Anda di halaman 1dari 41

PENUNTUN KETERAMPILAN KLINIK 7A

KOMUNIKASI INTERPROFESIONAL
SEMESTER 7
TAHUN AJARAN 2021/2022

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
1. PENDAHULUAN

Komunikasi interprofesional terjadi ketika penyedia jasa pelayanan


kesehatan/mahasiswa saling berkomunikasi dengan orang lain, keluarga pasien dan dengan
komunitas secara terbuka, kolaboratif dan sikap bertangung jawab. Tipe komunikasi seperti
ini akan membangun rasa kepercayaan pada pasien, keluarga pasien dan anggota tim
kesehatan yang menangani pasien. Semua profesi menyadari bahwa masing-masing
memiliki peran yang sama penting dan saling melengkapi. Lingkungan yang saling
menghargai dan menghormati sangat diperlukan dalam komunikasi interprofesional. Hal
ini akan mendukung terciptanya lingkungan kerja yang kondusif untuk menentukan tujuan
bersama, menciptakan rencana kolaborasi, membuat keputusan dan saling berbagi
tanggung jawab.
Keterampilan komunikasi interprofesi harus dimiliki oleh semua profesi dalam
sebuah kerja kolaborasi, yang harus dilatihkan kepada semua mahasiswa dalam proses
pendidikan baik dalam upaya peningkatan pengetahuan maupun ketrampilan. Salah satu
kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut adalah memberikan pelatihan
ketrampilan klinis komunikasi inter-profesi di laboratorium ketrampilan klinis (skills lab)
yang akan dijelaskan lebih lanjut dalam modul ini.

2. TUJUAN PEMBELAJARAN:
2.1.Tujuan Instruksional Umum:
Setelah mengikuti latihan ketrampilan ini diharapkan mahasiswa mampu melakukan
komunikasi interprofesional dalam melakukan perawatan terhadap pasien.
2.2.Tujuan Instruksional Khusus:
Mahasiswa diharapkan mampu:
2.2.1. Menerapkan prinsip komunikasi interprofesional:
 berkomunikasi dengan jelas
 memberikan informasi yang cukup (memadai) (lisan atau tertulis)
 memberikan informasi yang tepat waktu
 memberitahukan penyedia layanan kesehatan yang tepat tentang kondisi pasien,
termasuk setiap perubahan yang terjadi dalam kondisi tertentu
 bersikap sopan dan hormat
 menanggapi petugas kesehatan lainnya
 meninjau catatan dari perawat dan petugas kesehatan lainnya
 menggunakan alat komunikasi tertentu, misalnya, checklist keselamatan bedah
2.2.2. Mendokumentasikan komunikasi interprofesional secara efektif.
2.2.3. Melakukan resolusi konflik yang terjadi antara sesama dokter maupun antara
dokter dengan penyedia layanan kesehatan lainnya.

1. STRATEGI PEMBELAJARAN
Kegiatan latihan dapat dilakukan dengan cara:
a. Berkelompok
Satu kelompok terdiri atas kurang lebih 10 orang mahasiswa dan satu orang
instruktur.
Sebelum latihan dimulai instruktur memberikan pretest untuk menguji kemampuan
kognitif dan kesiapan mahasiswa. Kemudian instruktur akan menjelaskan secara
ringkas tujuan, manfaat dan teknik latihan.
b. Mandiri
Kegiatan mandiri dilakukan dalam bentuk:
- latihan mandiri dilakukan dengan teman atau orang yang dapat dijadikan partner
dalam berlatih. Latihan ini dilakukan tanpa pengawasan langsung dari instruktur.
- Mencari dan membaca referensi terkait.
Mahasiswa harus mencatat kegiatan mandiri dan kegiatan kelompok dalam log book.
Log book yang telah diisi akan diperiksa pada pertemuan kedua oleh instruktur
sebagai bentuk pengawasan tidak langsung.
Mahasiswa juga bisa mengakses video youtube melalui :
https://youtu.be/CHHlXQr7BRk

2. PRASYARAT:
Mahasiswa yang mengikuti ketrampilan komunikasi interprofesional ini adalah
mahasiswa yang telah mempunyai pengetahuan tentang:
a. Bahasa Indonesia, komunikasi.
b. Ilmu komunikasi dasar
c. Budaya Alam Minangkabau
d. Etika Profesi
3. TEORI

Komunikasi interprofesional yang baik bergantung pada interaksi yang jujur dan
transparan, karena tujuannya adalah menunjukkan dan membangun kepercayaan. Setiap
anggota tim kesehatan melakukan komunikasi interprofesional dengan cara:
- mendengar aktif, memperhatikan komunikasi non-verbal,
- memahami dan menyepakati keputusan perawatan,
- menggunakan teknologi informasi dan komunikasi secara efektif,
- mempertimbangkan apakah negosiasi, konsultasi, interaksi, diskusi maupun
debat yang terbaik untuk dilakukan.
Komunikasi yang tidak efektif dilaporkan sebagai faktor yang berkontribusi
penting dalam kesalahan pelayanan kesehatan dan membahayakan pasien (Victorian
Quality Council Secretariat, 2010). Menurut Canadian Medical Protective Association
(CMPA) (2011), berbagai masalah dalam komunikasi interprofesional berhubungan
dengan masalah medikolegal, termasuk termasuk keterlambatan dalam diagnosis,
kecelakaan dalam operasi, efek samping obat-obatan, dan kegagalan dalam pemantauan
atau tindak lanjut dari pasien.
Barrier komunikasi interprofesional:
1.Perilaku sering merendahkan profesi lain (kepribadian)
2.Terlalu berharap pada profesi lain
3.Kurang memahami kompetensi dan peran dari profesi lain
4.Tidak pernah dididik bersama profesi lain.
5.Stereotyping

Kompetensi inti untuk keterampilan komunikasi interprofessional adalah: (Barr, 1998;


Salvatory et al., 2006)
- berbagi informasi,
- mendengarkan dengan penuh perhatian,
- menghormati pendapat orang lain,
- menunjukkan fleksibilitas,
- menggunakan bahasa yang sama,
- memberikan umpan balik kepada orang lain dan menanggapi umpan balik dari
orang lain.
Data terakhir CMPA (2011) meringkas tema komunikasi interprofessional yang penting
sebagai berikut:
• berkomunikasi dengan jelas
• memberikan informasi yang cukup (memadai) (lisan atau tertulis)
• memberikan informasi yang tepat waktu
• memberitahukan penyedia layanan kesehatan yang tepat tentang kondisi pasien, termasuk
setiap perubahan yang terjadi dalam kondisi tertentu
• bersikap sopan dan hormat
• menanggapi petugas kesehatan lainnya
• meninjau catatan dari perawat dan petugas kesehatan lainnya
• menggunakan alat komunikasi tertentu, misalnya, checklist keselamatan bedah (surgical
safety checklist).

Dasar-dasar Komunikasi
Interaksi harus sopan dan menunjukkan rasa hormat kepada sesama penyedia layanan
kesehatan Mendengar aktif oleh dokter adalah teknik yang sangat membantu, karena ini
memusatkan perhatian pada pembicara. Mengklarifikasi pemahaman tentang peran dan
tanggung jawab anggota tim perawatan kesehatan untuk perawatan dan tindak lanjut akan
menguntungkan semua orang.

Mungkin ada keadaan ketika penyedia layanan kesehatan lain merasa sulit untuk
berbicara dan mengutarakan pendapat mereka tentang situasi klinis yang berkembang atau
kejadian buruk yang akan datang. Mereka mungkin takut melakukannya karena mereka
tidak didorong untuk berbagi pemikiran dan pendapat mereka. Dokter harus
memperhatikan kemungkinan ini, dan menyambut serta memfasilitasi pemberian masukan
dari semua tenaga kesehatan.

Komunikasi dan perawatan kolaboratif


Untuk mendukung kolaborasi yang efektif dan tepat waktu di dalam dan di seluruh
tim, dokter dan penyedia layanan kesehatan lainnya harus menggunakan keterampilan
komunikasi yang baik dan menyadari cakupan praktik, peran dan tanggung jawab, serta
kebijakan dan prosedur yang berlaku. Dengan adanya tujuan dan model mental bersama
serta akuntabilitas yang tepat juga membantu tim perawatan untuk berkomunikasi secara
efektif dan membangun kepercayaan.

Bekerja dengan apoteker


Membentuk dan memelihara komunikasi yang efektif antara dokter dan apoteker
sangat penting karena kedua belah pihak memiliki tanggung jawab untuk bekerja sama
dengan pasien untuk mengoptimalkan terapi obat. Dokter mungkin mempertimbangkan
untuk membuat sebuah sistem di mana apoteker yang dengannya mereka memiliki
hubungan kolaboratif memprioritaskan komunikasi saat resep diganti, diperbarui atau
dimulai tanpa terlebih dahulu berkonsultasi dengan dokter. Termasuk menentukan bahwa
komunikasi apapun dalam hal ini ditulis dan dikirim dalam jangka waktu tertentu. Hal ini
juga bijaksana untuk mengklarifikasi terlebih dahulu harapan mengenai tindak lanjut
perawatan, dan siapa yang biasanya akan bertanggung jawab untuk menyampaikan
informasi kepada pasien. Dokter juga harus mempertimbangkan untuk
mendokumentasikan diskusi dengan apoteker dan / atau pasien mengenai keputusan
pengobatan dalam rekam medik.

Resolusi Konflik
Sebagaimana yang telah dijabarkan sebelumnya, pengembangan keterampilan
komunikasi dan kompetensi interprofesional adalah persyaratan untuk bekerjasama secara
efektif dengan sejawat tenaga kesehatan, misalnya dalam mengelola konflik. Kemauan
untuk berdialog dan berdiskusi jika diperlukan merupakan langkah awal dalam
mengembangkan kompetensi budaya profesional interprofessional. Ini adalah langkah
yang diperlukan untuk mencapai tujuan perawatan antarprofesional yaitu melakukan apa
yang terbaik demi kepentingan dan keamanan pasien.

Agar lebih optimalnya keselamatan pasien, setiap disiplin kesehatan harus


mempelajari makna dan nilai perspektif lain dengan cara mempelajari keterampilan
bernegosiasi dan menyelesaikan konflik. Resolusi konflik sering kali membutuhkan
kompromi, “merangkul perspektif orang lain dan memikirkan kembali rumusan awal"
(Pecukonis et al., 2008).
Catatan perawat dan petugas kesehatan lainnya
Perawat dan petugas kesehatan lainnya dilatih untuk mendokumentasikan pengamatan
mereka dan usaha mereka untuk berkomunikasi dengan dokter, termasuk mencatat waktu
kapan mereka memanggil dokter. Dokter harus berhati-hati untuk meninjau catatan
perawat dan petugas kesehatan lainnya.

Pendokumentasian Komunikasi
Misalnya, ini mungkin termasuk catatan tentang diskusi klinis dengan perawat pengawas
atau perawat. Catatan disimpan dalam buklet saku dokter atau perangkat genggam; atau
bentuk komunikasi lainnya seperti email.

Komunikasi tertulis yang efektif


Misalnya, dokter harus menyediakan dokumentasi yang memadai untuk memfasilitasi
pemahaman anggota tim tentang riwayat pasien, temuan fisik, diagnosis dan alasan untuk
diagnosis, terapi dan rencana perawatan. Dokter juga harus menulis perintah perawatan
pasien dan resep untuk menyampaikan tingkat kepentingan yang sesuai. Singkatan standar
harus digunakan dan keterbacaan penting. Dokter juga harus mendokumentasikan alasan
suatu tindakan penting yang tidak sesuai dengan pedoman atau proses yang telah
ditetapkan (Frank and Brien, 2008).

PROSEDUR LATIHAN DALAM KELOMPOK


SESI 1:
Lokasi: Ruangan ketrampilan klinik FK-Unand
Waktu: 2 x pertemuan: 2 x 50 menit
Fasilitas: - 1 meja, 2 buah kursi
Alat dan bahan: a. Alat tulis: pena, kertas
b. Lembaran daftar tilik sesuai dengan peran
Konteks: dokter - pasien di ruang praktik, RS (kamar pasien), IGD
Tahap Persiapan:
1. Anggota dalam kelompok dibagi menjadi 3: kelompok pertama berperan
sebagai dokter, kelompok kedua berperan sebagai tenaga kesehatan lainnya
sekaligus pemberi feedback dan kelompok ketiga sebagai pemberi feedback.
Masing-masing kelompok duduk terpisah dari kelompok lain.
2. Fasilitas: 2 buah kursi dan 1 buah meja, disusun seperti tempat praktik
dokter.
Tahap Pelaksanaan:
1. Kelompok 1 memerankan dokter dan duduk di kursi 1, memperkenalkan diri
sesuai dengan identitas masing-masing.
2. Kelompok 2 memerankan peran sebagai tenaga kesehatan lainnya dan
memperkenalkan diri sesuai dengan identitas masing-masing.
3. Kelompok 3 memberikan umpan balik berdasarkan daftar tilik yang telah
disediakan untuk peer-assessment.
4. Instruksi:
Perankanlah peran dalam skenario berikut ini:

1. Komunikasi Dokter - Perawat


Skenario 1:
- Seorang laki-laki, berusia 54 tahun, menderita diabetes mellitus dengan terapi
rutin metformin 2 x 500 mg dan glimepiride 1 x 2 mg. Pasien mengalami
kecelakaan terjatuh dari motor dan mendapat tindakan di klinik pratama dan
diperbolehkan pulang.
- Pada saat kontrol 3 hari kemudian tampak luka bernanah. Dokter jaga ingin
memberikan larutan NaCl utk membersihkan luka kemudian diberikan salep
antibiotik, namun tim keperawatan menyarankan untuk menggunakan metode
modern dressing

Skenario 2:
- Seorang laki-laki, berusia 50 tahun, menderita diabetes dengan terapi rutin
metformin 2 x 500 mg dan glimepiride 1 x 2 mg. Pasien mengalami ulkus DM
pada dorsalis pedis dextra.
- Dokter merencanakan amputasi hingga bagian ankle, namun tim keperawatan
menyarankan untuk mempertahankan dengan prawatan luka modern.
Skenario 3:
- Seorang perempuan, post operasi SC, dengan spinal anastesi, dokter
menyarankan untuk bedrest 24 jam.
- Sedangkan tim keperawatan memprogramkan mobilisasi dini untuk pasien

2. Negosiasi Dokter – Apoteker


Skenario 1:
- Seorang laki-laki, berusia 54 tahun, menderita diabetes dengan terapi rutin
metformin 2 x 500 mg dan glimepiride 1 x 2mg. Saat diperiksa didapatkan
abses di periodontal. Kadar gula darah saat itu 350mg/dl. Abses tampak
bernanah.
- Pasien dikonsulkan ke dokter gigi dan direncanakan tindakan. Dokter gigi
mengkonsulkan kembali berkaitan dengan kadar gula darah yang masih tinggi.
Dokter gigi berharap gula darah bisa segera diturunkan dalam waktu yang cepat
agar bisa segera dilakukan tindakan.
- Dokter di klinik ingin memberikan injeksi insulin kerja cepat dikombinasi
dengan sulfonilurea agar cepat tercapai penurunan kadar gula darah.
- Namun dari tim farmasi klinik menyarankan untuk tidak mengkombinasi
sulfonilurea dengan insulin karena resiko hipoglikemi akan meningkat

3. Negosiasi Dokter – Dokter Gigi


Skenario 1:
- Seorang perempuan berusia 25 tahun, hamil trimester 1, datang ke dokter
dengan keluhan sakit kepala yang hilang timbul, dari belakang telinga
menyebar hingga kepala bagian belakang, unilateral.
- Setelah dilakukan pemeriksaan, tidak ditemukan kelainan. Dokter menduga
bahwa keluhan berhubungan dengan masalah kesehatan gigi.
- Berdasarkan pemeriksaan dokter gigi tidak ditemukan adanya kelainan di
bagian oralnya, tapi dicurigai ada gigi 48 yang embedded (tertanam) karena
pasien belum pernah melakukan pencabutan gigi sebelumnya. Untuk
memastikan pasien perlu rongent. Tapi karena pasien hamil maka dokter gigi
tidak mau melakukan.

Skenario 2:
- Seorang pasien laki-laki 50 tahun dengan riwayat sakit jantung dan rutin
mengkonsumsi walfarin, dirujuk ke dokter gigi karena dokter mencurigai
adanya fokal infeksi yang berasal dari gigi.
- Setelah pemeriksaan klinis ditemukan gigi 38 nekrose pulpa dan memerlukan
tindakan pencabutan gigi sesegera mungkin.
- Namun berhubung pasien saat ini sedang mengkonsumsi walfarin dokter gigi
merujuk kembali pasien tersebut ke dokter yang merawatnya agar pemberian
obat walfarin diganti atau dihentikan dulu 1 hari sebelum tindakan pencabutan
gigi sampai proses proses penyembuhan luka terjadi
- Namun menurut dokter hal itu sulit dilakukan.

Skenario 3 :
- Seorang anak perempuan berusia 6 tahun diantar ibunya ke dokter gigi dengan
keluhan sudah 2 hari tidak mau makan karena sakit gigi dan nyeri saat
membuka mulut.
- Dari riwayat medis terungkap bahwa pasien sedang mendapatkan terapi
rimfamisin dan INH selama 9 bulan. Pemeriksaan klinis menunjukkan pipinya
bengkak dan demam.
- Hasil diagnosis gigi 75 abses periapikal. Agar tidak menjadi fokal infeksi maka
gigi 75 harus segera dicabut. Namun dokter gigi harus memberikan tambahan
obat antibiotika selama 5 hari untuk mengobati abses pada gigi, sebelum
tindakan pencabutan.
- Setelah dikonsultasikan ke dokter yang sedang merawat pasien tersebut, dokter
menyarankan untuk menunda pencabutan gigi tersebut sampai pengobatan flex
paru anak tersebut selesai dilakukan.

Tahap Evaluasi:
A. Evaluasi Formatif:
dilakukan berdasarkan daftar tilik (terlampir) oleh:
1. Mahasiswa:
Kelompok 2 dan 3 (peer assessment), penilaian langsung dilakukan
secara tertulis ketika peran dimainkan oleh kelompok 1 kemudian
diberi tanggapan secara lisan setelah skenario diperankan, sehingga
setiap peran mendapatkan umpan balik saat itu juga.
2. Instruktur: memberikan feedback pada saat latihan dan evaluasi
3. Instruktur dan mahasiswa bersama-sama menyimpulkan teknik
komunikasi interprofesional yang tepat serta mengidentifikasi
kesalahan-kesalahan yang timbul pada komunikasi yang telah
dilakukan.
B. Evaluasi sumatif dilakukan pada ujian OSCE di akhir semester.

Daftar bacaan:
Frank JR, Brien S, (Editors) on behalf of the Safety Competencies Steering Committee.
The Safety Competencies: Enhancing Patient Safety Across the Health Professions.
Ottawa, ON: Canadian Patient Safety Institute; 2008.

http://www.wrha.mb.ca/staff/collaborativecare/files/Competencies-5.pdf
http://healthsci.queensu.ca/education/oipep/online_modules/issues_in_health_care/patient_
safety_in_health_care/module_2_current_culture_of_safety_in_healthcar/interprofessional
_communication

https://www.cmpa-acpm.ca/en/advice-publications/browse-articles/2011/strengthening-
inter-professional-communication
EVALUASI:
DAFTAR TILIK PEER-ASSESSMENT:
Kelompok 1: Peran sebagai dokter
Kelompok 2 dan 3(peer assessment)

No Pernyataan 0 1 2 3
.
1. Dokter mengucapkan salam dan identitas kepada
petugas kesehatan lain dengan jelas.
2. Dokter menggunakan gerak tubuh yang layak dalam
berkomunikasi kepada petugas kesehatan lain.
3. Dokter menggunakan tatap muka yang layak dalam
berkomunikasi kepada petugas kesehatan lain.
4. Dokter menggunakan mimik wajah yang tepat dalam
berkomunikasi kepada petugas kesehatan lain.
5. Dokter memberikan informasi yang cukup
(memadai) baik lisan maupun tertulis.
6. Dokter memberitahu petugas kesehatan yang tepat
tentang kondisi pasien, termasuk setiap perubahan
dalam kondisi tertentu.
7. Dokter bersikap sopan dan hormat kepada petugas
kesehatan lain.
8. Dokter menanggapi/memberi respon petugas
kesehatan lain dengan baik.
9. Dokter mendokumentasikan komunikasi
interprofesional dengan efektif.
Keterangan: Tidak dilakukan = 0
Dilakukan dengan banyak perbaikan = 1
Dilakukan dengan sedikit perbaikan = 2
Dilakukan dengan sempurna = 3
DAFTAR TILIK INSTRUKTUR:
Kelompok :
Nama Mahasiswa :
No. BP :

No Pernyataan 0 1 2 3
.
1. Dokter mengucapkan salam dan identitas kepada
petugas kesehatan lain dengan jelas.
2. Dokter menggunakan gerak tubuh yang layak dalam
berkomunikasi kepada petugas kesehatan lain.
3. Dokter menggunakan tatap muka yang layak dalam
berkomunikasi kepada petugas kesehatan lain.
4. Dokter menggunakan mimik wajah yang tepat dalam
berkomunikasi kepada petugas kesehatan lain.
5. Dokter memberikan informasi yang cukup
(memadai) baik lisan maupun tertulis.
6. Dokter memberitahu petugas kesehatan yang tepat
tentang kondisi pasien, termasuk setiap perubahan
dalam kondisi tertentu.
7. Dokter bersikap sopan dan hormat kepada petugas
kesehatan lain.
8. Dokter menanggapi/memberi respon petugas
kesehatan lain dengan baik.
9. Dokter mendokumentasikan komunikasi
interprofesional dengan efektif.
Total Skor
Keterangan: Tidak dilakukan = 0
Dilakukan dengan banyak perbaikan = 1
Dilakukan dengan sedikit perbaikan = 2
Dilakukan dengan sempurna = 3

Nilai Akhir: Total Nilai x 100 =


27
Padang,
Instruktur,

( )
NIP.
PENUNTUN KETERAMPILAN KLINIK 7A

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH KESEHATAN


MASYARAKAT (PROBLEM SOLVING)

SEMESTER 7
TAHUN AJARAN 2021/2022

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH KESEHATAN
MASYARAKAT

A. Pendahuluan
Menurut WHO pelaku kesehatan, termasuk dokter harus memahami faktor-faktor
yang mempengaruhi kesehatan dan memecahkan masalah kesehatan yang ada di
tengah masyarakat. Pemecahan masalah kesehatan masyarakat merupakan suatu
proses dimana dalam kurun waktu yang telah ditetapkan petugas kesehatan dan
petugas sector lain dapat mengembangkan kemampuan untuk menggunakan data,
melakukan analisis mengenai suatu masalah kesehatan masyarakat yang merupakan
prioritas utama dalam suatu daerah, merencanakan dan kemudian melaksanakan
pemecahan masalah tersebut dalam periode waktu tertentu serta mengembangkan
kerjasama tim yang baik.

B. Tujuan
Terdiri dari tujuan instruksional umum dan khusus

Tujuan Instruksional Umum


Mahasiswa mampu melakukan pemecahan masalah kesehatan

Tujuan Instruksional Khusus


a. Mahasiswa mempu mengidentifikasi masalah kesehatan prioritas utama
dimasyarakat.
b. Mahasiswa mampu merancang penyelesaian atas masalah kesehatan utama
ditengah masyarakat.
c. Mahasiswa mampu membuat suatu perencanaan kegiatan penyelesaian masalah
kesehatan ditengah masyarakat

C. Bentuk Kegiatan
Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk kelompok dengan seorang instruktur. Minggu
pertama pengarahan/penjelasan untuk melakukan praktek diskusi kelompok dalam
pemecahan masalah kesehatan. Mahasiswa dalam kelompok besar (10-11 orang)
dibagi menjadi 3-4 kelompok, masing-masing kelompok melakukan pemecahan
masalah kesehatan berdasarkan 1 skenario dari 2 skenario yang tersedia. Di minggu
ke-2 masing-masing kelompok melakukan diskusi untuk pemecahan masalah
kesehatan berdasarkan skenario yang dipilih.
Contoh kegiatan bisa diakses melalui https://youtu.be/QPWqyM4Ruig

D. Penilaian
Penilaian berdasarkan proses dan laporan kelompok. Proses meliputi kreatifitas
mahasiswa selama diskusi dan penyajian.
E. Langkah-langkah Pemecahan Masalah Kesehatan
1. Analisis Situasi
Tujuan
a. Mengumpulkan fakta/data yang tersedia dan yang dibutuhkan untuk
 Menetapkan masalah, populasi sasaran, kelompok risiko tinggi.
 Memperkirakan jangkauan pelayanan saat ini
 Menguraikan sumberdaya kesehatan yang relevan.
 Menetapkan kesulitan-kesulitan dalam penetapan masalah

b. Mengidentifikasi data tambahan yang diperlukan untuk melengkapi


masalah.

Materi
Berupa Skenario gambaran kesehatan suatu daerah

Tugas Mahasiswa
Menelaah semua data/fakta yang tersedia untuk menilai kegunaannya dalam
menganalisis dan menguraikan masalah kesehatan.

2. Analisis Masalah
Tujuan
Menentukan masalah untuk mengambarkan variable kritis yang berhubungan
dengan masalah kesehatan.

Materi
Berupa skenario cakupan pelayanan kesehatan dan penyakit terbanyak disuatu
daerah.

Tugas Mahasiswa
Membahas masalah dan menuliskan beberapa masalah yang akan
ditanggulangi.

3. Menetapkan Prioritas Masalah


Tujuan
Mahasiswa menetapkan prioritas masalah dengan membuat kriteria yang terdiri
atas:
1. Urgensi: merupakan masalah yang penting untuk dilaksanakan (1=tidak
penting, 2=kurang penting, 3=cukup penting, 4=penting, 5=sangat penting).
2. Kemungkinan intervensi (1=tidak mudah, 2=kurang mudah, 3= cukup
mudah, 4=mudah, 5=sangat mudah).
3. Biaya (1=sangat mahal, 2=mahal, 3=cukup mahal, 4=murah, 5=sangat
murah)
4. Kemungkinan meningkatkan mutu (1=sangat rendah, 2=rendah,
3=sedang, 4= tinggi, 5=sangat tinggi).

4. Mencari Penyebab Masalah

Tujuan:
Menentukan penyebab Masalah.

Lingkungan Manusia
Kurangnya air yang Kebiasaan BAB
terlindungi yang tidak higienis

kurangnya
pengetahuan ibu

Tingginya
kematian
akibat diare

Kekurangan oralit di fasilitas kesehatan

Kegagalan merujuk kasus-kasus dehidrasi berat

Metode Material

Tugas Mahasiswa
Mahasiswa melakukan brainstorming untuk mencari sebab-sebab masalah tersebut dengan
mengunakan diagram tulang ikan (seperti diagram di atas). Variabel penyebab masalah
adalah lingkungan, manusia, material dan metode.

Setelah membuat penyebab masalah dan dicari akar penyebab masalah yang dominan
berdasarkan brainstorming. Dari akar penyebab masalah yang telah didapatkan, kemudian
menentukan alternative pemecahan masalah.
Problem Solving

Skenario 1

Kecamatan Mandali mempunyai jumlah penduduk sebanyak 85.000 jiwa dengan


kepadatan penduduk 107/km2 dan proporsi penduduk miskin 18,77%.

Tabel 1. Data sarana kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Mandali


Sarana Kesehatan Jumlah
Puskesmas Kecamatan 1 buah
Puskesmas Pembantu 8 buah
Posyandu Balita 84 buah
Posyandu Lansia 12 buah
Rumah sakit pemerintah 3 buah
Rumah sakit swasta 6 buah
Klinik Swasta 6 buah
Dokter Praktek Umum 51 orang
Dokter Praktek Spesialis 15 orang
Bidan Praktek Swasta 30 orang
Dukun Terlatih 2 orang
Kader Aktif 366 orang
Pos KB 12 Pos

Tabel 2. Data Tenaga Kesehatan di Puskesmas Mandali


Tenaga Kesehatan (berdasarkan pendidikan) Jumlah (orang)
Dokter Umum 3
Dokter Gigi 4
Perawat 8
Bidan 12
Analisis 1
Sarjana Kesehatan Masyarakat 2
Pengatur Gizi 1
Sanitarian 2
Akademi Perawat 1
Akademi Bidan 1
Akademi Perawat gigi 1
Perawat gigi 1
Asisten Apoteker 3
SMU 5

Data 10 penyakit terbanyak tahun 2011 adalah


1. ISPA 31,34%
2. DHF 10,75%
3. Penyakit pada system otot dan pengikat 9,90%
4. Diare 7,51%
5. Penyakit infeksi kulit 7,49%
6. Penyakit darah tinggi 5,80%
7. Penyakit saluran pernapasan 5,41%
8. Penyakit kulit alergi 3,79%
9. Asma 3,83%
10. Penyakit lainnya 12,27%

Cakupan jamban keluarga adalah 56%, cakupan sumber air minum adalah 60%, cakupan
K1 70%, cakupan K4 80%.

Berdasarkan data di atas, sebagai seorang dokter di Puskesmas tersebut, langkah-langkah


apa saja yang akan saudara lakukan untuk memecahkan masalah kesehatan di daerah
saudara dan program apa yang akan saudara rencanakan untuk mengatasi masalah tersebut
pada masa yang akan datang.

Skenario 2

Suatu Kecamatan Anyer mempunyai jumlah penduduk sebanyak 50.442 jiwa, luar
daerah 146,29 km2 dan proporsi penduduk miskin adalah 30,45%

Tabel 1. Data Sarana Kesehatan Di Wilayah Kerja Puskesmas Anyer


Sarana Kesehatan Jumlah
Puskesmas Kecamatan 1 buah
Puskesmas Pembantu 5 buah
Puskesmas Keliling 1 buah
Posyandu 68 buah
Balai Pengobatan 10 buah
Dokter Praktek 6 buah
Bidan Praktek 18 buah
Kader Aktif 21 orang

Tabel 2. Data Tenaga Kesehatan Di Puskesmas Anyer


Tenaga Kesehatan (berdasarkan pendidikan) Jumlah (orang)
Dokter Umum 2
Dokter Gigi 2
Perawat 11
Bidan 9
Analisis 1
Jurim 2
Pengatur Gizi 1
Sanitarian 1
Data 10 penyakit terbanyak tahun 2011 adalah
1. ISPA 31,34%
2. DHF 10,75%
3. Penyakit pada system otot dan pengikat 9,90%
4. Diare 7,51%
5. Penyakit infeksi kulit 7,49%
6. Penyakit darah tinggi 5,80%
7. Penyakit saluran pernapasan 5,41%
8. Penyakit kulit alergi 3,79%
9. Asma 3,83%
10. Penyakit lainnya 12,27%

Cakupan jamban keluarga adalah 60%, cakupan sumber air minum adalah 70%, cakupan
K1 50%, cakupan K4 65%.

Berdasarkan data di atas, sebagai seorang dokter di Puskesmas tersebut, langkah-langkah


apa saja yang akan saudara lakukan untuk memecahkan maslah kesehatan didaerah saudara
dan program apa yang akan saudara rencanakan untuk mengatasi masalah tersebut pada
masa yang akan datang.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai peraturan pemerintah mengenai Puskesmas


dan standar pelayanan minimal bidang kesehatan, silahkan di download link di
lampiran.
F. EVALUASI:

Nama Mahasiswa:
No. BP :

CHECK LIST: BRAINSTORMING PROBLEM SOLVING


PENILAIAN DISKUSI PEMECAHAN SKOR
NO
MASALAH 1 2 3 4
1 Ketepatan dalam analisis situasi
2 Ketepatan dalam analisis masalah
3 Ketepatan dalam menetapkan prioritas masalah
4 Ketepatan dalam mencari penyebab masalah
5 Keaktifan dalam diskusi kelompok
6 Menghargai pendapat teman
TOTAL

SKOR : Sesuai rubrik penilaian

RUBRIK PENILAIAN DISKUSI PEMECAHAN MASALAH


Kriteria Kurang Cukup Baik Sangat Baik
1 2 3 4
1. Ketepatan Mahasiswa mampu Mahasiswa Mahasiswa mampu Mahasiswa mampu
dalam mengumpulkan mampu mengumpulkan mengumpulkan
analisis fakta/data yang mengumpulkan fakta/data yang fakta/data yang
situasi
tersedia dan yang fakta/data yang tersedia dan yang tersedia dan yang
dibutuhkan untuk tersedia dan yang dibutuhkan untuk 3 dibutuhkan untuk
1 (satu) hal dibutuhkan untuk (tiga) hal dibawah 4-5 (empat-lima)
dibawah ini: 2 (dua) hal ini: hal dibawah ini:
1. Menetapkan dibawah ini: 1. Menetapkan 1. Menetapkan
masalah, 1.Menetapkan masalah, populasi masalah,
populasi sasaran, masalah, sasaran, kelompok populasi sasaran,
kelompok risiko populasi risiko tinggi. kelompok risiko
tinggi. sasaran, 2. Memperkirakan tinggi.
2. Memperkirakan kelompok jangkauan 2. Memperkirakan
jangkauan risiko tinggi. pelayanan saat ini jangkauan
pelayanan saat 2.Memperkiraka 3. Menguraikan pelayanan saat
ini n jangkauan sumberdaya ini
3. Menguraikan pelayanan saat kesehatan yang 3. Menguraikan
sumberdaya ini relevan. sumberdaya
kesehatan yang 3.Menguraikan 4. Menetapkan kesehatan yang
relevan. sumberdaya kesulitan-kesulitan relevan.
4. Menetapkan kesehatan yang dalam penetapan 4. Menetapkan
kesulitan- relevan. masalah kesulitan-
kesulitan dalam 4.Menetapkan 5. Mengidentifikasi kesulitan dalam
penetapan kesulitan- data tambahan yang penetapan
masalah kesulitan diperlukan untuk masalah
5. Mengidentifikasi dalam melengkapi 5. Mengidentifikasi
data tambahan penetapan masalah. data tambahan
yang diperlukan masalah yang diperlukan
untuk 5.Mengidentifika 6. untuk
melengkapi si data melengkapi
masalah. tambahan yang masalah.
diperlukan
untuk
melengkapi
masalah.
2. Ketepatan Mahasiswa mampu Mahasiswa Mahasiswa mampu Mahasiswa mampu
dalam membahas mampu membahas masalah membahas
analisis masalah dan membahas dan menuliskan 3 masalah dan
masalah menuliskan 1 masalah dan (tiga) masalah yang menuliskan 4-5
(satu) masalah menuliskan 2 akan ditanggulangi (empat-lima)
yang akan (dua) masalah masalah yang
ditanggulangi yang akan akan ditanggulangi
ditanggulangi
3. Ketepatan Mahasiswa tidak Mahasiswa Mahasiswa mampu Mahasiswa mampu
dalam mampu mampu menetapkan prioritas menetapkan
menetapkan menetapkan menetapkan masalah dengan baik, prioritas masalah
prioritas prioritas masalah prioritas masalah menggunakan 4 dengan sangat
masalah dengan cukup (empat) kriteria. baik,
baik, menggunakan 4
menggunakan 4 (empat) kriteria
(empat) kriteria.
4. Ketepatan Mahasiswa tidak Mahasiswa Mahasiswa mampu Mahasiswa mampu
dalam mampu mencari mampu mencari mencari penyebab mencari penyebab
mencari penyebab masalah penyebab masalah dengan baik masalah dengan
penyebab masalah dengan sangat baik
masalah cukup baik
5.Keaktifan Mahasiswa tidak Mahasiswa Mahasiswa Mahasiswa
dalam diskusi atau hanya satu memberikan satu memberikan dua-tiga memberikan lebih
kelompok kali memberikan pendapat pendapat disetiap dari tiga
pendapat selama disetiap langkah langkah (4 langkah) pendapat disetiap
diskusi (4 langkah) pemecahan masalah langkah (4
pemecahan dengan baik dan benar langkah)
masalah dengan pemecahan
baik dan benar masalah dengan
baik dan benar
6.Mengharga Mahasiswa tidak Mahasiswa - -
i pendapat menghargai menghargai
teman pendapat teman pendapat teman

Nilai = Skor Total x 100%


22
Padang,
Instruktur,

(………………………………)

NIP.
Lampiran:
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75
TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT
http://www.indonesian-publichealth.com/perizinan-dan-registrasi-puskesmas-sesuai-
permenkes-75-tahun-2014/

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43


TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG
KESEHATAN
http://djsn.go.id/storage/app/uploads/public/58d/486/f01/58d486f010a3f067108647.pdf
PENUNTUN KETERAMPILAN KLINIK 7A

PENULISAN RESEP III

SEMESTER 7
TAHUN AJARAN 2021/2022

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
PENULISAN RESEP III

1. PENDAHULUAN:
Ketrampilan Klinik (KK) penulisan resep pada blok 4.1 merupakan lanjutan KK
blok 2.3 dan blok 3.4 untuk kurikulum 2014. Konsep KK pada blok 4.1 adalah konsep
pemberian terapi Emergency di Intalasi Gawat Darurat ( IGD) di layanan primer, layanan
sekunder, tertier, dan merujuk pemakaian obat yang terdapat dalam FORNAS 2014
(semua penatalaksanaan terhadap diagnosis yang diberikan pada mahasiswa dianggap
sudah mampu yang diminta hanya pemberian terapi saja terutama untuk kompetensi 4).
Pada prinsipnya KK Resep II merupakan cakupan 155 diagnosis yang ada di
SKDI, hanya saja kejadian ini terjadi di IGD dimana terapi yang diberikan oleh dokter
dengan konsep pasien safety. Oleh karena itu mahasiswa sudah mampu menentukan
pemilihan obat yang tepat, menghitung dosis terapi dan menentukan Bentuk Sediaan Obat
secara intravena dan bentuk sedian yang langsung masuk kedalam pembuluh darah
(konsep farmakokinetik).
Pada blok ini KK penulisan resep dilakukan dalam 3x pertemuan terdiri dari
penjelasan dari instruktur mengenai resep III, penayangan video youtube KK mengenai
penulisan resep yang benar dan latihan diagnosis kompetensi 4 yang terdapat dalam SKDI
yg terjadi di IGD serta pemberian tatalaksana farmakoterapi secara tertulis melalui resep.
Pada akhir pertemuan dilakukan evaluasi melalui ujian tertulis dengan instruktur dan
penilaian dilakukan sesuai dengan ujian kompetensi secara nasional.

2. TUJUAN PEMBELAJARAN:
2.1. Tujuan umum:
Mahasiswa mampu menuliskan resep yang benar dan rasional dari diagnoasis
yang ada di IGD, baik IGD di layanan primer, sekunder dan tertier terutama
kompetensi 4 berdasarkan SKDI.

2.2. Tujuan khusus


2.2.1 .Mahasiswa mampu menuliskan resep dengan benar dan rasional pada saat
kejadian di IGD terutama untuk kompetensi 4 yang terdapat di SKDI
2.2.1.1 Tepat Diagnosis (diagnosis ditentukan oleh instuktur berdasarkan
SKDI)
2.2.1.2 Mahasiswa mampu memberikan : Tepat Obat
2.2.1.3 Mahasiswa mampu memberikan : Tepat Dosis
2.2.1.4 Mahasiswa mampu memberikan : Tepat jumlah obat yang
diberikan
2.2.1.5 Mahasiswa mampu memberikan : Bentuk Sediaan Obat dengan
Konsep Pasien Safety
2.2.1.5 Mahasiswa mampu memantau : Efek Samping terapi yang
diberikan
2.2.2.Mahasiswa mampu menuliskan resep untuk pasien dirawat inap
setelah diberikan terapi selama di IGD
2.2.3. Mahasiswa mampu memberikan surat rujukan untuk diagnos yang tidak
dapat dilayani di layanan primer dan sekunder.

3.STRATEGI PEMBELAJARAN:
3.1. Belajar mandiri mengenai
A. Semua DIAGNOSIS dengan kompentensi 4 dalam SKDI, sehingga mengetahui
penyebab penyakit dan vital sign dari masing2 diagnosis sehingga akan mampu
memberikan terapi rasional untuk dignosis penyakit tersebut.
B. Mempelajari kembali semua kompetensi farmakologi yang telah diberikan
mulai tahun pertama (blok 1.6) dan tahun 4
C. Mempelajari FORNAS (Formularium Nasional), Daftar Obat Essensial
Nasional (DOEN) .
D. Menghitung dosis
1. Hitung dosis terapi terutama untuk anak
2. Hitung dosis maksimal dan bandingan hasil dosis terapi dengan dosis
maksimal

RUMUS MENCARI DOSIS UNTUK ANAK BERDASARKAN DOSIS DEWASA


( lihat Farmakope Indonesia )
n
1. Young Da = X Dd ( n = umur dalam tahun)
n + 12 < 8 th
n
2. Dilling Da = X Dd ( n = umur dalam tahun)
20 > 8 th
m
3. Fried Da = X Dd (m = umur dalam bulan)
150

4. Berdasarkan Berat Badan Anak


BBa = ( n - 1 ) X 1.5 + 9

E. Menentukan BSO sesuai dengan kondisi penderit


Bentuk sediaan Obat yang diberikanadalah obat yang langsung masuk kedalam
pembuluh darah (Konsep Pasien Safety)

F. Sebelum menuliskan resep benar untuk diagnosis yang sudah ditetapkan terlebih
dahulu mahasiswa mengetahui :
Kaidah Kaidah Penulisan Resep yaitu
1. Tulislah nama obat dengan jelas
2. Tulislah .KATEGORI PERINTAH PEMBERIAN OBAT, agar obat segera diberikan
oleh apotik IGD.
3. Obat yang diberikan oleh dokter untuk pasien , adalah obat sudah terbukti secara
evidence based medicine (EBM) mempunyai efek farmakologi dan dokter yang
meresepkan mempunyai pengalaman dengan obat tersebut. pengalaman tentang obat
tersebut dan atau berdasarkan KBB
4. Bila dokter sudah mempunyai pengalaman satu preparat paten tertentu tidak perlu
ke preparat paten lainnya walaupun dinyatakan isinya sama.
5. Hati-hati memberikan obat secara bersamaan
6. Terapi psikotropik dan narkotika harus dengan indikasi yang jelas.
7. Dispesikasi dengan jelas kekutan serta jumlah obat yang ditulis dalam resep
8. Dosis tiap obat harus diperhitungkan dengan memperhatikan variabilitas
individu
9. Dosis ditulis dengan jumlah dan satuan yang jelas
10. Ketentuan mengenai obat ditulis dengan jelas
11. Hindari polifarmasi
11. Hindari pemberian obat dalam jangka waktu yang lama
12. Terangkan dengan jelas pada pasien cara penggunaan obat.
13. Jelaskan pada pasien bahaya minum obat lain disamping obat yang diberikan dokter
14. Beritahu efek samping obat
15. Lakukan “ RECORDING “ pada status pasien sebaik baiknya.

4.TEORI
4.1 Resep dan pembagian resep ( lihat penuntun resep dasar)
4.2. Penulisan Resep berdasarkan : KATEGORI PERINTAH PEMBERIAN OBAT
a. STAT / PERINTAH SEGERA / PIM / URGENT

Dr EDWINA
CITO/PIM
Praktek Umum
SIP : No.03 / tahun 2016
Alamat : Jln Ganting II No 16 Padang
Telp : 0751890114 17-8-2019
Praktek Senin – Jumat
Jam 17.00 - 19.00
Padang, 12-8-2018
R/

Injeksi Atropin Sulfas No I

Simm
Paraf / T T
Pro : Nadia
Umur : 32 th
b. STANDING ORDER /PERINTAH TETAP

Dr EDWINA
Praktek Umum
SIP : No.03 / tahun 2016
Alamat : Jln Ganting II No 16 Padang
Telp : 0751890114
Praktek Senin – Jumat 17-8-2019
Jam 17.00 - 19.00
Padang, 17-8-2018
R/

Tab Bisolvon No X

Sehari tiga kali satu tablet


Paraf / T T
Pro : Nadia

c. SINGLE ORDER /PERINTAH SATU KALI

Dr EDWINA
Praktek Umum
SIP : No.03 / tahun 2016
Alamat : Jln Ganting II No 16 Padang
Telp : 0751890114
Praktek Senin – Jumat
Jam 17.00 - 19.00 17-8-2019
Padang, 17-8-2018
R/
Tab Furosemid No X

Sehari satu tablet pada pagi hari


Paraf / T T
Pro : Nadia
Umur :72 th
d. PRN /PERINTAH JIKA PERLU

Dr EDWINA
Praktek Umum
SIP : No.03 / tahun 2016
Alamat : Jln Ganting II No 16 Padang
Telp : 0751890114
Praktek Senin – Jumat 17-8-2019
Jam 17.00 - 19.00
Padang, 17-5-2018
R/

Tab Parasetamol No X

Jika perlu satu tablet maksimal sehari


tiga kali satu tablet
Paraf / T T
Pro : Nadia

4.3 Konsep Farmakokinetika (lihat KP blok 1.6)


Pada pemberian obat secara intravena ( intravascular) obat secara cepat dan
keselurtuhan dosis obat yang diberikan akan berada di dalam sirkulasi darah. Atas dasar
ini obat dianggap 100 % available atau F = 1.0 (gb 1)
K a d a r o b a t d a la m p la s m a (µ g / m l)

Absorbsi sempurna (F=1,0)


Pemberian intravena
Pemberian ekstravaskuler (absorbsi cepat)
Pemberian ekstravaskuler (absorbsi lambat)

1 2 3 4 5 6 7

Waktu setelah pemberian obat (Jam)

Gambar 1 : Kurva kadar obat dalam plasma dan waktu pemberian obat secara
intravena
Sedangkan untuk obat yang diberikan oral, beberapa fase proses harus dilalui ( gb 2)

TAHAP-TAHAP SETELAH PEMBERIAN OBAT SAMPAI


TERJADINYA AKSI

DESINTEGRASI D OBAT-
DOSE EFEK
DISOLUSI RESEPTOR
M
E

Fase Fase Fase


Farmasetika Farmakokinetika Farmakodinamika

Gambar 2 : Tahap pemberian obat sampai terjadinya aksi

5. TUGAS MAHASISWA :

1. Membuat list diagnosis kompetensi 4 yang sering teradi di IGD di layanan primer
2. Tulislah resep untuk diagnosis : keracunan organopospat

Semua penatalaksanaan dianggap sudah dilakukan


• Terapi apa yg harus diberikan untuk pasien tersebut ?
• Apa yang dimaksud dengan :
– Emergency & pasien safety

6. PELAKSANAAN SKILLS LAB

KEGIATAN SKILLS LAB II


Pertemua Materi Pembimbing KET
n
1 Instruktur menjelaskan KK Instruktur Belajar mandiri
penulisan resep III dan memberikan dan atau kelompok
tugas untuk latihan mandiri Video youtube bisa
diakses melalui :
https://youtu.be/n2-
fWpOiCdY

2 Latihan penulisan resep obat Instruktur Belajar mandiri


emergency dan atau kelompok

3 UJIAN : Instruktur Ujian essay


Instruktur menentukan diagnosis Pasien datang ke
kompetensi 4 berdasarkan SKDI IGD, diagnosis yg
dengan kriteria 2 kasus untuk siklus diberikan terutama
besar (Interne, Bedah, Obgyn, IKA) kompetensi 4.
dan 2 kasus untuk siklus kecil. Penilaian
Pasien datang ke IGD baik menggunakan
dilayanan primr, sekunder dan tertier lembaran check list

7. DAFTAR PUSTAKA

1. Konsil Kedokteran Indonesia, SKDI, th 2012


2. Goodman & Gilman, Dasar Farmakologi Terapi, ed 10 (edisi terbaru)
3. Guide to Good Prescribing, WHO, Action Program on Essential Drugs, Genewa.
4. WHO Model Formulary, edisi 2016
5. How to Investigate drug use in health facilities, Department of Essensial Drugs and
Medicine Policy
6. Pedoman Penulisan Resep, ITB
7. Farmakope Indonesia edisi 2015 ( edisi terbaru)
8. FORNAS 2014 dan revisi 2016
9. Daftar Obat Essensial Nasional ( DOEN), Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2008 (terbaru)
10. Ars Prescribing, Nanizar Zaman Yoenoes, Airlangga University Press, Surabaya
11.Greenberg’s Text –Atlas of Emergency Medicine, Michael I Greenberg, MD,MPH,
Lippiccot Williams & Wilkins 2005 ( edisi terbaru)
12. I.V. Drug Handbook, Patricic Dwyer Schull, MSN,RN, Mc Graw Hill Medical
Penuntun Keterampilan Klinik 7A Tahun 2021/2022

RUBRIK PENILAIAN
PENULISAN RESEP “ EMERGENCY PATIENT SAFETY”
Kompetensi 0 1 2 3 Score Bobot Nilai
( Score x
Bobot )
1.Tatalaksana Mahasiswa tidak Mahasiswa menuliskan Mahasiswa menuliskan Mahasiswa menuliskan
farmakoterapi menuliskan resep kurang dari 4 indikator minimal 4 indikator minimal 7 indikator
(Penulisan sama sekali. dengan benar : dan indikator ke 3 dan indikator ke 3 6
resep obat 1. Prescriptio harus benar : harus benar :
emergency) 2. Superscriptio (R/) 1. Prescriptio 1. Prescriptio
3. Inscriptio 2. Superscriptio (R/) 2. Superscriptio (R/)
4. Subscriptio (BSO) 3. Inscriptio 3. Inscriptio
5. Signatura 4. Subscriptio (BSO) 4. Subscriptio (BSO)
6. Nama penderita 5. Signatura 5. Signatura
7. Umur penderita 6. Nama penderita 6. Nama penderita
8. Alamat penderita 7. Umur penderita 7. Umur penderita
9. Paraf/ TTD dokter 8. Alamat penderita 8. Alamat penderita
9. Paraf/ TTD dokter 9. Paraf/ TTD dokter
2.Perilaku Mahasiswa: Mahasiswa: Mahasiswa: Mahasiswa:
profesional Menuliskan resep Menuliskan resep dengan Menuliskan resep dengan Menuliskan resep 4
dengan tulisan tulisan yang sulit dibaca tulisan yang jelas terbaca dengan tulisan yang
yang sulit dibaca tapi tapi jelas terbaca dan
dan Menuliskan resep tanpa Menuliskan resep dengan Menuliskan resep tanpa
Menuliskan resep coretan coretan coretan
dengan coretan

Nilai maksimal : 3 x 10 = 30
Nilai : .............. x 100%
30

35
Penuntun Keterampilan Klinik 7A Tahun 2021/2022

PENUNTUN KETERAMPILAN KLINIK 7A

RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) III

SEMESTER 7
TAHUN AJARAN 2021/2022

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG

35
Penuntun Keterampilan Klinik 7A Tahun 2021/2022

1. PENGANTAR

B. Tujuan Umum :
Mahasiswa memiliki kemampuan menguasai penatalaksaan jalan nafas atas pada
pasien dewasa dan anak-anak.

C. Tujuan Khusus
Mahasiswa memiki kemampuan menilai jalan nafas dan melakukan penatalaksanaan
jalan nafas baik secara manual maupun dengan alat-alat bantu, seperti pemasangan
Guedel dan Endotrakeal tube.

D. Strategi Pembelajaran :
1. Responsi manajemen jalan nafas
2. Video ketrampilan klinik manajemen jalan nafas. Bisa diakses melalui
https://youtu.be/dYDAaKgmpbo
3. Demonstrasi dengan menggunakan manekin.

2. Pemeliharaan Jalan Nafas

Fokus topik adalah memastikan jalan nafas terbuka dan mampu mensuport pertukaran gas.
Tujuan keduanya meliputi menjaga stabilitas kardiovaskular dan mencegah aspirasi dari isi
lambung selama manajemen jalan nafas. Intubasi Endotrakeal adalah hal yang penting
dilakukan namun menjaga dan mempertahankan patensi jalan nafas menjadi prioritas awal
sebelum intubasi.
Untuk kesuksesan dalam melaukukan manajemen jalan nafas, mahasiswa harus
memahami anatomi jalan nafas khususnya jalan nafas atas yang terdiri dari nasal, oral,
faring, laring, trakea dan bronkus primer.

Gambar 1. Anatomi dan Persyarafan Jalan Nafas Atas

Penilaian patensi jalan nafas dan usaha untuk bernafas spontan adalah tahapan yang paling
penting. Seorang dokter harus melihat, merasakan dan mendengar penurunan atau tidak
adanya aliran udara. Interfensi awal untuk memastikan patensi jalan nafas pada pasien
yang bernafas spontan tanpa kemungkinan cedera tulang belakang servical meliputi triple
airway maneuver: ekstensi leher, elevasi mandibula (jawthrust), buka mulut. Jika

36
Penuntun Keterampilan Klinik 7A Tahun 2021/2022

dicurigai adanya cidera tulang belakang di daerah servikal maka ekstensi leher tidak boleh
dilakukan, dan daerah servikal harus diimobilisasi.
Penggunaan alat seperti oropharyngeal dan lasopharyngeal airway dengan ukuran yang
tepat akan sangat membantu menjaga patensi jalan nafas (penyebab paling sering
obstruksi jalan nafas adalah lidah pasien). Selama suport jalan nafas, pemberian oksigen
dengan konsentrasi tinggi (100%) dengan aliran tinggi mesti diberikan baik dengan
menggunakan bantuan facemask atau bag mask resuscitation unit.
Beberapa metode untuk mendukung jalan nafas :
1. Ventilasi mouth-to mask dengan suplemental oksigen
2. Bag mask ventilation
3. Endotracheal tube (ETT)
4. Laringoskopi fiber optik
5. Instrumen-instrumen yang memudahkan proses intubasi

3. Bag Mask Ventilation


Ventilasi menggunakan bag mask resuscitation unit atau fase mask diindikasikan pada:
1. Pasien apnea.
2. Tidal volum nafas spontan tidak adekuat.
3. Mengurangi work of breathing (WOB) dengan membantu pasien selama inspirasi
spontan.
4. Jika hipoksemia terkait dengan ventilasi spontan yang jelek.

Diperkirakan 5% dari populasi kemungkinan sulit dilakukan ventilasi manual. Prediktor-


prediktor yang menyebabkan sulit ventilasi adalah adanya jambang, ompong, riwayat OSA
(obstruktif sleep apnea), BMI >26 kg/m2, usia diatas 55 tahun. Jika terdapat sekurangnya 2
faktor tadi maka besar kemungkinan pasien ini sulit ventilasi.

Gambar 2. Bag Mask Ventilation dan ventilation mouth to mask

Laryngeal Mask Airway (LMA)


Supraglottic Airway Devices dapat digunakan pada pasien yang bernafas spontan maupun
yang diberikan bantuan manual ventilasi. LMA menyediakan alternatif terhadap
penggunaan face mask atau intubasi endotrakeal. Posisi LMA berada di faring di belakang
lidah. LMA melindungi secara parsial laring dari sekresi faring (namun tidak terhadap
regurgitasi lambung). Kontra indikasi LMA meliputi pasien dengan patologi laring (abses),
faringeal obstruksi, lambung penuh (ibu hamil), atau complianceparu yang rendah
(penyakit restriktif jalan nafas).

37
Penuntun Keterampilan Klinik 7A Tahun 2021/2022

Gambar 3. Pemasangan LMA

4. Intubasi Endotrakeal
Indikasi intubasi Endotrakeal:
1. Proteksi jalan nafas (pasien dengan GCS ≤8)
2. Menghilangkan obstruksi jalan nafas
3. Memungkinkan untuk ventilasi mekanik dan terapi oksigen.
4. Gagal nafas
5. Pasien syok
6. Hiperventilasi untuk pasien hipertensi intra kranial
7. Mengurangi WOB (work of breathing)
8. Memfasilitasi untuk suction atau toilet pulmonal

Kontraindikasi intubasi:
Trauma atau obstruksi jalan napas berat yang tidak memungkinkan pemasangan
pipa endotrakeal secara aman. Jika pipa endotrakeal tidak dapat dipasang, tetapi
jalan napas perlu diamankan maka dapat dilakukan surgical airway seperti
krikotirotomi, selanjutnya dilakukan trakeostomi.
Komplikasi intubasi:
Intubasi esofagus atau intubasi kedalaman ke salah satu bronkus, biasanya ke
bronkus utama kanan. Kondisi ini bisa didiagnosis dengan melakukan pemeriksaan
auskultasi, rontgen thorax, capnograph. Lakukan evaluasi dan penempatan ulang
pipa endotrakeal.
Komplikasi lain yang mungkin terjadi adalah trauma jalan nafas yang bisa
menyebabkan pendarahan dan oedem jaringan. Terjadinya laringospasme dan
bronkospasme, reflek vagal dan stimulasi simpatis sampai henti jantung. Untuk
menghindari atau meminimalkan terjadinya komplikasi intubasi maka lakukan
prosedur intubasi secara hati-hati dan sesuai prosedur. Hati-hati kemungkinan
terjadinya pneumothorax paska intubasi terutama pasien dengan trauma dada.
Untuk persiapan intubasi, yang diperlu diperhatikan:
1. Penilaian anatomi jalan nafas dan fungsinya untuk memperkirakan kesulitan
intubasi.
2. Memastikan ventilasi dan oksigenasinya optimal sebelum dilakukan intubasi

38
Penuntun Keterampilan Klinik 7A Tahun 2021/2022

3. Dekompresi lambung
4. Menyediankan analgesi, sedasi, amnesia dan pelempuh otot yang tepat untuk
prosedur yang aman.

Formula untuk memilih ukuran ETT yang tepat untuk pasien pediatrik
Rumus Cole untuk ETT tanpa cuff:
ID (diameter internal) dalam mm= (usia dalam tahun)/4 + 4 (F)
Rumus Motoyama untuk ETT dengan cuff pada anak usia 2 tahun atau lebih:
ID dalam mm = (usia dalam tahun)/4 + 3,5
Rumus Khine untuk ETT dengan cuff pada anak di bawah 2 tahun:
ID dalam mm = (usia dalam tahun)/4 + 3,0

Hal yang perlu diamati untuk menentukan kesulitan intubasi:


1. Kemampuan gerak leher. Adanya kemungkinan cedera servikal tulang belakang,
leher yang pendek, atau keterbatasan gerak leher disebabkan operasi sebelumnya
atau adanya arthritis.
2. Eksternal face seperti micrognathia, adanya jaringan sikatrik bekas operasi
sebelumnya, trauma dan pendarahan pada wajah.
3. Bukaan mulut kurang 3 jari atau 6cm diperkirakan akan sulit intubasi.
4. Lidah (faring). Ukuran lidah relatif terhadap posterior faring memperkirakan luas
relatif untuk memvisualisasi struktur glotis.
5. Rahang (Tiromental distance). Jika jaraknya kurang dari 3 jari, menunjukkan posisi
laring lebih anterior dan sulit dilakukan intubasi.

Sebuah rencana untuk mentatalaksana pasien dengan sulit intubasi meliputi usaha
mempertahankan ventilasi spontan selama tindakan dan melihat alternatif selain intubasi
endotrakeal dan menyiapkan asisten yang lebih berpengalaman. Ketika ventilasi manual
tidak dapat dilakukan setelah gagal intubasi maka tindakan cricotirotomy atau percutaneus
thracheostomy jadi tindakan tepat untuk menyelamatkan nyawa pasien.

39
Penuntun Keterampilan Klinik 7A Tahun 2021/2022

Gambar 4. Laringoskop, Endotrakeal Tube dan Intubasi

5. Manajemen Rutin Jalan Nafas


1. Penilaian jalan nafas
2. Persiapan dan cek kondisi alat
3. Preoksigenasi
4. Bag and mask ventilation (BMV)
5. Intubasi (jika indikasi)
6. Konfirmasiposisi endotrakeal tube
7. Manajemen intra operatif
8. Ektubation

6. Langkah-langkah intubasi pada pasien dewasa menggunakan ETT


1. Pastikan ventilasi aman
2. Pasang dan cek semua keperluan peralatan.
3. Pilih ukuran ET tube yang tepat
4. Pilih tipe dan ukuran yang tepat dari blade laringoskop yang akan digunakan.
5. Cek lampu, tes fungsi ET tube secara menyeluruh
6. Masukkan stilet dan lubrikasi ET tube.
7. Tempatkan kepala pada posisi netral atau sniffing
8. Bersihkan jalan nafas jika diperlukan.
9. Masukkan blade laringoskop.
10. Pegang laringoskop dengan tangan kiri.
11. Masukkan laringoskop di sisi kanan mulut pasien, sisihkan lidah ke sisi kiri.
12. visualisasi epiglotis dan vocal cords,

40
Penuntun Keterampilan Klinik 7A Tahun 2021/2022

13. Masukkan ET tube, sesuaikan kedalamannya dengan jenis kelamin.


14. Kembangkan cuff nya untuk mencapai seal yang tepat
15. Perhatikan pergerakan dinding dada dan auskultasi suara nafas
16. Fiksasi posisi ET dengan plester
17. Berikan bantuan ventilasi lewat ET tube

7. Analisa Hasil Tindakan


 Cek suara nafas di kedua lapang paru pada daerah apek dan basal (pastikan suara
nafas vesikuler simetris).
 Jika tidak ada suara nafas, pastikan tidak terjadi laringospasme atau bronkospasme
dengan melihat tanda-tanda klinis yang lain.
 Jika terdengar suara nafas di lambung, ETT di cabut.
 Lakukan ventilasi dan oksigenisasi lagi.
 Lakukan intubasi ulang

8. Referensi
1. Tintinalli’s Emergency’s Medicine A, Comprehensive Study Guide, Judith E.
Tintinalli, Ed 8, 2016, McGraw-Hill Education, NewYork
2. Morgan, Jr, GE, Mikhail MS. Clinical Anesthesiology ed 5, 2013, McGraw Hill
companies, New York
3. ILCOR (International Liason Committee On Resuscitation). Website:
www.ilcor.org
4. Truma Resuscitation Emergency Resuscitation, Perioperative Anesthesia, Surgical
Management, William C Wilsion, Chistopher Grande, David B Hyot, 2007 by
Informa Healthcare USA

9. Skenario Kasus Ujian


Masuk ke IGD RSUP DR.M. Djamil Padang seorang pasien laki-laki umur 25 tahun.
Pasien mengalami kecelakaan lalu lintas dan mengalami cedera kepala dengan GCS 7,
RR 35x/mnt, SpO2 80 %, nafas pasien ngorok. Hemodinamik relatif stabil. Apa
tindakan saudara untuk manajemen jalan nafas

Catatan : Mahasiswa menarasikan prosedur tindakan intubasi yang dikerjakan

Evaluasi Ketrampilan Klinik

41
Penuntun Keterampilan Klinik 7A Tahun 2021/2022

Nama :
NIP :
No ASPEK YANG DINILAI SKOR
0 1 2 3
1. Memperkenalkan diri kepada keluarga pasien dan
melakukan evaluasi terhadap kondisi pasien.
2. Memastikan patensi jalan nafas baik dengan
manuver jalan nafas (head tilt, chin lift, pasang
guedel).
3. Informed consent intubasi (Rencana tindakan dan
alasan medisnya, prosedur kerja, efek samping
atau resiko tindakan dan antisipasinya , izin
keluarga pasien)
4. Persiapkan peralatan untuk tindakan intubasi dan
gunakan proteksi diri (masker dan hand schoen).
5. Posisikan kepala pada posisi netral sedikit ektensi
atau sniffing.
6. Preoksigenasi (menggunakan ambu bag).
7. Masukkan blade laringoskop dari pinggir kanan
mulut pasien sambil menggeser lidah ke kiri
8. Insersikan tip dari blade ke valecula sambil
visualisasi epiglotis dan pita suara ( cegah jangan
sampai bibir terjepit)
9. Handel laringoskop diangkat sehingga pita suara
lebih jelas tervisualisasi dan insersikan ET tube
kedalamnya sampai batas yang ditentukan (pasang
stylet yang telah diberi jelly ke dalam ET).
10. Kembangkan Cuff ET tube dan cek posisi ET
tube dengan auskultasi di kedua lapang paru pada
daerah apek dan basal (pastikan suara nafas
vesikuler simetris).
11. Fiksasi posisi ET di pinggir mulut pasien dengan
plester dan melanjutkan bantuan ventilasi
12. Penjelasan kekeluarga hasil dari tindakan intubasi
dan tindakan medis selanjutnya serta ucapan
terima kasih.

Keterangan :
Skor Penilaian : Padang, .........................
0 : Tidak dilakukan Instruktur,
1 : Dilakukan dengan banyak perbaikan
2 : Dilakukan dengan sedikit perbaikan
3 : Dilakukan dengan sempurna dan terstruktur

Nilai Akhir: Total Nilai x 100 = (.….…..……………….)


35
NIP.

42

Anda mungkin juga menyukai