Anda di halaman 1dari 10

Anggia Ayu Paramita

201905000062

1. Dalam hukum Islam dijelaskan terdapat tiga sumber hukum, yakni Al-Quran, Al-Hadist, dan
Akal/ Qiyas. Jelaskan penggunaan ketiganya dalam sebuah fenomena/peristiwa/ kasus
hukum yang anda ketahui!!!
Al-Quran : merupakan dua hal pokok dalam ajaran Islam. Keduanya merupakan hal sentral
yang menjadi jantung umat Islam. Karena seluruh bangunan doktrin dan sumber keilmuan
Islam terinspirasi dari dua hal pokok tersebut. Kedudukan Al Quran sebagai sumber utama
dan pertama bagi penetapan hukum, maka bila seseorang ingin menemukan hukum untuk
suatu kejadian.
Al-quran adalah sumber hukum pertama umat islam yang berisi tentang akidah, ibadah,
peringatan, kisah-kisah yang dijadikan acuan dan pedoman hidup bagi umat Nabi
Muhammad SAW.
Contoh : Kasus mengenai Pendiri Masjid yang salah arah Kiblat

Al-Hadist : (hadis) merupakan sumber ajaran Islam kedua setelah Al Quran. Sunnah juga
menempati posisi yang sangat penting dan strategis dalam kajian-kajian keislaman.
Keberadaan dan kedudukannya tidak diragukan lagi. Sunnah dari segi etimologi adalah
perbuatan yang semula belum pernah dilakukan kemudian diikuti oleh orang yang lebih baik
perbuatan terpuji maupun tercela. Secara terminologi, ahli fiqih dan hadis berbeda
memberikan pengertian tentang hadis. Menurut para ahli hadis, sunnah sama dengan hadis
yaitu suatu yang dinisbahkan oleh Rasullullah SAW baik perkataan, perbuatan maupun
sikap belaiu tentang suatu peristiwa.
Dalam pengertian ini sunnah merupakan salah satu dari ahkam al takhlifi yang lima, yaitu
wajib, sunnah, haram, makruh, mubah. Sunnah menurut istilah ahli ushul figh adalah ucapan
nabi dan perbuatannya dan takrirnya. Jadi sunnah artinya cara yang dibiasakan atau cara
yang dipuji. Sedangkan menurut istilah agama yaitu perbuatan nabi. Perbuatan dan
takririnya (yakni ucapan dan perbuatan sahabat yang beliau diamkan dengan arti
membenarkan). Seluruh umat Islam telah sepakat bahwa hadis rasul merupakan sumber dan
hukum Islam setelah Al Quran. Kesepakat umat Islam dalam mempercayai, menerima dan
mengamalkan segala ketentuan yang terkandung di dalam hadis ternyata sejak Rasullullah
masih hidup.
Contohnya : Perbuatan mencuri

Qiyas : Qiyas secara bahasa memiliki arti sebagai tindakan mengukur sesuatu atas sesuatu
lainnya dan kemudian disamakan. Sedangkan secara istilah qiyas diartikan sebagai
menetapkan hukum terhadap sesuatu perbuatan yang belum ada ketentuannya dan
didasarkan pada sesuatu yang sudah ada ketentuannya. 
Contohnya : Berhubung qiyas adalah analogi atau perumpamaan, maka contohnya adalah
menentukan hukum halal haram dari narkotika. Narkotika tidak disebutkan dalam Al Quran
dan Al hadits ,selain itu belum ada di zaman Nabi Muhammad SAW.
Maka para ulama dan ahli ijtihad kemudian menganalogikan narkotika ini
sebagai khamr (minuman yang memabukan). Sebab sifat atau efek dari konsumsi narkotika
sama atau bahkan lebih berbahaya dibanding minuman memabukan tadi. Sehingga ditarik
kesimpulan bahwa narkotika hukumnya haram.

2. Sebutkan dan Jelaskan lima (5) perbandingan sistem Hukum Adat, sistem Hukum Islam
dan Sistem Hukum Barat.

Bentuknya

Hukum Islam itu tidak tertulis dalam peraturan Perundang-undangan. Hukum Islam dalam
makna hukum fikih Islam adalah hukum yang bersumber dan disalurkan darui hukum
Syari’at Islam yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad, dikembangkan
melalui Ijtihad oleh para ulama atau ahli hukum islam yang memenuhi syarat untuk
berijtihad dengan cara-cara yang telah di tentukan.

Pada dasarnya, Hukum Adat adalah hukum yang tidak tertulis. Ia tumbuh dan berkembang
dan hilang sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan masyarakat. Pada waktu ini
sedang diadakan usaha-usaha untuk mengangkat hukum Adat itu menjadi hukum perudang-
undangan dan dengan begitu diikhtiarkan ia memperoleh bentuk tertulis. Contohnya dapat
dilihat pada Undang-undang Pokok Agraria tahun 1960. tetapi, Hukum Adat yang telah
menjadi hukum tertulis itu menjadi lain bentuknya dari hukum Adat sebelumnya. Ia telah
menjadi hukum perundang-undangan.

Hukum Barat, yang kita bandingkan adalah hukum perdatanya, tertulis dalam bahasa
Belanda di dalam Undang-Undang atau Kitab Undang-Undang seperti misalnya Burgelijk
Wethoek (B.W). Namun karena bahasa yang dipakai oleh hukum tersebut telah menjadi
rintangan bagi berlakunya hukum itu sebagai hukum yang tertulis dalam perundang-
undangan aslinya, maka hukum eks- Barat itu, kini diterjemahkan kedalam Bahasa
Indonesia, Misalnya Burgelijk Wethoek (B.W)

Tujuannya

Hukum Adat bertujuan menyelenggarakan kehidupan masyarakat yang aman, tenteram dan
sejahtera.

Hukum Islam mempunyai tujuan untuk melaksanakan perintah dan kehendak Allah serta
menjauhi larangan-Nya.

Hokum Barat adalah kepastian hukum dan keadilan hukum.

Lingkup Masalah

Lingkup masalah yang diatur oleh ketiga sistem hukum tersebut berbeda pula. Antara
hukum Adat dan Hukum Barat pada dasarnya terdapat kesamaan ruang lingkup karena
kedua-duanya hanya mengatur hubungan antara manusia dengan manusia serta penguasa
dalam masyarakat. Ruang lingkup yang diatur oleh Hukum Islam tidak hanya masalah
hubungan antara manusia dengan manusia lain serta penguasa dalam masyarakat, tetapi juga
mengatur hubungan manusia dengan Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Dengan kata lain,
hukum Adat dan hukum Barat mengarahkan pandangannnya terbatas pada konsekuensi-
konsekuensi duniawi saja, sedang Hukum Islam tidak terbatas pandangannya pada
konsekuensi- konsekuensi duniawi saja tetapi memandang konsekuensi konsekuensi akhirat,
yakni konsekuensi hidup setelah kehidupan ini berakhir kelak.
Hak dan Kewajiban

Mengenai hak dan kewajiban, yang akan dibandingkan hanyalah hukum Islam dengan
hukum Barat. Dalam sistem hukum Islam kewajiban lebih diutamakan daripada Hak, sedang
dalam hukum Barat hak didahulukan dari pada kewajiban.

Pembidangan

Hukum Adat yang mengenal asas- asas, kerukunan, kepatutan, keselarasan dalam pergaulan
dan bersifat religio magis, tidak mengenal pembidangan hukum. Perdata dan hukum publik
seperti halnya dengan hukum Barat. Dalam hukum Adat tidak ada pemisahan yang tajam
antara kepentingan pribadi (perdata) dengan kepentingan umum (publik). Manusia dalam
konsep Hukum Adat dipandang sebagai pribadi-pribadi yang merupakan bagaian yang tidak
dapat dipisahkan dari masyarakat.

Dalam Hukum Islam terdapat pembidangan antara lain (1) Ibadat dan (2) Muamalat. Bidang
Ibadat mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, bidang

Muamalat mengatur hubungan manusia dengan manusia di dalam masyarakat ini, hukum
Islam yang merupakan bagian dari agama Islam itu, tidak membedakan antara hukum
perdata dan hukum publik, sebab dalam soal perdata terdapat segi- segi publik, dalam soal
publik ada segi-segi perdatanya.

Didalam hukum Barat yang bersifat Individualis dan Liberalistis serta terlepas dari
ketentuan-ketentuan agama seperti terlihat pada pasal 26 B.W. yang menyatakan bahwa “
Undang-Undang memandang soal Perkawinan hanyalah hubungan perdata saja,” dikenal
pembidangan : hukum privat (yang di terjemahkan kedalam Bahasa Indonesia dengan
Perdata) dan hukum publik. Hukum Perdata adalah aturan hukum yang mengatur serta
melindungi kepentingan perdata yang dipertahankan oleh masing-masing Individu, hukum
publik adalah aturan hukum yang mengatur dan melindungi kepentingan umum yangdi
pertahankan oleh ( alat kekuasaan) Negara.
3. a. Jelaskan Hubungan Hukum Islam dan Hukum Adat menurut Pribumi dan menurut
Belanda.

Hubungan Hokum Islam dan Hokum Adat Menurut Pribumi : amun dalam masyarakat
Indonesia, hukum adat dan hukum Islam secara tipikal berjalan berdampingan dengan lancar
sesuai dengan jurisdiksinya masing-masing, walaupun kadang- kadang keduanya saling
beroposisi. Beberapa area hukum adat dipandang sebagai bagian dari hukum Islam,
demikian pula dalam proses administrasi peradilan dalam masyarakat, kompromi yang
didasari atas elemen-elemen dari dua sistem merupakan bentuk solusi yang paling umum.

Dalam masyarakat di mana hubungan antara hukum adat dan hukum Islam biasa
digambarkan sebagai bentuk hubungan konflik, senantiasa akan ada usaha untuk
mendemonstrasikan yang sebaliknya

melalui dua cara; pertama, bahwa dalam kehidupan realitas individu kemungkinan
munculnya konflik yang teoritis sifatnya antara kedua institusi hukum, pada kenyataannya
tidak pernah ada. Kedua, Kedua sistem tidak hanya salng melengkapi, tetapi pada
kenyataannya juga merupakan bagian dari sistem yang sama, keduanya sama-sama
menemukan akar yang sama, yaitu dari Tuhan dan Islam.

Hubungan Hokum Islam dan Hokum Adat Menurut Belanda : Pada masa kolonial Belanda,
hukum Islam dilawankan dengan hukum adat sebagai “teman dialog”, sedangkan pada masa
pasca kemerdekaan hukum Islam disandingkan dengan hukum positif. Perbedaan ini
tercermin dalam kebijakan pemberlakuan hukum Islam oleh masing-masing rezim politik.

b. Dalam pengkajian pelaksanaan Hukum Adat dan Hukum Islam di Indonesia terjadi
perdebatan antara para ahli hukum mengenai status Hukum Adat dan Hukum Islam,
sehingga melahirkan beberapa teori. Sebutkan dan Jelaskan 3 (tiga) teori yang Anda
ketahui mengenai hubungan Hukum Adat dengan Hukum Islam.
Teori Receptie

Teori Receptie menyatakan bahwa bagi rakyat pribumi pada dasarnya berlaku hukum adat.
Hukum Islam berlaku bagi rakyat pribumi kalau norma hukum Islam itu telah diterima oleh
masyarakat sebagai hukum adat.

Teori receptie dikemukakan oleh Prof. Christian Snoock Hurgronye dan dikembangkan
kemudian oleh van Vollenhoven dan Ter Haar. Teori ini dijadikan alat oleh Snouck
Hurgronye agar orang-orang pribumi jangan sampai kuat memegang ajaran Islam dan
hukum Islam, dikhawatirkan mcreka akan sulit menerima, dan dipengaruhi dengan mudah
oleh budaya barat. Ia pun khawatir hembusan Panislamisme yang ditiupkan oleh Jamaludin
Al-Afgani berpengaruh di Indonesia.

Teori receptie ini amat berpengaruh bagi perkembangan hukum Islam di Indonesia serta
berkaitan erat dengan pemenggalan wilayah Indonesia kedalam sembilan belas wilayah
hukum adat Pasal 134 IS yang sering disebut sebagai pasal receptie menyatakan bahwa bagi
orang-orang pribumi, kalau hukum mereka menghendaki, diberlakukan hukum Islam selama
hukum itu telah diterima oleh masyarakat hukum adat.

Teori Receptie Exit

Bapak berlakunya teori receptie exit bagi hukum Islam di Indonesia adalah Prof. Dr.
Hazairin, S. H. (Hazairin, S.H., Tujuh Serangkai Tentang Hukum, Jakarta, Tinta Mas
Indonesia, 1974).

Menurutnya setelah Indonesia merdeka, tepatnya setelah Proklamasi Kemerdekaan


Indonesia dan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD '45) dijadikan Undang-undang Negara
Republik Indonesia, semua peraturan perundang-undangan Hindia Belanda yang
berdasarkan teori receptie tidak berlaku lagi, Alasan yang dikemukakan Hazairin
menyatakan bahwa teori Receptie itu harus exit alias keluar dari tata hukum Indonesia
Merdeka. Teori Receptie bertentangan dengan Al-Qur'an dan Sunnah.
Secara tegas UUD "45 menyatakan bahwa "negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa"
dan "negara menjamin kebebasan penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan
untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya itu". Demikian dinyatakan dalam
pasal 29 ayat (1) dan (2).

Teori Receptie A Contrario

Teori receptie exit yang diperkenalkan oleh Hazairin dikembangkan oleh Sayuti Thalib,
S.H., dengan memperkenalkan teori receptio a contrario

Menurut teori receptie a contrario yang secara harfiah berarti melawan dari teori receptie
menyatakan bahwa hukum adat berlaku bagi orang Islam kalau hukum adat itu tidak
bertentangan dengan agama Islam. Dengan demikian, dalam teori receptie a contrario, hukum
adat itu baru berlaku kalau tidak bertentangan dengan hukum Islam. Bukti berlakunya teori
ini diungkapkan Sayuti Thalib dalam Bab Sembilan yang menjelaskan bahwa hukum
perkawinan Islam berlaku penuh dan hukum kewarisan islam berlaku tetap dengan beberapa
penyimpangan.

Kalau teori receptie mendahulukan berlakunya hukum adat dari pada hukum Islam, maka
teori receptie a contrario sebaliknya. Dalam teori receptie, hukum Islam tidak dapat
diberlakukan jika bertentangan dengan hukum adat. Teori receptie a contrario mendahulukan
berlakunya hukum Islam dari pada hukum Adat, karena hukum adat baru dapat dilaksanakan
jika tidak bertentangan dengan hukum Islam. Teori receptie a contcario dapat berlaku juga
bagi hukum agama selain agama Islam, yaitu agama yang diakui oleh peraturan perundang-
undangan Indonesia

4. Muamalat merupakan salah satu bagian dari hukum Islam, di antaranya dalam hal
Munakahat. Apa yang Anda ketahui tentang munakahat dalam perspektif hukum Islam?
al-munakahat adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah nikah atau
perkawinan. Jadi, Fikih Munakahat adalah sekumpulan peraturan atau hukum yang
mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan perkawinan.
Munculnya istilah Fikih Munakahat pada periode awal Islam. Istilah fikih munakahat belum
muncul dalam lapangan hukum Islam. Yang dijumpai saat itu adalah beberapa istilah seperti
fikih, ilmu, iman, tauhid, dan hikmah yang sama-sama digunakan dalam pengertian umum,
tetapi kemudian berkembang dan menjadi lebih sempit dan spesifik.

Hal itu disebabkan masyarakat Islam selama masa hidup Nabi Muhammad SAW belum
begitu beragam dan kompleks sebagaimana terjadi kemudian. Persoalan-persoalan yang
timbul, seperti hubungan Muslim dengan nonMuslim, beberapa implikasi akibat perluasan
wilayah Islam, dan perkembangan dinamika pemikiran keagamaan, merupakan faktor utama
yang menyebabkan perubahan peristilahan yang semula dipahami secara sangat sederhana.

Pada masa awal Islam, terminologi fiqh (fikih) digunakan untuk satu pemahaman Islam
secara global yang mencakup pengertian asketis dalam bidang tasawuf, keyakinan, tauhid,
hukum peribadatan, dan ajaran Islam lainnya.

Pada masa Khalifah Umar bin Al-Khattab, terminologi fikih menyempit. Hal ini terlihat dari
perkataan Umar RA, "Barangsiapa yang ingin belajar fikih ia harus pergi ke Mu'az bin
Jabal.”

Mu'az bin Jabal yang pernah diutus Nabi SAW ke Yaman untuk menjadi hakim dinilai oleh
Umar memiliki banyak pengalaman dan pengetahuan tentang hukum Islam. Dalam
perkembangan selanjutnya, istilah fikih tidak lagi bersifat umum melainkan khusus pada
hukum syariat yang berkaitan dengan perbuatan manusia.

5. Jelaskan :
a. Deskripsikan konsep negara hukum dalam pandangan hukum Islam!

Negara Islam mempunyai tujuan yaitu mempertahankan keselamatan dan integritas negara,
memelihara terlaksananya undang-undang dan ketertiban serta membangun negara.
Dalam konsep Islam dalam negara ada 3 perspektif yaitu Islam dan demokrasi, Pemerintah
(Islam), dan Paradigma Pemikiran Politik Konsep Negara.

Islam dan Demokrasi

Perubahan yang dilakukan oleh revolusi Islam adalah dalam rangka menghargai suku-suku
tersebut, suatu pemerintah pusat dibentuk dengan diberi kekuasaan penuh oleh para orang
tua suku-suku itu, yang benar-benar kesepakatan itulah yang secara sempurna dalam
peraturan hukum Islam. Dengan perkataan lain, antara ulama dan wakil rakyat merupakan
tiang utama yang mendukung bangunan perundang-undangan Islam yaitu hasil dari
pemikiran perorangan (ijtihad) dan hasil pemikiran bersama (ijma). mencerminkan adanya
kesepakatan di antara seluruh anggota masyarakat.

Pertama, menolak demokrasi sebagai bagian dari Islam, model ini beranggapan bahwa
demokrasi merupakan sistem yang kufur yang harus ditolak dan dijauhkan dari kehidupan
masyarakat Islam. Karena demokrasi itu produk Barat, sehingga harus dibuang jauh-jauh
dalam kehidupan masyarakat Islam. Kelompok ini menolak proses demokrasi seperti pemilu
dan sebagainya, sekaligus menolak hasil-hasil proses demokrasi, serta tidak menghormati
segala produk dan penguasaa hasil pemilu.

Kedua, menerima demokrasi dan menerima semua hasil demokrasi. Ketiga, menolak semua
proses demokrasi namun menerima hasil demokrasi. Adanya ketiga model pemikiran Islam
terkait demokrasi menunjukan bahwa umat Islam masih belum sepakat dengan demokrasi
yang dipakai sebagai alat untuk memperoleh kepemimpinan dalam masyarakat modern.

Ketiga, model pemikiran tadi masih sepakat bahwa sistem Khalafaur Rasyidin yang pernah
ada dan berjalan selama kurang lebih tiga puluh tahun semenjak Rasulullah SAW wafat
sebagai sistem yang paling baik, ideal dan patut diteladani.

Pemerintahan
Pemerintahan negara harus dipimpin oleh seorang yang mampu mengelola secara efektif
mengenai persoalan-persoalan negara yang dipimpinnya. Menurut Islam, kepala negara
merupakan pusat dari segala kekuasaan eksekutif, kekuasaan sipil dan militer, serta
kekuasaan yang secara teknis dikenal dengan istilah kekuasaan “keagamaan”. Kepala negara
memegang kekuasaan tertinggi, baik dalam urusan sipil maupun keagamaan dan sebagai
panglima tertinggi dari angkatan bersenjata.

Paradigma Pemikiran Politik Konsep Negara

Dalam pemikiran politik Islam konsep negara islam di klasifikasikan menjadi 3 yaitu :

Pertama, paradigma integral yakni agama dan negara merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan. Paradigma ini didasarkan atas pandangan bahwa Islam merupakan agama
yang serba lengkap bagi seluruh aspek tatanan kehidupan, sehingga legitimasi politik negara
harus didasarkan atas syariah

Kedua, paradigma sekularistik, yaitu agama dan negara merupakan sesuatu yang harus
dipisahakan. Paradigma ini didasarkan atas pandangan bahwa Islam itu murni sebagai agama
yang hanya mengatur masalah ibadah ritual saja.

Ketiga, paradigma simbiotik, yakni agama dan negara merupakan sesuatu yang saling terkait
dan berhubungan, bahwa agama membutuhkan negara agar agama dapat berkembang dan
negara membutuhkan agama agar meraih kemajuan dalam etika dan moral.

b. Bagaimana membentuk Negara yang ideal menurut Islam ?


Negara ideal menurut Ali Abdul Raziq ialah negara yang berasaskan humanisme universal
yang memperjuang-kan rakyatnya, demokrasi dan keadilan sosial, yaitu negarasekuler bagi
kaum muslimin dan non muslim yang hidup di negara itu.

Anda mungkin juga menyukai