Anda di halaman 1dari 63

LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN

ANAK ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. M


DENGAN MASALAH DEMAM BERDARAH
DENGUE (DBD) 2021

DESI NOVITA SARI


A.19.11.008

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA


ADIGUNA

PROGRAM STUDI D lll KEPERAWATAN

PALEMBANG

2021
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

A. Latar Belakang

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit


infeksi yang disebabkan oleh virus ditularkan melalui gigitan nyamuk.
Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun (Kemenkes, 2015). DBD
dapat menyerang semua kelompok umur, namun DBD masih
merupakan penyebab utama kematian pada anak-anak. DBD sering
terjadi pada anak berusia kurang dari 15 tahun, dengan tingkat serangan
tertinggi dalam umur 5-9 tahun (Rahma, 2011).

World Health Organization (WHO) (2016) tahun 2015,


menyebutkan bahwa wabah demam berdarah tersebar di seluruh dunia.
Filipina melaporkan lebih dari 169.000 kasus dan Malaysia melebihi
111.000 kasus dugaan demam berdarah, meningkat 59,5% dan 16%
dalam jumlah kasus tahun sebelumnya. Diperkirakan 500.000 orang
dengan dengue parah memerlukan rawat inap setiap tahunnya, sebagian
besar di antaranya adalah anak-anak. Sekitar 2,5% dari mereka tidak
dapat diselamatkan (meninggal dunia).

Kementerian Kesehatan menyebutkan hingga akhir Februari


tahun 2016, kejadian luar biasa (KLB) penyakit DBD dilaporkan ada di
12 Kabupaten dan 3 Kota dari 11 Provinsi di Indonesia. Kementerian
Kesehatan RI mencatat jumlah penderita DBD di Indonesia pada bulan
Januari-Februari 2016 sebanyak 8.487 orang penderita DBD dengan
jumlah kematian 108 orang Golongan terbanyak yang mengalami DBD
di Indonesia pada usia 5-14 tahun mencapai 43,44% dan usia 15-44
tahun mencapai 33,25% (Kemenkes RI, 2016).

DBD pada anak dapat menunjukkan gejala demam tinggi dan


mendadak disertai sakit kepala, nyeri sendi atau otot, dan muntah.
Gejala khas DBD berupa perdarahan pada kulit atau tanda perdarahan
lainnya seperti purpura, perdarahan konjungtiva, epistaksis, ekimosis,
perdarahan mukosa, perdarahan gusi, hematemesis, melena
(Susilaningrum dkk, 2013). Menurut Annisa, dkk (2015), menyebutkan
bahwa tanda dan gejala lain yang terdapat pada anak DBD yaitu
pembesaran hepar, epistaksis, purpura, juga hematemesis. Kemenkes RI
(2010), menyebutkan bahwa tanda bahaya DBD adalah nyeri perut,
muntah berkepanjangan, terdapat akumulasi cairan, perdarahan mukosa,
letargi, lemah, pembesaran hati > 2 cm, kenaikan hematokrit seiring
dengan penurunan jumlah trombosit yang cepat.

Pengkajian anak dengan DBD ditemukan adanya peningkatan


suhu yang mendadak disertai mengigil, adanya pedarahan kulit seperti
petekhie, ekimosis, hematom, epistaksis, hematemesis bahkan
hematemesis melena. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya nyeri
otot, sakit kepala, nyeri ulu hati, pembengkakan sekitar mata. Hasil
pemeriksaan labor didapatkan adanya tromsitopenia dan
hemokonsentrasi (Alimul, 2008).
Hemokonsentrasi dapat dinilai dari hematokrit. Nilai hematokrit
meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding
pembuluh darah. Akibat kebocoran plasma kedaerah ekstravaskuler
melalui kapiler yang rusak yang mengakibatkan menurunnya volume
plasma dan meningginya nilai hematokrit (Susilaningrum dkk, 2013).
Nilai hematokrit yang tinggi menyebabkan terjadinya syok pada anak
dengan gejala anak menjadi lemah, ujung-ujung jari, telinga, hidung
teraba dingin dan lembab. Denyut nadi terasa cepat, kecil dan tekanan
darah menurun dengan tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang. Gejala
tersebut akan membahayakan anak bila tidak ditangani dengan cepat.
Penanganan kasus DBD yang yang terlambat akan menyebabkan
Dengue Syok Sindrom (DSS) yang menyebabkan kematian (Ngastiyah,
2014).

Alimul (2008), mengatakan bahwa salah satu diagnosis atau


masalah keperawatan yang terjadi pada anak DBD adalah kurang
volume cairan. Kurangnya volume cairan pada anak DBD ini dapat
disebabkan oleh adanya perpindahan cairan intra vaskuler ke
ekstravaskuler akibat peningkatan permeabilitas kapiler. Tindakan
perawat yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah
monitor tanda vital, keadaan umum, tanda-tanda syok dan asupan
cairan. Asupan cairan dapat diberikan melalui pemberian minum
peroral dan melalui intravena.

Orang tua perlu mengetahui gejala awal DBD pada anak.


Biasanya orang tua membawa anak ke pelayanan kesehatan setelah
mengalami perdarahan seperti peteki, gusi berdarah dan hematemesi.
Oleh karena itu peran dan pengetahuan orang tua tentang penyakit DBD
sangat penting agar tidak terjadi keterlambatan dalam penanganan kasus
DBD. Anak dan orang tua perlu dipersiapkan untuk tindakan invasif
yang dibutuhkan saat proses perawatan (Ngastyah, 2014). Orang tua
belum memahami kapan anak harus dibawa ketempat pelayanan
kesehatan terdekat untuk memeriksakan kondisi anak mereka. Supaya
tidak terjadi keterlambatan dalam penanganan kasus DBD. Sidiek
(2012), menyatakan bahwa tingkat pengetahuan mengenai DBD tidak
berhubungan dengan kejadian DBD pada anak. Tingkat pengetahuan
ibu pada anak yang mengalami kejadian penyakit DBD dibanding pada
anak yang tidak mengalami kejadian DBD tidak memiliki perbedaan
yang bermakna
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR DBD


1. Pengertian
Penyakit Dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh
arbovirus (arthopodborn virus) da ditularkan melalui gigitan
nyamuk aedes (Aedes albopictus dan Aedes aegypti) (Ngastiyah,
2014).

DBD adalah penyakit virus yang tersebar luas di seluruh dunia


terutama di daerah tropis. Penderitanya terutama adalah anak-anak
berusia di bawah 15 tahun, tetapi sekarang banyak juga orang
dewasa terserang penyakit virus ini. Sumber penularan utama
adalah manusia, sedangkan penularannya adalah nyamuk Aedes
(Soedarto, 2009).

2. Anatomi Fisiologi

Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam


pembuluh darah yang warnanya merah. Warna merah itu keadaanya
tidak tetap bergantung pada banyaknya oksigen dan karbon
dioksida di dalamnya. Darah yang banyak mengandung banyak
karbondioksida warnanya merah tua. Adanya oksigen dalam darah
diambil dengan jalan bernapas,dan zat ini sangat berguna pada
peristiwa pembakaran atau metabolisme di dalam tubuh. Viskositas
atau kekentalan darah lebih kental daripada air yang mempunyai BJ
1,041-1,067, temperatur 38⁰ C,dan Ph 7,37-7,45.
Darah selamanya beredar di dalam tubuh oleh karena
adanya kerja pompa jantung. Selama darah berada dalam pembuluh
maka akan tetap encer, tetapi kalau ia keluar dari pembuluhnya
maka ia akan manjadi beku. Pembekuan ini dapat dicegah dengan
jalan mencampurkan ke dalam darah tersebut sedikit obat anti
pembekuan/sitras natrikus. Dan keadaan ini sangat berguna apabila
darah tersebut diperlukan untuk tranfusi darah.
Pada tubuh yang sehat atau orang dewasa terdapat darah
sebanyak kira- kira⅟13 dari berat badan atau kira-kira 4 sampai 5
liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap-tiap orang tidak sama,
bergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jantung atau pembuluh
darah (Syaifuddin,2006).

Darah terdiri dari 4 baguan utama yaitu plasma darah, sel darah
merah, sel darah putih dan keping darang.
1. Plasma Darah
Bagian 55% dari darah yang berupa cairan kekuningan dan
membentuk medium cairan darah disebut plasma darah. 90%
bagian plasma plasma darah terdiri dari air, plasma darah ini
memiliki fungsi mengangkut sari makanan ke dalam sel dan
membawa sisa pembakaran dari sel ke tempat pembuangan,
plasma darah ini juga bermanfaat untuk menghasilkan zat
antibodi untuk menjaga kekebalan tubuh dari penyakit.
Zat-zat plasma darah :
i. Fibrinogen yang berguna dalam peristiwa pembekuan darah.
ii. Garam-garam mineral(garam kalsium, kalium, natrium dan
lain-lain).
iii. Protein darah(albumin, globulin)meningkatkan viskositas
darah dan juuga menimbulkan takanan osmotik untuk
memelihara keseimbangan cairan dalam tubuh.
iv. Zat makanan (asam amino, glukosa, lemak, mineral dan
vitamin)
v. Hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh
vi. Antibodi/antitoksin(Syaifuddin,2006).

Gambar 1.Plasma darah


2. Sel darah merah
Sel darah merah (SDM) atau eritrosit adalah cakram
bikonfak tidak berinti yang kira-kira berdiameter 8 µm, tebal bagian
tepi 2μm dan ketebalannya berkurang di bagian tangah menjadi
hanya 1 mm atau karang. Karena lunak dan lentur maka salama
melewati mikrosirkulasi sel- sel ini mengalami perubahan
konfigurasi.Erirosit tidak mempunyai nukleus sel ataupun
organela, dan tidak dianggap sebagai sel dari segi biologi. Eritrosit
mengandung hemoglobin dan mengedarkan oksigen.Sel darah
merah juga berperan dalam penentuan golongan darah.
Sel darah merah atau eritrosit adalah jenis sel darah yang
banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh
lewat darah dalam hawan bertulang belakang. Sel darah merah
adalah salah satu contoh sel yang tidak berinti.Sel darah merah
berbentuk pipih dan cekung di bagian tengahnya, tidak memiliki
inti, tidak dapat menembus dinding kapiler darah dan berwarna
kekuning-kuningan. Pada orang dewasa sel darah merah berjumlah
sekitar 5 juta sel/mm² darah pada laki-laki dan 4 juta sel/mm² darah
pada perempuan. Pada orang dewasa sel darah merah dibentuk
dalam sumsum tulang pipih, sedangkan pada janin sel darah merah
dibentuk dalam hati dan limfa.Setelah berumur 120 hari, sel darah
merah akan mati dan diubah menjadi bilirubin atau zat pewarna
empedu. Sel darah merah mengandung hemoglobin, sel darah
merah dihasilkan dari limfa, hati, kura dan sumsum merah pada
tulang pipih, sel darah merah yang sudah rusak akan dibuang ke
dalam hati.

Gambar 2.Sel daerah merah


3. Sel Darah Putih
Sel darah putih atau lekosit adalah sel yang membentuk
komponen darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu
tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem
kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti,
dapat bergerak secara amoebeid, dan dapat menembus dinding
kapiler/diapedesis. Normalnya kita memiliki hingga sel darah
putih dalam satu liter darah manusia dewasa yang sehat atau sekitar
7000-25000 sel per tetes. Dalam kasus leukimia, jumlahnya dapat
meningkat hingga 500000 sel per tetes.
Fungsinya sebagai serdadu tubuh yaitu membunuh dan
memakan bibit penyakit/bakteri yang masuk ke dalam jaringan RES
(sistem retikulo endotel) tempat pembiakannya di dalam limpa dan
kelenjar limfe, sebagai pengangkut yaitu mengangkut/membawa zat
lemak dari dinding usus melalui limpa terus ke pembuluh darah. Sel
leukosit disamping berada di pembuluh darah juga terdapat di
seluruh jaringan tubuh manusia.
Hal ini disebabkan leukosit yang biasanya tinggal di dalam
kelenjar limfe, sekarang beredar di dalam darah untuk
mempertahankan tubuh dari serangan penyakit tersebut. Jika jumlah
leukosit dalam darah melebihi 10000/mm³ disebut leukositosis dan
kurang dari 6000/mm³ disebut leukopenia (Syaifuddin,2006).

Gambar 3.Sel darah putih


4. Keping darah

Keping darah, lempeng darah, trombosit atau platelet, adalah


flagmen sel yang tersirkulasi dalam darah yang terlibat dalam
mekanisme hemostatis tingkat sel yang menimbulkan pembekuan
darah (trombus). Disfungsi atau jumlah keping darah yang sedikit
dapat menyebabkan pendarahan, sedangkan jumlah yang tinggi
dapat meningkatkan resiko trombosis. Trombosit memiliki bentuk
yang tidak teraur, tidak berwarna, tidak berinti, berukuran lebih
kecil dari eritrosit dan leukosit, dan mudah pecah bila tersentuh
benda kasar, jumlah trombosit adalah 200000-300000 keping/mm³
darah.
Trombosit diproduksi di sumsum merah, keping darah
berfungsi dalam pembekuan darah, jika ada orang yang terkena
demam berdarah, maka jumlah trombosit ini akan semakin sedikit
sehingga darah semakin mengental dan menyebabkan kematian,
oleh karena itu penderita demam berdarah harus di tranfusi darah
agar mendapat pasukan trombosit yang banya. (Syaifuddin,2006).
Fungsi darah terdiri atas :
1. sebagai alat pengangkut yaitu :
a. Mengambil oksigen/zat pembakaran dari paru-paru
untuk
b. diedarkan keseluruh jaringan tubuh.
c. Mengangkat karbon dioksida dari jaringan untuk di
keluarkan melalui paru-paru.
d. Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk
diedarkan dan dibagikan ke seluruh jaringan/alat tubuh.
e. Mengangkat/mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna
bagi tubuh untuk dikelarkan melalui kulit dan ginjal.
2. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun
dalam tubuh dengan perantaraan leukosit dan antibodi/zat-zat
antiracun.
3. Menyebarkan panas ke seluruh tubuh.
Jika darah dilihat begitu saja maka ia merupakan zat cair yang
warnanya merah, tetapi apabila dilihat di baeah mikroskop maka
nyatalah bahwa dalam darah terdapat benda-benda kecil bundar
yang disebut sel-sel darah. Sedang cairan berwarna kekuning-
kuningan disebut plasma. Jadi nyatalah bahwa darah terdiri dari
dua bagian yaitu :
Sel-sel darah
1) Eritrosit (sel darah merah)
2) Leukosit (sel darah putih)
3) Trombosit (sel pembeku darah)
4) Plasma darah (Syaifuddin,2006)

3. Etiologi

Penyebab penyakit DBD adalah virus dengue. Virus dengue ini


terutama ditularkan melaui vektor nyamuk Aesdes aegypti. Jenis
nyamuk ini terdapat hampir diseluruh Indonesia kecuali ketinggian
lebih dari 1000 m diatas permukaan laut. Di Indonesia, virus
tersebut sampai sampai saat ini telah diisolasi menjadi 4 serotipe
virus dengue yang termasuk dalam grup B dari arthropedi borne
viruses (Arboviruses), yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.
DEN-3 merupakan penyebab terbanyak di Indonesia. Infeksi salah
satu serotipe menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe
bersangkutan, tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe lain
(Nursalam dkk, 2008).
Tabel 2.1
Klasifikasi Derajat Penyakit Infeksius Dengue

DD/ DBD Derajat Gejala


DD Demam disertai 2 atau lebih tanda : sakit
kepala, nyeri retro-orbital, sakit pada otot, sakit
pada persendian
DBD I Gejala diatas ditambah uji bendung positif
DBD II Gejala diatas ditambah perdarahan spontan
DBD III Gejala diatas ditambah kegagalan sirkulasi
(kulit dingin dan lembab serta gelisah)
DBD IV Syok berat disertai dengan tekanan darah dan
nadi tidak terukur

Sumber : Soadjas, 2011

DBD dibedakan menjadi 4 derajat, sebagai berikut :


i. Derajat I : demam disertai gejala tidak khas,
hanya terdapat manifestasi perdarahan (uji
turniket positif)
ii. Derajat II : seperti derajat I disertai perdarahan
spontan di kulit dan perdarahan lain
iii. Derajat III : ditemukan kegagalan sirkulasi darah
dengan adanya nadi cepat dan lemah, tekanan
nadi menurun atau hipotensi disertai kulit yang
dingin dan lembab, gelisah
iv. Derajat IV : ranjatan berat dengan nadi tidak
teraba dan tekanan darah yang tidak dapat
diukur.
(WHO, 2017)
4. Manifestasi Klinis

Penyakit DBD ditandai oleh demam mendadak tanpa sebab


yang jelas disertai gejala lain seperti lemah, nafsu makan berkurang,
muntah, nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kepala dan
perut. Gejala-gejala tersebut menyerupai influenza biasa. Pada hari
ke-2 dan ke-3 demam muncul bentuk perdarahan yang beraneka
ragam dimulai dari yang paling ringan berupa perdarahan dibawah
kulit (petekia atau ekimosis), perdarahan gusi, epistaksis, sampai
perdarahan yang hebat berupa muntah darah akibat perdarahan
lambung, melena, dan juga hematuria massif (Ngastiyah, 2014)

Selain perdarahan juga terjadi syok yang biasanya dijumpai


pada saat demam telah menurun antara hari ke-3 dan ke-7 dengan
tanda – tanda anak menjadi makin lemah, ujung – ujung jari, telinga
dan hidung teraba dingin, dan lembap. Denyut nadi terasa cepat,
kecil dan tekanan darah menurun dengan tekanan sistolik 80 mmHg
atau kurang (Ngastiyah, 2014)

Gejala klinis untuk diagnosis DBD, sebagai berikut :

i. Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari


tanpa sebab jelas
ii. Manifestasi perdarahan, paling tidak terdapat uji torniket positif
dan adanya salah satu bentuk perdarahan yang lain misalnya
petekia, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, melena atau
hematemesis
iii. Pembesaran hati ( sudah dapat diraba sejak permulaan sakit)
iv. Syok yang ditandai nadi lemah, cepat, disertai tekanan nadi yang
menurun ( menjadi 20 mmHg atau kurang), tekanan darah
menurun (tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau
kurang) disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama
pada ujung hidung, jari dan kaki, pasien menjadi gelisah, timbul
sianosis disekitar mulut.

5. Patofisiologi
Virus dengue yang pertama kali masuk ke dalam tubuh manusia
melalui gigitan nyamuk aedes dan menginfeksi pertama kali
memberi gejala DF. Pasien akan mengalami gejala viremia seperti
demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan,
hyperemia ditenggorok, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin
terjadi pada RES seperti pembesaran kelenjer getah bening, hati, dan
limfa. Reaksi yang berbeda nampak bila seseorang mendaparkan
infeksi berulang dengan tipe virus yang berlainan. Hal ini disebut
the secondary heterologous infection atau the sequential infection of
hypothesis. Re-infeksi akan menyebabkan suatu rekasi anamnetik
antibody, sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen
antibody (kompleks virus antibody) yang tinggi (Wijaya & Putri,
2016).

Akibat aktivitas C3 dan C5 akan dilepaskan C3a dan C5a, 2


peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan
mediator kuat yang menyebabkan peningkatan permeabilitas
dinding kapiler/vaskuler sehingga cairan dari intravaskuler keluar ke
ekstravaskuler atau terjadinya perembesaran plasma akibat
pembesaran plasma terjadi pengurangan volume plasma yang
menyebabkan hipovolemia, penurunan tekanan darah,
hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan (Ngastiyah,
2014).

Plasma merembes sejak permulaan demam dan mencapai


puncaknya saat renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume
plasma dapat berkurang sampai 30% atau lebih. Bila renjatan
hipovolemik yang terjadi akibat kehilangan plasma yang tidak
dengan segera diatasi maka akan terjadi anoksia jaringan, asidosis
metabolik dan berakhir dengan kematian (Ngastiyah, 2014).

Trombositopenia terjadi akibat meningkatnya destruksi


trombosit. Penyebab peningkatan destruksi trombosit tidak
diketahui, namun beberapa faktor dapat menjadi penyebab seperti
yaitu virus dengue, komponen aktif system. komplemen, dan
kerusakan sel endotel. Trombositopenia, gangguan fungsi trombosit
dan kelainan system koagulasi dianggap sebagai penyebab utama
perdarahan pada DBD (Soedarmo dkk, 2008).

6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan darah
1) Pemeriksaan Darah lengkap
Hemoglobinbiasanya meningkat, apabila sudah
terjadi perdarahan yang banyak dan hebat Hb
biasanya menurun.
Nilai normal: Hb: 10-16 gr/dL
(a) Hematokrit meningkat 20% karena darah
mengental dan terjadi kebocoran plasma
Nilai normal: 33- 38%
(b) Trombosit biasa nya menurun akan mengakibat
trombositopenia kurang dari 100.000/ml
Nilai normal: 200.000-400.000/ml
(c) Leukosit mengalami
penurunan dibawah normal
Nilai normal: 9.000-
12.000/mm3
2) Pemeriksaan kimia darah akan menunjukkan:
hipoproteinemia, hipokloremia, dan hiponatremia
3) Pemeriksaan analisa gas darah, biasanya diperiksa:
(a) pH darah
biasanya
meningkat
Nilai
normal:
7.35-7.45
(b) Dalam keadaan lanjut biasanya terjadi asidosis
metabolik mengakibatkan pCO2 menurun dari
nilai normal (35 – 40 mmHg) dan HCO3
rendah.
b. Pemeriksaan rontgen thorak
Pada pemeriksaan rontgen thorak ditemukan adanya
cairan di rongga pleura yang meyebabkan terjadinya
effusi pleura.(Wijayaningsih, 2013)

7. Penatalaksanaan
Ngastyah (2014), menyebutkan bahwa
penatalaksanaan pasien DBD ada penantalaksanaan
medis dan keperawataan diantanya :
a. Penatalaksanaan Medis
1) DBD tanpa renjatan
Demam tinggi, anoreksia, dan sering muntah
menyebabkan pasien dehidrasi dan haus. Orang
tua dilibatkan dalam pemberian minum pada anak
sedikt demi sedikit yaitu 1,5-2 liter dalam 24 jam.
Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat
antipiretik dan kompres hangat. Jika anak
mengalami kejang-kejang diberi luminal dengan

dosis : anak yang berumur <1 tahun 50mg IM,


anak yang berumur
>1 tahun 75mg. atau antikonvulsan lainnya. Infus
diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila
pasien teruss menerus muntah, tidak dapat
diberikan minum sehingga mengancan terjadinya
dehidrasi atau hematokrit yang cenderung
meningkat.

2) DBD disertai renjatan


Pasien yang mengalami renjatan (syok) harus
segara dipasang infus sebagai pengganti cairan
yang hilang akibat kebocoran plasma. Cairan yang
biasanya diberikan Ringer Laktat. Pada pasien
dengan renjatan berat pemberian infus harus
diguyur. Apabila renjatan sudah teratasi,
kecepatan tetesan dikurangi menjadi 10
ml/kgBB/jam. Pada pasien dengan renjatan berat
atau renjatan berulang perlu dipasang CVP
(central venous pressure) untuk mengukur tekanan
vena sentral melalui safena magna atau vena
jugularis, dan biasanya pasien dirawat di ICU.

b. Penatalaksanaan keperawatan
1) Perawatan pasien DBD derajat I
Pada pasien ini keadaan umumya seperti pada
pasien influenza biasa dengan gejala demam, lesu,
sakit kepala, dan sebagainya, tetapi terdapat juga
gejala perdarahan. Pasien perlu istirahat mutlak,
observasi tanda vital setiap 3 jam, periksa Ht, Hb
dan trombosit secara periodik (4 jam sekali).
Berikan minum 1,5-2 liter dalam 24 jam. Obat-
obatan harus diberikan tepat waktunya disamping
kompres hangat jika pasien demam.
2) Perawatan pasien DBD derajat II
Umumnya pasien dengan DBD derajat II, ketika
datang dirawat sudah dalam keadaan lemah, malas
minum dan tidak jarang setelah dalam perawatan
baru beberapa saat pasien jatuh kedalam keadaan
renjatan. Oleh karena itu, lebih baik jika pasien
segera dipasang infus. Bila keadaan pasien sangat
lemah infus lebih baik dipasang pada dua tempat.
Pengawasan tanda vital, pemeriksaan hematokrit
dan hemoglobin serta trombosit.
3) Perawatan pasien DBD derajat III (DSS)
Pasien DSS adalah pasien gawat maka jika tidak
mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat
akan menjadi fatal sehingga memerlukan
perawatan yang intensif. Masalah utama adalah
kebocoran plasma yang pada pasien DSS ini
mencapai puncaknya dengan ditemuinya tubuh
pasien sembab, aliran darah sangat lambat karena
menjadi kental sehingga mempengaruhi curah
jantung dan menyebabkan gangguan saraf pusat.
Akibat terjadinya kebocoran plasma pada paru
terjadi pengumpulan cairan didalam rongga pleura
dan menyebabkan pasien agak dispnea, untuk
meringankan pasien dibaringkan semi-fowler dan
diberikan O2. Pengawasan tanda vital dilakukan
setiap 15 menit terutama tekanan darah, nadi dan
pernapasan.
8. Komplikasi

Risiko terjadi komplikasi pada anak dengan difteri ini dapat

terjadi miokarditis, komplikasi pada sistem saraf, pada ginjal

yang disebabkan oleh kuman difteri yang masuk kedalam

tubuh. Tujuan dari rencana keperawatannya adalah mencegah

terjadinya komplikasi lebih lanjut dengan cara memperbaiki

dan meningkatkan kekebalan tubuh anak (Hidayat,2006).


9. Fatoflow
KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama, umur (pada DBD tersering menyerang anak
dengan usia kurang 15 tahun), jenis kelamin, alamat,
nama orang tua, pendidikan orang tua, pekerjaan orang
tua.

b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan yang menonjol pada pasien DBD untuk
datang ke rumah sakit adalah panas tinggi dan anak
lemah.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang
disertai menggigil. Turunnya panas terjadi antara
hari ke-3 dan ke-7, anak anak semakin lemah.
Kadang – kadang disertai dengan keluhan batuk,
pilek, nyeri telan, mual, muntah anoreksia, diare
atau konstipasi, sakit kepala, nyeri oto dan
persendian, nyeri ulu hati dan pergerakkan bola
mata terasa pegal, serta adanya manifestasi
perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena
atau hematemesis.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DBD,
anak biasanya mengalami serangan ulangan DBD
dengan tipe virus yang lain.
4) Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita DBD dapat
bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik
maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat
beberapa faktor predisposisinya. Anak yang
menderita DBD sering mengalami keluhan mual,
muntah, dan nafsumakan menurun. Apabila kondisi
ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan
nutrisi yang mencukupi, maka akan dapat
mengalami penurunan berat badan sehingga status
gizinya menjadi kurang.

c. Kondisi lingkungan
Sering terjadi didaerah yang padat
penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih
(seperti air yang menggenang dan gantungan baju
kamar)
d. Pola kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme
Frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang.
2) Eliminasi alvi (buang air besar)
Anak mengalami diare atau konstipasi. Sementara
pada DBD grade IV bisa terjadi melena.
3) Eliminasi urin (bang air kecil)
Pada anak DBD akan mengalami urine output
sedikit. Pada DBD grade IV sering terjadi
hematuria.
4) Tidur dan istirahat
Nyamuk Aedes Aegypti biasanya menggigit pada
siang hari jam 10.00-12.00 dan sore hari pada jam
16.00-18.00. Anak biasanya sering tidur pada siang
hari dan pada sore hari ,tidak memakai kelambu
dan tidak memakai lotion anti nyamuk.
5) Kebersihan
Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cenderung kurang terutama untuk
memebersihkan tempat sarang nyamuk aedes
aegypti, dan tidak adanya keluarga melakukan
3m plus yaitu menutup, mengubur, menguras dan
menebar bubuk abate.

e. Pemeriksaan fisik
Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari
ujung rambut sampai ujung kaki.
Pemeriksaan fisik secara umum :
1) Tingkat kesadaran
Biasanya ditemukan kesadaran menurun, terjadi
pada grade III dan grade IV karena nilai hematokrit
meningkat menyebabkan darah

2) Keadaan umum lemah


3) Tanda-tanda vital (TTV)
Tekanan nadi lemah dan kecil (grade III), nadi
tidak teraba (grade IV), tekanan darah menurun
(sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang),
suhu tinggi (diatas 37,5oC)
4) Kepala
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam.
5) Mata
Konjungtiva anemis
6) Hidung
Hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis)
pada grade II, III, IV.
7) Telinga
Terjadi perdarahan telinga (pada grade II, III, IV)
8) Mulut
Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut
kering, terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan.
Sementara tenggorokkan mengalami hyperemia
pharing
9) Leher
Kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid tidak
mengalami pembesaran
10) Dada/thorak
I : Bentuk simetris, kadang-
kadang tampak sesak. Pal :
Biasanya fremitus kiri dan kanan
tidak sama
Per : Bunyi redup karena terdapat adanya
cairan yang tertimbun pada paru
A : Adanya bunyi ronchi yang biasanya
terdapat pada grade III, dan IV.
11) Abdomen
I : Abdomen tampak simetris dan adanya
asites

Pal : Mengalami nyeri tekan, pembesaran


hati (hepatomegali)

Per : Terdengar redup


A : Adanya penurunan bising usus

12) Sistem integument


Adanya petekia pada kulit spontan dan dengan
melakukan uji tourniket. Turgor kulit menurun, dan
muncul keringat dingin, dan lembab. Pemeriksaan
uji tourniket dilakukan dengan terlebih dahulu
menetapkan tekanan darah anak. Selanjutnya
diberikan tekanan antara sistolik dan diastolic pada
alat ukur yang dipasang pada tangan. Setelah
dilakukan tekanan selama 5 menit, perhatikan
timbulnya petekie di bagian volar lengan bawah
(Soedarmo, 2008).
13) Genitalia
Biasanya tidak ada masalah
14) Ekstremitas
Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta tulang. Pada
kuku sianosis/tidak.

B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

a) Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi, peningkatan laju


metabolisme.
b) Resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia
c) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan aktif, kegagalan mekanisme
regulasi.
d) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera.
e) Resiko syok berhubungan dengan kebocoran plasma darah
f) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan
dengan kurangnya suplai oksigen ke jaringan
g) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan faktor biologis (mual,
muntah dan anoreksia)
h) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan
adanya cairan di rongga pleura. (Nanda, 2015)

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Tabel 2.2
Intervensi Keperawatan
Untuk Pasien DBD

Diagnosis keperawatan NOC NIC


Kekurangan Setelah Manajemen cairan
a) Pertahankan catatan
volume cairan dilakukan tindakan intake dan output yang
keperawatan akurat
Definisi : penurunan cairan diharapkan b) Monitor status hidrasi
intravaskular, interstisial, terjadi (misalnya membrane
dan atau intraseluler. Ini keseimbangan cairan mukosa lembab, denyut
mengacu pada dehidrasi. dengan kriteria hasil : nadi adekuat, dan
a) Tekanan darah tidak tekanan darah)
Faktor risiko : terganggu c) Monitor vital sign
a) Perubahan status mental b) Keseimbangan intake d) Monitor masukan atau
b) Penurunan dan output tidak cairan dan hitung intake
tekanan darah terganggu kalori harian
c) Penurunan tekanan nadi c) Berat badan stabil tidak e) Monitor status nutrisi
d) Penurunan volume nadi terganggu f) Dorong pasien untuk
e) Penurunan turgor kulit d) Turgor kulit tidak menambah asupan oral
f) Membran mukosa terganggu
e) Hematokrit sedikit
terganggu
Kering f) Berat jenis urin sedikit (misalnya, memberikan
g) Kulit kering terganggu sedotan, menawarkan
h) Peningkatan suhu tubuh cairan diantara waktu
Faktor yang berhubungan Setelah dilakukan makan)
dengan : tindakan keperawatan g) Tawari makanan
a) Kehilangan cairan aktif diharapkan hidrasi ringan(misalnya
b) Kegagalan mekanisme tidak terjadi dengan minuman ringan dan
regulasi kriteria hasil : buahan segar/ jus buah)
a) Turgor kulit tidak h) Kolaborasi pemberian
terganggu cairan IV
b) Membran mukosa i) Monitor hasil
lembab tidak laboratorium
terganngu
c) Intake cairan tidak
terganggu
d) Output urin tidak
terganggu
e) Perfusi jaringan tidak
terganggu
f) Tidak ada haus
g) Tidak ada peningkatan
hematokrit
h) Tidak ada nadi cepat
dan lemah
Hipertermia Setelah dilakukan Perawatan Demam
tindakan keperawatan a) Pantau suhu dan tanda-
Defenisi : peningkatan suhu diharapkan tanda vital lainnya
tubuh diatas kisaran normal termoregulasi normal b) Monitor warna kulit dan
dengan kriteria hasil: suhu
Batasan karakteristik : a) Tidak ada c) Berikan obat atau cairan
a) Kunvulsi peningkatan suhu IV (misalnya, antipiretik,
b) Kulit kemerahan tubuh agenantibakteri, dan agen
c) Peningkatan suhu tubuh b) Tidak ada hipertermia anti menggil)
diatas kisaran normal c) Tidak ada sakit kepala d) Monitor penurunan
d) Kejang d) Tidak ada sakit otot tingkat kesadaran
e) Takhikardi e) Tidak ada perubahan e) Tutup pasien dengan
f) Takhipnea warna kulit selimut atau pakaian
g) Kulit terasa hangat f) Tidak ada dehidrasi ringan, tergantung pada
fase demam ( yaitu:
Faktor yang berhubungan memberikan selimut
dengan : hangat untuk fase dingin,
a) Anastesia menyediakan pakaian
b) Penurunan respirasi atau linen tempat tidur
c) Dehidrasi untuk demam
d) Pemajanan lingkungan f) Dorong konsumsi cairan
yang panas g) Fasilitasi istirahat
e) Penyakit h) Kompres hangat pasien
f) Peningkatan laju pada lipat paha dan aksila
metabolism
Resiko perdarahan Setelah dilakukan Pencegahan Perdarahan
tindakan keperawatan a) Monitor ketat tanda-
Definisi : beresiko diharapkan keparahan tanda perdarahan
mengalami penurunan kehilangan darah tidak b) Catat nilai Hb dan Ht
volume darah yang dapat terjadi dengan kriteria sebelum dan sesudah
mengganggu kesehatan hasil : terjadinya perdarahan
a) Tidak ada kehilangan c) Monitor nilai labor
Faktor resiko : darah yang terlihat d) Monitor status cairan
a) Aneurisme b) Tidak ada hematuria yang meliputi intake dan
b) Defisiensi pengetahuan c) Tidak ada keluar darah ouput
dari anus e) Observasi adanya darah
d) Tidak ada hematemesis dalam sekresi cairan
e) Tidak ada penurunan tubuh
tekanan darah sistolik f) Instruksikan pasien untuk
f) Tidak ada penurunan meningkatkan makanan
tekanan darah diastolik yang kaya vitamin K
g) Instruksikan keluarga
Setelah dilakukan untuk memonitor tanda-
tindakan keperawatan tanda perdarahan dan
diharapkan koagulasi mengambil tindakan
darah membaik dengan yang tepat jika terjadi
kriteria hasil: perdarahan (misalnya:
a) Tidak ada deviasi dari lapor kepada perawat)
kisaran normal
pembentukan bekuan
b) Tidak ada deviasi dari
kisaran normal waktu
prtrombin (PT)
c) Tidak ada deviasi dari
kisaran normalwaktu
parsial tromboplastin
(PTT)
d) Tidak ada deviasi dari
kisaran normal
hematokrit (Hct)
e) Tidak ada deviasi dari
kisaran normal
hemoglobin (Hb)
f) Tidak ada peradarahan
g) Ringan petekie
h) Tidak ada ekimosis
i) Tidak ada BAB
berdarah
j) Tidak ada hematuria
k) Tidak ada
hematemesis
l) Tidak ada gusi darah

Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri


tindakan keperawatan a) Lakukan pengkajian
Defenisi : pengalaman diharapkan tingkat nyeri secara
sensori dan emosional yang nyeri berkurang dengan komprehensif termasuk
tidak menyenangkan yang kriteria hasil: lokasi, karakteristik,
muncul aibat kerusakan a) Tidak ada nyeri yang durasi, frekuensi,
jaringan yang aktual atau dilaporkan kualitas dan faktor
potensial atau digambarkan b) Tidak ada mengerang presipitasi
dalam hal kerusakan dan menangis b) Observasi reaksi non
sedemikian rupa c) Tidak ada menyeringit verbal dari
d) Tidak ada ketegangan ketidaknyamanan
Batasan karakteristik : otot c) Gunakan teknik
a) Perubahan selera e) Tidak ada kehilangan komunikasi terapeutik
makan nafsu makan untuk mengetahui
b) Perubahan tekanan f) Tidak ada Ekspresi pengalaman nyeri
darah wajah nyeri pasien
c) Perubahan frekuensi d) Kaji kultur yang
jantung Setelah dilakukan mempengaruhi respon
d) Perubahan frekuensi tindakan keperawatan nyeri
pernapasan diharapkan kontrol e) Evaluasi pengalaman
e) Mengekspresikan nyeri teratasi dengan nyeri masa lampau
perilaku kriteria hasil : f) Evaluasi bersama pasien
f) Masker wajah a) Sering menunjukkan dan tim kesehatan lain
g) Gangguan tidur mengenali kapan nyeri tentang ketidakefektifan
terjadi kontrol nyeri masa
b) Secara konsisten lampau
menunjukkan g) Bantu pasien dan
Faktor yang berhubungan menggambarkan faktor keluarga untuk mencari
dengan : agen cedera ( nyeri dan menemukan
misal biologis, zat kimia, c) Sering menunjukkan dukungan
fisik, psikologis) menggunakan tindakan h) Kontrol lingkungan
pengurangan (nyeri) yang dapat
tanpa analgetik mempengaruhi nyeri
d) Sering menunjukkan seperti suhu ruangan,
melaporkan perubahan pencahayaan dan
terhadap gejala nyeri kebisingan
pada professional i) Kurangi faktor
kesehatan presipitasi nyeri
j) Pilih dan lakukan
Setelah dilakukan penanganan nyeri
tindakan keperawatan (farmakologi,non
diharapkan status farmakologi dan inter
kenyamanan meningkat personal)
dengan kriteria hasil: k) Kaji tipe dan sumber
a) Tidak terganggu nyeri untuk menentukan
kesejahteraan fisik intervensi
b) Tidak terganggu l) Berikan analgetik untuk
control terhadap gejala mengurangi nyeri
(Sambungan) m) Evaluasi keefektifan
c) Tidak terganggu kontrol nyeri
kesejahteraan n) Dukung tingkatkan
kesejahteraan istirahat/ tidur yang
psikologis adekuat untuk
d) Tidak terganggu membantu penurunan
lingkungan fisik nyeri
e) Tidak terganggu suhu o) Kolaborasikan dengan
ruangan dokter jika ada keluhan
f) Tidak terganggu dan tindakan nyeri tidak
dukungan sosial dari berhasil
keluarga
Pemberian analgetik
a) Tentukan lokasi,
karakteristik,kualitas,da
n derajat nyeri sebelum
pemberian obat
b) Cek instruksi dokter
tentang jenis
obat,dosis,dan frekuensi
c) Cek riwayat alergi
d) Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
e) Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
f) Tentukan analgesic
pilihan, rute
pemberian,dan dosis
optimal
g) Pilih rute pemberian
secara IV,IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
h) Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian anlgesik
pertama kali
i) Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
j) Evaluasi efektifitas
analgesic,tanda dan
gejala (efek samping)
Resiko syok Setelah dilakukan Manajemen hipovolemi
tindakan keperawatan
Defenisi : berisiko terhadap diharapkan keparahan a) Monitor status
ketidakcukupan aliran darah syok: hipovolemik tidak hemidinamik, meliputi
ke jaringan tubuh, yang terjadi dengan kriteria nadi, tekanan darah.
dapat mengakibatkan hasil: b) Monitor adanya tanda-
disfungsi seluler yang a) Tidak ada penurunan tanda dehidrasi
mengancam jiwa tekanan nadi perifer (misalnya: turgor kulit
b) Tidak ada penurunan buruk, capillary refill
Faktor resiko : tekanan darah sistolik terlambat, nadi lemah,
a) Hipotensi c) Tidak ada penurunan membrane mukosa
b) Hipovolemia tekanan darah diastolik kering, dan penurunan
c) Hipoksemia d) Tidak ada urin output
d) Hipoksia melambatnya waktu c) Monitor adanya sumber-
e) Infeksi pengisian kapiler sumber perdarahan
f) Sepsis e) Tidak ada nadi lemah (misalnya: perdarahan,
g) Sindrom respons dan halus muntah, keringat yang
inflamasi sistemik f) Tidak ada akral dingin, berlebihan)
kulit lembab/ basah d) Monitor adanya bukti
g) Tidak ada penurunan laboratorium terkait
tingkat kesadaran dengan kehilangan
darah (misalnya:
Setelah dilakukan hemoglonin,
tindakan keperawatan hematoktrit,
diharapkan tanda-tanda trombombosit)
vital dalam rentang e) Dukung asupan cairan
normal dengan kriteria oral (misalnya: berikan
hasil: cairan lebih dari 24 jam
a) Tekanan darah sistolik dan berikan cairan
tidak ada deviasi dari dengan makanan), jika
kisaran normal tidak ada kontraindikasi
b) Tidak ada deviasi dari f) Berikan cairan IV
kisaran normal tekanan isotonic (misalnya
darah diastolic cairan normal saline
c) Tidak ada deviasi dari atau Ringer Laktat)
kisaran normal tekanan untuk rehidrasi
nadi ekstraseluler dengan
d) Tidak ada deviasi dari tetesan aliran yang tepat
kisaran normal tingkat g) Instruksikan pada pasien
dan irama pernapasan dan/atau keluarga untuk
mencatat intake dan
output, dengan tepat
h) Instruksikan pada pasien
dan/atau keluarga
tindakn-tindakan yang
dilakukan untuk
mengatasi hopivolemi

Monitor tanda-tanda vital


a) Minitor tekanan darah,
nadi, suhu, dan status
pernapasan
b) Inisiasi dan pertahankan
perangkat pemantauan
suhu tubuh secara terus-
menerus dengan tepat
c) Monitor warna kulit,
suhu dan kelembaban
d) Monitor sianosis sentral
dan perifer
e) Identifikasi
kemungkinan penyebab
perubahan tanda-tanda
vital
Ketidakefektifan perfusi Setelah dilakukan Manajemen Hipovolemi
jaringan perifer tindakan keperawatan a) Monitor status
diharapkan Perfusi hemodinamik, meliputi
Defenisi: penurunan jaringan: perifer tidak nadi, tekanan drah,
sirkulasi darah ke perifer terganggu dengan MAP, CVP, PAP, CO.
yang dapat mengganggu kriteria hasil: b) Monitor adanya tanda-
kesehatan a) Tidak ada deviasi dari tanda dehidrasi
kisaran normal (misalnya., turgor kulit
Batasan karakteristik: pengisian kapiler jari buruk, capillary refill
a) Tidak ada nadi dan jari kaki terlambat, nadi lemah,
b) Perubahan fungsi b) Tidak ada deviasi dari sangat haus, membrane
motorik kisaran normal Suhu mukosa kering, dan
c) Perubahan karakteristik kulit ujung kaki dan penurunan urin output
kulit (warna, elastisitas, tangan c) Monitor adanya sumber-
kelembapan, kuku, c) Kekuatan denyut nadi sumber kehilangan
suhu) karotis, brakialis, cairan (misalnya.,
d) Perubahan tekanan radial, femoralis, pedal perdarahan, muntah,
darah di ekstremitas bagian kiri dan kanan diare, keringat yang
e) Warna tidak kembali ke dalam kisaran normal berlebihan, dan takpnea)
tungkai saat diturunkan d) Tekanan darah sistolik d) Posisikan untuk perfusi
f) Kelambatan dan diastolik tidak ada perifer
penyembuhan luka deviasi dari kisaran
perifer normal tekanan darah Monitor tanda-tanda vital
g) Penurunan nadi sistolik dan diastolik a) Minitor tekanan darah,
h) Edema dalam kisaran normal nadi, suhu, dan status
i) Nyeri ekstremitas e) Tidak ada muka pucat pernapasan
j) Pemendekan jarak total f) Tidak ada kelemahan b) Inisiasi dan pertahankan
yang ditempuh dalam otot perangkat pemantauan
uji berjalan enam menit suhu tubuh secara terus-
k) Warna kulit pucat saat menerus dengan tepat
elevasi c) Monitor warna kulit,
suhu dan kelembaban
d) Monitor sianosis sentral
dan perifer
e) Identifikasi
kemungkinan penyebab
perubahan tanda vital
Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
Nutrisi Kurang Dari tindakan keperawatan a) Kaji adanya alergi
Kebutuhan Tubuh status nutrisi: asupan makanan
makanan dan cairan b) Kolaborasi dengan ahli
Defenisi: asupan nutrisi teratasi dengan kriteria gizi untuk menentukan
tidak cukup untuk hasil: jumlah kalori dan
memenuhi kebutuhan a) asupan makanan nutrisi yang dibutuhkan
Metabolic secara peroral pasien
sepenuhnya adekuat c) Berikan informasi
Batasan Karakteristik: b) Asupan cairan secara tentang kebutuhan
a) Berat badan 20% atau peroral sepenuhnya nutrisi
lebih dibawah rentang adekuat
berat badan ideal c) Asupan cairan Monitor Nutrisi
b) Bising usus hiperaktif a) Monitor adanya
intravena sepenuhnya
c) Kelemahan otot untuk penurunan berat badan
adekuat
Mengunyah b) Monitor lingkungan
d) Asupan nutrisi
d) Kelemahan otot untuk selama makan
Menelan parenteral sepenuhnya c) Monitor kulit kering dan
e) Kehilangan rambut adekuat perubahan pigmentasi
Berlebihan d) Monitor kekeringan,
f) Membran mukosa pucat rambut kusam, dan
g) Ketidakmampuan mudah patah
memakan makanan e) Monitor mual muntah
h) Nyeri abdomen f) Monitor kadar albumin,
Faktor yang total protein, Hb, Ht
Berhubungan: g) Catat adanya edema,
a) Faktor biologis hiperemik, hipertonik,
b) Ketidakmampuan papilla lidah dan cavitas
mencerna makanan oral
c) Kurang asupan makanan
Ketidakefektifan Pola Setelah dilakukan Terapi Oksigen
Napas tindakan keperawatan a) Pertahankan kepatenan
diharapkan pola napas jalan napas
Defenisi: Inspirasi dan/ atau efektif dengan kriteria b) Siapkan peralatan
ekspirasi yang tidak member hasil: oksigen dan berikan
ventilasi adekuat a) Frekuensi pernapasan melalui system
tidak ada deviasi dari humidifier
Faktor Resiko: normal c) Berikan oksigen
a) Perubahan kedalaman b) Suara perkusi nafas tambahan seperti yang
pernapasan tidak ada deviasi dari diperintahkan
b) Perubahan ekskursi (Sambungan)
dada kisaran normal d) Monitor aliran oksigen
c) Mengambil posisi tiga c) Kapasitas vital tidak e) Monitor efektifitas
titik ada deviasi dari kisaran terapi oksigen
d) Bradipnea normal f) Atur posisi untuk
e) Penurunan tekanan meringankan sesak
ekspirasi napas
f) Penurunan tekanan g) Monitor status
inspirasi pernapasan dan
g) Penurunan ventilasi oksigenasi,
semenit sebagaimana mestinya
h) Penurunan kapasitas
vital
i) Dispnea
j) Pernapasan cuping
hidung
k) Fase kespirasi
memanjang
l) Takipnea

Faktor Berhubungan:
a) Ansietas
b) Posisi tubuh
c) Deformitas tulang
d) Deformitas dinding
dada
e) Keletihan
f) Hiperventilasi
g) Sindrom hipoventilasi

Sumber: Nanda (2015); Nursing Interventions Classification (NOC) (2013); Nursing Outcome
Classification (NIC) (2013
D. Evaluasi
Evaluasi keperawatan terdiri dari beberapa komponen:
a. Tanggal dan waktu dilakukan evaluasi keperawatan.
b. Diagnosa kepoerawatan.
c. Evaluasi keperawatan.

Evaluasi keperawatan dilakukan dalam bentuk pendekatan SOAP.


BAB III
LAPORAN KASUS PADA ANAK DENGAN MASALAH
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

Nama Mahasiswa : DESI NOVITA SARI


Tanggal pengkajian : Rabu 04 ags 2021
Tempat : Desa Sinar Dewa

A. PENGKAJIAN
I. IDENTITAS

1. Nama: An“M”

2. Tgl. Lahir : 15 mei 2013

3. Usia : 8 th

4. Pendidikan : 3 SD

5. Alamat : DESA SINAR DEWA

6. Nama Ayah/Ibu : SUPARMAN / TARISTA

7. Pekerjaan Ayah : TANI

8. Pekerjaan Ibu : TANI

9. Agama : ISLAM

10. Alamat : DESA SINAR DEWA

11. Suku / Bangsa : MELAYU / INDONESIA

II. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB

Nama : Ny“T”

Umur : 30 Tahun
Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Status Pernikahan : Menikah

Hubungan dengan pasien : Ibu Kandung

III. KELUHAN UTAMA


Ibu pasien mengatakan demam sudah 3 hari , mual muntah, sakit
kepala dan nyeri pada ulu hati, dan Tampak bintik-bintik merah di
seluruh tubuh.

IV. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Ibu klien mengatakan bahwa sejak 2 hari yang lalu anaknya
mengalami demam ,panas dan badannya lemas,

1. Munculnya keluhan

Ibu pasien mengatakan anak mulai terlihat tidak nafsu makan


sudah 4 hari yang lalu, dan panas badan nya sudah 3 hari
yang lalu, dengan suhu badan 38.2 C.

V. RIWAYAT MASA LAMPAU

1. Penyakit waktu kecil

Ibu pasien mengatakan anak nya belum pernah sakit seperti


ini sebelumnya. Terkadang hanya demam biasa dan hanya di
berikan kompres

2. Pernah dirawat di RS

Ibu pasien mengatakan anak nya belum pernah di rawat di


Rumah Sakit sebelumnya.
3. Obat-obat yang digunakan (pernah / sedang digunakan)

Ibu pasien mengatakan anak nya belum pernah


ketergantungan mengonsumsi obat-obatan. Dan kalaupun
anak demam biasa itupun penangan nya cukup dengan
mengasih sirup paracetamol, dan kompres pada anak nya.

4. Allergi
Ibu pasien mengatakan bahwa anak nya tidak ada alergi obat
dari dulu sampai saat ini.
5. Imunisasi
- BCG - DPT III
- Hepatitis B I - Campak
- Hepatitis B II - Polio I
- DPT I - Polio II
- DPT II - Polio III

VI. RIWAYAT KELUARGA

1. Penyakit yang pernah / sedang diderita oleh keluarga

Ibu pasien mengatakan bahwa nenek dari klien itu


pernah mengalami penyakit asma.
2. genogram

VII. RIWAYAT SOSIAL

1. Pengasuh anak

Ibu mengatakan tidak ada pengasuh khusus untuk


anak nya, tetapi hanya orang-orang terdekat yang
mengasuh jika orang tua nya lagi ada kerjaan yg
tidak bisa di tinggalkan. Di karenakan suami nya
tidak mengizinkan untuk mempekerjakan asisten
rumah tangga.

2. Pembawaan secara umum

An”M” ketika di lakukan pengkajian terlihat pemalu,


dan ketika di tanyakan pada ibu nya. ibu “T”
mengatakan memang benar bahwa anaknya pemalu
dan pendiam.
3. Lingkungan rumah
An. M tinggal di lingkungan pedesaan yang padat. Ibu
pasien mengatakan di rumah mereka hanya memakai
bak mandi dan menggunakan ember, banyak baju
yang bergantungan. Tetangga sebelah rumah pasien
juga sudah mengalami DBD sebelumnya.

VIII. POLA FUNGSI KESEHATAN (Gordon’s Functional helath)

1. Pola nutrisi/ metabolik


No Aktivitas Sebelum sakit Saat sakit
1 Jenis Nasi, buahan dan Nasi dan lauk
sayur pauk
2 Porsi 1 piring 1/2 sendok
makan
3 Frekuensi 3 x sehari 3 x sehari
4 Diet khusus Klien tidak ada diet Tidak ada
5 Makanan yang Buah buahan Tidak mau
disukai makan
6 Pantangan Klien tidak memiliki Klien tidak
pantangan makanan memiliki
pantangan
makanan
7 Nafsu makan Normal Menurun

8 Kesulitan menelan Klien tidak ada Klien tidak ada


kesulitan menelan kesulitan
menelan
9 Gigi palsu Tidak ada gigi palsu Tidak ada gigi
palsu

Cairan
No Aktivitas Sebelum sakit Saat sakit
1 Frekuensi 2gelas/hari 3 gelas/hari
2 Jenis Air putih Air putih

2. Persepsi/ penatalaksanaan keluarga :


Ibu klien mengatakan bahwa lebih percaya dengan pelayanan kesehatan untuk
menjaga atau mengobati kesakitan keluarganya

3. Pola istirahat dan tidur


No Aktivitas Sebelum sakit Saat sakit
Waktu tidur Siang 13.00 - 15.00 Siang 16.00- 17.00
Malam 20.00 – 06.00 Malam 20.00-06.00
Jumlah Siang 2 jam Tidak teratur
Malam 10 jam
Insomnia Tidak ada Tidak ada

4. Pola aktivitas dan latihan


Kemampuan perawatan diri
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi 
Berpakaian 
Eliminasi 
Mobilisasi di tempat tidur 
Pindah 
Ambulasi 
Keterangan :
Skor : 0 : Mandiri
1 : dibantu sebagian
2 : perlu bantuan orang lain
3 : perlu bantuan oran lain dan alat
4 : tergantung/tidak mampu

5. Pola Eliminasi
BAB
 Frekuensi : 1X sehari
 Konsistensi : padat
 Warna : coklat kehitaman

BAK
 Frekuensi : ±6-7 kali

PENGKAJIAN FISIK

BATAS NORMAL HASIL PEMERIKSAAN

Tanda-Tanda vital Tanda-tanda vital

Suhu : 36-37 c Suhu : 38,2 c

Nadi : 70-120x/menit Nadi : 80x/menit

RR : 20-40x/menit RR : 22x/menit
PEMERIKSAAN HEAD TO TOE (KEPALA KE KAKI)
a) Kesadaran : compos mentis
b) Kepala
Bentuk : normal, simetris,terdapat bintik kemerahan
c) Rambut
Warna : hitam
Kebersihan : tidak berminyak
d) Mata
Bentuk : simetris Reflek cahaya : positif
Sklera : tidak ikterik Palbebra : tidak edema
Konjungtiva : anemis Pupil : isokor

e) Telinga:
Bentuk : simetris
Serumen : tidak ada
f) Hidung:
Bentuk : simetris
Kebersihan : bersih
g) Mulut:
Bibir : kemerahan dan lembab
Bentuk : simetris
h) Dada:
Toraks : Inspeksi : simetris, tampak bintik merah, tidak
ada tarikan dinding dada
Auskultasi : Vesikuler
Palpasi : Fremitus kiri dan kanan sama
Perkusi : Sonor
Jantung : Inspeksi : iktur cordis tidak terlihat

Auskultasi : irama jantung regular

Palpasi :Iktus kordis teraba

i) Abdomen:
Inspeksi :Simetris, tampak bintik merah pada abdomen

Auskultasi :Bising usus (+)

Palpasi :Nyeri tekan pada ulu hati

Perkusi : Tymphani

j) Integument
Turgor : Kembali cepat
Kelembaban: Kering
Warna : kemerahan
Data lain : Tampak bintik merah pada seluruh tubuh

l) Ekstremits
Atas Data lain yang ditemukan : tampak bintik
merah pada kedua tangan, tidak edema, tidak ada sianosis, nyeri
pada
otot dan persendian

m) Ekstremits
Bawah Data lain yang ditemukan : tampak bintik
merah pada kedua tangan, tidak edema, tidak ada sianosis, nyeri
pada
otot dan persendian

n) Genetelia : TAK
ANALISA DATA KEPERAWATAN

Nama Pasien : An. M

N DATA ETIOLOGI MASALAH


O KEPERAWATAN
1. DS: Peningkatan laju Hipertermi
- Ibu pasien mengatakan An. metabolisme
M badan teraba hangat dan
kulit kemerahan

DO:
- Suhu: 38,2 oC
- Tampak wajah kemerahan
- Kulit teraba hangat
2. DS: Trombisitopenia Resiko perdarahan
- Ibu pasien mengatakan An. M
tampak bintik merah sejak hari
minggu
- Ibu pasien mengatakan An.
M BAB berwarna coklat
kehitaman

DO:
- Suhu : 38,2oC, RR : 21 x/m, N
: 81 x/m
- Konjungtiva anemis
- Mukosa bibir tampak
kemerahan
- Adanya tampak bintik merah
pada seluruh tubuh

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO TANGGAL DIAGNOSIS KEPERAWATAN


1 6 agst 2021 Hipertemi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
2 6 agst 2021 Resiko perdarahan berhubungan dengan trombisitopenia
INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama Pasien : An. M


Diagnosis keperawatan Intervensi
1. Hipertemi berhubungan dengan peningkatan laju Perawatan Demam
metabolism 1. Pantau suhu dan tanda- tanda vital lainnya
2. Monitor warna kulit dan suhu
3. Monitor penurunan tingkat kesadaran
4. Tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan, tergantung pada fase
demam ( yaitu: memberikan selimut hangat untuk fase dingin, menyediakan
pakaian atau linen tempat tidur untuk demam
5. Dorong konsumsi cairan
6. Fasilitasi istirahat
7. Kompres hangat pasien pada lipat paha dan aksila
2. Resiko perdarahan berhubungan dengan trombisitopenia Pencegahan Perdarahan
1. Monitor ketat tanda- tanda perdarahan
2. Monitor status cairan yang meliputi intake dan ouput
3. Observasi adanya darah dalam sekresi cairan tubuh
4. Instruksikan pasien untuk meningkatkan makanan yang kaya vitamin K
5. Instruksikan keluarga untuk memonitor tanda- tanda perdarahan dan
mengambil tindakan yang tepat jika terjadi perdarahan (misalnya langsung
bawah pasien ke rumah sakit, tau ke fasilitas pelayanan kesehatan lainnya)
IMLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Nama : An “M”
Hari / Diagnosa Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan
tanggal Keperawatan
Hipertermi 1. Pantau suhu dan tanda-tanda vital S:
Rabu lainnya (38,2oc) - Ibu pasien mengatakan badan An. M masih agak
04 ags 2. Monitor warna terasa panas
2021 kulit (kemerahan)dan suhu O:
3. Berikan obat (paracetamol syrup jam - S: 37oC, RR: 21x/I, HR: 80 x/i
12.00) - Tampak kulit kemerahan
4. Menganjurkan keluarga - Kulit teraba hangat
untuk
memberikan pakaian yang longgar - Intake: minum 1250ml
5. Dorong konsumsi cairan setiap jam A: masalah termogulasi belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
(air putih, susu, dll) 1,5-2 liter/ 24jam
6. Kompres hangat pasien pada lipat - Pantau suhu
paha dan aksila menggunakan handuk - Berikan obat
kecil - Dorong konsumsi cairan setiap jam
- Kompres hangat
Resiko Perdarahan 1. Monitor ketat tanda-tanda S:
perdarahan (BAB berwarna coklat - Ibu pasien mengatakan BAB berwarna
kehitaman) cokelat kehitaman
2. Monitor status cairan yang meliputi O:
intake dan ouput - Tampak bintik merah di seluruh tubuh
3. Observasi adanya darah dalam - Mukosa bibir masih tampak Kemerahan
sekresi cairan tubuh A: masalah belum teratasi
Instruksikan pasien untuk P: intervensi dilanjutkan
meningkatkan makanan yang kaya - Monitor ketat tanda-tanda perdarahan
vitamin K (kacang- kacangan, anggur)
Hipertermi 1. Pantau suhu dan tanda-tanda vital S:
Kamis lainnya (36,8oc) - Ibu pasien mengatakan badan An. M sudah tidak
05 ags 2021 2. Monitor warna kulit (kemerahan)dan panas lagi
suhu O:
3. Berikan obat (paracetamol syrup jam - S: 36,5oC, RR: 20x/I, HR: 92 x/i
12.00) - Kulit tidak terlihat kemerahan
4. Menganjurkan ibu pasien untuk - Kulit tidak teraba hangat
memberikan pakaian yang longgar - Intake: minum 1500ml
5. Dorong konsumsi cairan setiap jam A: masalah termogulasi teratasi
(air putih, susu, dll) 1,5-2 liter/ 24jam P: intervensi dilanjutkan

Resiko Perdarahan 1. Monitor ketat tanda-tanda perdarahan S: - Ibu pasien mengatakan BAB An M masih berwarna
(BAB berwarna coklat kehitaman, kehitaman
Jum’at 1. Monitor ketat tanda-tanda perdarahan ( S:
gusi berdarah)
06 ags Resiko Perdarahan gusi berdarah)
2. Monitor status cairan yang meliputi O -: - Keluarga
Mukosa mengatakan
bibir masihBABtampak berwarna masih
2021 2. Monitor status cairan yang meliputi kehitaman sudah tidak ada dan gigi berdarah
kemerahan
intake dan ouput cairan tubuh
intake dan ouput
3. Instruksikan pasien untuk masih
A : masalah belum teratasi
3. Observasi
meningkatkan adanya darah dalam
makanan sekresi
yang kaya P:O:intervensi dilanjutkan
cairan tubuh
vitamin K (kacang- kacangan, -- Instruksikan
Mukosa bibir sudahuntuk
pasien tampak tidak kemerahan
meningkatkan makanan
4. Instruksikan
anggur) pasien untuk lagi kaya
yang
meningkatkan makanan yang kaya A: vitamin
masalahKbelum teratasi
(kacang-kacangan, anggur)
vitamin K (kacang- kacangan, anggur) P : intervensi dilanjutkan
5. Instruksikan keluarga untuk - Monitor ketat tanda-tanda perdarahan
memonitor tanda-tanda perdarahan - Instruksikan keluarga untuk memonitor tanda-
dan mengambil tindakan yang tepat tanda perdarahan dan mengambil tindakan
jika terjadi perdarahan (misalnya: yang tepat jika terjadi perdarahan (misalnya:
lapor kepada perawat) lapor kepada perawat)
Instruksikan pasien untuk
meningkatkan makanan yang kaya vitamin K
(kacang-kacangan, anggur)
1. Monitor ketat tanda-tanda perdarahan S:
Sabtu Resiko ( gusi berdarah) - Ibu pasien mengatakan BAB berwarna
07 ags perdarahan 2. Monitor status cairan yang meliputi masih kehitaman sudah tidak ada dan
2021 intake dan ouput tidak ada lagi gigi berdarah
3. Observasi adanya darah dalam sekresi - Keluarga mengatakan An. N
cairan tubuh dibolehkan pulang
4. Instruksikan pasien untuk O:
meningkatkan makanan yang kaya - Tampak bintik merah di seluruh
vitamin K (kacang- kacangan, tubuh masih
anggur) - Tampak gusi beradarh tidak ada lagi
5. Instruksikan keluarga untuk - Mukosa bibir sudah tampak tidak
memonitor tanda-tanda perdarahan kemerahan lagi
dan mengambil tindakan yang tepat A: masalah teratasi
jika terjadi perdarahan (misalnya: P: intervensi dihentikan
lapor kepada perawat)
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan studi kasus pada klien Anak X dengan Demam
Berdarah Dengue , maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian keperawatan pada kasus demam berdarah dengue harus
di lakukan secara komperehensif mengingat masalah bukan hanya
pada fisik tetapi juga pada aspek psikososial penderita.
2. Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus demam
berdarah dengue antara lain

Hipertemi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme


Resiko perdarahan berhubungan dengan trombisitopenia

3. iIntervensi keperawatan pada kasus demam berdarah dengue di


fokuskan pada upaya menurunkan demam,mencegah terjadinya
resiko perdarahan, mencegah terjadinya komplikasi, serta
pemberian pemahaman kepada keluarga klien terkait penyakit
Demam Berdarah Dengue.
4. Pelaksanaan tindakan keperawatan harus dapat melibatkan klien
dan keluarga secara aktif untuk mengurangi beban kerja perawat
secara berlebihan dan meningkatkan kemandirian keluarga pasien
dalam merawat anggota keluarga.
5. Dalam mengevaluasi proses keperawatan pada klien dengan
Demam Berdarah Dengue selalu mengacu pada tujuan pemenuhan
kebutuhan klien. Hasil evaluasi yang dilakukan selama 3 hari
semua masalah dapat teratasi.
B. Saran
1. Bagi Penulis Di harapkan dapat menggunakan atau memanfaatkan
waktu seefektif mungkin sehingga dapat memberikan asuhan
keperawatan pada pasien secara menyeluruh.
2. Praktis
a. Bagi masyarakat/pasien Di harapkan pasien dan keluarga
dapat meningkatkan pengetahuan tentang penyakit demam
berdarah dengue, sehingga dapat di lakukan pencegahan lebih
dini.
b. Bagi Institusi Pendidikan Memberikan kemudahan dalam
pemakaian saran dan prasarana yang merupakan fasilitas bagi
mahasiswa untuk mengebangkan ilmu pengetahuan dan
keterampilannya melalui praktek klinik dan pembuatan
laporan. c. Bagi Rumah Sakit Untuk meningkatkan dan
mempertahankan mutu pelayanan kesehatan khsususnya klien
dengan demam berdarah dengue, Rumah Sakit harus
menyediakan tenaga profesional di bidang keperawatan serta
dapat menyediakan fasilitas yang memadai
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, Sulistyo & Andoko, Sayudi J. 2013. Hubungan Pengetahuan


Keluarga Tentang Penyakit DHF dengan Sikap Keluargadalam Pencegahan
Penyakit DHF. Jurnal Florence Vol. VI No. 2 Juli 2013.

Andriani, Ni Wayan E. 2014. Kajian Penatalaksanaan Terapi Pengobatan


DemamBerdarah Dengue (DBD) pada Penderita Anak yangMenjalani
Perawatan dI RSUP PROF. DR. R.D Kandou. Jurnal Ilmiah Farmasi –
UNSRAT Vol. 3 No. 2, Mei 2014 ISSN 2302 – 2493.

Crain, William. 2007. Teori Perkembangan: Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta :


pustaka pelajar.

Depkes RI. 2015.Demam Berdarah Biasanya Mulai Meningkat di Januari.


Diakses: 12 Mei 2015.www.depkes.go.id.

Doenges, Marilyn, E. 2009. RencanaAsuhanKeperawatan. AlihBahasa: I Made


Kariasi,S.Kp. Ni Made Sumawarti, S.Kp. Jakarta: EGC.

Garna, Herry. 2013. Buku Ajar Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis. Jakarta:
Sagung Seto. IDAI. 2011. Kumpulan Tips Pediatri. Jakarta: Badan penerbit
IDAI.

Ngastiyah. 2010. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta:EG

Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC Jilid 2. Jakarta:EGC
Rohadi. 2007. Peranan Kadar Hematokrit, Jumlah Trombosit dan Serologi IgG –
IgM Anti DHF Dalam Memprediksi Terjadinya Syok Pada Pasien Demam
Berdarah Dengue (DBD) di Rumah SakitIslam Siti Hajar Mataram. Jurnal
Penyakit Dalam, Volume 8 Nomor 2 Mei 2007.

Soedarto. 2012. Demam Berdarah Dengue/Dengue Haemorrhagic Fever. Jakarta:


Sagung Seto.

Sunaryo. 2014. Surveilans Aedes aegypti di Daerah Endemis DemamBerdarah


Dengue. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 8, No. 8, Mei 2014.
Suriadi & Yuliani, Rita. 2006. Asuhan Keperawatan pada Anak Edisi 2.
Jakarta: Sagung Seto.

Susilaningrum, R. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi dan anak untuk Perawat dan
Bidan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

Widagdo. 2011. Masalah dan Tatalaksana Penyakit Infeksi pada Anak. Jakarta:
Sagung Seto. Wilkinson, Judith M. & Nency, Ahern N. 2011. Buku Saku
Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.

Wiryana. 2007.Nutrisi Pada Penderita Sakit Kritis. Jurnal Penyakit Dalam,


Volume 8 Nomor 2 Mei 2007. Wong,

Donna L. 2009. Buku Ajar KeperawatanPediatrik Volume 2. Jakarta: EGC.


DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai