Disusun oleh :
2013
1
Abstrak
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kanker adalah salah satu jenis penyakit tumor ganas (benign tumour). Penyakit
ini timbul akibat terjadinya mutasi pada biosintesis sel, yaitu kesalahan urutan DNA
karena terpotong, tersubstitusi atau adanya pengaturan kembali, mengakibatkan
pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal, cepat, dan tidak terkendali. Sel-
sel kanker akan terus membelah diri, terlepas dari pengendalian pertumbuhan dan
tidak lagi menuruti hukum-hukum pembiakan. Bila pertumbuhan tidak segera
dihentikan dan diobati maka sel kanker akan berkembang terus. Sel kanker akan
tumbuh menyusup ke jaringan sekitarnya (invasive), lalu membuat anak sebar
(metastasis) ke tempat yang lebih jauh melalui pembuluh darah dan pembuluh getah
bening. Selanjutnya akan tumbuh kanker baru di tempat lain sampai akhirnya
menyebabkan kematian penderitanya.
3
timbulnya mekanisme multidrug resistance (MDR) akan mengurangi daya kerja obat-
obatan ini. Radiotherapy dengan metode penyinaran juga telah banyak dimanfaatkan
tetapi kurang efektif, memerlukan biaya yang mahal, terlalu toksik, serta menunjukkan
efek samping yang serius.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang sudah diuraikan di atas muncullah rumusan masalah
sebagai berikut :
2. Senyawa kompleks Kobalt apa saja yang yang berpotensi untuk mengobati
kanker?
C. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah
1. Untuk memahami senyawa kompleks Kobalt apa saja yang yang berpotensi
untuk mengobati kanker
D. Manfaat
Pada penyususnan makalah ini diharapakan dapat menambah wawasan
mengenai senyawa kompleks Kobalt yang dapat mengobati senyawag kanker
4
mekanisme serta dapat mengembangkan senyawa kompleks lain yang berfungsi
sebagai obat anti kanker.
BAB II
PEMBAHASAN
5
Banyak obat antikanker bekerja dengan cara mempengaruhi metabolisme asam
nukleat, terutama DNA, atau biosintesis protein. Obat antikanker dapat mempengaruhi
kehidupan sel, proses kehidupan sel merupakan suatu siklus yang terdiri dari beberapa
fase yaitu, (1) Fase mitotik, fase dimana terjadi pembelahan sel aktif. (2) Fase pos
mitotik, pada fase ini terjadi sintesis DNA, tetapi terjadi sintesis RNA dan protein. (3)
Fase sintetik, terjadi replikasi DNA sel. (5) Fase pos sintetik, fase yang dimulai bila sel
sudah menjadi tetraploid dan mengandung dua DNA, kemudian sintesis RNA dan
protein dilanjutkan.
Obat antikanker dibagi menjadi lima kelompok, yaitu senyawa pengalkilasi,
antimetabolit, antikanker produk alam, hormon dan golongan lainnya. Senyawa
kompleks sintesis diarahkan sebagai obat antikanker kelompok pengalkilasi dan
antimetabolit (Fuertes, et al., 2002).
B. Senyawa Kompleks Kobalt Berfungsi Sebagai Zat Anti Kanker
Kobalt (Co) merupakan salah satu logam transisi yang paling penting dalam
fisiologi manusia dan, akibatnya , penyerapan dan distribusinya dalam tubuh diatur
secara ketat. Selain itu, ada bukti yang berkembang bahwa kadar tembaga tinggi
berkaitan dengan kanker. Saat ini ada beberapa pendekatan untuk menargetkan sel-
sel kanker dengan tembaga beragam chelating agent , yang meliputi selain D -
Penisilamin , Clioquinol , dan Trientine juga Molibdenum yang mengandung
Tetrathiomolybdate. Namun, meskipun beberapa laporan lebih awal mengenai aktivitas
kompleks tembaga in vivo, pengembangan tembaga yang mengandung senyawa
sebagai agen antikanker tetap dalam banyak kasus pada tahap yang sangat awal
pengembangan praklinis.
6
Gambar 1. Struktur Kompleks Kobalt.
HeksaAmineKobalt chloride
HexaammineKobalt (III) klorida adalah senyawa kimia dengan rumus [Co (NH3)
6] Cl3. Senyawa ini koordinasi dianggap sebagai tipikal "kompleks Werner", karena
dinamai oleh pelopor kimia koordinasi, Alfred Werner. Garam ini terdiri dari [Co (NH3)
6] 3 + trications dengan tiga Cl-anion.
Sehingga pada kompleks ini memilik Atom pusat Kobalt dengan ligan amina,
dan klorida. Istilah "ammine" mengacu pada amonia dalam kompleks logam, dan hex
awalan (Yunani: enam) menunjukkan bahwa ada enam ammonias per kation. Awalnya
senyawa ini digambarkan sebagai "luteo" (Latin: kuning) kompleks, tapi nama ini sudah
dibuang sebagai kimia modern menganggap warna kurang penting dibandingkan
struktur molekul. Kompleks serupa lain juga memiliki nama warna, seperti purpureo
(Latin: ungu) untuk kompleks pentammine, dan praseo (Yunani: hijau) dan violeo
(Latin: violet) untuk dua kompleks tetrammine isomer.
Kompleks Kobalt-aspirin
7
terapi-terapi anti-tumor baru dengan menambahkan fragmen-fragmen organologam ke
dalam obat tertentu komlplek inimemiliki atom pusat Kobalt dan ligannya aspirin dan
CO.
Potensi Kobalt (II) 2,6 piridin dikarboksilat sebagai Obat Anti kanker
8
karboksilat (COOH) pada pikolinat, diharapkan terbentuk senyawa kompleks yang
memiliki ikatan rangkap terkonjugasi lebih banyak sehingga didapatkan senyawa
dengan framework logam-organik yang lebih reaktif, selain itu diharapkan pula memiliki
interaksi yang lebih besar antara ion-ion logamnya karena terdapat ikatan kovalen,
interaksi π-π dan ikatan hidrogen.
9
menunjukkan kompleks logam dipikolinat berpengaruh sebagai inhibitor pertumbuhan
bakteri.
Gambar 3.Kompleks kobalt(II) dipikolinat polimer (A) dan kompleks mono inti (B)
Dari gambar tersebut menggabarkan struktur Kompleks Kobalt- Piridin-2,6-
Dikarboksiat dengan atom pusat Kobalt, dan ligannya pridin dan Karboksilat.
Senyawakompleks Kobalt dalam tubuh ini menghambat sintesis DNA pada siklus
kehidupan sel sehingga sel tumor mengalami kematian. Ada beberapa jenis interaksi
antara kompleks logam dengan DNA, baik melalui interaksi kovalen maupun
nonkovalen (McMillin dan McNett, 1998 ; Mudasir, 2009). Terdapat tiga macam
interaksi nonkovalen antara kompleks logam dengan DNA :
1. Interaksi elektrostatik atau ikatan luar (out side binding), Interaksi ini terjadi
antara molekul kecil kationik seperti kompleks logam bermuatan positif dengan
kerangka luar (fosfat) DNA yang bermuatan negatif. Interaksi dapat terjadi
pada bagian luar double helix DNA (Mudasir, 2009).
2. Interaksi groove(groove binding), jenis interaksi yang sangat dipengaruhi oleh
geometri molekul kecil kompleks logam yang akan berinteraksi dengan DNA
10
serta medan listrik disekitar kerangka DNA, gaya Van der Waals, ikatan
hidrogen dan efek hidrofobik (Mudasir, 2009).
3. Interaksi interkalasi, interkalasi yang terjadi apabila suatu heteroatomik planar
menembus ke celah diantara pasangan DNA dan berinteraksi secara tegak
lurus terhadap sumbu DNA double helix. Interaksi jenis ini menuntut adanya
perubahan konformasi (distorsi) kerangka DNA untuk memberikan ruang pada
molekul yang masuk. Pada umumnya pasangan basa DNA yang berdekatan
akan saling menjauhkan diri untuk memberikan ruang yang cukup bagi
masuknya interkalator aromatis planar. Proses semacam ini menyebabkan
peregangan struktur double helix DNA yang berakibat pada terjadinya
perubahan densitas elektron pada kerangka fosfat serta terjadinya perubahan
konformasi gula DNA (Mudasir, 2009).
Penggunaan senyawa kompleks logam sebagai interkalator DNA sendiri
memungkinkan untuk membidik situs DNA target dengan cara mengubah-ubah jenis
dan tingkat oksidasi logam serta memodifikasi bentuk, simetri dan gugus fungsional
yang terdapat pada ligan (Mudasir, 2009). Disamping itu dengan memanfaatkan sifat-
sifat fotofisika, fotokimia, serta sifat redoks interkalator (kompleks logam) akan dapat
dikembangkan penyelidikan yang lebih seksama tentang reaktivitas dan sifat-sifat
spektroskopik DNA seperti reaksi transfer muatan, reaksi pemutusan DNA dan reaksi-
reaksi lainnya (Erkkila et al., 1999 ; Mudasir, 2006). Kompleks logam fotoaktif dapat
juga berperan sebagai reporter spektroskopik yang akan memberikan informasi
tentang konformasi DNA (Barton,1986).
Pengembangan lebih lanjut pada aplikasi-aplikasi semacam ini akan sangat
terbantu dengan adanya pemahaman yang lebih baik terhadap bentuk-bentuk interaksi
DNA dengan suatu kromofor, seperti senyawa kompleks logam. Jadi pemahaman yang
mendasar dalam bidang ini akan dapat membantu berkembang pesatnya desain obat
baru yang lebih efektif, khususnya antitumor dan antikanker.
Kompleks kobalt lebih banyak fokus pada pengembangan penelitian pada terapi
kanker karena kemampuan mereka untuk melakukan reduksi pada jaringan tumor
yang berkembang, hal tersebut mengejutkan karena penelitian yang terdahulu belum
menemukan senyawa yang secara klinis dapat digunakan sebagai antikanker.
11
dkk, 1995). Asam dipikolinat juga mempunyai beberapa fungsi biologis, diantaranya
kemampuan untuk aktivasi-inaktivasi dari beberapa mettaloenzim, penghambat
transfer elektron dan oksidasi LDL (Low Density Lipid). Senyawa ini menjadi salah satu
ligan yang paling sesuai untuk senyawa pharmacological yang aktif, karena sifatnya
yang rendah toksisitas dan amphophilic.
12
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
Pengembangan sintesis senyawa kompleks dalam bidang kesehatan perlu
dikembangkan lebih lanjut terutama pengembangan obat antikanker yang jumlahnya
masih sangat sedikit sehingga penigkatan kesehatan khususnya di indonesia dapat
tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
13
kobalt-piridin-26-dikaboksilat-sebagai-agen-antikanker-baru/. Diakses pada 22
sepetember 2013 17.19 WIB
14