Anda di halaman 1dari 5

EDUKASI

Edukasi dan promosi kesehatan terkait poliomielitis atau polio di antaranya adalah bila
ditemukan kasus lumpuh layu akut tanpa diketahui penyebabnya harus dilaporkan dalam waktu
24 jam kepada dinas kesehatan setempat di Indonesia. Pelaporan ini sesuai dengan regulasi
kesehatan internasional, WHO 2005. Sedangkan upaya pencegahan penyakit terutama adalah
menggalakkan imunisasi polio sebagai imunisasi wajib bagi balita.

Edukasi Pasien
Edukasi yang diberikan kepada pasien poliomielitis dan keluarganya adalah penjelasan mengenai
penyebab penyakit dan cara penularan virus polio. Sehingga pasien dan keluarga harus  menjaga
kebersihan diri, terutama menerapkan kebiasaan cuci tangan dengan sabun dan air bersih
mengalir. Cuci tangan yang benar harus dilakukan setelah menggunakan kamar mandi, serta
sebelum dan sesudah makan. Selain itu, rumah harus memiliki sumber air yang aman dan bersih,
dengan jarak minimal 10 meter dari jamban.
Dokter sebaiknya menjelaskan juga mengenai risiko komplikasi, sekuele, dan sindrom postpolio.
Poliomielitis dapat menyebabkan kelumpuhan pada lower motor neuron motorik-neuron yang
berbeda dengan kelumpuhan muskuloskeletal lain. Suntikan intramuskular yang tidak perlu
harus dihindari pada anak-anak selama fase viremia akut karena dipercaya akan memprovokasi
kelumpuhan. Sangat dianjurkan untuk pemberian vaksin polio oral.
Imunisasi Pasif

Imunisasi pasif, dapat diberikan kepada seseorang yang terkena infeksi virus polio. Pemberian
imunisasi ini bertujuan untuk menahan meluasnya infeksi, mencegah timbulnya penyakit, dan
menurunkan tingkat keparahan penyakit. Imunisasi yang digunakan adalah hasil pemurnian
gamma globulin yang diambil dari plasma darah penderita polio yang sudah sembuh.
Gammaglobulin ini merupakan antibodi spesifik terhadap virus polio dan diperkirakan 80%
efektif untuk mencegah perkembangan polio paralitik. Walau demikian, penggunaan imunisasi
pasif ini tidak praktis dan sulit diterapkan karena keterbatasan suplai gamma globulin.

 
 
Vaksin Polio Oral. Sumber: T Ghafoor, PHIL CDC, 2011.
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Dunia diharapkan akan bebas dari poliomielitis melalui upaya vaksinasi polio dan penemuan
kasus sedini mungkin. Negara yang telah dinyatakan bebas polio, tidak terlepas dari ancaman
kembalinya kasus polio berhubung dengan masih beredarnya virus polio liar di dunia.  Untuk itu,
program kebijakan pencegahan melalui imunisasi wajib nasional, dan surveilans terhadap kasus
lumpuh layu akut tetap berlanjut diterapkan di setiap negara secara global.  Penting untuk
memastikan imunisasi yang berkelanjutan secara luas.
Daerah dengan cakupan imunisasi yang rendah, menjadi poket yang rentan untuk infeksi virus
polio. Daerah poket berisiko tersebut memerlukan perhatian yang lebih untuk penerapan
penanggulangan, pengendalian, dan pencegahan polio. Penting bagi dokter untuk melakukan
edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya vaksinasi, khususnya untuk menghadapi mitos
anti vaksin.
DIARE

Diare adalah penyakit yang membuat penderitanya menjadi sering buang air besar,


dengan kondisi tinja yang encer. Pada umumnya, diare terjadi akibat makanan dan
minuman yang terpapar virus, bakteri, atau parasit.

Diare merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Berdasarkan data informasi profil
kesehatan Indonesia tahun 2017 dari Kemenkes RI, jumlah kasus diare seluruh Indonesia adalah
sekitar 7 juta, dan paling banyak terjadi di provinsi Jawa Barat dengan 1,2 juta kasus. Diare juga
merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling umum terjadi pada bayi dan anak-anak.

Biasanya diare hanya berlangsung beberapa hari (akut), namun pada sebagian kasus dapat
memanjang hingga berminggu-minggu (kronis). Pada umumnya, diare tidak berbahaya jika tidak
terjadi dehidrasi. Namun, jika disertai dehidrasi, penyakit ini bisa menjadi fatal, dan penderitanya
perlu segera mendapat pertolongan medis.

Patut diketahui, diare juga dapat menjadi gejala COVID-19. Maka dari itu, jika


Anda atau anak Anda mengalami diare, sebaiknya periksakan ke dokter untuk
memastikan kondisi. Klik tautan di bawah ini agar Anda dapat diarahkan ke
fasilitas kesehatan terdekat:

 Rapid Test Antibodi


 Swab Antigen (Rapid Test Antigen)
 PCR

Gejala dan Penyebab Diare

Gejala diare bervariasi. Penderita bisa merasakan satu atau lebih gejala. Namun, gejala yang
paling sering dirasakan penderita diare antara lain:

 Perut terasa mulas.


 Tinja encer (buang air besar cair) atau bahkan berdarah.
 Mengalami dehidrasi.
 Pusing, lemas, dan kulit kering.

Sebagian besar diare disebabkan oleh infeksi kuman di usus besar. Namun, diare yang
berlangsung lama dapat terjadi akibat radang di saluran pencernaan.

Pengobatan dan Pencegahan Diare

Penderita diare dapat meminum cairan elektrolit, guna mengganti cairan tubuh yang hilang
akibat diare. Selama terjadi diare, konsumsi makanan yang lunak dan antibiotik atau obat anti
diare. Untuk kondisi yang lebih serius, dokter mungkin akan memberikan obat-obatan, seperti:

 Obat antibiotik
 Obat pereda nyeri
 Obat yang dapat memperlambat gerakan usus.

Untuk membantu mempercepat pemulihan diare, Anda juga dapat mengonsumsi makanan atau
minuman yang mengandung probiotik, seperti yogurt dan Greek yogurt.

Untuk mencegah diare, Anda dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan diri dan makanan,
misalnya dengan mencuci buah dan sayur, serta hindari konsumsi makanan dan meminum air
yang tidak dimasak hingga matang.

Anda mungkin juga menyukai