Anda di halaman 1dari 12

1.

PRINSIP LAYANAN KESEHATAN PRIMER, MANAJEMEN


PELAYANAN KESEHATAN

LAYANAN KESEHATAN PRIMER

Pelayanan Kesehatan Primer atau Primary Health Care (PHC) adalah pelayanan kesehatan
pokok yang berdasarkan kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat
diterima secara umum baik oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat melalui
partisipasi mereka sepenuhnya, serta dengan biaya yang dapat terjangkau oleh masyarakat
dan negara untuk memelihara setiap tingkat perkembangan mereka dalam semangat
untuk hidup mandiri dan menentukan nasib sendiri

Menurut Panduan Praktis Gatekeeper Concept Faskes BPJS Kesehatan,Konsep Gatekeeper


konsep sistem pelayanan kesehatan dimana fasilitaskesehatan tingkat pertama yang
berperan sebagai pemberi pelayanan kesehatan dasar berfungsi optimal sesuai
standar kompetensinya dan memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar pelayanan
medik

Fasilitas kesehatan tingkat pertama yang berfungsi optimal sebagai gatekeeper


biasanya akan memberikan iuran kualitas kesehatan yang lebih baik kepada peserta, akan
mengurangi beban negara dalam pembiayaan kesehatan karena mampu menurunkan
angka kesakitan dan mengurangi kunjungan ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan serta
terdistribusi lebih besar dibandingkan dengan fasilitas kesehatan tingkat lanjutan
sehingga akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan lebih tinggi

Empat prinsip pokok Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama sebagai Gatekeeper

1. Kontak pertama pelayanan (First Contact)


2. Pelayanan berkelanjutan (Continuity)
3. Pelayanan paripurna (Comprehensiveness)
4. Koordinasi pelayanan (Coordination).

MANAJEMEN KESEHATAN
Manajemen berasal dari bahasa Inggris “management” dengan kata kerja to manage yang
secara umum berarti mengurusi. Dalam arti khusus manajemen dipakai bagi pimpinan dan
kepemimpinan, yaitu orang-orang yang melakukan kegiatan memimpin, disebut “manajer”
(Oxford, 2005). Selain itu, untuk mengartikan dan mendefisikan manajemen dari berbagai
literartur dapat dilihat dari tiga pengertian, yaitu (Louis A, 2009):

1. Manajemen sebagai suatu proses

2. Manajemen sebagai suatu kolektivitas manusia

3. Manajemen sebagai ilmu dan manajemen sebagai seni.

Dalam mempelajari manajemen kesehatan, terdapat lima pendekatan yang dapat digunakan
dalam mengkaji fungsi dan unsur manajemen, antara lain (Maulana, 2004):

 Management by objective (Manajemen dilaksanakan untuk mencapai tujuan


organisasi)

Pertama kali diperkenalkan oleh Peter Drucker dalam bukunya The Practice of
Management pada tahun 1954. Management by objective dapat juga disebut sebagai
manajemen berdasarkan sasaran, manajemen berdasarkan hasil (management by result),
goals management, work planning and review dan lain sebagainya yang pada intinya
sama. Management by objective menekankan pada pentingnya peranan tujuan dalam
perencanaan yang efektif, dengan menetapkan prosedur pencapaian baik yang formal
maupun informal, pertama dengan menetapkan tujuan yang akan dicapai dilanjutkan
dengan kegiatan yang akan dilaksanakan sampai selesai baru diadakan peninjauan
kembali atas pekerjaan yang telah dilakukan

 Management is how to work with others (manajemen adalah kerja sama untuk
mencapai tujuan bersama)

Adanya pendekatan ini, fungsi manajemen akan dapat dipelajari dari proses kerja sama
yang berkembang antara pimpinan dengan stafnya dalam mencapai tujuan organisasi.
Sumber daya lain yang penting adalah dana dan material. Manajemen harus mampu
mengelola sumberdaya tersebut untuk mencapai tujuan organisasi.

 Manajemen ditinjau dari aspek perilaku manusia Manusia sebagai sumber daya utama

manajemen selalu akan responsif pada saat berinteraksi dengan orang lain. Manajemen
dapat dipelajari melalui perilaku organisasi tersebut. Perilaku organisasi ditentukan oleh
upaya kepemimpinan yang mampu membangkitkan motivasi staf. Perilaku organisasi
kesehatan memiliki ciri khas sendiri yang berbeda dengan organisasi

 Manajemen sebagai suatu proses Manajemen sebagai proses dapat dipelajari melalui
fungsifungsi manajemen.

Fungsi manajemen meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan,


dan penilaian. Dapat dicontohkan bahwa dalam manajemen kesehatan, seorang kepala
puskesmas harus mampu melaksanakan fungsifungsi manajemen dalam melaksanakan
program-program kesehatan masyarakat di puskesmas

 Manajemen sebagai ilmu terapan Manajemen sebagai ilmu terapan

artinya manajemen harus peduli dengan fungsi sosialnya di masyarakat (mempunyai


kegunaan yang dapat dipakai dalam setiap organisasi untuk mencapai tujuannya). Dapat
dicontohkan bahwa dalam sebuah Puskesmas, Kepala puskesmas harus memiliki
wawasan yang cukup luas dan terus mengembangkan diri dengan mempelajari berbagai
ilmu yang terkait dengan tugas-tugasnya. Seorang SKM yang menjadi pimpinan
organisasi kesehatan harus mampu menghitung persediaan dana, memahami kebijakan
anggaran pemerintah dan menghitung pengeluaran biaya kesehatan untuk memelihara
kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya

2. MASALAH KESEHATAN DAN PROGRAM PEMBAGUNAN


KESEHATAN

Sejak Indonesia meraih kemerdekaan 72 tahun lalu, perkembangan dunia kesehatan di


Indonesia semakin membaik. Hal tersebut terbukti dari banyaknya inovasi dunia
kesehatan  yang diciptakan, untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.
 

Namun meski perkembangannya cukup pesat, negara ini masih dilanda beberapa masalah
kesehatan yang terus meningkat. Masalah-masalah ini masih menjadi beban dan tantangan
utama di dunia kesehatan Indonesia. Berikut beberapa masalah dan tantangan di dunia
kesehatan Indonesia, serta strategi pemerintah dalam mengatasinya!

1.Kematian Ibu Akibat Melahirkan 


Saat ini, angka kematian ibu ketika melahirkan  sudah mengalami penurunan. Namun,
jumlahnya tetap masih jauh dari target yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh kualitas
pelayanan kesehatan ibu yang belum memadai, kondisi ibu hamil yang tidak sehat, dan
faktor-faktor lainnya.
 

Menurut data, penyebab utama kematian ibu adalah hipertensi kehamilan  dan perdarahan
postpartum. Selain itu, kondisi yang sering kali menyebabkan kematian ibu adalah
penanganan komplikasi, anemia, diabetes, malaria, dan umur yang terlalu muda. 
 

Untuk menanggulangi hal ini, pemerintah tengah menggencarkan program pembangunan


puskesmas, diiringi pula dengan peningkatan kualitas pelayanannya. Pemerintah juga
sedang menciptakan pola keanekaragaman makanan untuk gizi ibu hamil. Program KB
yang dicanangkan  juga digunakan untuk menurunkan angka kematian ibu.
 

2. Kematian Bayi, Balita, dan Remaja

Dalam 5 tahun terakhir, angka kematian bayi dan balita memang sudah mengalami
penurunan. Namun serupa dengan angka kematian ibu akibat melahirkan, ini masih jauh
dari target. Penyebab kematian utama pada bayi dan balita adalah Intra Uterine Fetal
Death (IUFD) dan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) . Sedangkan untuk balita, penyebab
kematian utama yang dialami adalah pneumonia dan diare.

Artinya, faktor lingkungan serta kondisi ibu sebelum dan selama kehamilan sangat
memengaruhi kondisi bayi. Maka dari itu, untuk menangani tantangan ini pemerintah
akan menciptakan langkah-langkah persiapan untuk calon ibu, agar mereka benar-benar
siap menghadapi kehamilan dan persalinan.

Untuk remaja, penyebab kematian utama di samping kecelakaan transportasi adalah DBD
dan tuberkulosis. Umumnya ini disebabkan karena penggunaan tembakau atau rokok.
Untuk menanggulangi masalah ini, pemerintah menetapkan pelaksanaan UKS yang
diwajibkan di setiap sekolah untuk mempromosikan masalah kesehatan. Prioritas program
UKS adalah perbaikan gizi usia sekolah, kesehatan reproduksi, dan deteksi dini penyakit
tidak menular.

3. Meningkatnya Masalah Gizi Buruk 

Saat ini, ternyata masalah gizi di Indonesia masih sangat kompleks. Tidak hanya masalah
kekurangan gizi, masalah kelebihan gizi juga menjadi persoalan yang harus ditangani
dengan serius. Kondisi stunting (pendek) sendiri disebabkan oleh kemiskinan dan pola
asuh yang tidak tepat , sehingga mengakibatkan kemampuan kognitif tidak berkembang
secara maksimal, mudah sakit, maupun berdaya saing rendah. 
Masalah ini paling fatal menyerang anak-anak, karena gangguan pertumbuhan yang serius
ini bisa merusak masa depan mereka. Apalagi, jika stunting terjadi lewat dari 1.000 hari,
dampak buruknya bisa sangat sulit diobati. 
Untuk mengatasi masalah stunting, pemerintah mengadakan program sosialisasi kepada
masyarakat agar dididik untuk memahami pentingnya gizi bagi ibu dan anak. Pemerintah
menetapkan fokus pada 1000 hari pertama kehidupan , terhitung sejak konsepsi hingga
anak berusia 2 tahun.
 
4. Meningkatnya Penyakit Menular  

Masalah penyakit menular juga masih mendominasi dunia kesehatan Indonesia. Prioritas
utama pemerintah adalah membasmi HIV/AIDS, tuberkulosis, malaria, DBD, influenza,
dan flu burung. Indonesia juga masih belum sepenuhnya mampu mengendalikan penyakit
seperti kusta, filariasis, dan leptospirosis.
 

Strategi pemerintah dalam memberantas masalah ini adalah dengan meningkatkan vaksin


dan imunisasi, seperti polio, campak, difteri, pertusis, hepatitis B, dan tetanus. Strategi ini
terbukti ampuh, karena pada tahun 2014 Indonesia sudah dinyatakan bebas polio.
 

Untuk mengendalikan penyakit HIV/AIDS, pemerintah mengadakan sejumlah persiapan


yang mencakup tata laksana penanganan pasien, tenaga kesehatan, pelayanan kesehatan
(khususnya rumah sakit), dan laboratorium kesehatan.

 
Selain itu, untuk menurunkan tingginya risiko penyakit menular, pemerintah juga
mengembangkan Early Warning and Respons System (EWARS) atau Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR). Melalui sistem EWARS ini, diharapkan ada
peningkatan dalam deteksi dini dan respons terhadap peningkatan tren kasus penyakit
tertentu. 

Sistem tersebut juga semakin digencarkan karena banyaknya penyakit baru yang
bermunculan, seperti SARS dan flu burung. Penyakit-penyakit baru ini pada umumnya
adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang berasal dari binatang.

5. Meningkatnya Penyakit Tidak Menular

Ternyata dalam beberapa tahun ini, masalah penyakit tidak menular telah menjadi beban
utama di Indonesia, ketimbang penyakit menular. Karenanya, saat ini Indonesia memang
mengalami tantangan dua kali lipat, yaitu penyakit tidak menular dan penyakit menular. 

Penyakit tidak menular yang paling banyak menyerang masyarakat Indonesia meliputi
hipertensi, diabetes mellitus, kanker, dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Selain
itu, jumlah kematian akibat rokok juga terus meningkat. 

Strategi pemerintah dalam menanggulangi masalah ini adalah dengan melaksanakan Pos


Pembinaan Terpadu Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Posbindu-PTM),
sebagai upaya memonitor dan deteksi dini faktor risiko penyakit tidak menular di
masyarakat.

Deteksi dini sangat penting, karena sebagian besar masyarakat Indonesia tidak menyadari
bahwa dirinya menderita penyakit tidak menular. Oleh sebab itu, pemerintah juga
berencana untuk meningkatkan sosialisasi dan program jaminan kesehatan seperti BPJS.

6. Masalah Kesehatan Jiwa 

Tanpa kita sadari, permasalahan kesehatan jiwa di Indonesia itu sangat besar dan
menimbulkan beban kesehatan yang signifikan. Berdasarkan data, lebih dari 14 juta jiwa
masyarakat Indonesia menderita gangguan mental dan emosional. Sementara itu, lebih
dari 400.000 orang menderita gangguan jiwa berat (psikotis). 
Masalah gangguan jiwa di Indonesia berkaitan dengan masalah perilaku, dan sering kali
berujung pada kondisi yang membahayakan diri seperti bunuh diri. Dalam satu tahun,
terdapat 1.170 kasus bunuh diri dan jumlahnya terus meningkat.

Untuk menanggulangi hal ini, pemerintah memprioritaskan pengembangan Upaya


Kesehatan Jiwa Berbasis Masyarakat (UKJBM) yang ujung tombaknya adalah puskesmas.
Program ini bekerja sama dengan masyarakat, untuk mencegah meningkatnya gangguan
jiwa.
3. INDIKATOR MUTU PELAYANAN

RUMAH SAKIT
4. PRINSIP MANAGEMENT PATIENT SAFETY

Patient safety atau kesalamatan pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan di rumah
sakit menjadi lebih aman. Untuk mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

Tujuh prinsip menuju keselamatan pasien rumah sakit terdiri dari:

1) Kesadaran (awareness) tentang nilai keselamatan pasien,

2) Komitmen pelayanan kesehatan berorientasi patient safety,

3) Kemampuan mengidentifikasi faktor risiko penyebab insiden terkait patient safety,

4) Kepatuhan pelaporan insiden terkait patient safety,

5) Kemampuan berkomunikasi yang efektif dengan pasien tentang faktor risiko insiden
terkait patient safety,

6) Kemampuan mengidentifikasi akar masalah penyebab masalah terkait patient safety,

7) Kemampuan memanfaatkan informasi tentang kejadian yang terjadi untuk mencegah


kejadian berulang.

5. ASPEK HUKUM PATIENT SAFETY

Menurut penjelasan Pasal 43 UU Kesehatan No. 36 tahun 2009 yang dimaksud dengan
keselamatan pasien (patient safety) adalah proses dalam suatu rumah sakit yang memberikan
pelayanan pasien yang lebih aman. Termasuk didalamnya asesmen resiko, identifikasi, dan
manajemen resiko terhadap pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan untuk belajar
dan menindaklanjuti insiden, dan menerapkan solusi untuk mengurangi serta meminimalisir
timbulnya risiko. Yang dimaksud dengan insiden keselamatan pasien adalah keselamatan
medis (medical errors), kejadian yang tidak diharapkan (adverse event), dan nyaris terjadi
(near miss).

Menurut Institute of Medicine (IOM), Keselamatan Pasien (Patient Safety) didefinisikan


sebagai freedom from accidental injury. Accidental injury disebabkan karena error yang
meliputi kegagalan suatu perencanaan atau memakai rencana yang salah dalam mencapai
tujuan. Accidental injury juga akibat dari melaksanakan suatu tindakan (commission) atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission). Accidental injury dalam
prakteknya akan berupa kejadian tidak diinginkan/KTD (adverse event) atau hampir terjadi
kejadian tidak diinginkan (near miss). Near miss ini dapat disebabkan karena:
1. keberuntungan (misal : pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi
obat)
2. pencegahan (suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf lain mengetahui
dan membatalkannya sebelum obat diberikan)
3. peringanan (suatu obat dengan over dosis lethal diberikan, diketahui secara dini lalu
diberikan antidotenya)
Tujuan yang ingin dicapai oleh masyarakat global terhadap penerapan keselamatan pasien
adalah:
1. Identify patients correctly
2. Improve effective communication
3. Improve the safety of high-alert medications
4. Eliminate wrong-site, wrong-patient, wrong procedure surgery
5. Reduce the risk of health care-associated infections
6. Reduce the risk of patient harm from falls

Tujuan utama rumah sakit adalah merawat pasien yang sakit dengan tujuan agar pasien
segera sembuh dari sakitnya dan sehat kembali, sehingga tidak dapat ditoleransi bila dalam
perawatan di rumah sakit pasien menjadi lebih menderita akibat dari terjadinya resiko yang
sebenarnya dapat dicegah, dengan kata lain pasien harus dijaga keselamatannya dari akibat
yang timbul karena error. Bila program keselamatan pasien tidak dilakukan akan berdampak
pada terjadinya tuntutan sehingga meningkatkan biaya urusan hukum, menurunkan
efisisiensi, serta kerugian lainnya.

Element keselamatan pasien terdiri dari:


• Adverse drug events (ADE)/ medication errors (ME)
• Restraint use
• Nosocomial infections
• Surgical mishaps
• Pressure ulcers
• Blood product safety/administration
• Antimicrobial resistance
• Immunization program
• Falls
• Blood stream – vascular catheter care
• Systematic review, follow-up, and reporting of patient/visitor incident reports

Anda mungkin juga menyukai