PALEMBANG
2021
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2. Anatomi Fisiologi
Darah terdiri dari 4 baguan utama yaitu plasma darah, sel darah
merah, sel darah putih dan keping darang.
1. Plasma Darah
Bagian 55% dari darah yang berupa cairan kekuningan dan
membentuk medium cairan darah disebut plasma darah. 90%
bagian plasma plasma darah terdiri dari air, plasma darah ini
memiliki fungsi mengangkut sari makanan ke dalam sel dan
membawa sisa pembakaran dari sel ke tempat pembuangan,
plasma darah ini juga bermanfaat untuk menghasilkan zat
antibodi untuk menjaga kekebalan tubuh dari penyakit.
Zat-zat plasma darah :
i. Fibrinogen yang berguna dalam peristiwa pembekuan darah.
ii. Garam-garam mineral(garam kalsium, kalium, natrium dan
lain-lain).
iii. Protein darah(albumin, globulin)meningkatkan viskositas
darah dan juuga menimbulkan takanan osmotik untuk
memelihara keseimbangan cairan dalam tubuh.
iv. Zat makanan (asam amino, glukosa, lemak, mineral dan
vitamin)
v. Hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh
vi. Antibodi/antitoksin(Syaifuddin,2006).
3. Etiologi
5. Patofisiologi
Virus dengue yang pertama kali masuk ke dalam tubuh manusia
melalui gigitan nyamuk aedes dan menginfeksi pertama kali
memberi gejala DF. Pasien akan mengalami gejala viremia seperti
demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan,
hyperemia ditenggorok, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin
terjadi pada RES seperti pembesaran kelenjer getah bening, hati, dan
limfa. Reaksi yang berbeda nampak bila seseorang mendaparkan
infeksi berulang dengan tipe virus yang berlainan. Hal ini disebut
the secondary heterologous infection atau the sequential infection of
hypothesis. Re-infeksi akan menyebabkan suatu rekasi anamnetik
antibody, sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen
antibody (kompleks virus antibody) yang tinggi (Wijaya & Putri,
2016).
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan darah
1) Pemeriksaan Darah lengkap
Hemoglobinbiasanya meningkat, apabila sudah
terjadi perdarahan yang banyak dan hebat Hb
biasanya menurun.
Nilai normal: Hb: 10-16 gr/dL
(a) Hematokrit meningkat 20% karena darah
mengental dan terjadi kebocoran plasma
Nilai normal: 33- 38%
(b) Trombosit biasa nya menurun akan mengakibat
trombositopenia kurang dari 100.000/ml
Nilai normal: 200.000-400.000/ml
(c) Leukosit mengalami
penurunan dibawah normal
Nilai normal: 9.000-
12.000/mm3
2) Pemeriksaan kimia darah akan menunjukkan:
hipoproteinemia, hipokloremia, dan hiponatremia
3) Pemeriksaan analisa gas darah, biasanya diperiksa:
(a) pH darah
biasanya
meningkat
Nilai
normal:
7.35-7.45
(b) Dalam keadaan lanjut biasanya terjadi asidosis
metabolik mengakibatkan pCO2 menurun dari
nilai normal (35 – 40 mmHg) dan HCO3
rendah.
b. Pemeriksaan rontgen thorak
Pada pemeriksaan rontgen thorak ditemukan adanya
cairan di rongga pleura yang meyebabkan terjadinya
effusi pleura.(Wijayaningsih, 2013)
7. Penatalaksanaan
Ngastyah (2014), menyebutkan bahwa
penatalaksanaan pasien DBD ada penantalaksanaan
medis dan keperawataan diantanya :
a. Penatalaksanaan Medis
1) DBD tanpa renjatan
Demam tinggi, anoreksia, dan sering muntah
menyebabkan pasien dehidrasi dan haus. Orang
tua dilibatkan dalam pemberian minum pada anak
sedikt demi sedikit yaitu 1,5-2 liter dalam 24 jam.
Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat
antipiretik dan kompres hangat. Jika anak
mengalami kejang-kejang diberi luminal dengan
b. Penatalaksanaan keperawatan
1) Perawatan pasien DBD derajat I
Pada pasien ini keadaan umumya seperti pada
pasien influenza biasa dengan gejala demam, lesu,
sakit kepala, dan sebagainya, tetapi terdapat juga
gejala perdarahan. Pasien perlu istirahat mutlak,
observasi tanda vital setiap 3 jam, periksa Ht, Hb
dan trombosit secara periodik (4 jam sekali).
Berikan minum 1,5-2 liter dalam 24 jam. Obat-
obatan harus diberikan tepat waktunya disamping
kompres hangat jika pasien demam.
2) Perawatan pasien DBD derajat II
Umumnya pasien dengan DBD derajat II, ketika
datang dirawat sudah dalam keadaan lemah, malas
minum dan tidak jarang setelah dalam perawatan
baru beberapa saat pasien jatuh kedalam keadaan
renjatan. Oleh karena itu, lebih baik jika pasien
segera dipasang infus. Bila keadaan pasien sangat
lemah infus lebih baik dipasang pada dua tempat.
Pengawasan tanda vital, pemeriksaan hematokrit
dan hemoglobin serta trombosit.
3) Perawatan pasien DBD derajat III (DSS)
Pasien DSS adalah pasien gawat maka jika tidak
mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat
akan menjadi fatal sehingga memerlukan
perawatan yang intensif. Masalah utama adalah
kebocoran plasma yang pada pasien DSS ini
mencapai puncaknya dengan ditemuinya tubuh
pasien sembab, aliran darah sangat lambat karena
menjadi kental sehingga mempengaruhi curah
jantung dan menyebabkan gangguan saraf pusat.
Akibat terjadinya kebocoran plasma pada paru
terjadi pengumpulan cairan didalam rongga pleura
dan menyebabkan pasien agak dispnea, untuk
meringankan pasien dibaringkan semi-fowler dan
diberikan O2. Pengawasan tanda vital dilakukan
setiap 15 menit terutama tekanan darah, nadi dan
pernapasan.
8. Komplikasi
A. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama, umur (pada DBD tersering menyerang anak
dengan usia kurang 15 tahun), jenis kelamin, alamat,
nama orang tua, pendidikan orang tua, pekerjaan orang
tua.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan yang menonjol pada pasien DBD untuk
datang ke rumah sakit adalah panas tinggi dan anak
lemah.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang
disertai menggigil. Turunnya panas terjadi antara
hari ke-3 dan ke-7, anak anak semakin lemah.
Kadang – kadang disertai dengan keluhan batuk,
pilek, nyeri telan, mual, muntah anoreksia, diare
atau konstipasi, sakit kepala, nyeri oto dan
persendian, nyeri ulu hati dan pergerakkan bola
mata terasa pegal, serta adanya manifestasi
perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena
atau hematemesis.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DBD,
anak biasanya mengalami serangan ulangan DBD
dengan tipe virus yang lain.
4) Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita DBD dapat
bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik
maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat
beberapa faktor predisposisinya. Anak yang
menderita DBD sering mengalami keluhan mual,
muntah, dan nafsumakan menurun. Apabila kondisi
ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan
nutrisi yang mencukupi, maka akan dapat
mengalami penurunan berat badan sehingga status
gizinya menjadi kurang.
c. Kondisi lingkungan
Sering terjadi didaerah yang padat
penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih
(seperti air yang menggenang dan gantungan baju
kamar)
d. Pola kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme
Frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang.
2) Eliminasi alvi (buang air besar)
Anak mengalami diare atau konstipasi. Sementara
pada DBD grade IV bisa terjadi melena.
3) Eliminasi urin (bang air kecil)
Pada anak DBD akan mengalami urine output
sedikit. Pada DBD grade IV sering terjadi
hematuria.
4) Tidur dan istirahat
Nyamuk Aedes Aegypti biasanya menggigit pada
siang hari jam 10.00-12.00 dan sore hari pada jam
16.00-18.00. Anak biasanya sering tidur pada siang
hari dan pada sore hari ,tidak memakai kelambu
dan tidak memakai lotion anti nyamuk.
5) Kebersihan
Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cenderung kurang terutama untuk
memebersihkan tempat sarang nyamuk aedes
aegypti, dan tidak adanya keluarga melakukan
3m plus yaitu menutup, mengubur, menguras dan
menebar bubuk abate.
e. Pemeriksaan fisik
Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari
ujung rambut sampai ujung kaki.
Pemeriksaan fisik secara umum :
1) Tingkat kesadaran
Biasanya ditemukan kesadaran menurun, terjadi
pada grade III dan grade IV karena nilai hematokrit
meningkat menyebabkan darah
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Tabel 2.2
Intervensi Keperawatan
Untuk Pasien DBD
Faktor Berhubungan:
a) Ansietas
b) Posisi tubuh
c) Deformitas tulang
d) Deformitas dinding
dada
e) Keletihan
f) Hiperventilasi
g) Sindrom hipoventilasi
Sumber: Nanda (2015); Nursing Interventions Classification (NOC) (2013); Nursing Outcome
Classification (NIC) (2013
D. Evaluasi
Evaluasi keperawatan terdiri dari beberapa komponen:
a. Tanggal dan waktu dilakukan evaluasi keperawatan.
b. Diagnosa kepoerawatan.
c. Evaluasi keperawatan.
A. PENGKAJIAN
I. IDENTITAS
1. Nama: An“M”
3. Usia : 8 th
4. Pendidikan : 3 SD
9. Agama : ISLAM
Nama : Ny“T”
Umur : 30 Tahun
Pendidikan : SMA
1. Munculnya keluhan
2. Pernah dirawat di RS
4. Allergi
Ibu pasien mengatakan bahwa anak nya tidak ada alergi obat
dari dulu sampai saat ini.
5. Imunisasi
- BCG - DPT III
- Hepatitis B I - Campak
- Hepatitis B II - Polio I
- DPT I - Polio II
- DPT II - Polio III
1. Pengasuh anak
Cairan
No Aktivitas Sebelum sakit Saat sakit
1 Frekuensi 2gelas/hari 3 gelas/hari
2 Jenis Air putih Air putih
5. Pola Eliminasi
BAB
Frekuensi : 1X sehari
Konsistensi : padat
Warna : coklat kehitaman
BAK
Frekuensi : ±6-7 kali
PENGKAJIAN FISIK
RR : 20-40x/menit RR : 22x/menit
PEMERIKSAAN HEAD TO TOE (KEPALA KE KAKI)
a) Kesadaran : compos mentis
b) Kepala
Bentuk : normal, simetris,terdapat bintik kemerahan
c) Rambut
Warna : hitam
Kebersihan : tidak berminyak
d) Mata
Bentuk : simetris Reflek cahaya : positif
Sklera : tidak ikterik Palbebra : tidak edema
Konjungtiva : anemis Pupil : isokor
e) Telinga:
Bentuk : simetris
Serumen : tidak ada
f) Hidung:
Bentuk : simetris
Kebersihan : bersih
g) Mulut:
Bibir : kemerahan dan lembab
Bentuk : simetris
h) Dada:
Toraks : Inspeksi : simetris, tampak bintik merah, tidak
ada tarikan dinding dada
Auskultasi : Vesikuler
Palpasi : Fremitus kiri dan kanan sama
Perkusi : Sonor
Jantung : Inspeksi : iktur cordis tidak terlihat
i) Abdomen:
Inspeksi :Simetris, tampak bintik merah pada abdomen
Perkusi : Tymphani
j) Integument
Turgor : Kembali cepat
Kelembaban: Kering
Warna : kemerahan
Data lain : Tampak bintik merah pada seluruh tubuh
l) Ekstremits
Atas Data lain yang ditemukan : tampak bintik
merah pada kedua tangan, tidak edema, tidak ada sianosis, nyeri
pada
otot dan persendian
m) Ekstremits
Bawah Data lain yang ditemukan : tampak bintik
merah pada kedua tangan, tidak edema, tidak ada sianosis, nyeri
pada
otot dan persendian
n) Genetelia : TAK
ANALISA DATA KEPERAWATAN
DO:
- Suhu: 38,2 oC
- Tampak wajah kemerahan
- Kulit teraba hangat
2. DS: Trombisitopenia Resiko perdarahan
- Ibu pasien mengatakan An. M
tampak bintik merah sejak hari
minggu
- Ibu pasien mengatakan An.
M BAB berwarna coklat
kehitaman
DO:
- Suhu : 38,2oC, RR : 21 x/m, N
: 81 x/m
- Konjungtiva anemis
- Mukosa bibir tampak
kemerahan
- Adanya tampak bintik merah
pada seluruh tubuh
Resiko Perdarahan 1. Monitor ketat tanda-tanda perdarahan S: - Ibu pasien mengatakan BAB An M masih berwarna
(BAB berwarna coklat kehitaman, kehitaman
Jum’at 1. Monitor ketat tanda-tanda perdarahan ( S:
gusi berdarah)
06 ags Resiko Perdarahan gusi berdarah)
2. Monitor status cairan yang meliputi O -: - Keluarga
Mukosa mengatakan
bibir masihBABtampak berwarna masih
2021 2. Monitor status cairan yang meliputi kehitaman sudah tidak ada dan gigi berdarah
kemerahan
intake dan ouput cairan tubuh
intake dan ouput
3. Instruksikan pasien untuk masih
A : masalah belum teratasi
3. Observasi
meningkatkan adanya darah dalam
makanan sekresi
yang kaya P:O:intervensi dilanjutkan
cairan tubuh
vitamin K (kacang- kacangan, -- Instruksikan
Mukosa bibir sudahuntuk
pasien tampak tidak kemerahan
meningkatkan makanan
4. Instruksikan
anggur) pasien untuk lagi kaya
yang
meningkatkan makanan yang kaya A: vitamin
masalahKbelum teratasi
(kacang-kacangan, anggur)
vitamin K (kacang- kacangan, anggur) P : intervensi dilanjutkan
5. Instruksikan keluarga untuk - Monitor ketat tanda-tanda perdarahan
memonitor tanda-tanda perdarahan - Instruksikan keluarga untuk memonitor tanda-
dan mengambil tindakan yang tepat tanda perdarahan dan mengambil tindakan
jika terjadi perdarahan (misalnya: yang tepat jika terjadi perdarahan (misalnya:
lapor kepada perawat) lapor kepada perawat)
Instruksikan pasien untuk
meningkatkan makanan yang kaya vitamin K
(kacang-kacangan, anggur)
1. Monitor ketat tanda-tanda perdarahan S:
Sabtu Resiko ( gusi berdarah) - Ibu pasien mengatakan BAB berwarna
07 ags perdarahan 2. Monitor status cairan yang meliputi masih kehitaman sudah tidak ada dan
2021 intake dan ouput tidak ada lagi gigi berdarah
3. Observasi adanya darah dalam sekresi - Keluarga mengatakan An. N
cairan tubuh dibolehkan pulang
4. Instruksikan pasien untuk O:
meningkatkan makanan yang kaya - Tampak bintik merah di seluruh
vitamin K (kacang- kacangan, tubuh masih
anggur) - Tampak gusi beradarh tidak ada lagi
5. Instruksikan keluarga untuk - Mukosa bibir sudah tampak tidak
memonitor tanda-tanda perdarahan kemerahan lagi
dan mengambil tindakan yang tepat A: masalah teratasi
jika terjadi perdarahan (misalnya: P: intervensi dihentikan
lapor kepada perawat)
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan studi kasus pada klien Anak X dengan Demam
Berdarah Dengue , maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian keperawatan pada kasus demam berdarah dengue harus
di lakukan secara komperehensif mengingat masalah bukan hanya
pada fisik tetapi juga pada aspek psikososial penderita.
2. Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus demam
berdarah dengue antara lain
Garna, Herry. 2013. Buku Ajar Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis. Jakarta:
Sagung Seto. IDAI. 2011. Kumpulan Tips Pediatri. Jakarta: Badan penerbit
IDAI.
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC Jilid 2. Jakarta:EGC
Rohadi. 2007. Peranan Kadar Hematokrit, Jumlah Trombosit dan Serologi IgG –
IgM Anti DHF Dalam Memprediksi Terjadinya Syok Pada Pasien Demam
Berdarah Dengue (DBD) di Rumah SakitIslam Siti Hajar Mataram. Jurnal
Penyakit Dalam, Volume 8 Nomor 2 Mei 2007.
Susilaningrum, R. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi dan anak untuk Perawat dan
Bidan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
Widagdo. 2011. Masalah dan Tatalaksana Penyakit Infeksi pada Anak. Jakarta:
Sagung Seto. Wilkinson, Judith M. & Nency, Ahern N. 2011. Buku Saku
Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.