KOMUNIKASI INTERPROFESIONAL
SEMESTER 7
TAHUN AJARAN 2021/2022
2. TUJUAN PEMBELAJARAN:
2.1.Tujuan Instruksional Umum:
Setelah mengikuti latihan ketrampilan ini diharapkan mahasiswa mampu melakukan
komunikasi interprofesional dalam melakukan perawatan terhadap pasien.
2.2.Tujuan Instruksional Khusus:
Mahasiswa diharapkan mampu:
2.2.1. Menerapkan prinsip komunikasi interprofesional:
berkomunikasi dengan jelas
memberikan informasi yang cukup (memadai) (lisan atau tertulis)
memberikan informasi yang tepat waktu
memberitahukan penyedia layanan kesehatan yang tepat tentang kondisi pasien,
termasuk setiap perubahan yang terjadi dalam kondisi tertentu
bersikap sopan dan hormat
menanggapi petugas kesehatan lainnya
meninjau catatan dari perawat dan petugas kesehatan lainnya
menggunakan alat komunikasi tertentu, misalnya, checklist keselamatan bedah
2.2.2. Mendokumentasikan komunikasi interprofesional secara efektif.
2.2.3. Melakukan resolusi konflik yang terjadi antara sesama dokter maupun antara
dokter dengan penyedia layanan kesehatan lainnya.
1. STRATEGI PEMBELAJARAN
Kegiatan latihan dapat dilakukan dengan cara:
a. Berkelompok
Satu kelompok terdiri atas kurang lebih 10 orang mahasiswa dan satu orang
instruktur.
Sebelum latihan dimulai instruktur memberikan pretest untuk menguji kemampuan
kognitif dan kesiapan mahasiswa. Kemudian instruktur akan menjelaskan secara
ringkas tujuan, manfaat dan teknik latihan.
b. Mandiri
Kegiatan mandiri dilakukan dalam bentuk:
- latihan mandiri dilakukan dengan teman atau orang yang dapat dijadikan partner
dalam berlatih. Latihan ini dilakukan tanpa pengawasan langsung dari instruktur.
- Mencari dan membaca referensi terkait.
Mahasiswa harus mencatat kegiatan mandiri dan kegiatan kelompok dalam log book.
Log book yang telah diisi akan diperiksa pada pertemuan kedua oleh instruktur
sebagai bentuk pengawasan tidak langsung.
Mahasiswa juga bisa mengakses video youtube melalui :
https://youtu.be/CHHlXQr7BRk
2. PRASYARAT:
Mahasiswa yang mengikuti ketrampilan komunikasi interprofesional ini adalah
mahasiswa yang telah mempunyai pengetahuan tentang:
a. Bahasa Indonesia, komunikasi.
b. Ilmu komunikasi dasar
c. Budaya Alam Minangkabau
d. Etika Profesi
3. TEORI
Komunikasi interprofesional yang baik bergantung pada interaksi yang jujur dan
transparan, karena tujuannya adalah menunjukkan dan membangun kepercayaan. Setiap
anggota tim kesehatan melakukan komunikasi interprofesional dengan cara:
- mendengar aktif, memperhatikan komunikasi non-verbal,
- memahami dan menyepakati keputusan perawatan,
- menggunakan teknologi informasi dan komunikasi secara efektif,
- mempertimbangkan apakah negosiasi, konsultasi, interaksi, diskusi maupun
debat yang terbaik untuk dilakukan.
Komunikasi yang tidak efektif dilaporkan sebagai faktor yang berkontribusi
penting dalam kesalahan pelayanan kesehatan dan membahayakan pasien (Victorian
Quality Council Secretariat, 2010). Menurut Canadian Medical Protective Association
(CMPA) (2011), berbagai masalah dalam komunikasi interprofesional berhubungan
dengan masalah medikolegal, termasuk termasuk keterlambatan dalam diagnosis,
kecelakaan dalam operasi, efek samping obat-obatan, dan kegagalan dalam pemantauan
atau tindak lanjut dari pasien.
Barrier komunikasi interprofesional:
1.Perilaku sering merendahkan profesi lain (kepribadian)
2.Terlalu berharap pada profesi lain
3.Kurang memahami kompetensi dan peran dari profesi lain
4.Tidak pernah dididik bersama profesi lain.
5.Stereotyping
Dasar-dasar Komunikasi
Interaksi harus sopan dan menunjukkan rasa hormat kepada sesama penyedia layanan
kesehatan Mendengar aktif oleh dokter adalah teknik yang sangat membantu, karena ini
memusatkan perhatian pada pembicara. Mengklarifikasi pemahaman tentang peran dan
tanggung jawab anggota tim perawatan kesehatan untuk perawatan dan tindak lanjut akan
menguntungkan semua orang.
Mungkin ada keadaan ketika penyedia layanan kesehatan lain merasa sulit untuk
berbicara dan mengutarakan pendapat mereka tentang situasi klinis yang berkembang atau
kejadian buruk yang akan datang. Mereka mungkin takut melakukannya karena mereka
tidak didorong untuk berbagi pemikiran dan pendapat mereka. Dokter harus
memperhatikan kemungkinan ini, dan menyambut serta memfasilitasi pemberian masukan
dari semua tenaga kesehatan.
Resolusi Konflik
Sebagaimana yang telah dijabarkan sebelumnya, pengembangan keterampilan
komunikasi dan kompetensi interprofesional adalah persyaratan untuk bekerjasama secara
efektif dengan sejawat tenaga kesehatan, misalnya dalam mengelola konflik. Kemauan
untuk berdialog dan berdiskusi jika diperlukan merupakan langkah awal dalam
mengembangkan kompetensi budaya profesional interprofessional. Ini adalah langkah
yang diperlukan untuk mencapai tujuan perawatan antarprofesional yaitu melakukan apa
yang terbaik demi kepentingan dan keamanan pasien.
Pendokumentasian Komunikasi
Misalnya, ini mungkin termasuk catatan tentang diskusi klinis dengan perawat pengawas
atau perawat. Catatan disimpan dalam buklet saku dokter atau perangkat genggam; atau
bentuk komunikasi lainnya seperti email.
Skenario 2:
- Seorang laki-laki, berusia 50 tahun, menderita diabetes dengan terapi rutin
metformin 2 x 500 mg dan glimepiride 1 x 2 mg. Pasien mengalami ulkus DM
pada dorsalis pedis dextra.
- Dokter merencanakan amputasi hingga bagian ankle, namun tim keperawatan
menyarankan untuk mempertahankan dengan prawatan luka modern.
Skenario 3:
- Seorang perempuan, post operasi SC, dengan spinal anastesi, dokter
menyarankan untuk bedrest 24 jam.
- Sedangkan tim keperawatan memprogramkan mobilisasi dini untuk pasien
Skenario 2:
- Seorang pasien laki-laki 50 tahun dengan riwayat sakit jantung dan rutin
mengkonsumsi walfarin, dirujuk ke dokter gigi karena dokter mencurigai
adanya fokal infeksi yang berasal dari gigi.
- Setelah pemeriksaan klinis ditemukan gigi 38 nekrose pulpa dan memerlukan
tindakan pencabutan gigi sesegera mungkin.
- Namun berhubung pasien saat ini sedang mengkonsumsi walfarin dokter gigi
merujuk kembali pasien tersebut ke dokter yang merawatnya agar pemberian
obat walfarin diganti atau dihentikan dulu 1 hari sebelum tindakan pencabutan
gigi sampai proses proses penyembuhan luka terjadi
- Namun menurut dokter hal itu sulit dilakukan.
Skenario 3 :
- Seorang anak perempuan berusia 6 tahun diantar ibunya ke dokter gigi dengan
keluhan sudah 2 hari tidak mau makan karena sakit gigi dan nyeri saat
membuka mulut.
- Dari riwayat medis terungkap bahwa pasien sedang mendapatkan terapi
rimfamisin dan INH selama 9 bulan. Pemeriksaan klinis menunjukkan pipinya
bengkak dan demam.
- Hasil diagnosis gigi 75 abses periapikal. Agar tidak menjadi fokal infeksi maka
gigi 75 harus segera dicabut. Namun dokter gigi harus memberikan tambahan
obat antibiotika selama 5 hari untuk mengobati abses pada gigi, sebelum
tindakan pencabutan.
- Setelah dikonsultasikan ke dokter yang sedang merawat pasien tersebut, dokter
menyarankan untuk menunda pencabutan gigi tersebut sampai pengobatan flex
paru anak tersebut selesai dilakukan.
Tahap Evaluasi:
A. Evaluasi Formatif:
dilakukan berdasarkan daftar tilik (terlampir) oleh:
1. Mahasiswa:
Kelompok 2 dan 3 (peer assessment), penilaian langsung dilakukan
secara tertulis ketika peran dimainkan oleh kelompok 1 kemudian
diberi tanggapan secara lisan setelah skenario diperankan, sehingga
setiap peran mendapatkan umpan balik saat itu juga.
2. Instruktur: memberikan feedback pada saat latihan dan evaluasi
3. Instruktur dan mahasiswa bersama-sama menyimpulkan teknik
komunikasi interprofesional yang tepat serta mengidentifikasi
kesalahan-kesalahan yang timbul pada komunikasi yang telah
dilakukan.
B. Evaluasi sumatif dilakukan pada ujian OSCE di akhir semester.
Daftar bacaan:
Frank JR, Brien S, (Editors) on behalf of the Safety Competencies Steering Committee.
The Safety Competencies: Enhancing Patient Safety Across the Health Professions.
Ottawa, ON: Canadian Patient Safety Institute; 2008.
http://www.wrha.mb.ca/staff/collaborativecare/files/Competencies-5.pdf
http://healthsci.queensu.ca/education/oipep/online_modules/issues_in_health_care/patient_
safety_in_health_care/module_2_current_culture_of_safety_in_healthcar/interprofessional
_communication
https://www.cmpa-acpm.ca/en/advice-publications/browse-articles/2011/strengthening-
inter-professional-communication
EVALUASI:
DAFTAR TILIK PEER-ASSESSMENT:
Kelompok 1: Peran sebagai dokter
Kelompok 2 dan 3(peer assessment)
No Pernyataan 0 1 2 3
.
1. Dokter mengucapkan salam dan identitas kepada
petugas kesehatan lain dengan jelas.
2. Dokter menggunakan gerak tubuh yang layak dalam
berkomunikasi kepada petugas kesehatan lain.
3. Dokter menggunakan tatap muka yang layak dalam
berkomunikasi kepada petugas kesehatan lain.
4. Dokter menggunakan mimik wajah yang tepat dalam
berkomunikasi kepada petugas kesehatan lain.
5. Dokter memberikan informasi yang cukup
(memadai) baik lisan maupun tertulis.
6. Dokter memberitahu petugas kesehatan yang tepat
tentang kondisi pasien, termasuk setiap perubahan
dalam kondisi tertentu.
7. Dokter bersikap sopan dan hormat kepada petugas
kesehatan lain.
8. Dokter menanggapi/memberi respon petugas
kesehatan lain dengan baik.
9. Dokter mendokumentasikan komunikasi
interprofesional dengan efektif.
Keterangan: Tidak dilakukan = 0
Dilakukan dengan banyak perbaikan = 1
Dilakukan dengan sedikit perbaikan = 2
Dilakukan dengan sempurna = 3
DAFTAR TILIK INSTRUKTUR:
Kelompok :
Nama Mahasiswa :
No. BP :
No Pernyataan 0 1 2 3
.
1. Dokter mengucapkan salam dan identitas kepada
petugas kesehatan lain dengan jelas.
2. Dokter menggunakan gerak tubuh yang layak dalam
berkomunikasi kepada petugas kesehatan lain.
3. Dokter menggunakan tatap muka yang layak dalam
berkomunikasi kepada petugas kesehatan lain.
4. Dokter menggunakan mimik wajah yang tepat dalam
berkomunikasi kepada petugas kesehatan lain.
5. Dokter memberikan informasi yang cukup
(memadai) baik lisan maupun tertulis.
6. Dokter memberitahu petugas kesehatan yang tepat
tentang kondisi pasien, termasuk setiap perubahan
dalam kondisi tertentu.
7. Dokter bersikap sopan dan hormat kepada petugas
kesehatan lain.
8. Dokter menanggapi/memberi respon petugas
kesehatan lain dengan baik.
9. Dokter mendokumentasikan komunikasi
interprofesional dengan efektif.
Total Skor
Keterangan: Tidak dilakukan = 0
Dilakukan dengan banyak perbaikan = 1
Dilakukan dengan sedikit perbaikan = 2
Dilakukan dengan sempurna = 3
( )
NIP.
PENUNTUN KETERAMPILAN KLINIK 7A
SEMESTER 7
TAHUN AJARAN 2021/2022
A. Pendahuluan
Menurut WHO pelaku kesehatan, termasuk dokter harus memahami faktor-faktor
yang mempengaruhi kesehatan dan memecahkan masalah kesehatan yang ada di
tengah masyarakat. Pemecahan masalah kesehatan masyarakat merupakan suatu
proses dimana dalam kurun waktu yang telah ditetapkan petugas kesehatan dan
petugas sector lain dapat mengembangkan kemampuan untuk menggunakan data,
melakukan analisis mengenai suatu masalah kesehatan masyarakat yang merupakan
prioritas utama dalam suatu daerah, merencanakan dan kemudian melaksanakan
pemecahan masalah tersebut dalam periode waktu tertentu serta mengembangkan
kerjasama tim yang baik.
B. Tujuan
Terdiri dari tujuan instruksional umum dan khusus
C. Bentuk Kegiatan
Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk kelompok dengan seorang instruktur. Minggu
pertama pengarahan/penjelasan untuk melakukan praktek diskusi kelompok dalam
pemecahan masalah kesehatan. Mahasiswa dalam kelompok besar (10-11 orang)
dibagi menjadi 3-4 kelompok, masing-masing kelompok melakukan pemecahan
masalah kesehatan berdasarkan 1 skenario dari 2 skenario yang tersedia. Di minggu
ke-2 masing-masing kelompok melakukan diskusi untuk pemecahan masalah
kesehatan berdasarkan skenario yang dipilih.
Contoh kegiatan bisa diakses melalui https://youtu.be/QPWqyM4Ruig
D. Penilaian
Penilaian berdasarkan proses dan laporan kelompok. Proses meliputi kreatifitas
mahasiswa selama diskusi dan penyajian.
E. Langkah-langkah Pemecahan Masalah Kesehatan
1. Analisis Situasi
Tujuan
a. Mengumpulkan fakta/data yang tersedia dan yang dibutuhkan untuk
Menetapkan masalah, populasi sasaran, kelompok risiko tinggi.
Memperkirakan jangkauan pelayanan saat ini
Menguraikan sumberdaya kesehatan yang relevan.
Menetapkan kesulitan-kesulitan dalam penetapan masalah
Materi
Berupa Skenario gambaran kesehatan suatu daerah
Tugas Mahasiswa
Menelaah semua data/fakta yang tersedia untuk menilai kegunaannya dalam
menganalisis dan menguraikan masalah kesehatan.
2. Analisis Masalah
Tujuan
Menentukan masalah untuk mengambarkan variable kritis yang berhubungan
dengan masalah kesehatan.
Materi
Berupa skenario cakupan pelayanan kesehatan dan penyakit terbanyak disuatu
daerah.
Tugas Mahasiswa
Membahas masalah dan menuliskan beberapa masalah yang akan
ditanggulangi.
Tujuan:
Menentukan penyebab Masalah.
Lingkungan Manusia
Kurangnya air yang Kebiasaan BAB
terlindungi yang tidak higienis
kurangnya
pengetahuan ibu
Tingginya
kematian
akibat diare
Metode Material
Tugas Mahasiswa
Mahasiswa melakukan brainstorming untuk mencari sebab-sebab masalah tersebut dengan
mengunakan diagram tulang ikan (seperti diagram di atas). Variabel penyebab masalah
adalah lingkungan, manusia, material dan metode.
Setelah membuat penyebab masalah dan dicari akar penyebab masalah yang dominan
berdasarkan brainstorming. Dari akar penyebab masalah yang telah didapatkan, kemudian
menentukan alternative pemecahan masalah.
Problem Solving
Skenario 1
Cakupan jamban keluarga adalah 56%, cakupan sumber air minum adalah 60%, cakupan
K1 70%, cakupan K4 80%.
Skenario 2
Suatu Kecamatan Anyer mempunyai jumlah penduduk sebanyak 50.442 jiwa, luar
daerah 146,29 km2 dan proporsi penduduk miskin adalah 30,45%
Cakupan jamban keluarga adalah 60%, cakupan sumber air minum adalah 70%, cakupan
K1 50%, cakupan K4 65%.
Nama Mahasiswa:
No. BP :
(………………………………)
NIP.
Lampiran:
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75
TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT
http://www.indonesian-publichealth.com/perizinan-dan-registrasi-puskesmas-sesuai-
permenkes-75-tahun-2014/
SEMESTER 7
TAHUN AJARAN 2021/2022
1. PENDAHULUAN:
Ketrampilan Klinik (KK) penulisan resep pada blok 4.1 merupakan lanjutan KK
blok 2.3 dan blok 3.4 untuk kurikulum 2014. Konsep KK pada blok 4.1 adalah konsep
pemberian terapi Emergency di Intalasi Gawat Darurat ( IGD) di layanan primer, layanan
sekunder, tertier, dan merujuk pemakaian obat yang terdapat dalam FORNAS 2014
(semua penatalaksanaan terhadap diagnosis yang diberikan pada mahasiswa dianggap
sudah mampu yang diminta hanya pemberian terapi saja terutama untuk kompetensi 4).
Pada prinsipnya KK Resep II merupakan cakupan 155 diagnosis yang ada di
SKDI, hanya saja kejadian ini terjadi di IGD dimana terapi yang diberikan oleh dokter
dengan konsep pasien safety. Oleh karena itu mahasiswa sudah mampu menentukan
pemilihan obat yang tepat, menghitung dosis terapi dan menentukan Bentuk Sediaan Obat
secara intravena dan bentuk sedian yang langsung masuk kedalam pembuluh darah
(konsep farmakokinetik).
Pada blok ini KK penulisan resep dilakukan dalam 3x pertemuan terdiri dari
penjelasan dari instruktur mengenai resep III, penayangan video youtube KK mengenai
penulisan resep yang benar dan latihan diagnosis kompetensi 4 yang terdapat dalam SKDI
yg terjadi di IGD serta pemberian tatalaksana farmakoterapi secara tertulis melalui resep.
Pada akhir pertemuan dilakukan evaluasi melalui ujian tertulis dengan instruktur dan
penilaian dilakukan sesuai dengan ujian kompetensi secara nasional.
2. TUJUAN PEMBELAJARAN:
2.1. Tujuan umum:
Mahasiswa mampu menuliskan resep yang benar dan rasional dari diagnoasis
yang ada di IGD, baik IGD di layanan primer, sekunder dan tertier terutama
kompetensi 4 berdasarkan SKDI.
3.STRATEGI PEMBELAJARAN:
3.1. Belajar mandiri mengenai
A. Semua DIAGNOSIS dengan kompentensi 4 dalam SKDI, sehingga mengetahui
penyebab penyakit dan vital sign dari masing2 diagnosis sehingga akan mampu
memberikan terapi rasional untuk dignosis penyakit tersebut.
B. Mempelajari kembali semua kompetensi farmakologi yang telah diberikan
mulai tahun pertama (blok 1.6) dan tahun 4
C. Mempelajari FORNAS (Formularium Nasional), Daftar Obat Essensial
Nasional (DOEN) .
D. Menghitung dosis
1. Hitung dosis terapi terutama untuk anak
2. Hitung dosis maksimal dan bandingan hasil dosis terapi dengan dosis
maksimal
F. Sebelum menuliskan resep benar untuk diagnosis yang sudah ditetapkan terlebih
dahulu mahasiswa mengetahui :
Kaidah Kaidah Penulisan Resep yaitu
1. Tulislah nama obat dengan jelas
2. Tulislah .KATEGORI PERINTAH PEMBERIAN OBAT, agar obat segera diberikan
oleh apotik IGD.
3. Obat yang diberikan oleh dokter untuk pasien , adalah obat sudah terbukti secara
evidence based medicine (EBM) mempunyai efek farmakologi dan dokter yang
meresepkan mempunyai pengalaman dengan obat tersebut. pengalaman tentang obat
tersebut dan atau berdasarkan KBB
4. Bila dokter sudah mempunyai pengalaman satu preparat paten tertentu tidak perlu
ke preparat paten lainnya walaupun dinyatakan isinya sama.
5. Hati-hati memberikan obat secara bersamaan
6. Terapi psikotropik dan narkotika harus dengan indikasi yang jelas.
7. Dispesikasi dengan jelas kekutan serta jumlah obat yang ditulis dalam resep
8. Dosis tiap obat harus diperhitungkan dengan memperhatikan variabilitas
individu
9. Dosis ditulis dengan jumlah dan satuan yang jelas
10. Ketentuan mengenai obat ditulis dengan jelas
11. Hindari polifarmasi
11. Hindari pemberian obat dalam jangka waktu yang lama
12. Terangkan dengan jelas pada pasien cara penggunaan obat.
13. Jelaskan pada pasien bahaya minum obat lain disamping obat yang diberikan dokter
14. Beritahu efek samping obat
15. Lakukan “ RECORDING “ pada status pasien sebaik baiknya.
4.TEORI
4.1 Resep dan pembagian resep ( lihat penuntun resep dasar)
4.2. Penulisan Resep berdasarkan : KATEGORI PERINTAH PEMBERIAN OBAT
a. STAT / PERINTAH SEGERA / PIM / URGENT
Dr EDWINA
CITO/PIM
Praktek Umum
SIP : No.03 / tahun 2016
Alamat : Jln Ganting II No 16 Padang
Telp : 0751890114 17-8-2019
Praktek Senin – Jumat
Jam 17.00 - 19.00
Padang, 12-8-2018
R/
Simm
Paraf / T T
Pro : Nadia
Umur : 32 th
b. STANDING ORDER /PERINTAH TETAP
Dr EDWINA
Praktek Umum
SIP : No.03 / tahun 2016
Alamat : Jln Ganting II No 16 Padang
Telp : 0751890114
Praktek Senin – Jumat 17-8-2019
Jam 17.00 - 19.00
Padang, 17-8-2018
R/
Tab Bisolvon No X
Dr EDWINA
Praktek Umum
SIP : No.03 / tahun 2016
Alamat : Jln Ganting II No 16 Padang
Telp : 0751890114
Praktek Senin – Jumat
Jam 17.00 - 19.00 17-8-2019
Padang, 17-8-2018
R/
Tab Furosemid No X
Dr EDWINA
Praktek Umum
SIP : No.03 / tahun 2016
Alamat : Jln Ganting II No 16 Padang
Telp : 0751890114
Praktek Senin – Jumat 17-8-2019
Jam 17.00 - 19.00
Padang, 17-5-2018
R/
Tab Parasetamol No X
1 2 3 4 5 6 7
Gambar 1 : Kurva kadar obat dalam plasma dan waktu pemberian obat secara
intravena
Sedangkan untuk obat yang diberikan oral, beberapa fase proses harus dilalui ( gb 2)
DESINTEGRASI D OBAT-
DOSE EFEK
DISOLUSI RESEPTOR
M
E
5. TUGAS MAHASISWA :
1. Membuat list diagnosis kompetensi 4 yang sering teradi di IGD di layanan primer
2. Tulislah resep untuk diagnosis : keracunan organopospat
7. DAFTAR PUSTAKA
RUBRIK PENILAIAN
PENULISAN RESEP “ EMERGENCY PATIENT SAFETY”
Kompetensi 0 1 2 3 Score Bobot Nilai
( Score x
Bobot )
1.Tatalaksana Mahasiswa tidak Mahasiswa menuliskan Mahasiswa menuliskan Mahasiswa menuliskan
farmakoterapi menuliskan resep kurang dari 4 indikator minimal 4 indikator minimal 7 indikator
(Penulisan sama sekali. dengan benar : dan indikator ke 3 dan indikator ke 3 6
resep obat 1. Prescriptio harus benar : harus benar :
emergency) 2. Superscriptio (R/) 1. Prescriptio 1. Prescriptio
3. Inscriptio 2. Superscriptio (R/) 2. Superscriptio (R/)
4. Subscriptio (BSO) 3. Inscriptio 3. Inscriptio
5. Signatura 4. Subscriptio (BSO) 4. Subscriptio (BSO)
6. Nama penderita 5. Signatura 5. Signatura
7. Umur penderita 6. Nama penderita 6. Nama penderita
8. Alamat penderita 7. Umur penderita 7. Umur penderita
9. Paraf/ TTD dokter 8. Alamat penderita 8. Alamat penderita
9. Paraf/ TTD dokter 9. Paraf/ TTD dokter
2.Perilaku Mahasiswa: Mahasiswa: Mahasiswa: Mahasiswa:
profesional Menuliskan resep Menuliskan resep dengan Menuliskan resep dengan Menuliskan resep 4
dengan tulisan tulisan yang sulit dibaca tulisan yang jelas terbaca dengan tulisan yang
yang sulit dibaca tapi tapi jelas terbaca dan
dan Menuliskan resep tanpa Menuliskan resep dengan Menuliskan resep tanpa
Menuliskan resep coretan coretan coretan
dengan coretan
Nilai maksimal : 3 x 10 = 30
Nilai : .............. x 100%
30
35
Penuntun Keterampilan Klinik 7A Tahun 2021/2022
SEMESTER 7
TAHUN AJARAN 2021/2022
35
Penuntun Keterampilan Klinik 7A Tahun 2021/2022
1. PENGANTAR
B. Tujuan Umum :
Mahasiswa memiliki kemampuan menguasai penatalaksaan jalan nafas atas pada
pasien dewasa dan anak-anak.
C. Tujuan Khusus
Mahasiswa memiki kemampuan menilai jalan nafas dan melakukan penatalaksanaan
jalan nafas baik secara manual maupun dengan alat-alat bantu, seperti pemasangan
Guedel dan Endotrakeal tube.
D. Strategi Pembelajaran :
1. Responsi manajemen jalan nafas
2. Video ketrampilan klinik manajemen jalan nafas. Bisa diakses melalui
https://youtu.be/dYDAaKgmpbo
3. Demonstrasi dengan menggunakan manekin.
Fokus topik adalah memastikan jalan nafas terbuka dan mampu mensuport pertukaran gas.
Tujuan keduanya meliputi menjaga stabilitas kardiovaskular dan mencegah aspirasi dari isi
lambung selama manajemen jalan nafas. Intubasi Endotrakeal adalah hal yang penting
dilakukan namun menjaga dan mempertahankan patensi jalan nafas menjadi prioritas awal
sebelum intubasi.
Untuk kesuksesan dalam melaukukan manajemen jalan nafas, mahasiswa harus
memahami anatomi jalan nafas khususnya jalan nafas atas yang terdiri dari nasal, oral,
faring, laring, trakea dan bronkus primer.
Penilaian patensi jalan nafas dan usaha untuk bernafas spontan adalah tahapan yang paling
penting. Seorang dokter harus melihat, merasakan dan mendengar penurunan atau tidak
adanya aliran udara. Interfensi awal untuk memastikan patensi jalan nafas pada pasien
yang bernafas spontan tanpa kemungkinan cedera tulang belakang servical meliputi triple
airway maneuver: ekstensi leher, elevasi mandibula (jawthrust), buka mulut. Jika
36
Penuntun Keterampilan Klinik 7A Tahun 2021/2022
dicurigai adanya cidera tulang belakang di daerah servikal maka ekstensi leher tidak boleh
dilakukan, dan daerah servikal harus diimobilisasi.
Penggunaan alat seperti oropharyngeal dan lasopharyngeal airway dengan ukuran yang
tepat akan sangat membantu menjaga patensi jalan nafas (penyebab paling sering
obstruksi jalan nafas adalah lidah pasien). Selama suport jalan nafas, pemberian oksigen
dengan konsentrasi tinggi (100%) dengan aliran tinggi mesti diberikan baik dengan
menggunakan bantuan facemask atau bag mask resuscitation unit.
Beberapa metode untuk mendukung jalan nafas :
1. Ventilasi mouth-to mask dengan suplemental oksigen
2. Bag mask ventilation
3. Endotracheal tube (ETT)
4. Laringoskopi fiber optik
5. Instrumen-instrumen yang memudahkan proses intubasi
37
Penuntun Keterampilan Klinik 7A Tahun 2021/2022
4. Intubasi Endotrakeal
Indikasi intubasi Endotrakeal:
1. Proteksi jalan nafas (pasien dengan GCS ≤8)
2. Menghilangkan obstruksi jalan nafas
3. Memungkinkan untuk ventilasi mekanik dan terapi oksigen.
4. Gagal nafas
5. Pasien syok
6. Hiperventilasi untuk pasien hipertensi intra kranial
7. Mengurangi WOB (work of breathing)
8. Memfasilitasi untuk suction atau toilet pulmonal
Kontraindikasi intubasi:
Trauma atau obstruksi jalan napas berat yang tidak memungkinkan pemasangan
pipa endotrakeal secara aman. Jika pipa endotrakeal tidak dapat dipasang, tetapi
jalan napas perlu diamankan maka dapat dilakukan surgical airway seperti
krikotirotomi, selanjutnya dilakukan trakeostomi.
Komplikasi intubasi:
Intubasi esofagus atau intubasi kedalaman ke salah satu bronkus, biasanya ke
bronkus utama kanan. Kondisi ini bisa didiagnosis dengan melakukan pemeriksaan
auskultasi, rontgen thorax, capnograph. Lakukan evaluasi dan penempatan ulang
pipa endotrakeal.
Komplikasi lain yang mungkin terjadi adalah trauma jalan nafas yang bisa
menyebabkan pendarahan dan oedem jaringan. Terjadinya laringospasme dan
bronkospasme, reflek vagal dan stimulasi simpatis sampai henti jantung. Untuk
menghindari atau meminimalkan terjadinya komplikasi intubasi maka lakukan
prosedur intubasi secara hati-hati dan sesuai prosedur. Hati-hati kemungkinan
terjadinya pneumothorax paska intubasi terutama pasien dengan trauma dada.
Untuk persiapan intubasi, yang diperlu diperhatikan:
1. Penilaian anatomi jalan nafas dan fungsinya untuk memperkirakan kesulitan
intubasi.
2. Memastikan ventilasi dan oksigenasinya optimal sebelum dilakukan intubasi
38
Penuntun Keterampilan Klinik 7A Tahun 2021/2022
3. Dekompresi lambung
4. Menyediankan analgesi, sedasi, amnesia dan pelempuh otot yang tepat untuk
prosedur yang aman.
Formula untuk memilih ukuran ETT yang tepat untuk pasien pediatrik
Rumus Cole untuk ETT tanpa cuff:
ID (diameter internal) dalam mm= (usia dalam tahun)/4 + 4 (F)
Rumus Motoyama untuk ETT dengan cuff pada anak usia 2 tahun atau lebih:
ID dalam mm = (usia dalam tahun)/4 + 3,5
Rumus Khine untuk ETT dengan cuff pada anak di bawah 2 tahun:
ID dalam mm = (usia dalam tahun)/4 + 3,0
Sebuah rencana untuk mentatalaksana pasien dengan sulit intubasi meliputi usaha
mempertahankan ventilasi spontan selama tindakan dan melihat alternatif selain intubasi
endotrakeal dan menyiapkan asisten yang lebih berpengalaman. Ketika ventilasi manual
tidak dapat dilakukan setelah gagal intubasi maka tindakan cricotirotomy atau percutaneus
thracheostomy jadi tindakan tepat untuk menyelamatkan nyawa pasien.
39
Penuntun Keterampilan Klinik 7A Tahun 2021/2022
40
Penuntun Keterampilan Klinik 7A Tahun 2021/2022
8. Referensi
1. Tintinalli’s Emergency’s Medicine A, Comprehensive Study Guide, Judith E.
Tintinalli, Ed 8, 2016, McGraw-Hill Education, NewYork
2. Morgan, Jr, GE, Mikhail MS. Clinical Anesthesiology ed 5, 2013, McGraw Hill
companies, New York
3. ILCOR (International Liason Committee On Resuscitation). Website:
www.ilcor.org
4. Truma Resuscitation Emergency Resuscitation, Perioperative Anesthesia, Surgical
Management, William C Wilsion, Chistopher Grande, David B Hyot, 2007 by
Informa Healthcare USA
41
Penuntun Keterampilan Klinik 7A Tahun 2021/2022
Nama :
NIP :
No ASPEK YANG DINILAI SKOR
0 1 2 3
1. Memperkenalkan diri kepada keluarga pasien dan
melakukan evaluasi terhadap kondisi pasien.
2. Memastikan patensi jalan nafas baik dengan
manuver jalan nafas (head tilt, chin lift, pasang
guedel).
3. Informed consent intubasi (Rencana tindakan dan
alasan medisnya, prosedur kerja, efek samping
atau resiko tindakan dan antisipasinya , izin
keluarga pasien)
4. Persiapkan peralatan untuk tindakan intubasi dan
gunakan proteksi diri (masker dan hand schoen).
5. Posisikan kepala pada posisi netral sedikit ektensi
atau sniffing.
6. Preoksigenasi (menggunakan ambu bag).
7. Masukkan blade laringoskop dari pinggir kanan
mulut pasien sambil menggeser lidah ke kiri
8. Insersikan tip dari blade ke valecula sambil
visualisasi epiglotis dan pita suara ( cegah jangan
sampai bibir terjepit)
9. Handel laringoskop diangkat sehingga pita suara
lebih jelas tervisualisasi dan insersikan ET tube
kedalamnya sampai batas yang ditentukan (pasang
stylet yang telah diberi jelly ke dalam ET).
10. Kembangkan Cuff ET tube dan cek posisi ET
tube dengan auskultasi di kedua lapang paru pada
daerah apek dan basal (pastikan suara nafas
vesikuler simetris).
11. Fiksasi posisi ET di pinggir mulut pasien dengan
plester dan melanjutkan bantuan ventilasi
12. Penjelasan kekeluarga hasil dari tindakan intubasi
dan tindakan medis selanjutnya serta ucapan
terima kasih.
Keterangan :
Skor Penilaian : Padang, .........................
0 : Tidak dilakukan Instruktur,
1 : Dilakukan dengan banyak perbaikan
2 : Dilakukan dengan sedikit perbaikan
3 : Dilakukan dengan sempurna dan terstruktur
42