Anda di halaman 1dari 8

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kompleks Cu(II)dipikolinat dengan

variasi Kondisi pHoptimum, mengetahui aktivitas antikanker kompleks Cu(II)-


dipikolinat hasil sintesis terhadap sel kanker kolon WiDr, serta membandingkan
aktivitas antikanker kompleks Cu(II)dipikolinat hasil sintesis terhadap aktivitas
antikanker Co(II)-dipikolinat yang telah disintesis oleh Alwathoni (2011), tetapi
belum dilaporkan aktivitas anti kankernya.
Manfaat
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi kemajuan ilmu
pengetahuan khususnya sintesis, karakterisasi dan uji aktivitas antikanker pada
kompleks Cu(II)-dipikolinat.

PENDAHULUAN
Kanker merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan
tubuh yang tidak normal. Sel-sel kanker akan berkembang dengan cepat, tidak
terkendali, dan akan terus membelah diri, selanjutnya menyusup ke jaringan
sekitarnya (invasive) dan terus menyebar melalui jaringan ikat, darah, dan
menyerang organ-organ penting serta syaraf tulang belakang. Dalam keadaan normal,
sel hanya akan membelah diri untuk mengganti sel-sel yang telah mati dan rusak.
Sebaliknya sel kanker mengalami pembelahan secara terus menerus meskipun tubuh
tidak memerlukannya sehingga terjadi penumpukan sel baru yang disebut tumor
ganas (Yayasan Kanker Indonesia,2006).
Penumpukan sel tersebut mendesak dan merusak jaringan normal sehingga
mengganggu organ yang ditempatinya. Kanker dapat terjadi diberbagai jaringan
dalam berbagai organ di setiap tubuh, mulai dari kaki sampai kepala. Kanker yang
terjadi di permukaan tubuh mudah diketahui dan diobati. Namun apabila kanker
terjadi didalam tubuh, kanker sulit diketahui dan kadang-kadang tidak memiliki
gejala. Kalaupun timbul gejala biasanya sudah stadium lanjut sehingga sulit diobati
(Yayasan Kanker Indonesia,2006).
Kanker adalah salah satu jenis penyakit tumor ganas (benignant tumour).
Penyakit ini timbul akibat terjadinya mutasi pada biosintesis sel, yaitu kesalahan
urutan DNA karena terpotong, tersubtitusi atau adanya pengaturan kembali,
mengakibatkan pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal, cepat, dan
tidak terkendali). Sel-sel kanker akan terus membelah diri, terlepas dari pengendalian
pertumbuhan dan tidak lagi menuruti hukum-hukum pembiakan. Bila pertumbuhan
tidak segera dihentikan dan diobati maka sel kanker akan berkembang terus. Sel
kanker akan tumbuh menyusup ke jaringan sekitarnya (invasive), lalu membuat anak
sebar (metastasis) ke tempat yang lebih jauh melalui pembuluh darah dan pembuluh
getah bening. Selanjutnya akan tumbuh kanker baru ditempat lain sampai akhirnya
menyebabkan kematian penderitanya.
Penyakit kanker merupakan penyakit penyebab kematian terbesar kedua
setelah penyakit jantung. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa,
jumlah penderita kanker bertambah menjadi 6.25 juta orang setiap tahun dan
diperkirakan sepuluh tahun mendatang 9 juta orang akan meninggal akibat penyakit
ini setiap tahunnya. Sementara di Indonesia penyakit kanker adalah penyebab
kematian nomor tujuh setelah stroke, tuberkulosis, hipertensi, cidera, perinatal, dan
diabetes militus. Penderita kanker mencapai 6 % dari 200 juta lebih penduduk
Indonesia, saat ini diperkirakan dari 100.000 penduduk Indonesia, terdapat 100
penderita baru penyakit kanker setiap tahun. Pola frekuensi relatif jenis kanker yang
sering didapati di Indonesia secara berurutan adalah kanker leher rahim (serviks),
hati, payudara, paru-paru, kulit, nasofaring, limfoma, leukimia dan kolon.
Pengobatan penyakit kanker telah dilakukan secara intensif. Kemoterapi
dengan menggunakan obat-obatan antikanker seperti flourasil, metotreksat dan
cisplatin telah dilakukan, namun timbulnya mekanisme multidrug resistance (MDR)
akan mengurangi daya kerja obat-obatan ini. Radiotherapy dengan metode
penyinaran juga telah banyak dimanfaatkan tetapi kurang efektif, memerlukan biaya
yang mahal, terlalu toksik, serta menunjukkan efek samping yang serius. Penelitian
tentang penyakit kanker dan cara pengobatannya terus dikembangkan, diantaranya
adalah kehadiran senyawa kompleks logam yang diharapkan menjadi obat anti kanker
baru yang lebih baik, efektif dan efisien.
Kompleks logam dengan asam pikolinat merupakan produk degradasi dari
tryptophan. Studi kompleks pikolinat menunjukkan aktivitas biologi, dapat
menginduksi sel murine leukemia HL-60, dapat menghambat pertumbuhan
mycobacterium ovium complex, dan beberapa laporan kompleks logam-pikolinat
menunjukkan pengaruh dalam menghambat pertumbuhan sel-sel kanker. Seperti yang
telah dilaporkan oleh Van Rijt, (2008), kompleks osmium(II) pikolinat memberikan
pengaruh yang sama dalam menghambat sel-sel kanker seperti cisplatin yang selama
ini dikenal sebagai obat chemotherapy kanker. Kompleks kobalt-aspirin seperti yang
telah dilaporkan oleh Ingo (2009), juga memberikan pengaruh dalam menghambat
sel-sel tumor. Kompleks kobalt-organologam seperti pada [Co2(CO)6] yang selama
ini dikenal sebagai antitumor, potensi antitumornya lebih meningkat ketika dipadukan
dengan aspirin (asam asetil salisilat). Aspirin adalah golongan nonsteroidal
antirheumatics (NSARs) yang telah lama dikenal dikenal dalam bidang farmakologi
sebagai antiradang dan penghilang rasa sakit. Efek NSARs diduga melibatkan gugus
karboksilat yang melakukan penghambatan enzim cyclooxygenase (Ingo, 2009).
Gugus karboksilat ini dijumpai juga pada asam pikolinat (2-piridin karboksilat)
maupun dipikolinat (piridin-2,6-dikarboksilat) yang terikat pada cincin piridinnya.
Dengan penambahan satu gugus karboksilat pada cincin piridin ligan pikolinat dan
terbentuk struktur dipikolinat (piridin-2,6-dikarboksilat), diharapkan kompleks logam
yang dihasilkan memiliki interaksi yang lebih besar dalam menghambat sel-sel anti
kanker dan menunjukkan peningkatan bioaktivitas lainnya (Martak, 2008). Kompleks
logam dipikolinat seperti yang telah dilaporkan oleh Yang et al., (2002) memberikan
pengaruh dalam mereduksi hyperlipidemia pada diabetes. Demikian juga laporan
Colak et al., (2009) yang menunjukkan kompleks logam dipikolinat berpengaruh
sebagai inhibitor pertumbuhan bakteri.
Uji toksisitas senyawa sering digunakan adalah BSLT (Brine Shrimp Lethality Test).
BSLT menggunakan larva udang Artemia salina sebagai hewan uji. Metode ini selain
mudah, cepat dan cukup akurat, juga sering digunakan dalam usaha pencarian-
pencarian antikanker baru yang umumnya berasal dari tanaman. Hasil uji
toksisitas dengan metode Brine Shrimp Lethality Test telah terbukti memiliki korelasi
dengan daya sitotoksis senyawa antikanker. Hasil uji toksisitas dinyatakan dalam
persen LC (Lethal Consentratios).
Kobalt merupakan salah satu logam transisi dengan konfigurasi electron 3d7yang
dapat membentuk kompleks. Kobalt yang relatif stabil berada sebagai Co(II) ataupun
Co(III). Namun dalam senyawa sederhana Co, Co (II) lebih stabil dari Co (III). Ion-
ion Co2+ dan ion terhidrasi [Co(H2O)6]2+ stabil dalam air. Kompleks kobalt
dimungkinkan dapat terbentuk dengan berbagai macam ligan.
Asam piridin-2,6-dikarboksilat dapat sebagai ligan anionik berupa dipic -2 dengan
melepaskan dua atom hidrogennya. Pada umumnya dipikolinat termasuk jenis ligan
tridentat dengan tiga atom donor pasangan elektron, yaitu N dari cincin piridin dan
dua buah atom O dari gugus karboksilatnya. Keragaman koordinasi kompleks logam
dipikolinat (gambar 1) memiliki delapan topologi. keragaman tersebut dihasilkan dari
adanya tiga atom donor pada ligan tersebut yang terkoordinasi pada atom pusat.
Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari suatu ion
logam pusat dengan satu atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan elektron
bebasnya kepada ion logam pusat. Senyawa kompleks memiliki peranan penting
dalam kehidupan sehari – hari. Aplikasi senyawa ini meliputi bidang kesehatan,
farmasi, industri, dan lingkungan, pertanian dan bidang lainnya. Banyak contoh
aplikasi senyawa kompleks ini yang telah diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari yang pemamfaatannya sangat berguna bagi kelangsungan hidup manusia,
hewan dan tanaman. Mulai dari pengikatan oksigen oleh Fe menjadi senyawa
kompleks untuk bernapas, seperti Sulfadiazin dan sulfamerazin merupakan ligan
yang sering digunakan untuk obat antibakteri. Penggunaannya secara luas untuk
pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Gram-positif dan Gram negatif
tertentu, beberapa jamur, dan protozoa, dapat mengurangi dampak negatif
pencemaran lingkungan seperti polusi udara, dapat mengurangi bahkan
menghentikan turunnya potensial fuel cell pada katoda, penghilang rasa nyeri
tulang yang disebabkan oleh metastasis kanker prostat, payudara, paru-paru dan
ginjal ke tulang, telah berhasil dilakukan diagnosa dini dan terapi terhadap
penyakit kanker, pelapisan pupuk Nitrogen dengan asam humat menghasilkan
pupuk urea yang lebih tidak mudah larut untuk peningkatan efisiensi. Masih
banyak lagi aplikasi senyawa kompleks yang belum diuraikan. Selain aplikasi
senyawa kompleks yang dapat mensejahterakan kehidupan, banyak juga senyawa
kompleks yang aplikasinya dapat membahayakan kelangsungan hidup mahluk
dimuka bumi ini.
Asam piridin-2,6-dikarboksilat (asam dipikolinat) pertama kali ditemukan dalam
hubungannya dengan sistem biologi pada tahun 1936 dan diketahui sebagai
komponen terbesar pada spora bakteri. H2dipic digunakan pada sebagian besar proses
inhibitor enzim dan pemeliharaan tanaman. Penelitian yang berkembang saat ini pada
H2dipic menunjukkan bahwa asam yang terkandung didalamnya dapat mencegah
proses oksidasi pada lipoprotein yang berdensitas rendah. Asam piridin-
2,6dikarboksilat juga merupakan salah satu turunan asam karboksilat yang menarik
hal kimia koordinasi. H2dipic ini juga berpotensi untuk mengasilkan berbagai macam
bentuk koordinasi.

Kanker adalah salah satu jenis penyakit tumor ganas (benign tumour).
Penyakit ini timbul akibat terjadinya mutasi pada biosintesis sel, yaitu kesalahan
urutan DNA karena terpotong, tersubstitusi atau adanya pengaturan kembali,
mengakibatkan pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal, cepat, dan
tidak terkendali. Sel-sel kanker akan terus membelah diri, terlepas dari pengendalian
pertumbuhan dan tidak lagi menuruti hukum-hukum pembiakan. Bila pertumbuhan
tidak segera dihentikan dan diobati maka sel kanker akan berkembang terus. Sel
kanker akan tumbuh menyusup ke jaringan sekitarnya (invasive), lalu membuat anak
sebar (metastasis) ke tempat yang lebih jauh melalui pembuluh darah dan pembuluh
getah bening. Selanjutnya akan tumbuh kanker baru di tempat lain sampai akhirnya
menyebabkan kematian penderitanya.

Penyakit kanker merupakan penyakit penyebab kematian terbesar kedua


setelah penyakit jantung. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa,
jumlah penderita kanker bertambah menjadi 6,25 juta orang setiap tahun dan
diperkirakan sepuluh tahun mendatang 9 juta orang akan meninggal akibat penyakit
ini setiap tahunnya (Yayasan Kanker Indonesia, 2006). Sementara di Indonesia
penyakit kanker adalah penyebab kematian nomor tujuh setelah stroke, tuberkulosis,
hipertensi, cidera, perinatal, dan diabetes militus. Penderita kanker mencapai 6 % dari
200 juta lebih penduduk Indonesia, saat ini diperkirakan dari 100.000 penduduk
Indonesia, terdapat 100 penderita baru penyakit kanker setiap tahun (Aditama, 2009).
Pola frekuensi relatif jenis kanker yang sering didapati di Indonesia secara berurutan
adalah kanker leher rahim (serviks), hati, payudara, paru-paru, kulit, nasofaring,
limfoma, leukimia dan kolon (Reksodiputro, 1991).

Pengobatan penyakit kanker telah dilakukan secara intensif. Chemotherapy dengan


menggunakan obat-obatan antikanker seperti flourasil, metotreksat dan cisplatin telah
dilakukan, namun timbulnya mekanisme multidrug resistance (MDR) akan
mengurangi daya kerja obat-obatan ini. Radiotherapy dengan metode penyinaran juga
telah banyak dimanfaatkan tetapi kurang efektif, memerlukan biaya yang mahal,
terlalu toksik, serta menunjukkan efek samping yang serius. Penelitian tentang
penyakit kanker dan cara pengobatannya terus dikembangkan, di antaranya adalah
kehadiran senyawa kompleks logam yang diharapkan menjadi obat anti kanker baru
yang lebih baik, efektif dan efisien.
Peran senyawa kompleks logam yang diterapkan dalam bidang kedokteran menjadi
topik-topik hangat dalam kimia bioanorganik. Salah satu topik menarik dan terus
berkembang adalah interaksi molekul kecil termasuk di dalamnya kompleks logam
dengan DNA. Topik ini menarik karena umumnya molekul-molekul kecil yang dapat
berinteraksi dengan DNA adalah senyawa-senyawa yang menunjukkan aktivitas obat
(terapetik), terutama dalam bidang chemotherapy dan terapi fotodinamik kanker atau
senyawa-senyawa yang bersifat racun bagi tubuh. Oleh karena itu, dengan memahami
perilaku dan sifat-sifat interaksi senyawa kompleks logam dengan DNA diharapkan
dapat membantu memahami mekanisme kerja obat-obat dan mekanisme toksisitas
kompleks logam pada tingkat molekular.

Kompleks logam dengan asam pikolinat merupakan produk degradasi dari


tryptophan. Studi kompleks pikolinat menunjukkan aktivitas biologi, dapat
menginduksi sel murine leukemia HL-60, dapat menghambat pertumbuhan
mycobacterium ovium complex, dan beberapa laporan kompleks logam-pikolinat
menunjukkan pengaruh dalam menghambat pertumbuhan sel-sel kanker. Seperti yang
telah dilaporkan, kompleks osmium(II) pikolinat memberikan pengaruh yang sama
dalam menghambat sel-sel kanker seperti cisplatin yang selama ini dikenal sebagai
obat chemotherapy kanker. Kompleks kobalt-aspirin seperti yang telah dilaporkan,
juga memberikan pengaruh dalam menghambat sel-sel tumor. Kompleks kobalt-
organologam seperti pada [Co2(CO)6] yang selama ini dikenal sebagai antitumor,
potensi antitumornya lebih meningkat ketika dipadukan dengan aspirin (asam asetil
salisilat). Aspirin adalah golongan nonsteroidal antirheumatics (NSARs) yang telah
lama dikenal dalam bidang farmakologi sebagai antiradang dan penghilang rasa sakit.
Efek NSARs diduga melibatkan gugus karboksilat yang melakukan penghambatan
enzim cyclooxygenase. Gugus karboksilat ini dijumpai juga pada asam pikolinat (2-
piridin karboksilat) maupun dipikolinat (piridin-2,6-dikarboksilat) yang terikat pada
cincin piridinnya.
Dengan penambahan satu gugus karboksilat pada cincin piridin ligan pikolinat dan
terbentuk struktur dipikolinat (piridin-2,6-dikarboksilat), diharapkan kompleks logam
yang dihasilkan memiliki interaksi yang lebih besar dalam menghambat sel-sel anti
kanker dan menunjukkan peningkatan bioaktivitas lainnya. Kompleks logam
dipikolinat seperti yang telah dilaporkan memberikan pengaruh dalam mereduksi
hyperlipidemia pada diabetes. Demikian juga laporan Colak et al., (2009) yang
menunjukkan kompleks logam dipikolinat berpengaruh sebagai inhibitor
pertumbuhan bakteri.

Mengkombinasikan suatu kompleks kobalt dengan aspirin secara signifikan


merubah sifat-sifat anti-kanker molekul tersebut, sebagaimana yang telah ditemukan
oleh peneliti-peneliti di Eropa. Penelitian mereka menjadi dasar untuk penemuan
terapi-terapi anti-tumor baru dengan menambahkan fragmen-fragmen organologam
ke dalam obat tertentu.

Asam piridin-2,6-dikarboksilat dapat berinteraksi dengan beberapa ion logam yang


dimiliki oleh tubuh. Salah satu cara untuk mengetahui sifat kimia serta asam yang
dimiliki asam dipikolinat adalah mempelajarinya dalam bentuk senyawa kompleks.

Anda mungkin juga menyukai