Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KEDARURATAN PADA


PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG

DISUSUN OLEH :
DESI NOVITA SARI
A.19.11.008

DOSEN PEMBIMBING ::
H. HARJITO, SPD, SKEP, NERS, MARS

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MITRA ADIGUNA


PALEMBANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Gagal jantung merupakan kelainan multisitem dimana terjadi gangguan
pada jantung, otot skelet dan fungsi ginjal, stimulasi sistem saraf simpatis serta
perubahan neurohormonal yang kompleks.
a. Kematian akibat penyakit kardiovaskuler khususnya gagal jantung adalah 27
%. Sekitar 3 - 20 per 1000 orang mengalami gagal jantung, angka kejadian
gagal jantung meningkat seiring pertambahan usia (100 per 1000 orang pada
usia di atas 60 tahun. Dari hasil penelitian Framingham pada tahun 2000
menunjukkan angka kematian dalam 5 tahun terakhir sebesar 62% pada pria
dan 42% wanita
b. Faktor - faktor penyebab gagal jantung diantaranya adalah kebiasaan
merokok, diabetes, hipertensi, kolestrol, kelebihan berat badan hingga stress.
Ada tiga faktor lainnya yang tidak bisa dihindari oleh manusia yakni faktor
keturunan dan latar belakang keluarga, faktor usia dan jenis kelamin yang
banyak ditemui pada kasus kegagalan jantung. Selain hipertensi, penyebab
gagal jantung adalah kelainan otot jantung, ateriosklerosis dan peradangan
pada miokardium.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Definisi
Gagal Jantung Jantung merupakan suatu organ otot berongga yang
terletak di pusat dada. Bagian kanan dan kiri jantung masing-masing
memiliki ruang sebelah atas atrium yang mengumpulkan darah dan ruang
sebelah bawah (ventrikel) yang mengeluarkan darah. Agar darah hanya
mengalir dalam satu arah, maka ventrikel memiliki satu katup pada jalan
masuk dan satu katup pada jalan keluar. Fungsi utama jantung adalah
menyediakan oksigen ke seluruh tubuh dan membersihkan tubuh dari hasil
metabolisme (karbondioksida)

Gagal jantung merupakan suatu keadaan dimana jantung tidak


dapat lagi memompa darah ke jaringan untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh, walaupun darah balik masih dalam keadaan normal.
Dengan kata lain, gagal jantung merupakan suatu ketidakmampuan
jantung untuk 3 memompakan darah dalam jumlah yang memadai untuk
memenuhi kebutuhan metabolik tubuh (forward failure) atau kemampuan
tersebut hanya dapat terjadi dengan tekanan pengisian jantung yang tinggi
(backward failure) atau keduanya. Faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya gagal jantung adalah kontraktilitas miokard, denyut jantung
(irama dan kecepatan/ menit) beban awal dan beban akhir.

2. Etiologi
Gagal Jantung Menurut beberapa penelitian penyakit jantung
disebabkan oleh beberapa hal yaitu Kardiomiopati (dilatasi, hipertropik,
restriktif), dan penyakit jantung kongenital (defek septum, atrial septal
defek, ventrical septal defek),Hypothyroidsm, konsumsi alkohol,
ischaemic heart disease, hipertensi, konsumsi alcohol dan kopi berlebihan,
merokok, olahraga tidak teratur, obesitas,stress, hiperaktivitas system
syaraf simpatis,keturunan, konsumsi garam berlebihan, jenis kelamin,
usia, infeksi juga dapat memicu timbulnya gagal jantung.

3. Macam Gagal Jantung


a. Gagal Jantung Akut

Gagal jantung akut didefinisikan sebagai serangan cepat dari


gejala-gejala atau tanda-tanda akibat fungsi jantung yang abnormal.
Diagnosis gagal jantung akut ditegakkan berdasarkan gejala dan penilaian
klinis, didukung oleh pemeriksaan penunjang seperti EKG, foto thoraks,
biomarker dan ekokardiografi Doppler. Pasien segera diklasifikasikan
apakah disfungsi sistolik atau disfungsi diastolik.

b. Gagal Jantung Kronik


Gagal jantung adalah suatu kondisi patofisiologi, dimana terdapat
kegagalan jantung memompa darah yang sesuai dengan kebutuhan
jaringan. Gagal jantung kronis juga didefinisikan sebagai sindroma klinik
yang komplek yang disertai keluhan gagal jantung berupa sesak, fatique
baik dalam keadaan istirahat maupun beraktifitas.

4. Patogenesis Gagal Jantung


Pada gagal jantung terjadi suatu kelainan multisistem dimana
terjadi gangguan pada jantung, otot skelet dan fungsi ginjal, stimulasi
sistem saraf simpatis serta perubahan neurohormonal yang kompleks.
Pada disfungsi sistolik terjadi gangguan pada ventrikel kiri yang
menyebabkan terjadinya penurunan cardiac output.
Stimulasi sistem RAA menyebabkan penigkatan konsentrasi renin,
angiotensin II plasma dan aldosteron. Angiotensin II merupakan
vasokonstriktor renal yang poten (arteriol eferen) dan sirkulasi sistemik
yang merangsang pelepasan noradrenalin dari pusat saraf simpatis,
menghambat tonus vagal dan merangsang pelepasan aldosteron. Karena
peningkatan natriuretic peptide pada gagal jantung, maka banyak
penelitian yang menunjukkan perannya sebagai marker diagnostik dan
prognosis, bahkan telah digunakan sebagai terapi pada penderita gagal
jantung.
Penyebab tersering adalah penyakit jantung koroner, hipertensi
dengan hipertrofi ventrikel kiri dan kardiomiopati hipertrofik, selain
penyebab lain seperti infiltrasi pada penyakit jantung amiloid. Walaupun
masih kontroversial, dikatakan 30 – 40 % penderita gagal jantung
memiliki kontraksi ventrikel yang masih normal. Pada penderita gagal
jantung sering ditemukan disfungsi sistolik dan diastolic yang timbul
bersamaan meski dapat timbul sendiri

5. Diagnosis Gagal Jantung


Diagnosis gagal jantung dapat dilakukan dengan dengan
pemeriksaan fisik dan penunjang. Gejala yang didapatkan pada pasien
dengan gagal jantung antara lain sesak nafas, Edema paru, peningkatan
JVP , hepatomegali , edema tungkai.
Pada pemeriksaan foto toraks seringkali menunjukkan
kardiomegali (rasio kardiotorasik (CTR) > 50%), terutama bila gagal
jantung sudah kronis. Kardiomegali dapat disebabkan oleh dilatasi
ventrikel kiri atau kanan, LVH, atau kadang oleh efusi perikard. Derajat
kardiomegali tidak berhubungan dengan fungsi ventrikel kiri.
Elektrokardiografi memperlihatkan beberapa abnormalitas pada sebaigian
besar pasien (80-90%), termasuk gelombang Q, perubahan ST-T,
hipertropi LV, gangguan konduksi, aritmia. Ekokardiografi harus
dilakukan pada semua pasien dengan dugaan klinis gagal jantung.
Tes darah dirkomendasikan untuk menyinggirkan anemia dan
menilai fungsi ginjal sebelum terapi di mulai. Disfungsi tiroid dapat
menyebabkan gagal jantung sehingga pemeriksaan fungsi tiroid harus
selalu dilakukan.

6. Penanganan
Tujuan umum penanganan gagal jantung adalah: meniadakan tanda
klinik seperti batuk dan dispne, memperbaiki kinerja jantung sebagai
pompa, menurunkan beban kerja jantung, dan mengontrol kelebihan
garam dan air
Untuk mencapai tujuan dalam penanganan gagal jantung dapat
dilakukan dengan cara:
- Membatasi aktivitas fisik. Latihan/aktivitas akan meningkatkan
beban jantung dan juga meningkatkan kebutuhan jaringan
terhadap oksigen.
- Membatasi masukan garam. Pada pasien yang mengalami
CHF, aktivitas renin-angiotensi-aldosteron mengalami
peningkatan.
- Menghilangkan penyebab atau faktor pemicu gagal jantung.
Menghilangkan penyebab gagal jantung merupakan tindakan
yang 8 paling baik.
- Menurunkan preload. Karena adanya retensi garam dan air oleh
ginjal pada pasien CHF, maka preload jantung pada umumnya
tinggi. Hal tersebut akan mengakibatkan kongesti pada sistem
sirkulasi.
-
7. Pengobatan Gagal Jantung
Pengobatan dilakukan agar penderita merasa lebih nyaman dalam
melakukan berbagai aktivitas fisik, dan bisa memperbaiki kualitas hidup
serta meningkatkan harapan hidupnya. Pendekatannya dilakukan melalui 3
segi, yaitu mengobati penyakit penyebab gagal jantung, menghilangkan
faktor-faktor yang bisa memperburuk gagal jantung dan mengobati gagal
jantung.
Tujuan pengobatan gagal jantung adalah untuk mengurangi gejala-
gejala gagal jantung sehingga memperbaiki kualitas hidup penderita. Cara
dan golongan obat yang dapat diberikan antara lain mengurangi
penumpukan cairan (dengan pemberian diuretik), menurunkan resistensi
perifer (pemberian vasodilator), memperkuat daya kontraksi miokard
(pemberian inotropik).
 Diuretik digunakan pada semua keadaan dimana
dikehendaki peningkatan pengeluaran air, khususnya pada
hipertensi dan gagal jantung. Diuterik yang sering
digunakan golongan diuterik loop 9 dan thiazide. Diuretik
Loop (bumetamid, furosemid) meningkatkan ekskresi
natrium dan cairan ginjal dengan tempat kerja pada ansa
henle asenden, namun efeknya bila diberikan secara oral
dapat menghilangkan pada gagal jantung berat karena
absorbs usus.
 Digoksin, pada tahun 1785, William Withering dari
Birmingham menemukan penggunaan ekstrak foxglove
(Digitalis purpurea). Glikosida seperti digoksin
meningkatkan kontraksi miokard yang menghasilkan
inotropisme positif yaitu memeperkuat kontraksi jantung,
hingga volume pukulan, volume menit dan dieresis
diperbesar serta jantung yang membesar menjadi mengecil.
 Vasodilator dapat menurunkan afterload jantung dan
tegangan dinding ventrikel, yang merupakan determinan
utama kebutuhan oksigen moikard, menurunkan konsumsi
oksigen miokard dan meningkatkan curah jantung.
Vasodilator dapat bekerja pada system vena (nitrat) atau
arteri (hidralazin) atau memiliki efek campuran vasodilator
dan dilator arteri (penghambat ACE, antagonis reseptor
angiotensin, prazosin dan nitroprusida).
 , bisoprolol, metoprolol). Penyekat beta adrenoreseptor
biasanya dihindari pada gagal jantung karena kerja
inotropik negatifnya. Namun, stimulasi simpatik jangka
panjang yang terjadi pada gagal jantung menyebabkan
regulasi turun pada reseptor beta jantung.
 Antikoagolan adalah zat-zat yang dapat mencegah
pembekuan darah dengan jalan menghambat pembentukan
fibrin. Antagonis vitamin K ini digunakan pada keadaan
dimana terdapat kecenderungan darah untuk memebeku
yang meningkat, misalnya pada trombosis.
 Antiaritmia dapat mencegah atau meniadakan gangguan
tersebut dengan jalan menormalisasi frekuensi dan ritme
pukulan jantung. 11 Kerjanya berdasarkan penurunan
frekuensi jantung. Pada umumnya obat-obatn ini sedikit
banyak juga mengurangi daya kontraksinya. Perlu pula
diperhatikan bahwa obat-obatan ini juga dapat
memeperparah atau justru menimbulkan aritmia.

8. Diet Pada Pasien Gagal Jantung


Ada tiga tahap diet rendah garam yakni terdiri dari diet ringan
(konsumsi garam 3,75-7,5 gram per hari), menengah (1,25-3,75 gram per
hari) dan berat (kurang dari 1,25 gram per hari).
- Diet Rendah Garam Yang dimaksud disini adalah diet tanpa
penggunaan garam dapur baik dalam proses pengolahan
makanan maupun saat makanan tersebut akan dikonsumsi.
Bahan makanan yang diolah dengan menggunakan garam
seperti kecap, margarin, mentega, keju, terasi, petis,dan
sebagainya tidak boleh dikonsumsi.
- Diet Rendah Natrium 12 Dalam diet rendah garam, kandungan
Natrium dalam makanan masih dalam jumlah tinggi, yaitu
sekitar 2500mg. Pada diet rendah natrium, kandungan Na
adalah antara 600 mg hinga 1200 mg. Akan tetapi dengan
hanya mengunakan bahan makanan tertentu dalam diet,
kandungan Na dalam makanan dapat ditekan sampai batas
minimal. Diet terdiri atas beras dan buah-buahan kandungan
natrium sebanyak 200 mg,
- Diet rendah garam atau rendah natrium tidak hanya diberikan
kepada penderita penyakit jantung, tetapi juga diberikan
kepada penderita penyakit ginjal, penyakit sirosis hati, dan
keracunan kehamilan.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menjalani diet rendah garam
antara lain:

a) Apabila fungsi ginjal tidak sempurna, penderita akan mengalami


defisiensi natrium karena kemampuan ginjal menyerap kembali
Na menurun.
b) Defisiensi Na juga dapat terjadi jika penderita diberi obat
c) Sindrom kurang garam dapat timbul pada penderita, yaitu tubuh
menjadi lemah, nafsu makan hilang, mual, dan muntah. Selain itu
tekanan darah akan turun, denyut nadi menjadi cepat. Keadaan ini
disebut juga “intoksikasi air”.
BAB III

KESIMPULAN

Gagal jantung merupakan suatu keadaan dimana jantung tidak dapat lagi
memompa darah ke jaringan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh,
walaupun darah balik masih dalam keadaan normal. Dengan kata lain, gagal
jantung merupakan suatu ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah
dalam jumlah yang memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh
(forward failure) atau kemampuan tersebut hanya dapat terjadi dengan tekanan
pengisian jantung yang tinggi (backward failure) atau keduanya. Faktor-faktor
yang mempengaruhi terjadinya gagal jantung adalah kontraktilitas miokard,
denyut jantung (irama dan kecepatan/ menit) beban awal dan beban akhir. Gagal
jantung akut didefinisikan sebagai serangan cepat dari gejala-gejala atau tanda-
tanda akibat fungsi jantung yang abnormal. Dapat terjadi dengan atau tanpa
adanya sakit jantung sebelumnya. Gagal jantung kronis didefinisikan sebagai
sindroma klinik yang komplek yang disertai keluhan gagal jantung berupa sesak,
fatique baik dalam keadaan istirahat maupun beraktifitas. Pada gagal jantung
terjadi suatu kelainan multisistem dimana terjadi gangguan pada jantung
(disfungsi sistolik dan diastolik). Pada disfungsi sistolik terjadi gangguan pada
ventrikel kiri yang menyebabkan terjadinya penurunan cardiac output. Disfungsi
diastolik merupakan akibat gangguan relaksasi miokard, dengan kekakuan
dinding ventrikel dan berkurangnya compliance ventrikel kiri menyebabkan
gangguan pada pengisian ventrikel saat diastolik. Penyebab tersering adalah
penyakit jantung koroner, hipertensi dengan hipertrofi ventrikel kiri dan
kardiomiopati hipertrofik, Diagnosis Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang. Penanganan yang diberikan dapat berupa
penanganan farmakologis dan non farmakologis.
DAFTAR PUSTAKA

Craig R, Mindell J. Survei Kesehatan untuk Inggris, 2006. Volume 1, Penyakit


kardiovaskular dan faktor risiko pada orang dewasa. Tersedia di
http://www.ic.nhs.uk/pubs/hse06cvdandriskfactors [diakses 19/04/2016].

Wang J, Nagueh SF. Current perspectives on cardiac function in patients with


diastolic heart failure. Circulation. 2009;119:1146–1157.

Panggabean. M. Buku Ilmu Penyakit Dalam: Gagal Jantung. Volume 2. Jakarta:


2009

Aru W.Sudoyo,dkk. (2006) Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta: Pusat Penerbitan
Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Maeder MT, Kaye DM. Heart failure with normal left ventricular ejection
fraction. J Am Coll Cardiol. 2009;53:905–918.

Ramani GV, Uber PA, Mehra MR. Chronic heart fail-ure: contemporary
diagnosis and management. Mayo Clin. Proc. 2010;85:180–195.

Dickstein K, Cohen-Solal A, Filippatos G, et al. ESC Guidelines for the diagnosis


and treatment of acute and chronic heart failure 2008: the Task Force for the
Diagnosis and Treatment of Acute and Chronic Heart Failure 2008 of the
European Society of Cardiology. Eur Heart J. 2008;29:2388– 2442.

Ramani GV, Uber PA, Mehra MR. Chronic heart fail-ure: contemporary
diagnosis and management. Mayo Clin. Proc. 2010

MacGregor GA, Garam, Diet dan Kesehatan Cambridge: Cambridge University


Press, 1998.

Beard TC. Pedoman diet dengan potensi terapeutik yang besar. Australia Jurnal
KesehatanPrimer: 2008,

Anda mungkin juga menyukai