak ada pembesaran KGB pada daerah axilla, leher, inguinal dan submandibula serta
tidakada nyeri penekanan.
Kepala
Bentuk oval, simetris, ekspresi sakit sedang, deformasi (-).
Mata
Eksophtalmus dan endopthalmus (-), edema palpebra (-), konjungtiva palpebra pucat
(+),sklera ikterik (-), pupil isokor, refleks cahaya normal, pergerakan mata ke segala arah
baik.Edema subkonjungtiva (-).
Hidung
Bagian luar tidak ada kelainan, septum dan tulang-tulang dalam perabaan baik,
tidakditemukan penyumbatan maupun perdarahan.
Telinga
Tophi (-), nyeri tekanprocessus mastoideus(-), pendengaran baik.
Mulut
Tonsil tidak ada pembesaran, pucat pada lidah (-), atrofi papil (-), hipertofi ginggiva (-),
gusiberdarah(-), stomatitis (-), rhagaden (-), bau napas khas (-), faring tidak ada kelainan.
Leher
Pembesaran tiroid tidak ada, JVP (5+0) cmH2O, kaku kuduk (-)
Dada
Bentuk dada simetris, nyeri tekan (-), nyeri ketok (-), krepitasi (-), Spider nevi (-).
Paru-paru
I : Statis, dinamis simetris kanan sama dengan kiri, sela iga tidak melebar
P : Stem fremitus kanan=kiri
P : Sonor pada kedua lapangan paru kanan dan kiri
A: Vesikuler (+) normal, ronkhi basah halus pada bagian basal kedua lapangan paru (+),
wheezing (-)
Jantung
I : Ictus cordis tidak terlihat
P : Ictus cordis tidak teraba
P : Batas atas jantung ICS II, batas kanan jantung linea sternalis dextra, batas kiri jantung
linea axillaris anterior sinistra
A : HR = 126x/menit, iregular, murmur (-), gallop (-)
Perut
I : Datar
P : Lemas, hepar teraba 2 jari dibawah arcus costae, tepi tumpul permukaan rata konsistensi
kenyal, lien tidak teraba
P : Shifting dullness (+)
A : Bising usus (+) Normal
Extremitas
Edemapretibial (+)
Alat kelamin : tidak diperiksa
ASSESMENT
Gagal Jantung Kongestif + probable covid 19
PLANNING
- O2 15 lpm dengan NRM
- Drip lasix 8 amp dalam D5% 100cc gtt X tpm mikro (maintanance)
- Farmabes 4 vial dalam D5% 100cc gtt X tpm mikro titasi maximal gtt 40 target
TDS 160mmhg
- Herbesser 1x200mg
- Valsartan 1x160mg
- Renxamin infus 1x1 gtt XX tpm mikro
- Drip resfar 1x1
- Drip azytromicin 1x1
- Drip moxifloxacin 1x400mg
- Pasang kateter urine
TINJAUAN PUSTAKA
PENATALAKSANAAN GAGAL JANTUNG KONGESTIF
Pengobatan dilakukan agar penderita merasa lebih nyaman dalam melakukan aktivitas
fisik, dan bisa memperbaiki kualitas hidup serta meningkatkan harapan hidupnya.
Penatalaksanaan pasien gagal jantung kongestif ini meliputi terapi nonfarmakologi dan
farmakologi.
a. Penatalaksanaan Nonfarmakologis1,2,3
Perubahan gaya hidup ditujukan untuk kesehatan penderita dan untuk mengurangi
gejalanya, memperlambat progresifitas gagal jantung kongestif, dan memperbaiki kualitas
hidup penderita. Hal ini berdasarkan rekomendasi American Heart Association dan
organisasi jantung lainnya.
1. Konsumsi alkohol
Konsumsi alkohol dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan kardiomiopati
khususnya pada laki-laki dan usia 40 ke atas. Walaupun jumlah alkohol yang dapat
menyebabkan kardiomiopati tidak dapat ditegaskan, namun konsumsi alkohol lebih dari
11 unit per hari lebih dari 5 tahun dapat menjadi faktor risiko terjadinya kardiomiopati.
Semua penderita gagal jantung kongestif harus diberikan masukan untuk menghindari
konsumsi alkohol.
2. Merokok
Tidak ada penelitian prospektif yang menunjukkan adanya efek merokok terhadap
gagal jantung kongestif. Namun, merokok dapat memperburuk keadaan gagal jantung
kongestif pada beberapa kasus. Dengan demikian, penderita dengan gagal jantung
kongestif harus menghindari rokok.
3. Aktifitas fisik
Pada salah satu penelitian, dibuktikan bahwa penderita gagal jantung kongestif yang
melakukan aktifitas fisik memberikan outcome yang lebih baik daripada penderita gagal
jantung kongestif yang hanya ditatalaksana seperti biasa. Penderita gagal jantung
kongestif yang sudah stabil perlu dilakukan motivasi untuk dapat melakukan aktifitas
fisik dengan intensitas yang rendah secara teratur.
4. Pengaturan diet
Membatasi konsumsi garam dan cairan
Pembatasan konsumsi garam pada penderita gagal jantung kongestif memiliki efek
baik terhadap tekanan darah. Penderita gagal jantung kongestif harus membatasi garam
yang dikonsumsi tidak boleh lebih dari 6 gram per hari.
Monitor berat badan per hari
Belum ada percobaan klinis yang membuktikan adanya keterkaitan antara monitor
berat badan per hari dan penatalaksanaan gagal jantung kongestif. Namun, monitor
terhadap berat badan ini perlu dilakukan untuk mengidentifikasi perolehan berat
badan atau kehilangan berat badan per hari pada penderita gagal jantung kongestif.
b. Penatalaksanaan Farmakologis1,4-6
Angiotensin Converting Enzyme Inhibitors (ACEI)
ACEI dianjurkan sebagai obat lini pertama baik dengan atau tanpa keluhan dengan
fraksi ejeksi 40-45% untuk meningkatkan survival, memperbaiki simptom, mengurangi
kekerapan rawat inap di rumah sakit. Harus diberikan sebagai terapi awal bila tidak ditemui
retensi cairan. Bila disertai retensi cairan harus diberikan bersama diuretik. Harus segera
diberikan bila ditemui tanda dan gejala gagal jantung, segera sesudah infark jantung, untuk
meningkatkan survival, menurunkan angka reinfark serta kekerapan rawat inap.
ACEI harus digunakan pada semua pasien dengan gagal jantung yang simtomatik dan
LVEF < 40%. Pasien yang harus mendapatkan ACEI :
LVEF < 40%, walaupun tidak ada gejala.
Pasien gagal jantung disertai dengan regurgitasi
Kontraindikasi yang patut diingat antara lain :
Riwayat adanya angioedema
Stenosis bilateral arteri renalis
Konsentrasi serum kalsium > 5.0 mmol/L
Serum kreatinin > 220 mmol/L (>2.5 mg/dl)
Stenosis aorta berat
Antagonis Aldosteron
Pasien yang seharusnya mendapat antagonis aldosteron :
LVEF < 35%
Gejala gagal jantung sedang- berat ( kelas fungsional III-IV NYHA)
Dosis optimal BB dan ACEI atau ARB
Memulai pemberian spironolakton :
Periksa fungsi ginjal dan elektrolit serum
Pertimbangkan peningkatan dosis setelah 4-8 minggu. Jangan meningkatkan dosis
jika terjadi penurunan fungsi ginjal atau hiperkalemia.