Anda di halaman 1dari 8

STUDI KASUS: PENANGANAN KASUS CORPORA ALIENUM

PADA ANJING PEMBEDAHAN ENTEROTOMY

(CASE STUDY: TREATMENT OF CORPORA ALIENUM IN DOG BY


PERFORMINGENTEROTOMY SURGERY)

Adelia Putri1, I Wayan Wirata2


1
Mahasiswi Pendidikan Profesi Dokter Hewan,
2
Laboratorium Bedah dan Radiologi Veteriner,
Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana,
Jl. Sudirman, Sanglah, Denpasar, Bali, Indonesia, 80234; Telp/Fax: (0361) 223791
e-mail: adelliaputry@yahoo.com

ABSTRAK
Seekor anjing Dobbermann jantan berusia enam bulan datang ke Department of
Veterinary Surgery and Radiology, Veterinary College, Bengaluru dengan keluhan
anoreksia, muntah kronis dan tidak bisa bergerak sejak empat hari. Palpasi abdomen
menunjukkan adanya massa yang keras di intraabdominal dan pemeriksaan radiografi
abdomen lateral menunjukkan intestinal loops berisi udara. Setelah 24 jam radiografi
kontras barium mengunjukkan obstruksi usus. Tindakan bedah enterotmy darurat
dilakukan dan benda asing diambil berupa bola bulat. Hewan tersebut pulih dengan tanpa
komplikasi.

Kata-kata kunci: Bola bulat; Enterotomi; Radiografi kontras

ABSTRACT
A six month old male Dobbermann was presented to Department of Veterinary
Surgery and Radiology, Veterinary College, Bengaluru with a complaint of anorexia,
chronic vomition and not passing motion since four days. Abdominal palpation revealed
hard intraabdominal mass and survey radiograph of lateral abdomen revealed air filled
intestinal loops. Upon 24hours barium contrast radiograph confirmed intestinal
obstruction. So emergency enterotmy was performed and foreign body is retrieved and it
was a ball. The animal was recovered uneventfully without any complications.

Keywords: Spherical ball, Enterotomy, Contrast radiography

PENDAHULUAN
Obstruksi usus merupakan keadaan dimana isi lumen saluran cerna tidak bisa di
salurkan ke anus karena adanya sumbatan atau hambatan yang di sebabkan kelainan
dalam lumen usus, dinding usus atau bagian luar usus yang menekan segmen usus dan
menyebabkan adanya nekrosis pada usus. Salah satu penyebab obstruksi usus karena
adanya benda asing di dalam usus. Benda asing yang ditemukan di dalam usus sangat
bervariasi seperti kulit yang keras, kain, jarum besi, kawat, seng, rambut, tulang yang
keras dan lain-lain. Untuk mendiagnosis adanya benda asing pada saluran pencernaan
tidaklah mudah, pemeriksaan radiografi dengan bahan kontras dapat membantu diagnosis
(Boothe, 2012).
Penanganan obstruksi usus biasanya dilakukan dengan teknik pembeadahan.
Salah satu terapi bedah yang biasanya dilakukan yaitu dengan teknik enterotomi.
Enterotomi sering dilakukan pada anjing untuk mengangkat benda asing yang
menyebabkan obstruksi usus (Boothe, 2012). Enterotomi adalah suatu tindakan
penyayatan pada usus baik usus halus maupun usus besar yang mengalami gangguan
(penyempitan) atau karena adanya benda asing (tulang yang keras, kaca, kawat, besi, seng
dan rambut) atau kemungkinan adanya gangren pada usus (Boothe, 2012). Diagnosis
penyakit didasarkan pada sejarah penyakit, gejala klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
hematologi dan kimia darah, pemeriksaan radiografi, ultrasonografi, endoskopi dan
biopsy (Fossum, 2002).

LAPORAN KASUS

Sinyalemen dan Anamnesa


Seekor anjing Dobbermann jantan berusia enam bulan datang ke Department of
Veterinary Surgery and Radiology, Veterinary College, Bengaluru dengan keluhan
anoreksia, muntah kronis dan tidak bisa bergerak sejak empat hari.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik anjing saat di palpasi abdomen terasa adanya massa yang keras
pada bagian intraabdominal.

Pemeriksaan Penunjang
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan penunjang untuk
menegakkan diagnosa dengan melakukan pemeriksaan radiografi. Pada pemeriksaan
radiografi abdomen lateral menunjukkan intestinal loops berisi udara. Setelah 24 jam
radiografi kontras barium menunjukkan radiopaque dengan adanya benda asing di
intestinal loops.
a b

Gambar 1. (a) Radiografi abdomen lateral view menunjukkan intestinal loops berisi
udara; (b Radiografi kontras abdomen lateral view menunjukkan adanya benda asing
Sumber: Mahesh et al., 2019

Diagnosa dan Prognosa


Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, diagnosa
pada hewan kasus adalah obstruksi usus dan memiliki prognosa fausta.

Penanganan
Penangan yang dilakukan adalah melakukan operasi emergency enterotomy untuk
pengambilan benda asing, dimana tahap pembedahan ini meliputi preoperasi, operasi, dan
pascaoperasi.

METODE OPERASI

Preoperasi
Persiapan tindakan operasi dimulai dengan persipakan instrument bedah dan
persiapan runagan operasi. Semua instrument bedah dan ruangan yang digunakan harus
di sterilkan untuk menghindari kontaminasi pada tindakan operasi berlangsung. Persiapan
pasien dimulai dengan anjing dipuasakan dengan tidak diberikan makan 12 jam dan tidak
diberikan minum selama 6 jam sebelum dilakukannya operasi. Hal ini untuk mencegah
terjadinya pneumoni aspirasi ketika muntah akibat efek induksi anastesi dan hewan tidak
mengalami dehidrasi. Alat dan bahan yang disiapkan meliputi: scalpel dan blade, allis
forceps, arteri clamp, gunting operasi, pinset bergeirigi, pinset fisiologis, needle holder,
benang jahit, jarum, kain drape, tampon, kassa steril, hand gloves, spuit, infust set,
alkohol, dan povidone iodine, obat premedikasi-anastesi, dan obat pascaoperasi. Rambut
yang berada di daerah yang akan dioperasi dicukur dan disinfeksi menggunakan alkohol
dan povidone iodine. Premedikasi dilakukan dengan Atropin Sulfat sebanyak 0,04 mg/kg
secara subkutan dan preanestesi dengan Xylazine sebanyak 1 mg/kg secara intramuscular.
Setelah 10 menit anestesi induksi dilakukan pemberian dengan Thiosol 2,5% untuk
anestesi.

Operasi
Prosedur operasi yang digunakan yaitu eksplorasi laparotomi dengan teknik
enterotomi. Tindakan operasi dilakukan secara aseptis dimulai dengan hewan diletakkan
diatas meja operasi dengan posisi dorsal recumbency dan bagian hewan yang akan
diinsisi daerah ventral abdomen kemudian dicukur dari rambut hewan dan dibersihkan
dari kotoran dan kemudian disterilkan dengan alkohol 70% dan iodine untuk menghindari
kontaminasi dari mikrorganisme saat operasi. Kain drape diposisikan di bagian area
ventral abdomen dan dijepit dengan towel clamp. Monitoring operasi dilakukan dari
hewan mulai teranestesi dan tindakan pembedahan dimulai dengan melakukan incisi pada
bagian cranial ventral linier. Setelah kulit diincisi, kemudian kedua sisi kulit masing-
masing dijepit menggunakan allis tissue forcep untuk mempermudah incisi selanjutnya
menuju linea alba. Sebelum mencapai linea alba, incisi dilanjutkan ke lapisan subkutan
sampai external fascia dan musculus rectus abdominis terekspose, dilakukan preparasi
tumpul didaerah subkutan. Setelah mencapai linea alba, lakukan incisi bersama dengan
peritoneum menggunakan scalpel.

Gambar 1. Incisi pertama pada bagian


cranial ventral linier Gambar 2. Melakukan eksprolasi pada
organ (jejenum) yang mengalami
obstruksi
Setelah peritoneum terbuka, digunakan allis tissue forceps yang sedang menjepit
kulit, untuk kemudian menjepi lapisan peritoneum, subcutan dan kulit sehingga dapat
dilakukan eksplorasi organ. Eksplorasi dilakukan pada lambung, duodenum dan sebagian
jejenum.
Organ intestinal yang mengalami obstruksi dikeluarkan. Sayatan dilakukan pada
batas kranial massa, insisi enterotomi dibuat pada batas antimesenterika dan benda asing
dikeluarkan dan itu adalah bola sferis. Setelah benda asing dikeluarkan, bagian intestinal
diflushing dengan larutan NaCl steril. Setelah dilakukan eksplorasi organ, kemudian
dilakukan penutupan luka operasi. Insisi enterotomi ditutup dengan pola jahitan simple
interrupted di dalam lumen dengan menggunakan chromic catgut no. 2-0. Rongga
abdomen dibilas dengan worm normal saline.

Gambar 3. Sayatan dilakukan pada batas


Gambar 4. Bola bulat dikeluarkan dari
kranial massa
jejenum

Setelah dilakukan eksprolasi organ, kemudian dilakukan penutupan luka operasi.


Untuk memastikan tidak terjadi kebocoran dilakukan uji kebocoran usus. Setelah
dipastikan tidak bocor, intestinal dimasukan kembali ke rongga abdomen dengan terlebih
dahulu sisa-sisa bekuan darah dibersihkan. organ yang telah dieksplorasi dibasahi dengan
menggunakan NaCl fisiologis steril secara pelahan untuk mencegah kekeringan pada
organ. Penutupan luka operasi terdiri dari 3 lapisan. Lapisan pertama yaitu peritoneum.
Peritoneum dijahit dengan pola jahitan terputus dengan menggunakan poliglaktin 910 dan
diflushing dengan menggunakan penstrep, lapisan kedua yaitu Subcutan dijahit dengan
pola sederhana menerus kemudian diflushing menggunakan penstrep. Lapisan yang
ketiga yaitu subkutikular yang dijahit dengan pola jahitan simple continuous
menggunakan catgut chromic. Setelah selesai dijahit, kulit luka jahitan diberihkan dengan
betadine, kemudian diberi enbatic powder (bubuk) pada didaerah luka operasi.
Gambar 6. Penutupan luka operasi

Gambar 5. Penutupan jahitan dan uji terdiri dari 3 lapisan (Peritoneum,

kebocoran usus Subcutan, dan subkutikular)

Pascaoperasi
Pengobatan pascaoperasi diberikan injeksi Cefotaxime Sodium (Claforan®) 22
mg/kg, Odansentron HCl (Zofran®) 0.2 mg/kg, Sucralfate (Carafate®) 0.8 gram, Lactulose
(Ce- phulac®) 25 mL, Dexamethasone (Dexasone®) 1 mg/kg, Diphenhy- dramine HCl
(Benadryl®) 3mg/kg, serta pemberian antiseptik untuk mencegah infeksi bakteri pada
luka operasi dan membantu mempercepat proses kesembuhan luka.

PEMBAHASAN
Enterotomi sering dilakukan pada anjing untuk mengangkat benda asing yang
menyebabkan obstruksi usus. Enterotomi adalah suatu tindakan penyayatan pada usus
baik usus halus maupun usus besar yang mengalami gangguan (penyempitan) atau karena
adanya benda asing (tulang yang keras, kaca, kawat, besi, seng dan rambut) atau
kemungkinan adanya gangren pada usus (Boothe, 2012). Diagnosis penyakit didasarkan
pada sejarah penyakit, gejala klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan hematologi dan
kimia darah (Allenspach et al., 2015), pemeriksaan radiografi (Terragni et al., 2014),
ultrasonografi (USG) (Le Roux et al., 2014), endoskopi (Noviana et al., 2017) dan biopsy
(Fossum, 2002).
Benda asing yang ditemukan di dalam usus sangat bervariasi seperti kulit yang
keras, kain, jarum besi, kawat, seng, rambut, tulang yang keras dan lain-lain. Menurut
Boothe (2012) adanya benda asing menyebabkan gejala obstruksi, sedangkan benda
tajam menyebabkan perforasi saluran pencernaan dengan gejala peritonitis. Pada kasus
anjing yang mengkonusmsi pakan yang terlalu keras juga dapat mengakibatkan obstruksi
(Capak et al., 2001). Berbagai benda asing dapat dicerna oleh hewan berumur muda,
namun terdapat beberapa benda asing yang jika dikonsumsi dalam jumlah yang banyak
dapat membahayakan kesehatan anjing. Umumnya anjing biasanya menelan benda asing
berupa tulang, kulit mentah, mainan, kaus kaki, handuk dan nilon. Dalam beberapa kasus
terkadang pemilik hewan tidak melihat hewannya menelan benda asing atau kadang-
kadang anjing menelan benda asing saat bermain.
Dalam beberapa kasus terkadang pemilik hewan tidak melihat hewannya menelan
benda asing atau kadang-kadang anjing menelan benda asing saat bermain, namun
pemeriksaan menunjukkan adanya benda asing dalam saluran pencernaan (Capak et al.,
2001). Benda asing yang dicerna oleh gastrium akan melewati sfingter pilorus dan masuk
ke lumen terkecil duodenum distal dan jejenum proksimal. Adanya lipatan-lipatan
mukosa usus menunjukkan adanya benda asing yang menyebabkan obstruksi (Monnet,
2010; Noviana et al., 2017)
Pengobatan yang diberikan yaitu cefotaxime merupakan antibiotic sefalosporin
golongan ke 3 yang bersifat bakterisidal dan cocok untuk penanganan pacaoperasi.
Ondansentron digunakan karena merupakan obat yang memiliki fungsi bekerja secara
selektif dan kompetitif dalam mencegah maupun mengatasi mual dan muntah akibat
kemoterapi sitotoksik dan radioterapi. Sucralfate merupakan obat oral gastrointestinas
yang diindikasikan untuk mengobati duodenal ulcer aktif. Pemberian dexametahson
karena obat ini bekerja long acting dan mempunyai aktivitas sebagai anti inflamasi, anti
alergi, hormonal dan efek metabolic. Dypenhidramin berfungsi untuk menghambat
histmain yang berlebihan (reaksi alergi), serta pemberian Lactulose yang merupakan obat
untuk mengatasi konstipasi yang bekerja dnegan mengalirkan cairan ke usu sehingga
membuat feses menjadi lebih lunak dan mudah di keluarkan.
Salah satu komplikasi yang paling umum dan serius setelah pengambilan benda
asing adalah dehiscence insisi enterotomi dengan kebocoran isi usus berikutnya ke dalam
rongga peritoneum, mengakibatkan peritonitis (Papazoglou et al., 2001). Dalam hal ini
tidak ada komplikasi yang diamati, hewan pulih dengan lancar.

SIMPULAN
Enterotomi sering dilakukan pada anjing untuk mengangkat benda asing yang
menyebabkan obstruksi usus. Seekor anjing Dobbermann jantan berusia enam bulan
datang dengan keluhan anoreksia, muntah kronis dan tidak bisa bergerak sejak empat
hari. Palpasi abdomen menunjukkan adanya massa yang keras di intraabdominal dan
pemeriksaan radiografi abdomen lateral menunjukkan intestinal loops berisi udara.
Setelah 24 jam radiografi kontras barium mengunjukkan obstruksi usus. Tindakan bedah
enterotmy darurat dilakukan dan benda asing diambil berupa bola bulat. Hewan tersebut
pulih dengan tanpa komplikasi.

DAFTAR PUSTAKA

Allenspach K. 2015. Diagnosis of small intestinal disorders in dogs and cats. Clinics in
Laboratory Medicine 35(3): 521-534.

Boothe HW. 2012. Instrument and tissue handling techniques. Dalam: Tobias KM, John-
ston SA, eds. Veterinary Surgery: Small Animal. St. Louis, MO: Elsevier Saunders.
Pp. 201-213.

Capak D, Brkic A, Harapin I, Maticic D, Radisic B. 2001. Treatment of the foreign body
induced occlusive ileus in dogs. Vet Arhiv 71(6): 345-359.

Fossum TW. 2002. Small Animal Surgery. 2nd Ed. Mosby. St. Louis, London. Pp. 20-30.

Le Roux, AB, Granger LA, Waka- matsu N, Kearney MT, Gaschen L. 2016. Ex vivo
correlation of ultrasonographic small intestinal wall layering with histology in
dogs. Vet Radiol Ultrasound 57(5):534-545.

Mahesh V, Jyothi SS, Lathamani VS, Nagaraja BN. 2019. Surgical Retrieval Of Foreign
Body In Dog – A Case Report. International Journal of Science, Environment and
Technology. Vol. 8, No 5, 2019, 1044 – 1048. (jurnal kasus)

Monnet E. 2010. Principles of GI surgery. Proceedings veterinary continuing education.


UBM Americas. Veterinary Brand, Washington. Pp. 447-450.

Noviana D, Afidatunnisa K, Syafikriatillah AF, Ulum MF, Gunanti, Zaenab S. 2017.


Diagnostic imaging and en- doscopy of the schnauzer dog with upper
gastrointestinal tract disorders. Jurnal Kedokteran Hewan 11(1): 1-5. doi:
10.21157/j.ked.hewan. v11i1.5446.

Papazoglou LG, Patsikas MN, Rallis T. 2003. Intestinal foreign bodies in dogs and cats.
Compendium of Continuing Education for the Practicing Veterinarian. 25: 830-
843.

Terragni R, Vignoli M, Van Bree HJ, Gaschen L, Saunders JH. 2014. Diagnostic imaging
and endoscopic finding in dogs and cats with gastric tumors: A review. Schweiz
Arch Tierheilkd 156(12): 569-576.

Anda mungkin juga menyukai