Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH HOME CARE

PADA LANSIA

DI SUSUN
ANGGITA CAROLINA (A.19.11.002) DHEA AULIA (
EKA PURNAMA SARI ( DHEALIN (
CICI INDRIANTI ( ELIS OKTAVIANI (
CINTA PERMATA.I (A.19.11.007) YUNI ANIKA (
DESI NOVITA SARI (A.19.11.008)

KELOMPOK 1 :

DOSEN PEMBIMBING :

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA ADIGUNA


PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2020 - 2021
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

Puji syukur dengan kehadirat  Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia, berkat,


rahmat dan hidaya-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Isu-Isu Legal
Etik, Kepercayaan dan Budaya dalam Home Care”  tepat waktu. Kami berharap semoga
dengan diterbitkannya makalah ini dapat  membantu menambah pengetahuan dan
wawasan  bagi para pembacanya tentang isu-isu legal etik, kepercayaan dan budaya dalam
home care. Kami  menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih
terdapat kesalahan-kesalahan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
pembuatan makalah ini.

Semarang, 22 Oktober 2015

Penulis
“PELAYANAN HOME CARE PADA LANSIA”

Perawatan kesehatan di rumah bukanlah suatu konsep baru dalam sistem pelayanan
kesehatan, khususnya pada praktek keperawatan komunitas. Hal ini sudah
dikembangkan sejak tahun 1859 yang pada saat itu William Rathbone of Liverpool,
England, dan juga Florence Nightingale melakukan perawatana kesehatan di rumah
dengan memberikan pengobatan bagi klien (masyarakat) yang mengalami sakit
terutama mereka dengan status sosial ekonomi rendah, kondisi sanitasi, kebersihan diri
dan lingkungan, dan gizi buruk sehingga berisiko tinggi terhadap berbagai jenis
penyakit infeksi yang umum ditemukan di masyarakat (Smith & Maurer, 2000).
Kunjungan rumah juga dilakukan untuk meningkatkan dan memelihara derajat
kesehatan masyarakat serta meminimalkan resiko penyakit infeksi masyarakat, serta
mencegah dari kekambuhan penyakit (Stanhope & Lancaster, 1996).
Seiring dengan perkembangan IPTEK dan teknologi medis di era globalisasi ini,
berdampak pada sistem pelayanan kesehatan dan praktek keperawatan di Indonesia
kini. Tuntutan masyarakat akan kebutuhan pelayanan kesehatan juga semakin
meningkat dan berubah dari konsep perawatan dan pengobatan di rumah sakit/klinik
menjadi kebutuhan perawatan di rumah, khususnya bagi klien/keluarga dengan
penyakit terminal. Disamping itu, penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
pembangunan, seperti perbaikan gizi, perilaku sehat, tersedianya bermacam jenis obat,
peningkatan kualitas pengobatan dan perawatan berbagai penyakit akibat proses
penuaan memungkinkan seseorang dapat menikmati usia lanjut sehingga usia harapan
hidup manusia juga meningkat. Terjadinya booming pada populasi lansia di abad ke-21
ini merupakan salah satu issue penting bagi dunia, baik di negara maju dan negara yang
sedang berkembang (Ebersole & Hess, 1998; Reimer, 1998). Di Indonesia terjadi
peningkatan umur harapan hidup lansia dari usia 58 tahun pada tahun 1986 menjadi
usia 65 tahun pada tahun 1995 (Depkes, 2003) dan terjadi peningkatan populasi lanjut
usia secara signifikan, yaitu 3,96 % setiap tahunnya dan diperkirakan dapat mencapai
angka 22.277.700 jiwa pada tahun 2000 (Boedhi-Darmojo & Martono, 1999).
Peningkatan usia harapan hidup yang diiringi dengan penurunan angka kelahiran
dan kematian mengakibatkan komposisi penduduk Indonesia mengarah ke penduduk
berstruktur tua artinya jumlah lanjut usia semakin meningkat. Meningkatnya jumlah
lanjut usia, di satu sisi dapat dipandang sebagai asset nasional, namun di sisi lain dapat
dipandang sebagai problematika sosial yang memerlukan perhatian khusus. Hal ini
disebabkan oleh adanya siklus kehidupan manusia yang terus menerus mengalami
proses penuaan secara biologis dalam kehidupannya. Kondisi tersebut menimbulkan
berbagai masalah, yaitu menurunnya kemampuan fisik dan mental, keterbatasan
berinteraksi social dan menurunnya produktifitas kerja. Permasalahan lainnya adalah
rasio ketergantungan antara penduduk tua dengan penduduk usia produktif semakin
meningkat, lanjut usia mengalami masalah kesehatan yang signifikan, meningkatnya
jumlah lanjut usia terlantar bahkan yang lebih memprihatinkan adanya kasus lanjut usia
menjadi korban tindak kekerasan (Ebersole & Hess, 1998; Reimer, 1998).
Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan berbagai upaya untuk
meningkatkan kesejahteraan sosial lanjut usia. Salah satu diantaranya adalah Program
Home Care (Pendampingan dan Perawatan Lanjut Usia di Rumah/ Lingkungan
Keluarga).

A.      DEFINISI
Bentuk pelayanan Pendampingan dan Perawatan Lanjut Usia di rumah (Home
Care) sangat tepat untuk diterapkan dalam masyarakat Indonesia yang masih berpegang
pada nilai-nilai budaya timur, sebagai wujud perhatian terhadap lanjut usia dengan
mengutamakan peran masyarakat berbasis keluarga. Pelayanan lanjut usia di rumah
(home care) sangat membantu lanjut usia yang mempunyai hambatan fisik, mental dan
sosial, termasuk memberikan dukungan dan pelayanan untuk hidup mandiri, sehingga
mengurangi beban baik dari anggota keluarga, teman, kerabat maupun tetangga yang
membantu memenuhi kebutuhan lanjut usia.
Menurut Warhola (1980, dalam Smith & Maurer, 2000) perawatan kesehatan
trumah adalah suatu pelayanan kesehatan secara komprehensif yang diberikan kepada
klien/individu atau keluarga di temapat tinggal mereka (di rumah), bertujuan untuk
memandirikan klien dalam pemeliharaan kesehatan, peningkatan derajat kesehatan,
upaya pencegahan penyakit, dan risiko kekambuhan serta rehabilitasi kesehatan.
Perawatan kesehatan rumah (home care) juga dapat diartikan sebagai kesatuan
yang memungkinkan pelayanan kesehatan dilakukan secara bersamaan ataupun
kombinasi dari berbagai profesi kesehatan sebagai satu kesatuan tim untuk mencapai
dan mempertahankan status kesehatan klien secara optimal (Smith & Maurer, 2000).
Home care bagi lansia merupakan salah satu unsur pelayanan kesehatan secara luas
yang ditujukan untuk kesehatan perorangan atau kesehatan keluarga di tempat tinggal
mereka untuk tujuan promotif, rehabilitatif, kuratif, asesmen dan mempertahankan
kemampuan individu untuk mandiri secara optimal selama mungkin. Sedikitnya
terdapat empat kelompok penderita yang dapat secara efektif dan efisien dilakukannya
home care yaitu penyakit kronik multisistem, kondisi terminal pada keganasan, kondisi
kronik pada lansia dan demensia. Tentunya potensi-potensi setempat perlu dilibatkan
seperti pihak keluarga, masyarakat, dokter keluarga, perawat keluarga, asuransi
kesehatan, dan yayasan atau lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang
kesehatan untuk diajak menjalin kerjasama dalam berbagai beban seefektif mungkin
(Walsh & Wieck, 1987).
Pendirian home care secara umum bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
usia lanjut, sedang rehabilitatif yaitu pencegahan sekunder dan tertier yaitu pengobatan
kronik penderita keganasan/penyakit lainnya serta menghambat laju penyakit dan
menghambat timbulnya keterbatasan-keterbatasan (disability) sehingga penderita dapat
mempertahankan otonominya selama mungkin. Secara khusus, tujuan yang diharapkan
dari Pendampingan dan Perawatan lanjut usia di rumah (Stanhope & Lancaster, 1996)
adalah:
1.    Meningkatnya kemampuan lanjut usia untuk menyesuaikan diri terhadap proses
perubahan dirinya secara fisik, mental dan sosial.
2.    Terpenuhinya kebutuhan dan hak lanjut usia agar mampu berperan dan berfungsi di
masyarakat secara wajar.
3.    Meningkatnya kemampuan  keluarga dan masyarakat dalam pendampingan dan
perawatan lanjut usia di rumah.
4.    Terciptanya rasa aman, nyaman dan tentram bagi lanjut usia baik di rumah    maupun di
lingkungan sekitarnya.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perawatan kesehatan dirumah


(home care) diberikan kepada individu dan keluarga baik keluarga dengan lansia di
rumah tinggal mereka yang melibatkan berbagai disiplin ilmu atau profesi dalam suatu
tim kesehatan untuk melakukan perawatan kesehatan di rumah dengan tujuan untuk
memberikan kondisi yang sehat secara optimal dan terbebasnya klien dari penyakit
yang diderita.
B.       SASARAN
Adapun sasaran dari home care bagi lansia ini (Nugroho, 2008), antara lain
1.    Lanjut usia 60 tahun ke atas
2.    Lanjut usia yang tinggal sendiri dan lanjut usia yang tinggal bersama keluarga baik
keluarganya sendiri maupun keluarga pengganti.
3.    Lanjut usia yang mengalami hambatan, seperti lanjut usia yang sakit, lanjut usia
penyandang cacat, lanjut usia uzur dan lain-lain.
4.    Lanjut usia yang terlantar atau miskin.

C.      KOMPONEN PERAWATAN KESEHATAN LANSIA DI RUMAH


Adapun komponen perawatan kesehatan lansia di rumah (Zang & Bailey, 2004)
antara lain :
1.        Komponen pokok
a.    Klien
Klien adalah usila yang akan menerima perawatan di rumah dan salah satu anggota
keluarga bertindak sebagai penanggung jawab yang mewakili klien. Apabila diperlukan
dapat menunjuk seorang sebagai pengasuh (caregiver) yang akan melayani kebutuhan
sehari-hari klien.
b.    Pengasuh
Pengasuh adalah sanak famili, relawan, tetangga atau kerabat anggota keluarga yang
bertugas menjaga dan merawat klien sehari-hari di rumah. Umunya mereka adalah yang
dapat mendukung dan membantu klien, sehingga mereka dapat diberdayakan sesuai
kemampuan dan kondisinya.
c.    Pengelola di rumah
Pengelola perawatan di rumah adalah institusi/yayasan yang bertanggung jawab
terhadap seluruh pengelolaan perawatan kesehatan di rumah, baik penyediaan tenaga
kesehatan, fasilitas yang dibutuhkan, sarana dan prasarana, mekanisme pelaksanaan
kegiatan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Pengelola dapat sebagai bagian
dari rumah sakit, puskesmas, klinik, ataupun secara mandiri.
d.   Koordinator kasus
Koordinator kasus adalah tenaga kesehatan profesional yang di bantu oleh tenaga
kesehatan lain terkait dengan fungsinya sebagai pengelola pelayanan kesehatan dalam
melakukan asuhan keperawatan.
e.    Pramusila
Pramusila merupakan tenaga sukarela ataupun yang diberi imbalan untuk melaksanakan
kegiatan dan tugas-tugas perawatan kesehatan di rumah. Pramusila adalah salah satu
komponen penting bagi pencapaian keberhasilan perawatan kesehatan di rumah. Ada
tiga jenis pramusila yaitu
2.    Komponen penunjang
Komponen penunjang terdiri dari tim perawatan kesehatan masyarakat yang berada di
puskesmas, dokter keluarga yang berada di masyarakat, dan tim kesehatan dari rawat
rumah yang berada di rumah sakit, terutama yang memiliki klinik geriatrik.
a.    Tim perawatan kesehatan masyarakat (perkesmas)
Tim perawatan kesehatan masyarkat adalah tim dari unit pelayanan
keperawatan kesehatan rumah yang berada di puskesmas yang terdiri dari berbagai
tim/tenaga kesehatan yang berada di puskesmas.
b.    Dokter keluarga
Dokter keluarga merupakan dokter yang melaksanakan praktek kedokteran
keluarga secara mandiri ataupun berkelompok.
c.    Tim rawat rumah (RR)
Tim ini adalah tenaga kesehatan yang terdiri dari dokter, perawat, bidan, ahli
gizi, therapis, dll yang bertugas untuk melaksanakan tindak lanjut pelayanan kepada
klien di rumah setelah dinyatakan dapat menjalani proses rawat jalan oleh dokter yang
merawat. Pelayanan kesehatan yang diberikan bersifat holistic dengan memperhatikan
aspek psikososial, ekonomi dan budaya yang penyelenggaraannya bekerja sama
dengan puskesmas sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan tingkat dasar yang
dekat dengan masyarakat.

D.      KEBIJAKAN/PERATURAN PEMERINTAH YANG TERKAIT


Untuk lebih meningkatkan kinerja pelayanan prasarana lansia dan mutu pelayanan
yang diberikan, maka berbagai pendekatan perlu dilaksanakan, salah satunya adanya
hukum dan perundang-undangan, antara lain :
1.        UU No. 4 tahun 1965 tentang pemberian bantuan bagi orang jompo
2.        UU No. 14 tahun 1969 tentang ketentuan pokok mengenai tenaga kerja
3.        UU No. 6 tahun 1974 tentang ketentuan pokok kesejahteraan sosial
4.        UU No. 3 tahun 1982 tentang jaminan sosial tenaga kerja
5.        Permenkes No. 920 tahun 1986 tentang pelayan medik swasta
6.   Keputusan Menteri Koordinasi Kesejahteraan Rakyat Nomor 05 Tahun 1990 tentang
pembentukan kelompok kerja tetap kesejahteraan usia lanjut
7.    Surat keputusan menteri kesehatan Nomor 134 Tahun 1990 tentang pembentukan tim
kerja geriatri
8.    UU Kes.No. 23 tahun1992 tentang kesehatan
9.    UU No. 2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian
10.  UU No. 4 tahun1992 tentang perumahan dan pemukiman
11.  UU No. 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan
keluarga sejahtera
12.    PP No. 21 tahun 1994 tentang penyelenggaraan pembangunan keluarga sejahtera
13.    PP No. 27 tahun 1994 tentang pengelolaan perkembangan kependudukan
14.    PP No. 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
15.    UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia (tambahan lembaran negara
Nomor 3796) sebagai pengganti UU No. 4 tahun 1965 tentang pemberian bantuan bagi
orang jompo.
UU No. 13 tahun 1998 ini berisikan antara lain :
a. Hak, kewajiban, tugas, serta tanggung jawab pemerintah, masyarakat, dan
kelembagaan
b.    Upaya pemberdayaan
c.    Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lansia potensial dan tidak potensial
d.   Pelayanan terhadap lansia
e.    Perlindungan sosial
f.     Bantuan sosial
g.    Koordinasi
h.    Ketentuan pidana dan sanksi administrasi
i.      Ketentuan peralihan
16.    PP No. 25 tahun 2000 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah
17.    Kepmenkes No. 1239 tahun 2001 tentang registrasi dan praktik perawat
18.    SK Menpan No. 94/KEP/M. PAN/11/2001 tentang jabatan fungsional perawat
19.    UU No. 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran
20.    UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah
21.    Kepmenkes No. 128 tahun 2004 tentang kebijakan dasar puskesmas
22.    Kepmenkes No. 279 tahun 2006 tentang pedoman penyelenggaraan Perkesmas
E.       KONTRAK DALAM PERAWATAN KESEHATAN RUMAH
Kontrak atau perjanjian antara yayasan/pemberi jasa layanan/agency dengan klien
dan keluarga merupakan aspek penting dalam pelaksanaan perawatan kesehatan di
rumah. Adapun hal-hal yang berhubungan dengan kontak (Zang & Bailey, 2004) yaitu :
1.        Persetujuan atau kesepakatan antara yayasan/agency dengan klien dan keluarga
tentang pelaksanaan dan perencanaan perawatan di rumah dan catatan medis. Kontrak
tersebut memperbolehkan klien dan keluarga untuk menyusun tujuan sendiri ataupun
membantu memecahkan masalah perawatan klien sesuai rencana perawatan
/pengobatan dokter dalam kesepakatan yang tercantum (yang dibuat).
2.        Kontrak berhubungan langsung dengan proses keperawatan dan dapat diselesaikan
sesuai dengan tahapan proses keperawatan, yaitu, pengkajian, perumusan
masalah/diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan.
Dimana dalam setiap tindakan berkaitan dengan asuhan keperawatan tersebut akan
dilakukan atas persetujuan klien/keluarga.
3.        Jika selama kunjungan atau perawatan di rumah ada kesesuaian kesepakatan antara
yayasan/pemberi layanan/agency dan klien/keluarga, maka kontrak tersebut dapat
dilanjutkan pada kunjungan berikutnya, akan tetapi bila tidak memungkinkan/tidak ada
kesesuaian maka kontrak dapat ditinjau kembali.
4.        Pembuatan kontrak dapat dilakukan secara nonformal (lisan) ataupun tulisan
(formal), tergantung dari persetujuan dan kesepakatan bersama kedua belah pihak
antara yayasan/pemberi jasa layanan/agency dengan klien/keluarga.
Kolaborasi interdisiplin ilmu atau profesi yang efektif dalam perawatan kesehatan
rumah akan memberikan kesinambungan pelayanan kesehatan yang dapat memberikan
kesadaran/kemandirian klien dan keluarga, sehingga program perawatan kesehatan
dapat dilaksanakan secara komprehensif. Secara umum proses kolaborasi untuk
perawatan kesehatan rumah diawali dengan adanya rencana pulang discharge plan
dengan dokter untuk diminta persetujuannya. Kemudian dilanjutkan dengan koordinasi
kepada yayasan/agency terkait yang akan melakukan perawatan di rumah, khususnya
pelayanan perawatan yang diminta dokter. Dalam hal ini dapat berasal dari berbagai
disiplin ilmu (profesi kesehatan lain seperti dokter, terapi fisik, perawat, bidan, ahli
gizi, dll). Dokter akan menjelaskan rencana program pengobatan, perawatan, prognosis
terapi, dan biaya yang dibutuhkan klien dan keluarganya (Zang & Bailey, 2004).
Mekanisme dan legislasi tanggung gugat dan pelaksanaan pemenuhan kebutuhan
klien/keluarga disesuaikan dengan kewenangan profesi masing-masing dan ketentuan
pemerintah yang berlaku. Untuk legalitas pelaksanaan perawatan kesehatan rumah,
maka persyaratan medicare harus dipenuhi antara lain adanya kontrak/perjanjian
bersama, pendokumentasian pelayanan dan kolaborasi interdisiplin tim, catatan
perkembangan kesehatan klien, dan catatan koordinasi dan kolaborasi dalam
penyelenggaraan perawatan. Dalam hal ini, keberhasilan tim kesehatan yang
interdisiplin sangat tergantung dari banyak faktor diantaranya pengetahuan, sikap, dan
keterampilan, serta kemampuan seorang praktisi yang benar-benar berkompeten dan
ahli bidangnya (Zang & Bailey, 2004).

F.       STANDAR PRAKTEK KEPERAWATAN KESEHATAN RUMAH


Adapun standar dari praktek keperawatan kesehatan rumah, antara lain :
1.     Standar I (Organisasi Pelayanan Kesehatan Rumah)
Semua pelayanan kesehatan di rumah direncanakan, disusun, dan dipimpin
oleh seorang kepala/manajer perawat profesional yang telah dipersiapkan dengan
kompetensi dalam pemberian pelayanan/asuhan keperawatan dalam kesehatan
masyarakat dan termasuk proses administrasi dan pendokumentasian.
2.     Standar II (Teori)
Perawat menetapkan konsep teoritis sebagai dasar keputusan dalam
melaksanakan praktek/asuhan keperawatan.
3.   Standar III (Pengumpulan Data)
Perawat secara terus menerus mengumpulkan, dan mendokumentasikan data
yang luas, akurat, dan sistematis.
4.     Standar IV (Diagnosa)
Perawat menggunakan data dari hasil observasi dan penilaian kesehatan klien
untuk menentukan diagnosa keperawatan.
5.    Standar V (Perencanaan)
Perawat mengembangkan rencana-rencana tindakan guna menentukan tujuan
pemberian asuhan keperawatan. Rencana didasarkan pada perumusan diagnosa
keperawatan dan menggabungkan nilai-nilai dalam upaya pencegahan penyakit,
tindakan pengobatan/kuratif dan tindakan rehabilitatif perawatan.
6.     Standar VI (Intervensi)
Perawat dipedomani oleh intervensi keperawatan untuk memberikan rasa
kepuasan, memulihkan status kesehatan, memperbaiki dan memajukan kesehatan,
serta mencegah komplikasi dan penyakit lanjutan yang memerlukan tindakan
rehabilitatif.
7.     Standar VII (Evaluasi)
Perawat secara terus menerus mengevaluasi respon klien dan keluarga dalam
penanganan guna menetapkan kemajuan terhadap hasil yang telah dicapai dan
meninjau kembali data dasar diagnosa perawatan dan perencanaan yang telah disusun.

G.      PROGRAM/KEGIATAN
Home care merupakan pelayanan kesehatan di rumah. Pelayanan kesehatan
diberikan secara komprehensif (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) dengan
menggunakan teknologi yang sederhana maupun teknologi tinggi tetapi tepat guna.
Bentuk pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di rumah klien yang merupakan
pelayanan professional, menggunakan metode sistematik dalam manajemen kasus.
Lingkup pelayanan meliputi :
1.        Pelayanan asuhan keperawatan
2.        Konsultasi medik
3.        Pelayanan sosial dan upaya menciptakan  lingkungan terapeutik
4.        Pelayanan informasi & rujukan
5.        Pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kesehatan dalam rangka memandirikan
klien dan keluarga
6.        Hygiene dan sanitasi perorangan serta lingkungan
7.        Pelayanan perbantuan untuk kegiatan sosial

Adapun program/kegiatan home care (perawatan kesehatan rumah) pada lansia


yang dapat dilaksanakan, antara lain:
1.        Manajemen kasus home care
a.    Melakukan seleksi kasus
Melakukan spesifikasi pasien lansia dengan perawatan khusus (usia lanjut
pasca rawat inap dan risiko tinggi) seperti cidera, diabetes mellitus, gagal jantung,
asma berat, stroke, amputasi, luka kronis, nutrisi melalui infus, dll. Disamping itu,
pelayanan perawatan rumah dilakukan juga bagi lansia mandiri meliputi upaya
promotif dan preventif.

b.    Melakukan pengkajian kebutuhan pasien


Perawat melakukan pengkajian pada kebutuhan pasien sepert kondisi fisik,
kondisi psikologis, status sosial ekonomi, pola perilaku pasien, sumber-sumber yang
tersedia di keluarga pasien.

c.    Membuat perencanaan pelayanan


1)        Membuat rencana kunjungan
2)        Membuat rencana tindakan
3)        Menyeleksi sumber-sumber yang tersedia di keluarga/masyarakat

d.   Melakukan koordinasi pelayanan


1)        Memberi informasi berbagai macam pelayanan yang tersedia
2)        Membuat perjanjian kepada pasien dan keluarga/pendamping pasien
tentang pelayanan
3)        Menkoordinasikan kegiatan tim sesuai jadwal
4)        Melakukan rujukan pasien

e.    Melakukan pemantauan dan evaluasi pelayanan


1)        Memonitor tindakan yang dilakukan oleh tim
2)        Menilai hasil akhir pelayanan (sembuh, rujuk, meninggal, menolak)
3)        Mengevaluasi proses manajemen kasus
4)        Monitoring dan evaluasi kepuasan pasien secara teratur
Untuk dapat menilai hasil pemantauan dan penilaian tersebut diatas, diperlukan
indikator sebagai berikut :
No Indikator Target nasional
(dalam kurun waktu 1 tahun)
1 Prosentase pra usia lanjut yang dilayani …………………%
(proporsi pra usia lanjut yang mendapat
pelayanan dari yang membutuhkan
pelayanan)
2 Prosentase usia lanjut yang dilayani …………………%
(proporsi usia lanjut yang mendapat
pelayanan dari yang membutuhkan
pelayanan)
3 Prosentase Pramusila yang telah mendapat ……………..%
pelatihan
4 Prosentase Pramusila yang aktif melakukan …………….%
pelayanan
5 Prosentase pengasuh yang terlibat dalam …………….%
perawatan kesehatan di rumah
6 AJadwal kegiatan tim Ada/tidak
7 Notulen rapat tim minimal sekali dalam Ada/tidak
seminggu
8 Prosentase peningkatan kemandirian klien …………..%
yang dirawat dinilai berdasarkan indeks
ADL (Kazt, 1960)
9 Frekuensi kunjungan Pramusila sesuai Ada/tidak
kontrak kerja

2.        Asuhan keperawatan


a.    Pengkajian
1)        Riwayat kesehatan
2)        Lingkungan sosial dan budaya
3)        Spiritual
4)        Pemeriksaan fisik
5)        Kemampuan pasien/lansia dalam pemenuhan kebutuhan sehari- hari
6)        Kemampuan keluarga dalam merawat keluarga lansia
b.    Diagnosa keperawatan
1)        Aktual
2)        Resiko
3)        Potensial
c.    Perencanaan keperawatan
1)        Penentuan prioritas masalah
2)        Menentukan tujuan
3)        Menyusun rencana secara komprehensif
d.   Implementasi keperawatan
1)        Menumbuhkan dan membina hubungan saling percaya dengan cara
memanggil nama klien
2)        Menyediakan penerangan cukup: cahaya matahari, ventilasi rumah,
hindarkan dari cahaya silau
3)        Meningkatkan rangsangan panca indra melalui buku-buku yang dicetak
besar dan berikan warna yang dapat dilihat
4)        Mempertahankan dan melatih daya orientasi realita: kalender, jam, foto-
foto
5)        Memberikan perawatan sirkulasi: hindarkan pakaian yang sempit,
mengikat/menekan, mengubah posisi, dukung lansia untuk melakukan
aktivitas, serta melakukan penggosokan pelan-pelan waktu mandi
6)        Memberikan perawatan pernafasan dengan membersihkan hidung,
melindungi dari angin, dan meningkatkan aktivitas pernapasan dengan
latihan napas dalam (latihan batuk). Hati-hati dengan terapi oksigen,
perhatikan tanda-tanda gelisah, keringat berlebihan, gangguan
penglihatan, kejang otot, dan hipotensi
7)       Memberikan perawatan pada organ pencernaan: beri makan porsi kecil tapi
sering, beri makanan menarik dan dalam keadaan hangat, sediakan
makanan yang lansia sukai, makanan yang cukup cairan, banyak makan
buah dan sayur, berikan makanan yang tidak membentuk gas, serta sikap
fowler waktu makan
8)       Memberikan perawatan genitourinaria dengan mencegah inkontinensia
dengan menjelaskan dan memotivasi lansia untuk BAK tiap 2 jam serta
observasi jumlah urine pada saat akan tidur. Untuk seksualitas, sediakan
waktu untuk lansia konsultasi
9)        Memberikan perawatan kulit. Mandi: gunakan sabun yang mengandung
lemak, hindari menggosok kulit dengan keras, potong kuku tangan dan
kaki, hindari menggaruk dengan keras, serta berikan pelembab (lotion)
untuk kulit
10)    Memberikan perawatan muskuloskeletal: bergerak dengan keterbatasan,
ubah posisi tiap 2 jam, cegah osteoporosis dengan latihan, lakukan latihan
aktif/pasif, senam lanjut usia, serta anjuekan keluarga atau pendamping
lansia untuk membuat klien mandiri
11)    Memberikan perawatan psikososial: jelaskan dan motivasi untuk sosialisasi
bantu dalam memilih dan mengikuti aktivitas, fasilitasi pembicaraan,
sentuhan pada tangan untuk memelihara rasa percaya, berikan
penghargaan, serta bersikap empati
12)    Memelihara keselamatan: usahakan agar pagar tempat tidur (pengaman)
tetap di pasang, posisi tempat tidur yang rendah, kamar dan lantai tidak
berantakan dan licin, cukup penerangan, bantu untuk berdiri, serta berikan
penyangga pada waktu berdiri bila di perlukan.

e.    Evaluasi
1)        Mengukur efektifitas dan efisiensi pelayanan
2)        Dilaksanakan selama proses dan akhir pemberian asuhan keperawatan.
3)        Pencatatan dan pelaporan home care
a.    Pencatatan manajemen kasus
1)        Persetujuan pasien/keluarga/pendamping pasien
2)        Jadwal kunjungan
3)        Lembar pengobatan
4)        Tindakan tim
5)        Rujukan kasus
6)        Penghentian perawatan
b.    Pencatatan pelaksanaan asuhan keperawatan
1)        Pengkajian keperawatan
2)        Perencanaan asuhan keperawatan
3)        Evaluasi asuhan keperawatan
c.    Alur pelaporan
1)        Home Care
2)        Dinas kesehatan kabupaten
3)        Dinas kesehatan provinsi
4)        Departemen kesehatan
d.   Materi pelaporan
1)        Jumlah pasien home care
2)        Jenis penyakit yang di derita
3)        Frekuensi kunjungan rumah tiap kasus
4)        Jumlah pasien yang mendapat pengobatan
5)        Jumlah pasien yang dirujuk
6)        Jumlah pasien yang meninggal
7)        Penyebab kematian
8)        Tingkat keberhasilan/kemandirian pasien
9)        Jenis tenaga yang memberi pelayanan kesehatan rumah

H.      PERAN PETUGAS KESEHATAN


Pemberi layanan keperawatan di rumah terdiri dari dua jenis tenaga (Hitchcock &
Thomas, 2003), yaitu :
1.   Tenaga informal
Tenaga informal adalah anggota keluarga atau teman yang memberikan layanan kepada
klien tanpa dibayar. Diperkirakan 75% lanjut usia di Amerika dirawat oleh jenis tenaga
ini.

2.     Tenaga formal


Tenaga formal adalah perawat yang harus bekerja bersama keluarga untuk
menyelesaikan masalah kesehatan, sehingga harus memperhatikan semua aspek
kehidupan keluarga. Oleh karena itu perawat di masyarakat dituntut untuk mampu
berfikir kritis dan menguasai ketrampilan klinik dan harus seorang RN. Dengan
demikian diharapkan perawat dapat memberikan layanan sesuai dengan standard yang
telah ditetapkan.
Pemberi perawatan kesehatan rumah dan peran tenaga kesehatan (Depkes, 2003),
antara lain :
1.        Perawat
Pelayanan kesehatan rumah dilakukan terhadap klien sesuai kebutuhannya oleh
perawat profesional yang sudah dan masih terdaftar memiliki izin praktek dengan
kemampuan ketrampilan asuhan keperawatan di rumah. Berdasarkan Kepmenkes RI
No. 1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang registrasi dan praktik perawat bahwa praktik
keperawatan merupakan tindakan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat
secara mandiri dan profesional melalui kerjasama bersifat kolaboratif dengan klien
dan tenaga kesehatan lainnya sesuai ruang lingkup wewenang dan tanggung jawab.
Lingkup kewenangan perawat dalam praktik keperawatan profesional terhadap klien
individu, keluarga, kelompok khusus, dan masyarakat dalam rentang sehat-sakit
sepanjang daur kehidupan.
Asuhan keperawatan diberikan dengan menggunakan proses keperawatan yang
terdiri dari pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan
tindakan keperawatan, dan evaluasi keperawatan yang dapat diterapkan pada asuhan
keperawatan gerontik pada klien usia 60 tahun keatas yang mengalami proses penuaan
dan masalah baik di tatanan pelayanan kesehatan maupun di wilayah binaan di
masyarakat. Dalam perawatan kesehatan di rumah, perawat akan melakukan home
care dan melakukan catatan perubahan dan evaluasi terhadap perkembangan
kesehatan klien.
Peran perawat dalam perawatan kesehatan rumah berupa koordinasi dan pemberi
asuhan keperawatan, antara lain :
a.   Koordinator
b.   Pemberi pelayanan kesehatan dimana perawat memberikan perawatan langsung
kepada klien dan keluarganya
c.   Pendidik, perawat mengadakan penyuluhan kesehatan dan mengajarkan cara
perawatan secara mandiri
d.   Pengelola, perawat mengelola pelayanan kesehatan/keperawatan klien
e.   Konselor, memberikan konseling/bimbingan kepada klien dan keluarga berkaitan
dengan masalah kesehatan klien
f.   Advocate (pembela klien), yang melindungi dalam pelayanan keperawatan
g.   Sebagai peneliti, untuk mengembangkan pelayanan keperawatan.

Pada keadaan dan kebutuhan tertentu perawat dapat koordinasi/kolaborasi dengan


dokter untuk tindakan diluar kewenangan perawat, berupa pengobatan dan tindak lanjut
keperawatan klien ataupun melakukan rujukan kepada profesi lain.

2.  Dokter
Program perawatan rumah umumnya berada dibawah pengawasan dokter
untuk memastikan masalah kesehatan klien. Dokter berperan dalam memberikan
informasi tentang diagnosa medis klien, test diagnostik, rencana pengobatan dan
perawatan rumah, penentuan keterbatasan kemampuan, upaya perawatan, pencegahan,
lama perawatan, terapi fisik, dll. Bila diperlukan dilakukan kolaborasi dengan perawat,
dimana perawat yang melakukan kunjungan rumah harus mendapat izin dan keterangan
dari dokter yang bersangkutan sebagai penanggung jawab therapi program. Program
perawatan dirumah harus dilakukan follow up oleh dokter tersebut minimal setelah 60
hari kerja, sehingga dapat disepakati apakah program dilanjutkan/tidak.

3.     Speech Therapist


Merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan bagi klien dengan gangguan
atau kesulitan dalam berbicara dan berkomunikasi, dengan tujuan untuk membantu
klien agar dapat mengoptimalkan fungsi-fungsi otot bicara agar memiliki kemampuan
dalam berkomunikasi melalui latihan berbicara.

4.     Fisioterapist
Program yang dilakukan adalah tindakan berfokus pada pemeliharaan,
pencegahan, dan pemulihan kondisi klien di rumah. Aktivitas perawatan kesehatan
rumah yang dilakukan adalah melakukan latihan penguatan otot ekstremitas,
pemulihan mobilitas fisik, latihan berjalan, aktif-pasif, atau tindakan terapi postural
drainage klien COPD. Latihan lain berhubungan dengan penggunaan alat kesehatan
tertentu, seperti, pemijatan, stimulasi listrik saraf, terapi panas, air, dan penggunaan
sinar ultraviolet. Dalam hal ini fisioterapist juga mempunyai kewajiban untuk
mengajarkan klien atau keluarganya tentang langkah-langkah dalam latihan program
yang diberikan.

5.      Pekerja Sosial Medis


Pekerja sosial medis yang sudah mendapatkan training/pelatihan dapat
diperbantukan dalam perawatan klien dan keluarganya untuk jangkan waktu yang
panjang, khususnya pada klien dengan penyakit kronis (long term care). Pekerja sosial
sangat berguna pada masa transisi dari peran perawatan medis atau perawat kepada
klien/keluarga.

I.         ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM


Program pembinaan kesehatan lansia ini bertujuan meningkatkan derajat
kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berguna
dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai eksistensinya dalam masyarakat
(Depkes RI, 2003). Dalam hal ini pemerintah mengupayakan beberapa cara untuk
meningkatkan kesejahteraan lansia dimana salah satunya adalah dengan pembentukan
home care (perawatan kesehatan rumah).
Program/kegiatan perawatan kesehatan lansia di rumah sudah dilandasi oleh dasar
hukum dan perundang-undangan yang berlaku. Walaupun telah cukup banyak produk
hukum yang telah diterbitkan, namun belum ada peraturan pelaksanaannya. Begitu pula
belum disusunnya peraturan daerah, petunjuk pelaksanaan, dan petunjuk teknisnya
sehingga penerapan di lapangan sering menimbulkan permasalahan. Kelangkaan
sumber daya manusia, sarana, prasarana, serta koordinasi dan keterpaduan sering
menimbulkan masalah atau hambatan dalam mencapai kegiatan yang optimal. Menurut
pendapat Maryam, dkk, 2008, dimana menyatakan ada beberapa undang-undang yang
perlu disusun demi mengoptimalkan dalam memberikan pelayanan bagi lanjut usia,
diantaranya adalah UU tentang pelayanan lansia berkelanjutan (Continuum of Care),
UU tentang tunjangan perawatan lansia (Medicare), UU tentang penghuni panti
(Charter of Resident’s Right), UU tentang pelayanan lansia di masyarakat (Community
Option Program).
Dilihat dari pelaksanaan program/kegiatan perawatan kesehatan rumah yang telah
ada, sudah terancang sistematik dalam suatu manajemen kasus, dimana pada rancangan
program pelaksanaan home care dimulai dari perencanaan manajemen kasus home care,
rancangan asuhan keperawatan yang akan diberikan, serta pencatatan dan pelaporan
home care dalam bentuk tabel indikator penilaian.   Hanya saja sekarang untuk
pelaksanaan kedepannya diperlukan suatu keterpaduan baik dari aspek petugas, tempat,
waktu, biaya, pesan, serta dalam manajemen kegiatan agar kegiatan pelayanan
homecare dapat berdaya guna. Selain itu untuk menunjang pelayanan perawatan
kesehatan rumah yang optimal perlu diadakan pelatihan dan pendidikan bagi setiap
petugas kesehatan, instansi, serta anggota masyarakat yang akan melaksanakan
kegiatan pelayanan pada lansia, baik melalui pelatihan dan pendidikan dalam maupun
luar negeri.

DAFTAR PUSTAKA

Boedhi-Darmojo, R & Martono, H. (1999). Text Book of Geriatric: Health Science in


Elderly. Jakarta: FK UI.
Departemen Kesehatan dirjen pelayanan medik, Pedoman perawatan kesehatan
di rumah. 2002.

Depkes. (2003). Pedoman Perawatan Usia Lanjut di Rumah. Jakarta: Depkes RI.

Ebersole, P & Hess, P. (1998). Toward Healthy Aging: Human Needs and Nursing
Respons (5th ed). St. Louis: Mosby Year Book.

Hitchcock, J.E & Thomas, S.A. (2003). Community Health Nursing: Caring in Action
(2nd Ed). Australia: Delmar Learning.

Maryam, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika

Nugroho Wahjudi H. (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Edisi 3. Jakarta :


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Smith, C.M & Maurer, F.A. (2000). Community Health Nursing: Theory and Practice.
Philadelphia: W.B. Saunders Company.

Stanhope, M & Lancaster, J. (1996). Community Health Nursing: Promoting Health of


Aggregates, Families, and Individuals (4th Ed). St. Louis: Mosby Year Book.

Walsh, J, Persons, C.B & Wieck, L. (1987). Manual of Home Health Care Nursing.
Philadelphia: J.B.Lippincott Company.

Zang, S.M & Bailey, N.C. Alih Bahasa Komalasari, R. (2004). Manual Perawatan
Dirumah (Home Care Manual). Edisi Terjemahan. Cetakan I. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai