Anda di halaman 1dari 22

Meet the expert

Etiologi Dan Manajemen Entropion

Disusun Oleh :

Fauziah Erdina Putri 1810312036


Atifah Rahman 1810311042
Faisal Nugroho 1810312006
Shania Fikra 2140312058

Pembimbing

Dr. dr. Hendriati, Sp. M(K)

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, berkat


rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Meet The Expert (MTE) ini
dengan judul “Etiologi dan Manajemen Entropion”. Salawat beriring salam
semoga disampaikan kepada Rasulullah SAW beserta keluarga, sahabat, dan umat
beliau. Makalah ini merupakan salah satu tugas mengikuti kepaniteraan klinik di
Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada Dr. dr. Hendriati, Sp. M(K) yang telah
membimbing penulis dalam pembuatan makalah ini. Penulis mengucapkan terima
kasih juga kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan
kritik untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Padang, November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Batasan Masalah 2
1.3. Tujuan Penulisan 2
1.4. Metode Penulisan 2
1.5. Manfaat Penulisan 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA 3
2.1. Anatomi palpebra 3
2.2. Definisi 4
2.3. Epidemiologi 5
2.4. Etiologi dan Patofisiologi 6
2.5. Manifestasi Klinis 7
2.6. Diagnosis 8
2.7. Diagnosis Banding 9
2.8. Tatalaksana 10
2.9. Komplikasi 12
BAB III KESIMPULAN 14
DAFTAR PUSTAKA 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Entropion merupakan inversi margo palpebra kearah dalam
sehingga bulu mata dapat menggeser jaringan konjungtiva dan kornea.
Palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata serta mengeluarkan
sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan kornea.
Palpebra berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma
sinar, dan pengeringan bola mata. Palpebra mempunyai lapis kulit yang
tipis pada bagian depan sedang di bagian belakang ditutupi selaput
lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.1,2
Kejadian entropion lebih banyak pada individu lanjut usia dan
populasi wanita. Lempeng tarsal pada wanita rata-rata lebih jecil
dibandingkan pada pria. Penyebab paling umum entropion adalah
perubahan involusional. Seiring dengan penuaan, tendon kantus akan
berelaksasi, dan retractor kelopak mata beratenuasi, menyebabkan
malposisi dari margo palpebra.1,2
Entropion involusional (EI) merupakan suatu kelainan
malposisi dari kelopak mata yang sering mengenai kelopak mata
bagian bawah dan dipengaruhi oleh proses penuaan sehingga para ahli
bersepakat menggolongkannya sebagai senile entropion. Kejadian EI
meningkat seiring dengan peningkatan usia harapan hidup. Entropion
jenis ini biasanya dalam bentuk kombinasi yaitu kelemahan kelopak
mata, kelemahan retractor kelopak mata bawah, dan tumpeng tindih
dari preseptal orbicularis dengan pretarsal orbicularis. Proses
involusional pada entropion ini menyebabkan entropion lebih umum
terjadi pada kelopak mata bawah, sedangkan pada kelopak mata atas
sering karena sikatrikal seperti akibat trakoma. 3,4
Penting untuk mengenali dan mengetahui penatalaksaan
entropion dikarenakan akan membawa hasil yang baik. Jika keadaan ini
diabaikan, dapat menyebabkan kerusakan yang sifatnya permanen.

1
Diagnosis entropion umumnya dapat ditegakkan dengan anamnesis,
manifestasi klinis, dan pemeriksaan fisik. Keluhan yang umumnya
disampaikan pasien adalah terdapat sesuatu yang mengganjal mata dan
terkadang menimbulkan nyeri. Keluhan ini didukung dengan adanya
epifora, fotofobia, mata merah, kelopak mata menjadi keras, kotoran
mata, dan pandangan buram. Perlu ditanyakan Riwayat trauma dan
riwayat Tindakan bedah pada mata. Beberapa kondisi seperti retraksi
palpebra, distikiasis, trikiasis, dan dermatokalasis, dan epiblefaron
dapat menyerupai entropion.1
Entropion yang kronik dapat menyebabkan rasa sensitif akut
terhadap cahaya dan angin, serta dapat menyebabkan infeksi mata,
abrasi kornea, atau ulkus kornea. Terdapat pula komplikasi bedah pada
entropion, yaitu perdarahan, infeksi, dan nyeri. Pada umumnya,
entropion memiliki prognosis baik apabila didiagnosis lebih dini dan
ditatalaksana dengan tepat.1
Kompetensi entropion untuk dokter umum adalah 3A. Penting
untuk dokter umum dapat mendiagnosa sampai tatalaksana awal
entropion. Maka dari itu, penulis tertarik untuk membahas topik
entropion lebih lanjut dalam makalah ini.
1.2. Batasan Masalah
Makalah ini membahas tentang anatomi dan fisiologi palpebra, definisi,
epidemiologi, etiopatogenesis, manifestasi klinis, diagnosis, diagnosis diferensial,
tatalaksana, komplikasi dan prognosis entropion.
1.3. Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai
entropion.
1.4. Metode Penulisan
Makalah ini ditulis dengan menggunakan metode tinjauan pustaka yang merujuk dari
berbagai literatur.

2
1.5. Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah informasi dan
pengetahuan tentang entropion.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Anatomi palpebra


Palpebra merupakan jaringan lunak penutup apertura orbita
yang melindungi mata di bagian anterior orbita. Bagian palpebra yang
tampak dari luar adalah palpebra superior, palpebra inferior, kantus
lateral, kantus media, karunkula lakrimalis, plika semilunaris, pungtum
lakrimalis, dan fisura palpebra.5 Palpebra superior dan inferior
diperkuat oleh jaringan penghubung, yaitu tarsi superior dan inferior.
Musculus orbicularis oculi berada di jaringan subkutan di posisi
superficial tarsi dan profundus terhadap kulit palpebra. Glandula
tarsalis mengeluarkan lipid yang berfungsi untuk melubrikasi ujung
palpebra dan mencegahnya dari melekat satu sama lain ketika tertutup.
Sekresi ini juga membentuk barier yang tidak bisa ditembus oleh air
mata ketika diproduksi dalam jumlah normal. Palpebral berfungsi
untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar matahari
dan keringnya bola mata. Paada saat berkedip, palpebra membantu
menyebarkan lapisan tipis air mata, yang melindungi kornea dan
konjungtiva dari dehidrasi. 6

4
Palpebra terdiri atas empat bidang jaringan yang utama. Dari
luar ke dalam antara lain7

 Lapisan kulit
Kulit palpebra berbeda dari kulit di kebanyakan bagian lain tubuh karena tipis,
longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut serta tanpa lemak subkutan.7

 Musculus Orbicularis Oculi


Fungsi musculus orbicularis oculi adalah menutup palpebra. Serat-serat ototnya
mengelilingi fissura palpebrae secara konsentris dan menyebar dalam jarak pendek
mengelilingi tepi orbita.Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang
terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal; bagian di atas septum
orbital adalah bagian praseptal. Segmen di luar palpebra disebut bagian orbita.
Orbicularis oculi dipersarafi oleh nervus facialis.7,8

 Jaringan areolar
Jaringan areolar submuskular yang terdapat di bawah musculus orbicularis oculi
berhubungan dengan lapisan subaponeurotik kulit kepala.7

 Tarsus
Struktur penyokong palpebra yang utama adalah lapisan jaringan fibrosa padat yang-
bersama sedikit jaringan elastik - disebut lempeng tarsus. Sudut lateral dan medial
serta juluran tarsus tertambat pada tepi orbita dengan adanya ligamen palpebrae
lateralis dan medialis. Lempe tarsus superior dan inferior juga tertambat pada tepi
atas dan bawah orbita oleh fasia yang tipis dan padat. Fasia tipis ini membentuk
septum orbital.7,8

5
2.2. Definisi
Entropion adalah kondisi terbaliknya margo kelopak mata. Entropion kelopak
mata bawah (biasanya involutional) jauh lebih umum daripada entropion kelopak
mata atas (biasanya sikatrikal).9 Entropion adalah suatu keadaan melipatnya kelopak
mata bagian tepi atau margo palpebra ke arah dalam sehingga bulu mata menggeser
jaringan konjungtiva dan kornea (trikiasis).10
Entropion adalah salah satu malposisi kelopak mata yang paling
umum. Malposisi ini dapat menyebabkan kerusakan kornea dan
konjungtiva yang menyebabkan abrasi kornea, jaringan parut,
penipisan kornea, atau neovaskularisasi kornea. Entropion bisa
unilateral atau bilateral. Ada empat jenis entropion: kongenital,
involutional, spastik akut, dan sikatrikal. Pada kelopak mata bawah
sering terjadi entropion involusional sedangkan pada kelopak mata atas
sikatrik. Entropion kelopak mata bawah jauh lebih umum daripada
entropion kelopak mata atas.11

2.3. Epidemiologi
Semakin tua usia seseorang, semakin besar kemungkinan terjadinya
entropion. Entropion bilateral tiga kali lebih umum daripada unilateral. Entropion
diperkirakan lebih sering terjadi pada wanita daripada pria, karena wanita cenderung
memiliki tarsal plate yang lebih kecil daripada pria.11
Prevalensi entropion di Poliklinik Mata RSUP. Dr Mohammad Hoesin
Palembang dari tahun 2010-2012 berturut-turut adalah 0,031%, 0,079%, dan 0,134%.
Perempuan lebih banyak ditemukan menderita entropion secara keseluruhan
dibandingkan dengan laki-laki dengan presentase masing-masing adalah 58,3 % dan
41,7%. Usia terbanyak ditemukan entropion secara kesuluruhan berkisar pada usia
63-70 tahun. Apabila dilihat dari klasifikasi entropion tertentu, entropion involusional
lebih sering ditemukan pada usia diatas 60 tahun dengan presentase sebesar 83,3%
dan entropion sikatrik lebih sering ditemukan pada usia dibawah 60 tahun dengan
presentase sebesar 80%. Tipe entropion yang sering ditemukan adalah entropion

6
involusional dibandingkan tipe entropion lainnya. Entropion lebih sering mengenai
satu mata dibandingkan kedua mata dengan presentase masing-masing sebesar 66,7%
dan 33,3%. Apabila dilihat dari klasifikasi entropion tertentu, entropion involusional
lebih sering ditemukan pada palpebra inferior dengan presentase sebesar 83,3% dan
entropion sikatrik lebih sering ditemukan pada palperba superior dengan presentase
sebesar 80%.12
Selama periode bulan April 2012 hingga bulan Desember 2015 terdapat 13
kasus entropion involusional menjalani koreksi dengan operasi rekonstruksi kelopak
mata di RSUP DR. M. Djamil Padang. Usia terbanyak pada kelompok usia 70-79
tahun. Entropion involusional merupakan kasus yang sering ditemukan pada
kelompok usia lanjut diatas usia 70 tahun. Timbulnya entropion involusional pada
kelompok usia lanjut berhubungan dengan beberapa perubahan kelopak mata akibat
proses penuaan.13

2.4. Etiologi dan Patofisiologi


Entropion dapat disebabkan oleh kelemahan kelopak mata horizontal, atenuasi
atau disinsersi retraktor kelopak mata, overriding oleh otot orbicularis oculi preseptal,
riwayat operasi sebelumnya, infeksi, peradangan, atau asal bawaan. Perubahan
involusi adalah penyebab paling umum dari entropion. Seiring bertambahnya usia,
tendon canthal mengendur dan retraktor kelopak mata menipis, menyebabkan
kesalahan posisi margo kelopak mata. Infeksi, iritasi, dan peradangan adalah
penyebab utama entropion spastik akut. Kondisi ini paling sering terjadi setelah
operasi intraokular pada pasien yang memiliki perubahan kelopak mata involusional
yang tidak diketahui sebelum operasi. Kontraksi otot orbicularis oculi yang terus
menerus menyebabkan rotasi ke dalam dari margin kelopak mata. Kontraktur
tarsokonjungtiva menyebabkan entropion sikatrikal. Mekanisme apa pun yang
menghasilkan peningkatan pembentukan jaringan parut dapat menempatkan
seseorang pada risiko pembentukan entropion sikatrik. Beberapa faktor risiko umum
adalah sebagai berikut: luka bakar sebelumnya, trauma, infeksi, atau peradangan.11

7
Etiologi dari entropion involusional berdasarkan American
Academy of Ophtalmology antara lain: kelemahan horizontal kelopak
mata, atenuasi atau disinsersi retraktor kelopak mata, dan overriding
otot orbicularis oculi preseptal.9
Patofisiologi entropion tergantung pada jenis entropion. Secara
umum, kelopak mata bawah distabilkan oleh retraktor kelopak mata
bawah, otot orbicularis, tarsus, dan tendon canthal. Tendon canthal dan
pelat tarsal menstabilkan kelopak mata secara horizontal. Melemahnya
struktur ini, memungkinkan inversi kelopak mata. Retraktor kelopak
bawah stabil secara vertikal. Pada kelopak mata atas, levator
aponeurosis dan otot Mueller berperan dalam hal ini. Retraktor kelopak
mata bawah terhubung ke otot orbicularis dan kulit di atasnya. Saat
ekstensi ini melemah, orbicularis preseptal dapat berjalan ke superior
dan menimpa otot pretarsal yang menyebabkan margin kelopak mata
berputar melawan mata. Inversi margo kelopak mata juga diduga
karena atrofi tarsal dengan hilangnya dukungan dari kelopak mata dan
atrofi lemak orbital.11
Secara histologis, tarsal plate dari entropion involutional
menunjukkan terjadinya degenerasi kolagen, serat kolagen yang tidak
teratur, dan elastogenesis yang abnormal. Serat kolagen pada tarsus
memberikan kekuatan untuk menarik, dan serat elastis memberikan
tarsus ketahanan. Seiring bertambahnya usia, komponen histologis
tarsus mulai berubah dari serat kolagen menjadi serat elastis. Selain itu,
jumlah serat berkurang. Hal ini menyebabkan kelemahan kelopak mata
dan atrofi tarsal yang terkait dengan entropion.11

2.5. Manifestasi Klinis 9,11


Tanda dan gejala yang sering dapat berupa gejala mata merah dan nyeri,
peningkatan kepekaan terhadap cahaya dan angin, kulit kendur di sekitar mata,
epifora, iritasi mata dan penurunan penglihatan, terutama jika kornea rusak.

8
Entropion involusional dapat dideteksi dengan tes snapback dan tes distraksi. Tes
snapback dapat dilakukan ketika margo kelopak mata ditarik menjauh dari bola mata,
dengan hasil snap yang buruk saat kembali ke permukaan bola mata. Penting untuk
diperhatikan pasien tidak mengedipkan kelopak matanya kembali ke posisi yang
benar. Tes distraksi adalah ketika kelopak mata bawah ditarik dari bola mata dan
jarak diukur. Jika distraksi lebih besar dari 6 mm, itu dianggap abnormal.
Selanjutnya, lampu celah dapat dilakukan untuk menilai disinsersi retraktor kelopak
mata. Beberapa petunjuk klinis dapat mengindikasikan disinsersi retraktor:
a. Garis putih subkonjungtiva beberapa milimeter di bawah batas tarsal inferior
yang disebabkan oleh tepi depan retraktor yang terlepas
b. Forniks inferior yang lebih dalam dari normal
c. Margo kelopak mata bawah lebih tinggi dari biasanya
d. Berkurangnya gerakan inferior (ekskursi) kelopak mata bawah saat melihat
ke bawah.

Gambar 2.1 Entropion Involusional palpebra inferior kanan

2.6. Diagnosis
Diagnosis entropion umumnya dapat ditegakkan dengan
anamnesis, manifestasi klinis, dan pemeriksaan fisik. Manifestasi klinis antara
lain sesuatu yang mengganjal di mata dan terkadang menimbulkan nyeri. Gejala
lain antara lain epifora, fotofobia, mata merah, kelopak mata menjadi keras,

kotoran mata, dan pandangan buram.14,15 Perlu ditanyakan riwayat trauma

dan riwayat tindakan bedah pada mata.16,17

9
Pada inspeksi palpebra, harus diperhatikan adanya tanda-tanda iritasi

atau inflamasi kulit dan spasme otot-otot wajah. Pada pemeriksaan


oftalmologi, margo palpebra harus diperhatikan untuk evaluasi adanya
trikiasis, distikiasis, dan epiblefaron yang dapat menyerupai entropion. Dapat
ditemukan kerusakan epitel konjungtiva atau kornea akibat trauma,
hiperemia konjungtiva terlokalisasi, injeksi konjungtiva dan/atau siliar,
blefarospasme, kelemahan kelopak mata (entropion involusional), jaringan
parut pada konjungtiva (entropion sikatriks), atau pertumbuhan kelopak mata
bawah abnormal (entropion kongenital). Pemeriksaan kornea juga harus
dilakukan untuk menilai adanya abrasi, jaringan parut, penipisan, atau

neovaskularisasi pada kornea.14,15


Tes diagnosis sederhana antara lain tes snapback, medial canthal laxity
test, dan lateral canthal laxity test. Tes snapback dilakukan dengan cara
menarik kelopak mata dengan hati-hati ke arah luar lalu dilihat apakah dapat

kembali ke posisi semula, biasanya tidak menimbulkan rasa sakit.14,16,17


Medial canthal laxity test dilakukan dengan menarik palpebra inferior ke sebelah
lateral dari kantus medial; sedangkan lateral canthal laxity test dilakukan dengan
menarik palpebra inferior ke sebelah medial dari kantus lateral. Jarak
pergeseran yang makin besar menunjukkan palpebra yang makin lemah.
Pergeseran normal berkisar antara 0-1 mm untuk kantus medial dan 0-2 mm

untuk kantus lateral.14,16


Entropion dapat tidak tampak, sehingga perlu tes provokasi, yaitu
meminta pasien untuk menatap ke bawah, kemudian palpebra superior
ditahan setinggi mungkin oleh pemeriksa, kemudian pasien diminta
memejamkan matanya serapat mungkin. Tes ini dapat dilakukan dengan atau

tanpa instilasi zat anestetik tetrakain.18


Pemeriksaan penunjang umumnya tidak diperlukan untuk

diagnosis, namun dapat mengidentifikasi kelainan-kelainan yang

10
mendasari atau didasari entropion. Pemeriksaan slit lamp dapat
mengidentifikasi lipatan tepi palpebra, kelemahan palpebra, enoftalmus, injeksi
konjungtiva, trikiasis, entropion memanjang, keratitis punctata superfisial
yang dapat menjadi ulkus dan membentuk pannus, serta keratinisasi tepi

palpebra dan simblefaron pada entropion sikatriks.14,19,20 Tes lain adalah


tes Schirmer untuk menilai produksi air mata, tes fluorescein untuk melihat tanda-
tanda kerusakan kornea akibat gesekan bulu mata atau kulit palpebra, dan

eksoftalmometri untuk menilai enoftalmus relatif.14,15 Pemeriksaan


histopatologis pada entropion involusional menunjukkan adanya degenerasi
kolagen, serat-serat kolagen tersusun tidak teratur, dan elastogenesis yang
abnormal. Hal ini karena seiring pertambahan usia, komposisi tarsus berubah
dari sebagian besar tersusun dari serat kolagen menjadi serat elastis,

akibatnya terjadi peningkatan laxitas horizontal palpebra dan atrofi tarsus.14,21


Namun, entropion juga dapat memiliki tarsus yang menebal, mungkin

disebabkan inflamasi atau disinsersi M. retractor palpebra.22

2.7. Diagnosis Banding


Entropion harus dibedakan dari keadaankeadaan palpebra
lainnya yang memiliki gambaran klinis serupa. Maka diagnosis
banding dari entropion antara lain:14,15
1. Epiblefaron
Epiblefaron merupakan kondisi kongenital dimana otot
orbikularis pretarsal dan kulit yang melapisi palpebra menimpa margo
palpebra dan mendorong bulu mata secara vertikal sehingga membalik
ke dalam. Namun margo palpebra pada kasus ini sebenarnya dalam
posisi normal. Biasanya terjadi pada palpebra inferior dan banyak
terjadi pada ras Asia. Epiblefaron seringkali kembali normal secara
spontan seiring dengan semakin maturnya wajah.
2. Retraksi palpebra

11
Keadaan ini juga menyerupai entropion, dapat terjadi pada
palpebra superior dan inferior. Namun, margo palpebra pada kasus ini
menunjukkan aposisi yang normal terhadap bola mata.
3. Trikiasis dan distikiasis
Merupakan kondisi dimana bulu mata tumbuh ke arah yang
salah, yaitu ke arah bola mata. Trikiasis seringkali terjadi bersamaan
dengan entropion, terutama pada kasus-kasus entropion sikatriks yang
merupakan keadaan yang berbeda dengan entropion involusional dan
memiliki penatalaksanaan y ang berbeda.

2.8. Tatalaksana
Penatalaksanaan entropion umumnya nonfarmakologis. Terapi
sementara yaitu dengan penarikan kulit palpebra ke arah pipi, sehingga
menjauh dari bola mata, pencukuran bulu mata di lokasi trikiasis, lensa kontak
untuk melindungi kornea, dan air mata artifisial dan salep mata lubrikan
untuk melindungi permukaan mata, peletakan tape untuk mengurangi laxitas
tarsus horizontal dan memungkinkan eversi tepi palpebra, dan kauterisasi
termal untuk menginduksi pemendekan retraktor palpebra inferior dan

orbikularis.23,24,25,26 Namun, setiap tindakan memiliki level of evidence

rendah dan strength of recommendation berbeda-beda.17


Terapi definitif adalah dengan tindakan bedah untuk eversi

palpebra. Setiap tipe entropion diterapi dengan prosedur bedah yang

berbeda-beda.23,24,25,26 Intervensi bedah diindikasikan apabila terdapat


salah satu dari kondisi klinis berikut muncul secara persisten, yaitu iritasi okular
berulang, konjungtivitis bakteri, refleks hipersekresi air mata, keratopati superfisial,
keratitis, dan ulkus kornea.27

12
Entropion Involusional
Pada prosedur perbaikan fascia kapsulopalpebra, setelah
anestesi lokal, dibuat goresan subsilar 2 mm di bawah luka dari bawah
pungtum menuju cabang sentral. Penutup kulit yang kecil disayat ke bawah di
atas tarsus, dan potongan otot orbikularis pretarsal disayat sampai batas tarsus.
Septum orbita digores dan dibuka, sehingga tepi fascia kapsulopalpebra yang

13
tipis dapat terlihat. Adanya bantalan inferior orbita memungkinkan
penutupan dengan empat buah jahitan. Potongan tarsal mengarah ke
samping menunjukkan kelemahan kelopak mata bawah dan sesuai dengan
ketegangan kelopak. Tiga jahitan dengan silk 6.0 digunakan untuk
menyambung kembali fascia kapsulopalpebra bawah dengan perbatasan

tarsal.24,26

Pada prosedur jahitan Quickert (Gambar 1), jahitan tiga double-

kromik 5-0 ditempatkan horizontal 3 mm melebar ke lateral, tengah, dan


medial kelopak mata bawah. Jahitan melewati forniks sampai batas di
bawah perbatasan inferior tarsal lalu keluar sampai kulit. Masing-masing

jahitan ditegangkan untuk koreksi.24,26 Prosedur Quickert dapat


dimodifikasi dengan lateral tarsal strip untuk menurunkan risiko rekurensi
dan memperbaiki laxitas horizontal palpebra lebih baik dibandingkan
prosedur konvensional (Gambar 2). Tingkat rekurensi entropion prosedur
Quickert yang dimodifikasi adalah 9,1%, lebih rendah dibandingkan

prosedur konvensional (25,5%).28 Entropion involusional juga dapat


dikoreksi dengan memperketat muskulus orbikularis okuli. Lidokain 1%
mengandung 0,01% epinefrin disuntikkan subkutan ke seluruh palpebra
inferior, kemudian palpebra inferior didiseksi dari orbikularis okuli dengan
insisi subsiliar. Orbikularis okuli preseptal diperbaiki dan diperketat dengan
cara menjahit orbikularis okuli pretarsal dan preorbital dengan benang 6-0
non-absorbable. Tujuan prosedur ini adalah untuk menciptakan dinding otot

yang kuat di depan lemak periorbital.29

2.9. Komplikasi
Entropion dapat menimbulkan komplikasi seperti
konjungtivitis, keratitis, ulkus kornea, dan komplikasi bedah seperti

perdarahan, infeksi, dan nyeri.20 Komplikasi dari kondisi entropion

14
adalah adanya luka pada kornea. Hal ini dapat menyebabkan rasa nyeri
yang hebat dan gangguan penglihatan. Pada derajat yang parah, dapat
terjadi infeksi hingga kebutaan.
Komplikasi dapat pula terjadi setelah pembedahan entropion.
Komplikasi yang paling cepat terjadi adalah adanya perdarahan,
infeksi, dan kegagalan graft. Perdarahan biasanya dapat dihentikan
dengan kauterisasi atau membakar titik perdarahan. Sementara itu,
infeksi dapat dicegah dengan pemberian antibiotik. Kegagalan graft
dapat pula dicegah dengan menahan graft tersebut pada tempatnya.
Pembedahan entropion pada umumnya tidak menyembuhkan kondisi tersebut secara
permanen, sehingga komplikasi yang paling sering muncul adalah kembalinya
entropion. Selain itu, jika penarikan kelopak mata terlalu ekstrem, kondisi sebaliknya
dapat muncul, yaitu ektropion. Ektropion, kebalikan dari entropion, adalah pelipatan
kelopak mata keluar.

15
BAB III
KESIMPULAN

Entropion adalah suatu keadaan melipatnya kelopak mata


bagian tepi atau margo palpebra kearah dalam. Entropion bisa
ditemukan pada semua lapisan umur namun entropion khususnya
entropion involusional lebih sering ditemukan pada orangtua.
Entropion lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria.
Entropion berdasakan penyebab dibagi atas involusi yang
terjadi sebagai akibat dari proses penuaan, sikatrik yang mengenai
kelopak mata atas atau bawah dan disebabkan oleh jaringan parut di
konjungtiva atau tarsus. Entropion kongenital merupakan anomali yang
jarang ditemukan, dan Entropion spastik akut biasanya terjadi pada
iritasi maupun inflamasi okuli dimana terjadi pembengkakan pada
kelopak mata dan spasme otot orbikularis.
Pengobatan entropion terbaik adalah operasi plastik atau suatu
Tindakan tarsotomi pada entropion akibat trakoma. Pembedahan untuk
memutar keluar kelopak mata efektif pada semua jenis entropion.
Sebuah tindakan sementara yang bermanfaat pada entropion
evolusional adalah dengan menarik kelopak mata bawah dan
menempelkannya dengan ‘tape’ ke pipi; tegangannya mengarah ke
temporal dan inferior.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Bergstrom R, Czyz CN. Entropion. Statpearl Publishing, Treasure Island. 2022. -


diakses 02 november 2022
2. Ilyas, H. Sidarta. 2009. Ilmu Penyakit Mata, Ed. 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
3. Marcet, M. M., Phelps, P. O. & Lai, J. S. M. Involutional entropion: risk factors
and surgical remedies. Current Opinion in Ophthalmology 26, 416– 421 (2015).
4. Asamura, S., Kakizaki, H., Shindou, E., Itani, Y. & Isogai, N. What Is the Best
Strategy for Asians With Involutional Entropion?: Journal of Craniofacial
Surgery 25, 972–975 (2014).
5. Dr. dr. Shanti F. Boesoirie SpM(K), fakultas kedokteran universitas padjadjaran. Sari-
Kepustakaan-Anatomi-Adneksa-Orbita. Sari kepustakaan anatomi adneksa orbita. 2020;
6. Yuliana, Bagian Anatomi fakultas kedokteran universitas udayana Mb. Hand out anatomi
visual system.
7. Akbar M, Helijanti N, Munir MA, Sofyan A. Conjunctival laceration of the tarsalis
palpebra inferior et causing by a fishing hook. Vol. 1, Jurnal Medical Profession
(medpro). 2019.
8. Studi P, Terapan S, Jurusan K, Politeknik K, Kemenkes K, Raya P. Anatomi fisiologi.
2019.
9. American Academy of Ophthalmology. 2019-2020. Clinical Optics – Basic and Clinical
Science Course, Section 3 - Oculofacial Plastic and Orbital Surgery. San Fransisco:
American Academy of Ophthalmology. p 234-239.
10. Ilyas, Sidarta. 2019. Ilmu Penyakit Mata edisi kelima. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. p
101
11. Bergstrom, R., & Czyz, C. N. 2022. Entropion. In StatPearls. StatPearls Publishing.
12. Rachmania, Atifatur. 2014. Prevalensi Entropion di RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang. Palembang: Majalah Kedokteran Surabaya
13. Hendriati, Sherly Muchlis. 2018. Hasil Operasi Entropion Involusional di Rumah Sakit
Dr. M. Djamil Padang. Padang: Jurnal Kesehatan Andalas.
14. Yelena. Entropion involusional. Medicinus. 2015; 4 (7): 19-26.
15. Weber AC, Chundury RV, Perry JD. Entropion. San Fransisco: American Academy of
Ophthalmology; 2016. Available from: http://eyewiki.aao.org/Entropion

17
16. Nagaraju G, Chhabria KP, Samhitha HR. Dynamics of Lower Lid Malpositions. Journal of
Evidence based Medicine and Healthcare. 2015; 2 (9): 1295-1301.
17. The College of Optometrists. Clinical Management Guidelines: Entropion. Version 5.
London, United Kingdom; 2015. Available from: http://www.college-
optometrists.org/guidance/clinical-management-guidelines/entropion.html
18. Kennedy AJ, Chowdhury H, Athwal S, Garg A, Baddeley P. Are You Missing an Entropion?
The Test of InducedEntropion 2. Ophthal Plast Reconstr Surg. 2015; 31 (6): 437-439.
19. Maman DY, Taub PJ. Congenital entropion. Ann Plastic Surg. 2011 Apr; 66 (4): 351-353.
20. Lo C, Glavas I. Diagnosis and management of involutional entropion. Eyenet Magazine. San
Fransisco: American Academy of Ophthalmology; 2016. Available from:
https://www.aao.org/eyenet/article/diagnosis-management-of-involutional-
entropion
21. Kocaoglu FA, Katircioglu YA, Tok OY, Pulat H, Ornek F. The histopathology of involutional
ectropion andentropion. Can J Ophthalmol. 2009; 44: 677–9.
22. Miletic D, Elabjer BK, Busic M, Tvrdi AB, Petrovic Z, Bosnar D, Bjelos M. Histopathological
changes in involutional lower eyelid entropion: the tarsus is thickened! Can J Ophthalmol.
2016 Dec; 51 (6): 482-486.
23. Fea A, Turco D, Actis AG, De Sanctis U, Actis G, Grignolo FM. Ectropion, entropion,
trichiasis. Minerva Chir. 2013 Dec; 68 (6 Suppl 1): 27-35.
24. Boboridis KG, Bunce C. Interventions for Involutional Lower Eyelid Entropion. Cochrane
Database Syst Rev. 2011 Dec 7; (12): CD002221.
25. Wozniak K, Sommer F. Surgical management of entropion. Ophthalmologe. 2010 Oct; 107
(10): 905-10.
26. Borrelli M, Geerling G. Current concepts of ocular adnexal surgery. GMS Interdiscip Plast
Reconstr Surg DGPW. 2013; 2: Doc06.
27. Sari FP. Entropionkelopakbawahmatakananpadawanitausia 78 tahun. J MedulaUnila. 2016
Jan; 4(4): 58-63.
28. Baek JS, Choi SC, Jang SY, Lee JH, Choi HS. Comparison of Surgical Outcome Between
Quickert Suture and Quickert Suture With Modified Lateral Tarsal Strip in Involutional
Lower Eyelid Entropion. J Craniofac Surg. 2016; 27 (1): 198–200.

18
29. Nemoto H, Togo T, Maruyama N, Miyabe K, Nakae S, Sumiya N, Orbicularisoculi muscle
tightening for involutional entropion [accepted manuscript]. British Journal of Plastic
Surgery; 2017.

19

Anda mungkin juga menyukai