Anda di halaman 1dari 14

Tugas Makalah

Kompleks Kobalt- Piridin-2,6-Dikarboksiat


Sebagai Senyawa Obat Anti Kanker

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Kimia Bioanorganik

Disusun oleh :

Mega Kurnia Putri (4311411008)

Wardatul Khoiriyah (4311411024)

Muzdalifah Noor (4311411029)

Moh. Syaifudin (4311411032)

Lu’lu’atul Maghfiroh (4311411059)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2013

1
Abstrak

Kompleks Kobalt- Piridin-2,6-Dikarboksiat sebagai senyawa


obat Anti kanker

Peran senyawa-senyawa anorganik seperti senyawa kompleks


sistem alam serta kemungkinan aplikasinya dalam bidang
kedokteran Salah satu topik menarik dan terus berkembang begitu
juga peran senyawa anorganik terutama kompleks senyawa logam
sebagai senyawa obat anti kanker. Kompleks logam yang
berpotensi sebagai obat kanker ini diataranya Kompleks dari logam
Kobalt yang mulai dikembangkan satu persatu dari kompleks logam
yang sederahana dari Heksa Amine Koblat, sampai Kobalt- Piridin-
2,6-Dikarboksiat. Penenelitian Kobalt- Piridin-2,6-Dikarboksilat
kompleks ini dikembangkan karena Asam dipikolinat juga
mempunyai beberapa fungsi biologis, diantaranya kemampuan
untuk aktivasi-inaktivasi dari beberapa mettaloenzim, penghambat
transfer elektron dan oksidasi LDL (Low Density Lipid). Senyawa ini
menjadi salah satu ligan yang paling sesuai untuk senyawa
pharmacological yang aktif, karena sifatnya yang rendah toksisitas
dan amphophilic.

Keyword : Asam dipikolinat, aktivasi-inaktivasi, rendah toksisitas

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kanker adalah salah satu jenis penyakit tumor ganas (benign tumour). Penyakit
ini timbul akibat terjadinya mutasi pada biosintesis sel, yaitu kesalahan urutan DNA
karena terpotong, tersubstitusi atau adanya pengaturan kembali, mengakibatkan
pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal, cepat, dan tidak terkendali. Sel-
sel kanker akan terus membelah diri, terlepas dari pengendalian pertumbuhan dan
tidak lagi menuruti hukum-hukum pembiakan. Bila pertumbuhan tidak segera
dihentikan dan diobati maka sel kanker akan berkembang terus. Sel kanker akan
tumbuh menyusup ke jaringan sekitarnya (invasive), lalu membuat anak sebar
(metastasis) ke tempat yang lebih jauh melalui pembuluh darah dan pembuluh getah
bening. Selanjutnya akan tumbuh kanker baru di tempat lain sampai akhirnya
menyebabkan kematian penderitanya.

Penyakit kanker merupakan penyakit penyebab kematian terbesar kedua setelah


penyakit jantung. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa, jumlah
penderita kanker bertambah menjadi 6,25 juta orang setiap tahun dan diperkirakan
sepuluh tahun mendatang 9 juta orang akan meninggal akibat penyakit ini setiap
tahunnya (Yayasan Kanker Indonesia, 2006). Sementara di Indonesia penyakit kanker
adalah penyebab kematian nomor tujuh setelah stroke, tuberkulosis, hipertensi, cidera,
perinatal, dan diabetes militus. Penderita kanker mencapai 6 % dari 200 juta lebih
penduduk Indonesia, saat ini diperkirakan dari 100.000 penduduk Indonesia, terdapat
100 penderita baru penyakit kanker setiap tahun (Aditama, 2009). Pola frekuensi relatif
jenis kanker yang sering didapati di Indonesia secara berurutan adalah kanker leher
rahim (serviks), hati, payudara, paru-paru, kulit, nasofaring, limfoma, leukimia dan
kolon (Reksodiputro, 1991).

Peran senyawa-senyawa anorganik seperti senyawa kompleks sistem alam serta


kemungkinan aplikasinya sebagai sistem tiruan dalam bidang kedokteran dan
lingkungan menjadi topik-topik hangat dalam Kimia Bioanorganik (Szacilowski, dkk.,
2005). Salah satu topik menarik dan terus berkembang dari peran senyawa anorganik
terutama kompleks senyawa logam adalah sebagai senyawa obat anti kanker, karena
umunya penyakit kanker diobati dengan Chemotherapy dengan menggunakan obat-
obatan antikanker seperti flourasil, metotreksat dan cisplatin telah dilakukan, namun

3
timbulnya mekanisme multidrug resistance (MDR) akan mengurangi daya kerja obat-
obatan ini. Radiotherapy dengan metode penyinaran juga telah banyak dimanfaatkan
tetapi kurang efektif, memerlukan biaya yang mahal, terlalu toksik, serta menunjukkan
efek samping yang serius.

Umumnya dari banyak penelitian yang sudah mengemukakan Kompleks kobalt-


organologam seperti pada [Co2(CO)6] yang selama ini dikenal sebagai antitumor,
potensi antitumornya lebih meningkat ketika dipadukan dengan aspirin (asam asetil
salisilat). Aspirin adalah golongan nonsteroidal antirheumatics (NSARs) yang telah
lama dikenal dalam bidang farmakologi sebagai antiradang dan penghilang rasa sakit.
Efek NSARs diduga melibatkan gugus karboksilat yang melakukan penghambatan
enzimcyclooxygenase (Ingo, 2009). Namun masih diperlukan senyawa kompleks
kobalt lain yang daya aktifitas sebagi obat anti kankernya lebih tinggi.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang sudah diuraikan di atas muncullah rumusan masalah
sebagai berikut :

1. Apa itu senyawa obat anti Kanker ?

2. Senyawa kompleks Kobalt apa saja yang yang berpotensi untuk mengobati
kanker?

3. Bagaimana mekanisme Senyawa kompleks kobalt mengobati kanker?

C. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah
1. Untuk memahami senyawa kompleks Kobalt apa saja yang yang berpotensi
untuk mengobati kanker

2. Untuk memahami struktur dari senyawa kompleks Kobalt

3. Untuk memahami mekanisme Senyawa kompleks kobalt mengobati kanker

D. Manfaat
Pada penyususnan makalah ini diharapakan dapat menambah wawasan
mengenai senyawa kompleks Kobalt yang dapat mengobati senyawag kanker

4
mekanisme serta dapat mengembangkan senyawa kompleks lain yang berfungsi
sebagai obat anti kanker.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Obat Antikanker

Obat antikanker adalah senyawa kemoterapi yang digunakan untuk pengobatan


tumor yang membahayakan (kanker).  Obat antikanker sering dinamakan pula sebagai
obat sitotoksik, sitostatik atau antineoplasma. Tumor adalah istilah umum untuk
menunjukkan adanya ketidakormalan dari jaringan yang tidak membahayakan
kehidupan.  Tumor terbentuk karena adanya mutasi pada biosintesis sel,  yaitu
kekeliruan urutan DNA karena terpotong,  tersubstitusi atau ada pengaturan kembali, 
adanya adisi dan integrasi bahan genetik virus kedalam gen dan adanya perubahan
ekspresi genetik (Farrell, 1999).  Tumor yang membahayakan (malignant tumor)
disebut sebagai kanker,  sedangkan penyebab kanker disebut karsinogen
(Siswandono dan Soekardjo, 2000).
Beberapa contoh penting senyawa karsinogen adalah hidrokarbon polisiklik
aromatik seperti benz(a)antrasena, benzo(a)pirin, 3-metilkolantren, 7,12-
dimetilbenz(a)antrasena.  Amina aromatik, nitrosamin-nitrosamid, dan alfatoksin juga
menunjukkan sifat karsinogenitas (Manfred, 1994).
Pengobatan penyakit kanker yang sampai saat ini dilakukan adalah (1)
Pembedahan (surgery), terutama untuk tumor padat yang terlokalisasi, seperti
karsinoma pada payudara dan kolorektal.  (2) Radioterapi, digunakan untuk
pengobatan penunjang setelah pembedahan.  (3) Kemoterapi, terutama untuk
pengobatan tumor yang tidak terlokalisasi, seperti leukemia, kariokarsinoma, limfoma,
dan digunakan juga untuk pengobatan penunjang sesudah pembedahan. (4)
Endoktrinoterapi, adalah bagian dari kemoterapi yang menggunakan hormon tertentu
untuk pengobatan tumor pada organ yang proliferasinya tergantung pada hormon,
seperti karsinoma payudara dan prostat.  (5) Imunoterapi, cara ini masih
dikembangkan yang kemungkinan berperan penting dalam pencegahan
mikrometatesis (Siswandono dan Soekardjo,  2000).

5
Banyak obat antikanker bekerja dengan cara mempengaruhi metabolisme asam
nukleat, terutama DNA, atau biosintesis protein.  Obat antikanker dapat mempengaruhi
kehidupan sel, proses kehidupan sel merupakan suatu siklus yang terdiri dari beberapa
fase yaitu, (1) Fase mitotik,  fase dimana terjadi pembelahan sel aktif. (2) Fase pos
mitotik, pada fase ini terjadi sintesis DNA, tetapi terjadi sintesis RNA dan protein.  (3)
Fase sintetik, terjadi replikasi DNA sel. (5) Fase pos sintetik, fase yang dimulai bila sel
sudah menjadi tetraploid dan mengandung dua DNA, kemudian sintesis RNA dan
protein dilanjutkan.
Obat antikanker dibagi menjadi lima kelompok, yaitu senyawa pengalkilasi,
antimetabolit, antikanker produk alam, hormon dan golongan lainnya.  Senyawa
kompleks sintesis diarahkan sebagai obat antikanker kelompok pengalkilasi dan
antimetabolit (Fuertes,  et al., 2002).
B. Senyawa Kompleks Kobalt Berfungsi Sebagai Zat Anti Kanker
Kobalt (Co) merupakan salah satu logam transisi yang paling penting dalam
fisiologi manusia dan, akibatnya , penyerapan dan distribusinya dalam tubuh diatur
secara ketat. Selain itu, ada bukti yang berkembang bahwa kadar tembaga tinggi
berkaitan dengan kanker. Saat ini ada beberapa pendekatan untuk menargetkan sel-
sel kanker dengan tembaga beragam chelating agent , yang meliputi selain D -
Penisilamin , Clioquinol , dan Trientine juga Molibdenum yang mengandung
Tetrathiomolybdate. Namun, meskipun beberapa laporan lebih awal mengenai aktivitas
kompleks tembaga in vivo, pengembangan tembaga yang mengandung senyawa
sebagai agen antikanker tetap dalam banyak kasus pada tahap yang sangat awal
pengembangan praklinis.

Studi kompleks logam piridin-2,6-dikarboksilat dewasa ini banyak mendapat


perhatian.Studi ini menarik karena kompleks ini dapat diaplikasikan diberbagai bidang,
diantaranya adalah elektrokimia. Bidang biologi sebagai agen antibakteri, serta
dibidang kimia medisinal sebagai obat untuk menurunkan hiperlipidemia pada
penderita diabetes dan terutama sebagai antikanker.

6
Gambar 1. Struktur Kompleks Kobalt.

. Beberapa senyawa kompleks kobalt lain sebleum dikembangkan piridin-2,6-


dikarboksilat. antara lain HeksaAmineKobalt chloride, Mustamine, Kompleks Basa
3+
Schiff-derived Co , Kompleks Kobalt-aspirin, Kobalt (II) 2,6 piridin dikarboksilat.

HeksaAmineKobalt chloride

HexaammineKobalt (III) klorida adalah senyawa kimia dengan rumus [Co (NH3)
6] Cl3. Senyawa ini koordinasi dianggap sebagai tipikal "kompleks Werner", karena
dinamai oleh pelopor kimia koordinasi, Alfred Werner. Garam ini terdiri dari [Co (NH3)
6] 3 + trications dengan tiga Cl-anion.
Sehingga pada kompleks ini memilik Atom pusat Kobalt dengan ligan amina,
dan klorida. Istilah "ammine" mengacu pada amonia dalam kompleks logam, dan hex
awalan (Yunani: enam) menunjukkan bahwa ada enam ammonias per kation. Awalnya
senyawa ini digambarkan sebagai "luteo" (Latin: kuning) kompleks, tapi nama ini sudah
dibuang sebagai kimia modern menganggap warna kurang penting dibandingkan
struktur molekul. Kompleks serupa lain juga memiliki nama warna, seperti purpureo
(Latin: ungu) untuk kompleks pentammine, dan praseo (Yunani: hijau) dan violeo
(Latin: violet) untuk dua kompleks tetrammine isomer.

Kompleks Kobalt-aspirin

Mengkombinasikan suatu kompleks koblat dengan aspirin secara signifikan


merubah sifat-sifat anti-kanker molekul tersebut, sebagaimana yang telah ditemukan
oleh peneliti-peneliti di Eropa. Penelitian mereka menjadi dasar untuk penemuan

7
terapi-terapi anti-tumor baru dengan menambahkan fragmen-fragmen organologam ke
dalam obat tertentu komlplek inimemiliki atom pusat Kobalt dan ligannya aspirin dan
CO.

Peneliti telah meneliti spesies heksakarbonildikobalt [Co 2(CO)6] yang terikat ke


berbagai ligan alkin, dan menemukan bahwa aktivitas antitumor dari kompleks kobalt
ini lebih potensial ketika dikombinasikan dengan aspirin dibanding senyawa lain. Ini
melahirkan kesimpulan bahwa aktivitas anti-tumor harus terkait dengan keberadaan
aspirin − bukan dengan kompleks kobalt saja.
Secara khusus, tim ini menunjukkan bahwa kompleks kobalt yang besar
menyebabkan aspirin berinteraksi secara berbeda dengan enzim-enzim
siklooksigenase (COX) (yang menghasilkan prostaglandin dan molekul-molekul
pensinyalan lain yang terkait dengan inflamasi dan pembekuan darah. Jika aspirin
biasa menghambat enzim COX dengan mensubstitusi sebuah residu serin pada sisi
aktifnya dengan gugus asetil, yang menunjukkan bahwa kobalt-aspirin tidak
mengganti residu serin tersebut, tetapi justru mensubstitusi residu lysin pada lokasi
yang lain dengan gugus asetil. Ini merubah jalur-jalur biokimia yang terjadi pada
aktivitas COX.

Pembentukan kompleks kobalt-organologam-aspirin, menunjukkan kompleks ini


lebih meningkat potensi antitumornya dibandingkan kompleks-organologam
[Co2(CO)6]. Kompleks kobalt-aspirin mampu memblokir akses ke pusat aktif dari enzim
sehingga terjadi penghambatan sel-sel tumor.  Kompleks kobalt-aspirin juga
menunjukkan aktivitasnya melalui jalur metabolisme lain, dengan mengaktifkan
enzim caspase, yang terlibat dalam mengarahkan proses-proses apoptosis (kematian
sel terprogram) dapat menghambat pertumbuhan sel dan pembentukan pembuluh
darah kecil, dua faktor yang penting bagi pertumbuhan tumor.  Beberapa senyawa
organologam lainnya seperti metallocene, metal-arene, metal-carbonyl dan metal-
carbene, juga menjadi kandidat obat-obat antikanker dimasa depan (Gasser et al.,
2010),  demikian juga kompleks logam dengan ligan-ligan produk degradasi triptopan
seperti pikolinat maupun dipikolinat (Song et al., 1999)

Potensi Kobalt (II) 2,6 piridin dikarboksilat sebagai Obat Anti kanker

Penegembangan obat anti kanker diharapkan mempunyai tinkat bioaktifitas


sebagai obat yang lebih tinggi dari senyawa kompleks coblat yang lain.Pada Piridin-
2,6-dikarboksilat (dipic) merupakan modifikasi 2-piridin karboksilat dengan
penambahan satu gugus karboksilat pada cincin piridinnya. Penambahan satu gugus

8
karboksilat (COOH) pada pikolinat, diharapkan terbentuk senyawa kompleks yang
memiliki ikatan rangkap terkonjugasi lebih banyak sehingga didapatkan senyawa
dengan framework logam-organik yang lebih reaktif, selain itu diharapkan pula memiliki
interaksi yang lebih besar antara ion-ion logamnya karena terdapat ikatan kovalen,
interaksi π-π dan ikatan hidrogen.

. Asam dipikolinat yang merupakan ligan pada kompleks ini mempunyai


beberapa fungsi biologis, diantaranya kemampuan untuk aktivasi-inaktivasi dari
beberapa mettaloenzim, penghambat transfer elektron dan oksidasi LDL (Low Density
Lipid). Senyawa ini menjadi salah satu ligan yang paling sesuai untuk senyawa
pharmacological yang aktif, karena sifatnya yang rendah toksisitas dan amphophilic.

Asam piridin-2,6-dikarboksilat dapat sebagai ligan anionik berupa dipic (Piridin-


2,6-dikarboksilat). Keragaman koordinasi kompleks logam dipikolinat memiliki delapan
topologi. keragaman tersebut dihasilkan dari adanya tiga atom donor pada ligan
tersebut yang terkoordinasi pada atom pusat dengan melepaskan dua atom
hidrogennya. Pada umumnya dipikolinat termasuk jenis ligan tridentat dengan tiga
atom donor pasangan elektron, yaitu N dari cincin piridin dan dua buah atom O dari
gugus karboksilatnya.

Sinteis Kobalt (II) 2,6 piridin dikarboksilat


Kompleks logam dipikolinat dengan logam kobalt sebagai atom pusat sebelumnya
dapat disintesis menggunakan CoCl2.6H2O, dengan hasil berupa kompleks polimer
[CoII(dipic)(μ-dipic)-CoII(H2O)5].2H2O pada kisaran pH 2-5, dan mononuklir
[CoII(H2dipic)(dipic)].3H2O pada pH ~ 1. Kompleks yang dihasilkan dapat
dikarakterisasi melalui Spektrofotometer UV-Vis, FT-IR dan difraksi sinar X (XRD).
Karena kompleks kobalt(II) piridin-2,6-dikarboksilat, terdapat ikatan hidrogen, interaksi
π-π dan heterosiklik aromatis, yang memungkinkan kompleks ini berinteraksi dengan
situs-situs DNA, Selain itu kestabilan kompleks karena efek khelat ligan dipikolinat.
Dengan penambahan satu gugus karboksilat pada cincin piridin ligan pikolinat dan
terbentuk struktur dipikolinat (piridin-2,6-dikarboksilat), diharapkan kompleks logam
yang dihasilkan memiliki interaksi yang lebih besar dalam menghambat sel-sel anti
kanker dan menunjukkan peningkatan bioaktivitas lainnya (Martak, 2008) dibanding
dengan senyawa kompleks kobalt yang lain. Kompleks logam dipikolinat seperti yang
telah dilaporkan oleh Yang et al., (2002) memberikan pengaruh dalam mereduksi
hyperlipidemia pada diabetes. Demikian juga laporan Colak et al., (2009) yang

9
menunjukkan kompleks logam dipikolinat berpengaruh sebagai inhibitor pertumbuhan
bakteri.

Gambar2 .delapan kooordinasi struktur Kobalt 2,6 piridin kobalt

Gambar 3.Kompleks kobalt(II) dipikolinat polimer (A) dan kompleks mono inti (B)
Dari gambar tersebut menggabarkan struktur Kompleks Kobalt- Piridin-2,6-
Dikarboksiat dengan atom pusat Kobalt, dan ligannya pridin dan Karboksilat.

C. Mekanisme Reaksi Senyawa Kompleks Kobalt Pada Tubuh

Senyawakompleks Kobalt dalam tubuh ini menghambat sintesis DNA pada siklus
kehidupan sel sehingga sel tumor mengalami kematian. Ada beberapa jenis interaksi
antara kompleks logam dengan DNA, baik melalui interaksi kovalen maupun
nonkovalen (McMillin dan McNett,  1998 ; Mudasir, 2009).  Terdapat tiga macam
interaksi nonkovalen antara kompleks logam dengan DNA :
1. Interaksi elektrostatik atau ikatan luar (out side binding), Interaksi ini terjadi
antara molekul kecil kationik seperti kompleks logam bermuatan positif dengan
kerangka luar (fosfat) DNA yang bermuatan negatif.  Interaksi dapat terjadi
pada bagian luar double helix DNA (Mudasir, 2009).
2. Interaksi groove(groove binding),  jenis interaksi yang sangat dipengaruhi oleh
geometri molekul kecil kompleks logam yang akan berinteraksi dengan DNA

10
serta medan listrik disekitar kerangka DNA, gaya Van der Waals, ikatan
hidrogen dan efek hidrofobik (Mudasir, 2009). 
3. Interaksi interkalasi, interkalasi yang terjadi apabila suatu heteroatomik planar
menembus ke celah diantara pasangan DNA dan berinteraksi secara tegak
lurus terhadap sumbu DNA double helix.  Interaksi jenis ini menuntut adanya
perubahan konformasi (distorsi) kerangka DNA untuk memberikan ruang pada
molekul yang masuk.  Pada umumnya pasangan basa DNA yang berdekatan
akan saling menjauhkan diri untuk memberikan ruang yang cukup bagi
masuknya interkalator aromatis planar.  Proses semacam ini menyebabkan 
peregangan struktur double helix DNA yang berakibat pada terjadinya
perubahan densitas elektron pada kerangka fosfat serta terjadinya perubahan
konformasi gula DNA (Mudasir, 2009).
Penggunaan senyawa kompleks logam sebagai interkalator DNA sendiri
memungkinkan untuk membidik situs DNA target dengan cara mengubah-ubah jenis
dan tingkat oksidasi logam serta memodifikasi bentuk, simetri dan gugus fungsional
yang terdapat pada ligan (Mudasir, 2009).  Disamping itu dengan memanfaatkan sifat-
sifat fotofisika, fotokimia, serta sifat redoks interkalator (kompleks logam) akan dapat
dikembangkan penyelidikan yang lebih seksama tentang reaktivitas dan sifat-sifat
spektroskopik DNA seperti reaksi transfer muatan, reaksi pemutusan DNA dan reaksi-
reaksi lainnya (Erkkila et al., 1999 ; Mudasir, 2006). Kompleks logam fotoaktif dapat
juga berperan sebagai reporter spektroskopik yang akan memberikan informasi
tentang konformasi DNA (Barton,1986).
Pengembangan lebih lanjut pada aplikasi-aplikasi semacam ini akan sangat
terbantu dengan adanya pemahaman yang lebih baik terhadap bentuk-bentuk interaksi
DNA dengan suatu kromofor, seperti senyawa kompleks logam. Jadi pemahaman yang
mendasar dalam bidang ini akan dapat membantu berkembang pesatnya desain obat
baru yang lebih efektif, khususnya antitumor dan antikanker.
Kompleks kobalt lebih banyak fokus pada pengembangan penelitian pada terapi
kanker karena kemampuan mereka untuk melakukan reduksi pada jaringan tumor
yang berkembang, hal tersebut mengejutkan karena penelitian yang terdahulu belum
menemukan senyawa yang secara klinis dapat digunakan sebagai antikanker.

Asam dipikolinat atau asam piridin-2,6-dikarboksilat pada kompleks Kobalt


piridin-2,6-dikarboksilat merupakan agen pengkelat N-O yang baik yang dapat
berperan sebagai ligan bidentat, tridentat, meridian atau jembatan dengan beberapa
ion logam yang berbeda, dan mempunyai peranan sebaik kation logam okso (Laine

11
dkk, 1995). Asam dipikolinat juga mempunyai beberapa fungsi biologis, diantaranya
kemampuan untuk aktivasi-inaktivasi dari beberapa mettaloenzim, penghambat
transfer elektron dan oksidasi LDL (Low Density Lipid). Senyawa ini menjadi salah satu
ligan yang paling sesuai untuk senyawa pharmacological yang aktif, karena sifatnya
yang rendah toksisitas dan amphophilic.

12
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

1. Obat antikanker dibagi menjadi lima kelompok, yaitu senyawa pengalkilasi,


antimetabolit, antikanker produk alam, hormon dan golongan lainnya.  Senyawa
kompleks sintesis diarahkan sebagai obat antikanker kelompok pengalkilasi
dan antimetabolit.
2. Senyawa kompleks yang berfungsi sebagai obat antikanker diantaranya adalah
kobalt (II) 2,6 piridin-karboksilat,Heksaaminkobalt klorida, mustamine,
3+
Kompleks Basa Schiff-derived Co .
3. Terdapat tiga macam interaksi nonkovalen antara kompleks logam dengan
DNA , Interaksi elektrostatik atau ikatan luar ,Interaksi groove(groove
binding),Interaksi interkalasi.

B. Saran
Pengembangan sintesis senyawa kompleks dalam bidang kesehatan perlu
dikembangkan lebih lanjut terutama pengembangan obat antikanker yang jumlahnya
masih sangat sedikit sehingga penigkatan kesehatan khususnya di indonesia dapat
tercapai.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2013.hexammine Kobalt(III) chloride. http://en. wikipedia.org/wiki/He xammine


Kobalt(III)_ chloride. Diakses pada 22 sepetember 2013 17.00 WIB

Alwathoni, Mahbub., Ayu Wardani K., Fahimah Martak,.2011. Kompleks Kobalt(Ii)


Piridin-2,6-Dikarboksilat: Sintesis Dan Karakterisasi.ITS:Surabaya

Alwathoni, Mahbub. 2011. Potensi Kompleks Kobalt- Piridin-2,6-Dikarboksiat Sebagai


Agen Antikanker Baru. http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/biokimia/potensi-
kompleks-kobalt-piridin-26-dikarboksilat-sebagai-agen-antikanker-baru/. Diakses
pada 22 sepetember 2013 17.15 WIB

Alwathoni, Mahbub. 2011. Potensi Kompleks Kobalt- Piridin-2,6-Dikarboksiat Sebagai


Agen Antikanker Baru. http://www.forumsains.com/artikel/potensi-kompleks-

13
kobalt-piridin-26-dikaboksilat-sebagai-agen-antikanker-baru/. Diakses pada 22
sepetember 2013 17.19 WIB

Misawa, Sutrisno.2009.Kompleks Kobalt-Aspirin Menjanjikan Sebagai Anti Tumor.


http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/biokimia/kompleks-kobalt-aspirin-
menjanjikan-sebagai-anti-tumor/. Diakses pada 22 sepetember 2013 17.20 WIB

Mudasir.2009. Memahami Interaksi Senyawa Kompleks Dengan DNA : Langkah Maju


Mencari Senyawa Kandidat Antikanker, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar
Ilmu Kimia pada Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Ute Jungwirth,Christian R. Kowol,Bernhard K. Keppler,Christian G.Hartinger, Walter
Berger, Petra Heffeter.2011 Anticancer Activity of Metal Complexes: Involvement
of Redox Processes. Antioxid Redox Signal. 2011 August 15; 15(4): 1085–1127.
doi: 10.1089/ars.2010.3663

14

Anda mungkin juga menyukai