Oleh :
Dra.Rugaiyah Arfah,Msi ,Dr.Indah Raya, MS, Waode Safitri
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Hasanuddin
Jalan Perintis Kemerdekan Km 10, Makassar 90245,Indonesia
ABSTRAK
Masyarakat Indonesia banyak ditimpa berbagai macam penyakit antara lain flu burung,
herpes, TBC, dan AIDS yang merupakan penyakit mematikan, salah satu penyebab
penyakit tersebut adalah mikroba. Obat yang digunakan untuk mengobati penyakit
tersebut adalah antimikroba. Antimikroba dapat disintesis dari ion logam dengan ligan
tertentu. Sintesis senyawa kompleks dari ion logam dan ligan yang digunakan sebagai
antimikroba telah banyak dilakukan untuk memperoleh obat dengan aktivitas yang lebih
tinggi dengan toksisitas yang lebih rendah. Penelitian sintesis senyawa kompleks Pb-
thiacetazon dan kompleks Cu-thiacetazon sebagai anti mikroba, telah dilakukan dengan
melalui penambahan masing-masing ion logam kedalam ligan thiacetazon kondisi refluks
etanol:metanol (1:1) selama 4 jam, karakterisasi dilakukan menggunakan melting point
apparatus, spektrofotometer UV-Vis dan spektrometer FTIR, Pengujian daya hambat
terhadap perkembangan dan pertumbuhan mikroba Mycobacterium tubercolosiss
dilakukan dengan metode difusi agar yang menggunakan botol skrub dan medium LJ
(Lowenstein Jensen) steril, Kompleks Pb-thiacetazon yang dihasilkan berwarna kuning
tua sebanyak 1,77 gram (66,18%) dengan titik leleh 159 oC-164 oC. Sedangkan kompleks
Cu-thiacetazon berwarna kuning muda sebanyak 1,87 gram (85,24%) dengan titik leleh
217 oC- 220 oC. Hasil pengukuran spektrum elektronik dengan instrument UV-Vis
memperlihatkan munculnya puncak-puncak baru pada daerah 230 nm dan 255 nm dari
kompleks Pb-thiacetazon dan muncul puncak-puncak baru pada daerah 205 nm, 260 nm,
dan 280 nm dari kompleks Cu-thiacetazon. Hasil analisa FTIR menunjukkan bahwa
gugus –C=S dan –N-H pada ligan thiacetazon memiliki peran penting dalam pengikatan
ion logam Pb(II) dan Cu(II). Uji sitotoksik kompleks Pb-thiacetazon dan kompleks Cu-
thiacetazon menunjukkan hasil yang lebih efektif dibanding dengan thiacetazon sebagai
antimikroba Mycobacterium tubercolosiss.
By
Rugaiyah Arfah, Indah Raya, and Waode Safitri
Department of Chemistry, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Hasanuddin
University
Jalan Perintis Kemerdekaan Km 10, Makassar (90245), Indonesia
ABSTRACT
Indonesian peoples were endemic towards the microbes-caused diseases such as avian
influenza, herpes, tuberculoses, and AIDS. Antimicrobial was a typical drugs to cure
that diseases. These antimicrobial drugs can be synthesizing by reacting a metal ion
and a certain type of ligands which resulted a lot of drugs variety which have very
high activity and lower toxicity.
Within this research a synthesis of complexes molecules, as an antimicrobial, between
the metal of Pb and Cu and thiacetones ligands have been carried out. This process
was initiated by mixed each metal ion with thiacetone ligands in a reflux condition
(ethanol-methanol 1:1) for approximately 4 hours. Further, a physical and chemical
characterization protocol was carried out using a melting point apparatus, UV-Vis,
and FTIR spectroscopy respectively.
In order to test the inhibition capacity to the growing of Mycobacterium tuberculosis
microbes, a type of agarose diffusion method, using a scrub bottle and Lowenstein
Jensen sterile medium, was apply.
The resulted complexes was 1.77 grams (66.18 %) of Pb-thiacetazone, a typical dark
yellow colored with a melting point of 159 – 164 oC; and 1,87 grams (85.24 %) of
pale-yellow colored Cu-thiacetazone with a melting point of 217 – 220 o C
respectively.
A spectroscopy analysis in UV-Vis had shown the occurrence of new peaks in the
wavelength of 230 and 255 nm for the complexes of Pb-thiacetazone; and 205, 260,
and 280 respectively for Cu-thiacetazone. Further, FTIR spectral had proven that –
C=S and – N- H functional group at thiacetazone ligand played an important role in a
binding process with Pb(II) and Cu(II) metal ion.
A cytotoxicity test of those two metal ions with the thiacetazone had shown that as an
antimicrobial agent to Mycobacterium tuberculosis, shown a highly effective power
comparing to the original thiacetazone.
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berangkat dari keperluan ini maka dilakukan suatu penelitian dalam rangka
pengembangan material-material baru sebagai anti mikroba. Logam-logam berat
yang diteliti adalah Timbal (Pb) serta Tembaga (Cu) dimana thiasetazon akan
bertindak sebagai ligan. Dipilihnya Pb dan Cu adalah berdasarkan fakta-fakta
sebelumnya yang telah menunjukkan kedua logam ini seperti logam Zn dan Pd
mempunyai potensi aktif sebagai antimikroba (Kizilcikli, dkk., 2006). Thiasetazon
dipilih sebagai ligan dalam kompleks ini dikarenakan kemampuannya yang sudah
4
teruji namun memiliki efek samping (Abate, dkk., 2002), oleh karena itu untuk
mengurangi efek samping tersebut maka akan dikomplekskan dengan logam Pb dan
Cu.
II.METODE PENELITIAN
2.1 Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: serbuk 4-
formilasetanilida Tiosemikarbazon (Thiasetazon), serbuk Pb(NO3)2, larutan etanol
96%, larutan metanol p.a, akuades, kertas saring Whatman, bakteri uji, Medium LJ
(Lowenstein Jensen), kapas, dan aluminium foil.
Senyawa yang dihasilkan dalam penelitian ini akan ditentukan titik lelehnya
menggunakan alat melting point aparatus. Titik leleh senyawa hasil sintesis
dibandingkan dengan titik leleh senyawa asalnya.
Transform Infra Red) model SHIMADZU 8201 PC pada daerah 4000-300 cm-1 di
Jurusan Kimia, Universitas Gadjah Mada.
2.4.3 Uji Bioaktivitas Daya Hambat Senyawa kompleks Pb-thiasetazon dan Cu-
thiasetazon Terhadapa pertumbuhan Bakteri Mycobacterium tubercolosiss
Pengujian daya hambat senyawa kompleks hasil sintesis Pb-thiasetazon dan
Cu-thiasetazon terhadap perkembangan dan pertumbuhan bakteri Mycobacterium
tubercolosiss dilakukan dengan metode difusi yang menggunakan botol skrub.
Disiapkan 3 botol skrub yang berisi medium LJ yang sudah steril, masing-masing
botol diisi larutan kompleks logam (Cu dan Pb) thiasetazon, larutan ligan thiasetazon.
Botol skrub diberi label untuk membedakan sampel yang diuji. Selanjutnya
diinkubasi selama 6 minggu pada suhu 37 ºC lalu diamati dimana bakteri dapat
berkembang biak.
Tabel 1. Interaksi Gugus Fungsi Yang Terjadi Antara Logam dengan Thiasetazon
Thia (cm-1) Pb-thia (cm-1) Cu-thia (cm-1) Keterangan
3487.3 3410.15 3448.72 C=O terganggu
3317.56 3317.56 - (N-H) mengalami
deprotonisasi pada
Cu
3255.84 3255.84 3248.13 (N-H)
3163.26 3155.54 3155.4 C-H tak jenuh
2900.94 2931.8 2931.8 (C-H)alifatik
1666.5 1666.5 1658.78 C=C (aromatik)
terganggu pada Cu
1411.89 1404.18 1411.89 CH3 (gugus metil)
1311.59 1311.59 1311.59 C-N
1257.59 1257.59 1265.3 N-N ada gangguan
pada Cu
- 933.55 925.83 CS kompleks
632.65 624.94 663.51 CS kompleks
- - 586.36 Berubah struktur
- - 555.5 Berubah struktur
447.49 455.20 439.77 Interaksi pada N=
yang disebabkan
oleh logam
354.9 362.62 354.90 Ikatan S dengan Pb
Spektrum pada panjang gelombang 1666,50 cm-1 tidak terjadi pergeseran sama
sekali, yang menunjukkan tidak terjadinya pengikatan dan subsitusi pada cincin
aromatik.
Hasil spektrum gambar 4 dan 6 menunjukkan pada puncak 3317,56 cm-1
menghilang yang menandakan bahwa gugus NH menghilang dan terjadi deprotonasi
dan disamping itu terjadi perubahan puncak pada 3255,84 cm -1 dan 3163,26 cm-1
menjadi 3248,13 cm-1 dan 3155,54cm-1 juga menandakan terjadinya gangguan pada
gugus NH. Perubahan ini kemungkinan disebabkan oleh terjadinya pengikatan dengan
Cu2+.
Muncul puncak baru di daerah 933,55 cm-1, pada gambar 5 mengindikasikan
terjadinya pengikatan antara S dan Pb, yang diperkuat oleh pergeseran 354,9 cm-1 ke
362,62 cm-1 yang dapat dilihat pada gambar 7 dan 8.
Pada gambar 7 dan gambar 9 dapat dilhat dengan jelas terjadi perubahan yang
sangat signifikan, dimana pada thiasetazon terdapat puncak di daerah 331,76 cm -1
sedangkan pada spektrum Cu-thiasetazon puncak mengalami pergeseran menjadi
324,04 cm-1 hal ini menegaskan bahwa terjadi ikatan pada NH 2 mengalami
deprotonasi. Pergesaran puncak tidak terjadi pada daerah 354,90 cm-1 namun
intensitas berkurang dari 21,41 cm-1 menjadi 18,12 cm-1, hal ini juga mengegaskan
bahwa adanya ikatan antara S dan ion Cu2+, pada daerah 447,49 cm-1 terjadi
pergesaran menjadi 439,77 cm-1 yang mungkin dikarenakan adanya resonansi yang
terjadi pada N= untuk mengikat logam Cu2+ . Ini berdasarkan apa yang telah
dikemukan Al-Kubaisi (2004)
N NH2 H2N N
O N N O
S S
H3C N N CH3
H Pb H
H H
N CH3
H3C N S
S
N (NO3)2
N H2N O
O N
N NH2
H
H
11
N NH2
O N
SH
H3C N
H
Cu Cl
Cl
H3C N
SH
O N
N NH2
4.2 Saran
1. Sebaiknya perlu dicoba menggunakan ligan thiasetazon yang lain dalam
penelitianm selanjutnya
2. Uji bioaktivitas perlu dilakukan pada bakteri lain, bahkan perlu diujikan pada
fungi untuk diketahiui sejauh mana thiasetazon ini dapat digunakan sebagai
antimikroba
DAFTAR PUSTAKA
Kizilcikli, I., Kurt, Y. D., Akkurt, B., Genel, A. Y., Birteksoz, S., Otuk, G., dan
Ulkuseven, B., 2006, Antimicrobacterial Activity of a Series of
Tiosemikarbazones and Their Zn(II) and Pd(II) Complexes, Folia Microbiol,
52 (1), 15-25
Prabhananda, dan Maniek, A., 2007, Sintesis Asam O-(3-Klorobenzoil) Salisilat dan
Uji aktivitas Analgesik pada Mencit (Mus musculus), Undergraduated Theses
Airlangga University, Surabaya.
13
Tang, H. A., Wang, L. F., dan Yang, R. D., 2002, Syntesis, Characterization and
Antibacterial Activities of Manganese(II), Cobalt(II), Nickel(II), Copper(II),
and Zink(II) Complexes With Soluble Vitamin K 3 Tiosemikarbazone,
Transition Metal Chemistry 28, 395-398.